Transcript for:
Sejarah dan Perdagangan Rempah Indonesia

Terima kasih telah menonton Nusantara, gugusan kepulauan terbesar di bumi ini telah lama menjadi incaran seluruh dunia. Karena kekayaan dan keindahan alamnya. Surga di Katolik Setiwa yang tertera di sejarah. Sebagai awal perebutan bangsa-bangsa di Eropa yang hingga hari ini menjadikan Indonesia dijajah, dijarah, dan ditipu melalui perjanjian politik dan perdagangan. Yang pada akhirnya menyisakan bangsa dan rakyat yang tidak pernah memperoleh dan menikmati kekayaan serta kemakmuran tanah Indonesia.

Ketika sebagian besar muka bumi masih diliputi kegelapan, rempah-rempah telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari darah dan daging manusia. Selama ratusan tahun, pulau-pulau penghasil rempah bisa berhubungan dan hidup dalam imajinasi dia empat hidup. Dalam data Nielsenatmack disebutkan, pulau-pulau itu telah tercium baunya jauh sebelum tampak.

Bau yang bahkan bisa tercium dari dalam kitab suci hijau dan Al-Quran. Para pedagang Cina membawa rempah-rempah dan menyembunyikan di balik timbunan sutra. Para pedagang Arab menyembunyikan pulau-pulau penghasil rempah di balik berita-berita bohong tentang manusia-manusia kanibal pembunuh kepala. Persaingan antara Portugis dan Spanyol dalam menemukan pulau-pulau penghasil rempah membawa dunia ke perjanjian diplomatis terbesar yang pernah ada sepanjang masa.

Dunia dibagi menjadi dua bagian dalam perjanjian Tordesillas 1494. Sebelah barat untuk Spanyol dan sebelah timur untuk Portugis. Bartolomeo Dias berputar-putar mengelilingi Tanjung Harapan pada tahun 1488 Christopher Columbus sebenarnya sedang mencari jalan menuju India ketika tersesat dan menemukan benua Amerika pada tahun 1492 Di tahun 1497, Inggris ikut mengambil bagian dalam pencarian rute langsung. Namun John Cabot hanya berhasil tiba di Amerika Utara.

Sementara Vasco da Gama dari Portugis berhasil mencapai Calicut setahun kemudian. Jatuhnya pusat dagang rempah di India dan Malacca ke tangan Portugis memperbesar kemungkinan Eropa untuk menemukan pulau-pulau penghasil rempah. Alfonso de Albuquerque memerintahkan dua armada di bawah pimpinan Antonio de Abrao dan Francesco Sarau untuk melakukan penelusuran ke timur. Mereka berlayar dari Goa India ke Malacca. Kemudian dari Malacca, melalui Madura, Bali, Lombok, dan Aru, sampai di Banda.

Pada tahun yang sama, armada Portugis yang lain juga tiba di Ternate. Penemuan atas pulau-pulau penghasil rempah Banda dan Ternate memperuncing persaingan antara Spanyol dan Portugis. Persturuan ini selesai dengan dibaginya kekuasaan Spanyol membentang dari Meksiko ke arah barat sampai ke pulauan Filipina. Dan wilayah kekuasaan Portugis membentang dari Brazil ke arah timur sampai ke pulauan Maluku dalam perjanjian Zaragoza. Kurang dari 100 tahun setelah kedatangan Portugis dan Spanyol di ke pulauan Rempah, Belanda dan Inggris juga tiba dan ikut menancapkan kekuasaannya.

Jalur laut inilah yang menjadi cikal bakal jalur maritim dunia hingga hari ini. Menegaskan posisi jalur rempah sebagai rute yang jauh lebih penting dibandingkan jalur sutra. Berakhirnya perang salib menandai dimulainya era penjelajahan paling spekulatif yang pernah terjadi sepanjang sejarah manusia.

Keberadaannya yang misterius, serta kebutuhan yang terus meningkat. Dan harga yang sangat mahal ketika itu membuat pulau-pulau penghasil rempah begitu diburu. Terima kasih.

Eropa bermaksud mematahkan monopoli pedagang Arab selama ratusan tahun dengan menemukan surga yang mereka hayalkan. Setelah tahun 1500, tidak ada lagi rempah yang dibiliki tanpa adanya pertumpahan darah. Ditulis penyair Perancis, Voltaire.

Rempah-rempah yang lebih berharga dari emas saat itu menjadi daya tarik utama perlombaan antarabangsa untuk menemukan wilayah-wilayah baru. Hampir 500 tahun sebelum pendaratan Apollo 11 di bulan. Penjelajahan mencari pulau-pulau pengas rempah menjadi satu-satunya perjalanan terpenting di usia. Jangan lupa like, share, dan subscribe channel ini.

11 Pulau Yang Merupakan Kepulauan Banda Terdiri Dari Pulau Gunung Api Pulau Banda Besar Banda Naira Hatta atau dulu namanya Rosengain Pulau Ai Sebelumnya namanya adalah Pulau Pisang, empat pulau terakhir ini tidak berpenghuni, yaitu Nailaka, Manukang, Karaka, dan Pulau Batu Kapal. Syahdan, langit menjatuhkan buah pala untuk orang bandar. Dalam legenda yang paling banyak dituturkan, tersebutlah seorang pangeran yang ingin meminang seorang putri bernama Cilu Bintang. Si Pangeran diminta untuk membawa 99 buah emas.

Namun karena tidak ditemukan, si Pangeran mengambil 99 buah berwarna keemasan yang ditemukannya di hutan dan dijadikan kupeti. Raja murka. Sang Pangeran pun ditangkap dan dibunuh.

99 buah keemasan itu dibuang ke tengah hutan dan tumbuh sebagai pohon pala. Banda telah disebut dalam negara kertagama. yang ditulis pada tahun 1365 sebagai Wandan. Kukusan pulau vulkanik yang terbentuk akibat ledakan besar berbakalan juga telah disebut dalam buku ke-16 dan ke-17, Babat Tanah Jawi.

Lewat kisah seorang pangeran yang menderita penyakit kulit dan tidak akan sembuh sebelum menikahi perempuan dari bandar. sehingga mereka membeli cengkeh dari Ternate dan menjual di bandar juga. Transaksi perdagangan yang begitu luar biasa menyebabkan terjadi apa yang disebut dