Ya, lumrah. Lumrah. Dianggap, oh itu realita. Jadi, ada energi, ada materi.
Itu dianggap realita. Nah, sekarang kita balik. Ketika kita lahir, sejak awal, kita ini adalah sel sperma dan sel telur yang sangat-sangat kecil.
Tapi ketika sel sperma dan telur bergerak, tentu dia pakai energi. Energi ATP, adenosine triphosphate dalam ilmu kedokteran. Dia pakai energi bergerak.
Tapi energi itu hanya bisa membuat si sperma hidup sampai 3 hari. Sel telur juga sama. Jadi dalam 3 hari kalau sel sperma nggak ketemu sel telur, dia mati. Bayangkan betapa kecilnya energi yang dimiliki oleh sel sperma. Tapi begitu dia ketemu dengan sel telur, energi penyatuan antara sel sperma dan sel telur itu bisa menciptakan pembelahan benih itu menjadi dari satu sel sperma dan satu sel telur, kelak dia menjadi 40 triliun sel tubuh manusia.
Ketika menjadi bayi. Kebayang nggak? Dari mana dia mendapatkan energi?
Sebelum dia mendapatkan energi dari ibunya. Ketika dia membelah, jadi dari satu sel menjadi dua sel, menjadi morula, belastula, dan seterusnya. Jadi satu menjadi dua, dua jadi empat, empat jadi delapan, delapan jadi enam belas, dan seterusnya.
Di mana dia mendapatkan energi itu? Ada sesuatu yang bisa kita lihat di situ, dari materi itu. Nah.
Energi cerdas yang awalnya mengantarkan sel sperma dan ketemu sel telur, lalu membelah sedemikian rupa dan membentuk tubuh janin itu, termasuk diantaranya adalah sel-sel yang kemudian membentuk ari-ari. membentuk air ketuban, membentuk tali pusat, dan membentuk darah. Yang kemudian, keempat-empatnya itu menjaga si bayi sejak dalam kandungan.
Contoh, kalau si Ari-Ari nggak menjaga si jabang bayi, jabang bayi nggak mendapatkan energi tambahan dari ibunya, tidak mendapatkan materi tambahan dari ibunya untuk hidup. Makanya kapan Ari-Ari-nya lepas, mati dia. Kemudian diciptakanlah pada usia 2 mingguan, 12 hari itu, air ketuban.
Kalau nggak ada air ketuban, si janin akan tak terlindungi di dalam. Rahim terguncang, si bayi terguncang. Si bayi juga nggak bisa bergerak tanpa ada di dalam air ketuban.
Sangat melindungi. Air ketuban juga membuat si bayi bisa berlatih untuk bernafas dan menelan. Ada banyak. Melindungi dari infeksi, melindungi dari suhu.
Nah, jadi air ketuban, hari-hari, pelindung pertama si bayi ketika ada di dalam kandungan. Begitu juga darah. Dan begitu juga tali pusat. Maka kalau si bayi terbelit tali pusat, pusatnya dia bisa mati.
Bayangkan, empat itu sudah melindungi kita. Sesederhana itu kita. Dan di dunia kedokteran, orang dokter sangat percaya, ini nggak boleh mengalami masalah.
Sedikit saja air ketuban berkurang dari volume normalnya sampai 800 ml itu. Kalau air ketuban kering, mati si bayi. Kalau air ketuban terinfeksi, mati si bayinya.
Tali pusat nggak boleh terbelit. Nggak boleh sampai kayak selang ke pencet gitu. Iya, iya. Apalagi Ari-Ari Ari-Ari salah tempat aja bisa berbahaya Kalau dia bertempat di jalan Lahir berbahaya Kalau Ari-Ari lahir duluan Mati si bayinya Makanya Ari-Ari harus lahir belakangan Disebutnya lah Ari atau Adik Lahir belakangan Setelah beres si bayi keluar baru si Adik Ari-Ari mau keluar Baru dia mau lepas dari ibunya Itu proses mereka melindungi Jadi Ketika kita mau persiap-siap lahir, saya bicara lahir normal, Mas Enra. Begitu kita siap-siap mau lahir, yang pertama keluar itu air ketuban.
Dia dengan tekanan tinggi mendorong, membersihkan jalan lahir ibu sekaligus melicinkannya supaya kepala si bayi bisa dengan mudah begini, melewati tulang, belulang, daging tipis, dll. Kalau nggak dilicinkan, berbahaya. Kalau dibilas dengan antiseptiknya, berbahaya.
Bisa terinfeksi si bayi. Nah, selama dalam kandungan dilindungi, ketika kita mau lahir juga dilindungi. Dan si Ari-Ari nggak mau keluar, tetap melindungi si bayi sampai si bayi menangis.
Tanda-tanda kalau dia menangis berarti dia sudah bisa bernafas. Baru dia melepaskan dirinya dari ibunya. Nah, itu kan tadi materi. Materi air ketuban, materi...
Namanya darah, materi, ari-ari, materi tali pusat. Lalu itu dikubur. Dan kita tahu, materi itu akan terurai menjadi energi, betul nggak?
Iya, iya. Materi terurai menjadi energi. Berarti tadinya materinya hilang, tersisalah energi.
Energi yang cerdas. Nah energi cerdas itulah kemudian, kan hukum kekekalan energi mengatakan energi tidak bisa dimusnahkan, tidak bisa diciptakan, tidak dilahirkan, dan tetap ada di mana-mana. Nah kemanakah energi itu yang... Keempat, keempat itu ya? Keempat energi itu.
Oke, oke. Tentu dia menyebabkan... menyebar kemana-mana dan menjaga kita dari luar yang ari-air ketuban menjadi danau Samudera yang tetap menjaga kita sekarang yang ari-ari yang sumur oksigen dulunya sumur makanan sekarang menjadi hutan menjadi gunung Nah itu. Jadi apakah kita tidak terhubung lagi dengan mereka? Terhubung lagi dengan mereka.
Apakah itu tidak real? Ya real, kita terhubung dengan danau, terhubung dengan gunung, terhubung dengan hutan. Makanya orang-orang kalau lagi mau healing, perginya ke mana? Ke gunung, ke hutan, ke danau, ke samudera, atau arung jeram ke sungai yang dulu jadi pelasian tali pusat.
Jadi kalau demikian apa yang nggak masuk akal di situ? Bahwa gara-gara kita terus terlindungi oleh mereka lah maka kita disuruh. disuruh apa? Jaga hutan, jaga danau, jaga gunung, jaga samudera, jaga sungai.
Kita sudah lakukan. Yang nggak masuk akal ya di mana coba? Itu sederhana itu.
Tapi ada mungkin yang mengaitkan, bisa nggak sih energi itu terus kemudian berubah? Karena kemudian kita atensi bener-bener kita pengen menemukan guru kalau orang Jawa itu bagus, tulus, tanpa cacat begitu. Ya, iya.
bisa nggak itu energi itu kemudian menjelma menjadi sebuah daya suci yang itu bisa mengingatkan kita pada saat kita mau ada apa musibah membimbing kita pada saat kita bingung seperti yang dialami oleh Pak Wayan gitu bisa kalau yang materi energi kecerdasan ketika hari-hari tali pusat air perubahan darah materinya habis terurai dia menjadi menjadi energi Oke jadi tinggal energi yang cerdas energi cerdas kalau kita mau terhubung dengan energi mereka kita mendapatkan kekuatan kesaktian kedikjayaan kalau mau dengan menggunakan kekuatan dari pikiran kita akan energi tapi kalau kita menghubungi kecerdasannya atensi kita pada kecerdasannya kita dapat pengetahuan pilih yang mana coba makanya diajarkan yang mau belajar saudara empat itu mau dapat dapat kawisesan kesaktiannya atau mau dapat kecerdasannya apa aja tadi kekuatan kecerdasan ya karena energi kekuatan oke oke kalau kecerdasan kan pengetahuan tinggal pilih yang mau yang mana Nah saya itu atensinya pada kecerdasan karena saya haus pada pengetahuan tapi yang haus pada kekuasaan haus pada perlindungan dia menggunakan energi cerdas itu untuk melindunginya Dia bisa menciptakan, menggunakan energi itu sebagai energi elektromagnet, maka dia terlindungi. Namanya energi elektromagnet kan bisa menjadi drone, apa, drone, dom. Melindungi kita dari apa? Begitu ada orang tidak baik kepada kita, kita, energi elektromagnetnya gak nyambung, terpisah.
Contoh nih, ini ada orang cantik. Saya misalnya tertarik pada orang cantik itu. Tapi orang cantik itu gak mau sama saya.
Kan terpisah jadinya. Karena energi elektromagnetnya gak nyambung. Kalau sama-sama tertarik, jadi mau. Nah, itu contoh bagaimana energi bisa kita gunakan. Kalau kita bisa menggunakan kecerdasannya, ya dapat pengetahuan.
Sekarang energi apa yang kita mau pakai lagi? Energi suara. Kalau energi suaranya mau kita pakai, banyak orang mendapatkan karisma ketika bicara.
Kalau orang memakai energi cahaya, cahaya matanya bisa menundukkan orang, bisa membuat orang jatuh cinta, hanya dengan cahaya mata. Itu contoh. Dan itu mempergunakannya bagaimana? Praktiknya bagaimana Pak WN?
Ini bisa dikerjakan teman-teman dari rumah. Tadi kan Pak WN sempat... menyinggung, tulusnya tetap lewat pikiran gitu katanya.
Itu gimana? Praktiknya gimana? Praktiknya sudah diajarkan lewat agama. Energi dan kecerdasan itu mau digunakan dengan cara apa? Dengan cara baik apa cara buruk?
Itu aja dua. Cara baik, baik gimana caranya? Lakukan segala hal yang berkenaan dengan tata susila, ajaran-ajaran kebajikan, sudah diajarkan sama agama. Walaupun agama tidak mengatakan ini akan berkaitan dengan urusan saudara empat itu.
Enggak. Tapi sebenarnya itu berkenaan dengan cara kita menggunakan energi. Sebenarnya sama.
Misalnya, berbuatlah jujur. Apa arti berbuat jujur? Kalau orang jujur, berarti dia tidak menipu dirinya sendiri.
Juga tidak menipu orang lain. Nah, pertanyaannya begini. Eh, pernyatanya begini.
Setiap orang... Orang itu, mau bangsa apapun, agama apapun, suku apapun, mau laki-laki, apa perempuan, semua orang dilahirkan dengan empat saudara tadi itu kan? Betul kan? Mau dimanapun dia lahir. Nah, artinya apa?
Kita memiliki saudara empat yang sama. Lalu ketika kita ingin mendapatkan manfaat dari saudara empat kita, sambil menyakiti saudara empat yang ada pada orang lain, kan sama aja kita menyakiti diri sendiri. Makanya agama mengajarkan jangan menyakiti orang lain, walaupun tidak mengatakan bahwa alasannya apa.
Alasannya karena di sana ada saudara empat kita juga. Misalnya nih, misal, misal. Saya punya pembantu yang biasanya rajin membersihkan rumah saya atau menjaga rumah saya.
Suatu hari saya mukulin seseorang anak kecil yang ternyata anaknya. Akhirnya mau bantu saya nggak dia? Ya enggak lah.
Besok-besok mungkin dia nggak mau saya suruh lagi. Kenapa? Saya memang tidak menyakiti dia, karena saya sayang sama dia. Tapi saya menyakiti anaknya, yang ada dalam perlindungannya. Sama.
Saya mungkin ingin minta tolong kepada saudara empat yang ada pada saya. Tapi saya menyakiti orang lain yang juga dilindungi oleh saudara empatnya, yang sama juga saudara empat saya. Kan bingung. Nah sama dengan kita dengan Tuhan lah, terhananya.
Kita ingin Tuhan, lindungilah aku dari mara bahaya. Tapi kita menciptakan mara bahaya pada orang lain yang juga berlindung kepada Tuhan yang sama. Oke, oke, oke.
Ini sebenarnya ajaran ketuhanan. Hanya menyebutnya sebagai saudara empat. Kalau digali, ujung-ujungnya kita ketemu dengan energi dan kecerdasan. Sama. Saya tadi lagi ngedit ulang buku Tuhan Segala Agama itu.
Di sana diingatkan lagi. Kalau semesta ini adalah keluarga, keluarga semesta, bagaimana mungkin kamu menyakiti keluarga semestamu sendiri? Kalau semesta ini adalah sebuah kerajaan dan Tuhan adalah Sang Maharaja semesta ini, kamu ngapain menciptakan kerusuhan, kekacauan pada kerajaannya? Ya ya, menarik seperti itu.
Nah, kalau di orang, teman-teman di Jawa gitu ya, beberapa penghayat kepercayaan gitu, pas misalnya, pas diwoton kelahirannya gitu, biasanya jadi bikin bubur gitu ya, terus kemudian apa, kembang kantil, segala macem gitu. Itu tuh maknanya apa? Mengingat. Mengingat.
Kan kalau misalnya, nih, saya kesini, Mas Endra menyiapkan saya minuman, roti. Dan kopi susu dia. Kenapa?
Karena dulu saya mintanya yang itu, betul nggak? Oh, iya, iya, iya. Nah, dengan cara itu Mas Yandra mengingat.
Ketika Mas Yandra menyiapkan menu itu, berarti Mas Yandra mengingat kesukaan saya. Nah, apapun yang kita lakukan dalam bentuk persembahan itu, tujuannya mengingat. Orang merayakan hari lahir, mengingat.
Mau hari lahir dirayakan sebagai milan, sebagai ulang tahun, sebagai wetonan. Weton artinya wedu, wedu keluar artinya. sama aja, supaya kita mengingat tapi kalau hanya mengingat tanpa mengupas, untuk apa saya lahir, saya datang dari mana, dengan siapa saya lahir apa gunanya mengingat berarti kalau hanya sekedar memberikan semacam kayak persembahan misalnya kayak bubur terus kembangkan til gitu tapi ternyata secara secara action, secara perilaku, kita masih menyakiti sesama, itu gak ada gunanya makanya persembahan itu di Bali disebut sebagai upacara upa artinya dekat, cara artinya acara acara mendekat mendekat dengan apa? mendekat dengan dengan kehadirannya. Tapi setelah dia hadir, mau apa?
Setelah upacara, ada yang disebut susila. Oh, ini. Mendekat kepada ingatan akan tata kerama kehidupan.
Setelah mendekat kepada tata kerama kehidupan yang disebut susila, harus ingat kepada tato atau filosofi kehidupan. Ini pentingnya. Kalau hanya upacara, ya nggak dapet kita.
Setelah saya upacara, ya bubar. Kan makanan belum tentu dimakan. Mas Yantra aja ngasih saya roti, belum tentu. Tapi setelah Mas Yanda ngasih saya roti, apa yang kita obrolkan?
Ini, percakapan ini. Nanti kalau kita ngundang saudara empat kita, kita anggaplah kita ngundang dia sebagai energi, sebagai materi, sebagai kecerdasan. Nah yang kita persembahkan itu bubur kan? Bubur itu materi.
Di dalam bubur ada energi nggak? Ada. Tapi kan kita belum menggunakan kecerdasannya untuk kita ajak ngobrol. Ngobrol misalnya apa?
Ngobrol dalam bentuk kontemplasi. Misalnya nih, saudara empatku, siapapun namamu, kalau di Bali kan, Anggapati, Peraja Pati, Banaspati, Banaspati Raja, ini saudara empatku, aku persembahkan kepadamu untuk mengingatmu. Terima kasih banyak sudah menjaga aku selama ini.
Menjaga aku dari dalam sebagai tulang, sebagai otot, sebagai daging, sebagai darah, dan seterusnya. Tapi hari ini, dalam hari kelahiran ini, aku ingin engkau memberiku ingatan-ingatan. Bantu aku kontemplasi tentang kehidupanku. Itu sebenarnya yang kita butuhkan ketika kita memanggilnya.
Sama aja kita memanggil Tuhan, tapi setelah Tuhan hadir, kita nggak ngapa-ngapain kan. Coba Mas Enra manggil saya. Saya ke sini, habis itu Mas Senar diamin. Nggak ada guna, kan? Lalu kita bersembayang, manggil Tuhan.
Setelah Tuhan hadir di situ, apa yang kita lakukan? Berterima kasih? Enggak.
Minta maaf? Enggak. Mohon tuntunan? Enggak. Saya hanya ingin menyebut namanya.
Kalau saya sebut-sebut sama Mas Yandra berkali-kali tapi nggak ada efek setatunya, ngapain? Kalau tidak disebut memang kenapa? Jadi memang akan datang ketika kita ingat, kita sapa gitu ya? Dan ketika... sudah datang, ya kita setelah itu apa yang kamu butuhkan, kan, gitu.
Dan itu menurut Pak Wayan, dialognya itu dibatin aja, atau dibatin aja. Orang dia ada di dalam diri kita, kan. Dengan segala bahasa. Boleh dengan segala bahasa. Bahasa ibu.
bahasa yang kita mengerti, ngapain pakai bahasa yang tidak kita mengerti, apapun bahasa kan kita ngobrol pada diri sendiri kalau ngobrol pada diri sendiri kan pakai bahasa yang diri sendiri mengerti karena gini, ketika menjadi saudara empat dia di luar, menjadi hutan, gunung, danau sawah, dan seterusnya, di dalam diri dia menjadi apa? di sana dia menjadi daging menjadi darah, menjadi kulit, menjadi urat, dan seterusnya Jadi yang kita ajak ngobrol sebenarnya diri kita. Nah, saudara empat itu adalah versi lain melihat diri sendiri.
Karena bagaimanapun juga yang jadi ari-ari, tali pusat, dan seterusnya itu berasal dari satu sel benih yang sama, itu diri kita. Kan sebenarnya hanya menyebar kemana-mana. Makanya ada orang yang berimajinasi. Ketika dia bicara dengan saudara empatnya, dia berimajinasi.
Yang di timur adalah saudara empat saya, dengan wajah saya berwarna putih. gitu misalnya. Yang di selatan adalah diri saya dengan wajah saya, tapi warna kulitnya merah semua. Yang di timur, eh yang di barat, berwarna kuning semua, boleh.
Kalau dijadikan dalam bentuk sesajian, pakai apa, sego, nasi, nasi putih, nasi merah, nasi kuning, nasi hitam, boleh. Itu kan hanya yantra atau simbol-simbol. Simbol boleh apa saja.
Pakai bunga warna-warni, boleh. Kenapa mesti warna? Karena warna itu simbol dari cahaya.
Kan cahaya matahari kalau dibiasakan jadi warna-warni pelangi. Iya, iya, iya. Kekuatan, kecerdasan, termasuk menarik rezeki, perlindungan. Ketika kita sudah paham ini, kita paham bahwa ada daya yang sangat... luar biasa itu bisa kita gunakan tanpa kemudian kita bergantung kepada supranatural, reponatural gitu ya.
Orang sudah disiapin semuanya. Kita itu seperti gajah yang bingung harus ngapain karena dia tidak tahu bagaimana menggunakan belah lainnya. Kita seperti burung elang yang nggak tahu bagaimana menjadi raja wali karena nggak tahu mengepakkan sayap. Maka manusia yang tidak bisa menggunakan pikirannya nggak tahu apa-apa.
Iya. Kan kalau burung elang itu mau menangkap ikan, dia cengkram pakai. Tapi begitu cakarnya berlebihan, paruhnya berlebihan, dia mati. Maka pilihannya bagi seekor Raja Wali itu apa?
Ketika paruhnya sudah panjang, kakinya sudah terlalu panjang, kukunya, dia harus berpuasa. Kan itu yang dimunculkan, puasa. Supaya lepas semua ini dan dia tubuh lagi yang baru. Regenerasi sel-sel tubuh gitu ya.
Iya, makanya. makanya manusia itu ketika tidak bisa lagi menggunakan otaknya harus belajar puasa. Nah kan kekuatan kita ada di sini.
Otak kita itu kan bisa mencengkram apa saja tanpa menyentuh. Kalau belalai gajah, dia bisa mengambil yang paling halus sampai yang paling kasar. Paling kasar itu apa? Batang kayu yang besar diambil, debu bisa diambil oleh belalainya, air bisa diambil, kerikil bisa diambil, batu bisa diambil. Otak kita ini bisa mengambil apa saja.
Dari yang paling halus sampai yang paling kasar tanpa menyentuh, itu hebatnya. Makanya kita tinggal bayangkan, mau cari orang yang paling cantik, bisa. Hanya dengan membayangkan, datang dia.
Tapi orang kan nggak mau menggunakan atau mengek... eksplorasi. Akhirnya apa?
Dia lebih mempercayakan bantuan dari kekuatan lain. Seperti gajah minta tolong sama kerak untuk ngangkatin pohon. Kita ini sudah diberkati. berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-berkah-ber begitu perasaan kita gak nyaman, rasanya di sini. Akhirnya kita bilang, perasaanku gak nyaman, hatiku gak nyaman.
Terus ketika kita jatuh cinta, kan jatuh cinta apa disebutnya? Jatuh cinta pada pandangan pertama. Nggak mungkin pandangan itu langsung masuk ke sini.
Pandangan itu masuknya ke sini. ya kan? karena merespon kemudian takut ditolak, karena pandangan pertama takut ditolak oleh pasangan, jantung berdebat, nah kemudian rasa disebutlah di jantung oke oke oke oke udah dah, aku udah terkonfirmasi, nanti Nanti yang ketiga kita bahas soal pikiran.
Jadi teman-teman yang tertarik dengan buku Kandapat, silakan nanti bisa dipesan dan dibaca secara lebih komprehensif sehingga pemahaman tentang sedulur papat atau kandapat ini tidak parsial. Dan ini sangat-sangat ilmiah sekali. Oke. Nah, saya masuk ke termin selanjutnya, Pak Wayan.
Bicara tentang pikiran. Dalam banyak... banyak dialog spiritual sekarang itu kan senantiasa berbicara tentang kesadaran gitu pikiran itu jangan diturutin terus kita jadi seolah-olah pikiran tuh rendah banget gitu derajatnya gitu ya ada yang lebih besar yaitu kesadaran gitu kita disuruh stay di kesadaran terus yang melampaui pikiran dan perasaan gitu event kita pengen berlimpah juga harus stay kesana terus gitu karena percuma kamu menarik ngetrek menggunakan pikiran tetapi kamu tip basisnya adalah basis kekurangan itu yang saya sering dengarkan dialog-dialog dengan beberapa narasumber begitu tapi pada kenyataannya yang saya lihat sih kalau kita misalnya karena hidup itu juga kita enggak munafik butuh yang namanya materi gitu ya saya kesana kemari lihat mereka yang ngetrek dengan pikiran dengan keyakinan itu ya hasilnya luar biasa semuanya saya pengen ini sebenarnya dalam resolusi pandang Pak Wayan Mustika itu kira-kira bagaimana soal pikiran dan kesadaran itu jadi?
Pikiran itu kan jembatan antara tubuh dan jiwa. Nah jadi kalau dibilang Manungaling Kaulu Gusti ini manusia itu sebagai ruh adalah kaulu bagi gustinya, yaitu Tuhan, ruh yang lebih besar ruh yang lebih agung ruh dalam diri kita adalah gusti bagi kaulu kaulu itu siapa? Pikiran si pikiran itu pengabdi dari dari roh harusnya. Pikiran sendiri adalah busti bagi kaulu, yaitu tubuh.
Jadi, kalau menunggal, mereka akan berjalan selaras. Jadi, tubuh dan pikiran itu hanya tools. Tools bagi si pengguna. Si pengguna ini.
Jadi, yang salah itu pikiran apa? Si pengguna, maka pikirannya juga terganggu. Mau roh kayak apapun, hebatnya, tapi tinggal dalam dua manusia yang tidak mempunyai kemampuan berpikir, apa gunanya? Gini.
Maka kesadaran itu, saat ini ya, nggak usah muluk-muluk dulu, yang saat ini, yang diperiksa kesadaran itu adalah pikirannya. Responsi otak. Makanya contoh begini, kalau ada orang kecelakaan, tabrakan, koma, atau pingsan dibawa ke UGD, yang direspon itu verbal eye movement. Jadi eye verbal movement. Jadi gerakan.
Kenapa gerakannya diperiksa? Disuruh ngangkat kaki, kalau dia nggak mau ngangkat kaki, Oke, angkat tangan berarti dia nggak denger. Semua tentang fungsi otak yang diperiksa.
Setelah fungsi otaknya ketahuan, ada masalah, baru kita akan melihat, oh ini kesadarannya nggak bagus. Kesadarannya nggak bagus, kenapa? Karena dia nggak bisa lagi menggunakan otaknya untuk menggerakkan tubuh pikiran, tubuh panca inderanya. Untuk bicara. untuk mendengar, untuk melihat.
Nah, orang yang secara spiritual dianggap kesadarannya kurang, adalah mereka yang tidak mampu menggunakan pikirannya untuk menggerakkan tangannya, menggerakkan kakinya, menggerakkan tubuhnya, menggunakan pancai inderanya, sesuai yang diperintahkan oleh yang punya. Itu contoh. Makanya, masalahnya sekarang di pikiran ini mau digunakan untuk apa? Nah, selalulah punya tesis dan antitesis.
Pikiran itu mempunyai kekuatan yang bisa baik, bisa buruk. Pikiran perlu ditajamkan, bukan dibiarkan tumpul. Dia seperti pisau bagi petani, bagi tukang daging, bagi petani perlu sabit. Tapi sabitnya mau dipakai apa? Apa dia pakai bunuh orang, apa dia pakai sabit ini bersih-bersih, itu tergantung juga.
Pikiran kita ketika tajam dia pakai apa. Karena pikiran kita, kita tidak tahu. Pikiran yang tajam bisa dipakai untuk mengetrek siapapun, mengetrek apapun. Untuk tujuan apa?
Itu masalahnya. Kayaknya lima kayak gini, pikiran itu di sini. Pikiran di sini.
Ruh Ani itu di sini. Anggaplah gitu ya. Pikiran itu di sini. Ini pikiran, dia melayani tubuh, melayani ruh.
Kalau dia terlalu banyak melayani tubuh, tubuh juga disebut materi, atau disebutnya buta, maka sifat-sifat pikiran akan cenderung ke sifat-sifat buta, sifat-sifat material. Maka di sini apa? Ada kebutuhan mendapatkan harta, tata, cinta, seperti hewan-hewan umumnya.
Nah, kalau dia dipakai lebih banyak keurusan ini, munculan yang disebut aham kara, ego. Ego diikuti reaksi juga ego. Reaksinya berupa fight or flight kalau nggak dapat harta, tata, dan cinta.
Tapi kalau pikiran digunakan sebagai tools untuk lebih banyak belajar tentang dirinya sendiri sebagai ruh, maka si pikiran akan mendapatkan kecerdasan budi. Lebih dalam lagi belajarnya dapatlah dia cita. Yang disebutnya apa?
Kesadaran murni. Di sini tempatnya. Jadi, bukan pikiran yang salah.
Pikiran itu alat. Mau dipakai untuk lebih kepada tubuh, apa lebih? lebih kepada ruh.
Kalau kepada tubuh, maka dia butuh ini. Dia akan mendapatkan kecerdasan akal budi yang bisa dipakai untuk menciptakan kemakmuran bagi kehidupan atau dipakai untuk cita kesadaran budi. Faktanya kita hidup di alam material alam dunia, maka kita harus menggunakannya seimbang. Ketubuh iya, kerohani iya. Kalau terlalu kerohani, Ngapain kita di sini?
Di sini kan tempat praktek. Lalu kita turun ke bumi, ke alam material, untuk praktek material. Kalau kita nggak praktek menggunakan pikiran kita untuk kebutuhan material secukupnya, ngapain di sini? Mati aja udah. Kan kita di sini untuk praktek.
Di alam sana berteori. Karena di sana nggak ada, kalau orang praktek kan butuh bahan-bahan. Butuh material-material praktek. Nah, material-material itu kan di alam materi dapatnya.
Kalau kita di sana mau berimajinasi menciptakan ABC, menciptakan alam, kan hanya imajinasi. Materialisasinya di mana? Hanya di alam material lah kita bisa bermaterialisasi, karena di sana hanya alam energi. Alam hologram di situ, alam fata morgana. Karena selama ini gitu ketika seseorang belajar tentang kesadaran, itu tuh selalu pikiran itu disalahkan terus.
Karena pikiran loncat sana, loncat sini, khawatir katanya juga dari pikiran, takut juga sumbernya dari... dari pikiran gitu. Yang menggunakan siapa?
Nah, itu sebenarnya yang menggunakan siapa, Pak Woyan? Ya, kita juga yang menggunakan. Kita itu sebagai apa?
Nah, contohnya gini. Ada tubuh menggunakan pikiran, ada pikiran menggunakan pikiran, ada pikiran di... digunakan oleh sang ruh.
Kalau tubuh menggunakan pikiran, apa katanya? Aku lapar nih, bawain makanan. Oke, si pikiran datang. Pergi ke tempat makan, ke dapur, mengikuti apa perintah tubuh.
Sampai di dapur, yang dilihatnya apa? Mulailah pikiran menggunakan pikiran. Kok makannya ini-ini saja?
Nah, udah. Masuk wilayah pikiran digunakan oleh pikiran. Karena dia minta ini itu. Begitu pikiran digunakan oleh Ego.
Makanannya ini-ini aja terus. Ya ambil makanannya dibuang, nah udah. Mulai menggunakan ego. Tapi kalau pikiran digunakan oleh roh, apa yang terjadi? Udah.
Belajar bersyukur, apapun adanya. Toh juga, semua makanan itu pentingnya hanya di, enak tidaknya hanya di sini. Setelah itu bukan urusanmu.
Itu misalnya. Maka orang yang mampu seperti itu, apapun makannya diterima. Yang penting ada makanan.
Karena tubuh dan jiwa itu polos. Apapun. Apapun diberikan akan diolah sama dia.
Kita berikan racun, diolah. Kita berikan makanan, diolah. Nggak cocok dibuang sama tubuh. Jiwa juga sama.
Nggak cocok dibuang. Tapi yang menyimpan itu kan perasaan kita. Nggak mau melupakan.
Yang lupa dan ingat kan pikiran kita. Nah, jadi kadang-kadang itu yang disalahkan itu bukan bukan man behind the gun-nya, tapi gun-nya yang disalahkan. ya Gan itu pikiran kita yang sering disalahin pikiran padahal siapa yang makanya harusnya supaya kemudian senantiasa kita konsisten roh yang selalu menggunakan pikiran itu latihannya bagaimana bawain terus terkonek terus terkonek dengan hati nurani kita untuk untuk itu tadi tetap menjaga Eling dan waspada itu yang kita lakukan sudah diajarkan di Jawa tetap Eling dan waspada Apa waspadai ini tubuh menggunakan pikiran, apa ego menggunakan pikiran?
Apa pikiran menggunakan pikiran? Nah, menariknya begini ya, karena saya kan awalnya bingung gitu ya, saya tuh kan ketika track kan murni hanya pakai kekuatan pikiran aja sih, karena saya sering buktikan itu sejak dari SMA gitu ya, terus kemudian sekarang. sekarang dapat pelajaran harus nantiasa stay di kesadaran gitu kan ya mungkin jadi maksud ya kita sebagai oneness memosisikan diri sebagai ini layer sekaligus isi jadi satu gitu kan ya nah Sebenarnya cara kerjanya itu seperti apa sih Pak Maen?
Saya kan juga pernah wawancara seorang praktisi yang dia itu bisa menyerang, menyakiti orang dari jarak jauh. Itu hanya dengan modal kekuatan pikiran. Bahkan dia datang di mimpinya, mempengaruhi orang sesuai dengan yang dia mau juga dengan kekuatan pikiran.
Narik rezeki juga dengan pikiran. Itu cara kerjanya bagaimana sehingga kok bisa terhubung di respon sama semesta gitu Pak Maen? Gampang sih.
kita udah semua, udah bisa semua. Pikiran. Kan itu abstrak tuh. Kemudian dia menunjukkan pikiran itu kan kecerdasan. Lalu dia menunjukkan menjadi energi.
Energi suara, energi elektromagnet, energi cahaya. Lalu materialisasi menjadi sebuah wujud. Contoh ini. Hanya dengan menggunakan itu kita bisa bikin orang nggak bisa tidur.
Contoh ini. Sudah banyak dilakukan orang. Gimana itu Pak? Ketika pikirannya tidak seneng dengan kondisi. kontennya si A, si B, si C.
Lalu dia gunakan energi cahaya yang muncul dalam HP, energi suara yang muncul menjadi kata-kata, yang muncul jadi tulisan. Lalu dia komen buruk. Orangnya nggak bisa tidur.
Kalau orang nggak bisa tidur gara-gara ingat sama komennya dia yang menyakitkan, sakit orang itu. Sakit karena mengalami insomnia. Karena semua orang akhirnya bisa, kan? Betul nggak?
Jadi sebenarnya kita sudah semua orang bisa melakukan kekuatan pikiran, tinggal mengucapkan kekuatan. kata-kata buruk, ya, itu bisa. Bahkan dalam ilmu ajaran yang lebih sakti lagi, kalau mau menggunakan energi suara, hanya dengan lima kata aja kita sudah bisa nyekirin orang.
Yaitu apa? Ah, ih, uh, eh. Empat kata.
Ah, ih, uh, eh. Sudah sakit orang. Tidak bisa bunuh diri orang itu tanpa kita sentuh.
Itu kan sakti. Contoh misalnya. Ada seorang ayah itu, anaknya ingin beli HP.
Pak, beliin HP gini. Ah! Baru ah aja, si anak merasa tidak terisi kebutuhannya, lalu merasa hidup ini hancur, bunuh diri, bapaknya mengeluarkan kata ah, saja anaknya mati, bayangin.
Tapi untuk menyembuhkan orang yang sakit, sakit hati, sakit ini, susahnya adalah membuat dia sampai mengeluarkan kata oh. dengan penjelasan kita tentang kehidupan, blablabla, sampai dia bilang, Oh, dia akan selamat. Susah sekali menyembuhkan orang sampai dia menemukan kata oh.
Tapi untuk membuat orang sakit, tinggal ah, ih, uh, eh. Kalau nggak percaya, nanti Mas Hendra kapan-kapan ada yang nonton ini keluar rumah, naik motor, papasan sama orang di jalan. Teriakan kata ini. Eh, nanti bisa bunuh-bunuh anak.
Nah, artinya apa? Energi kata-kata itu bisa menyakitkan. Energi kata-kata yang ditulis, itu kan mewujud.
Menjadi orang tersakiti. Jadi, intinya apa? Kecerdasan mematerialisasi menjadi apa.
Nah, jadi orang-orang dulu itu karena tidak ada gadget, apa yang dilakukan? Dia mematerialisasi kekuatan pikirannya dengan berimajinasi. Karena semua hidup ini kan dimulai dari visualisasi.
Kita bisa menggunakan itu. Tapi sekarang dipermudah oleh teknologi. Dipermudah oleh teknologi. Benar, benar, benar.
Teknologi ini, AI ini kita bisa mempermudah. Orang bisa senang berbunga-bunga. Hanya gara-gara apa?
Dengan ini. Kita misalnya like, dia bikin status kita like. Hanya dengan tekan like saja dia sudah berbunga-bunga.
Wah, hari ini ada banyak yang nonton. Hidup ini sesimpel itu sebenarnya. Nggak seserem yang harus kirim ini, kirim itu. Semua orang sudah bisa kirim. Kirim apa saja dengan energi kata-kata.
Energi cahaya mata. Jadi mempengaruhi orang dari jarak jauh dengan kekuatan pikiran sangat rasional? Sangat. Sangat-sangat rasional.
Orang... Gara-gara apa tuh, saya lupa, saya nonton berita kemarin. Saham Indonesia nilai...
...nya diturunkan gitu. Kan sudah langsung anjlok. Oh iya, iya, iya.
Seorang presiden itu hanya dengan mengeluarkan satu kata aja bisa anjlok dunia. Oke, oke, oke. Nah, aku pernah lihat, nonton kontennya Pak Oyan bicara tentang law of attraction dalam konteks uang gitu ya. Oh iya, iya, iya.
Banyak sih. teman-teman yang sudah praktek keluar tapi gak berhasil-berhasil faktor apa saja yang menyebabkan dia tidak berhasil iya kalau gini, kalau kita ingin punya rumah kita membayangkan ingin punya rumah seperti itu misalnya kalau bahannya gak ada kan gak bisa sebagaimanapun bagusnya visualisasi kita, kalau bahannya gak ada ya gak bisa tentu akhirnya dibutuhkan bahan-bahan Misalnya ini kita mau membuat lahan pertanian, tapi lahannya nggak ada, atau ada lahannya, air nggak ada, ada air, benihnya nggak ada, nggak bisa juga. Maka dengan law of attraction itu kita melakukan. attract kepada apa saja, kita harus punya bahan-bahan, inilah yang disebut dengan bahan-bahannya sebagai karma tindakan kita tidak hanya butuh visualisasi, afirmasi lewat ucapan, lewat pikiran Kita kan butuh sikap dan tindakan.
Tindakan ini ya dimaksud saat ini ya? Iya. Misalnya, kita berbuat baik pada si A, si B, si C, dan seterusnya.
Setelah kita berbuat baik pada mereka, suatu ketika kita ingin punya rumah, membayangkan gitu. Bahan kita nggak punya. Untuk beli pasir itu kita nggak punya. Tapi bahan-bahan lain kita punya, yaitu apa?
Tabungan karma baik pada orang-orang. Ajaran agama sudah mengajarkan kayak gitu. Makanya apa?
Perbanyak amal ibadah. Perbanyak berbuat baik pada kehidupan. Itu tabungan energi, Pak.
Tabungan energi positif. Nanti kalau kita butuh, mereka yang akan mematerialisasinya. Kan gitu.
Oke, oke, oke. Iya. Ibaratnya begini Mohon maaf saya potong Ibaratnya begini kita ini Dengan menggunakan kekuatan pikiran Ibarat menembak sasarannya udah tepat gitu Tapi kita gak punya pelurunya Pelurunya gak enggak ada senapan yang enggak ada baru visualisasi aja itu kena itu kena ep ini enggak ada maka kita harus banyak mengumpulkan kebaikan-kebaikan kepada orang lain lagi-lagi kalau bicara tentang saudara empat kebaikan pada orang lain itu kebaikan kita kepada saudara empat kita energi kolektif kesadaran kolektif empati kolektif kalau kita empati pada orang lain suatu ketika kita butuh biaya empati pada kita karena ada saatnya berbalik. Ada saatnya empati kita berbalik kepada kita. Sesederhana itu hidup sih sebenarnya.
Cuman banyak orang ingin mendapatkan sesuatu secara mudah, dia tidak pernah mempermudah orang lain. Ingin dibantu, dia tidak pernah membantu orang lain.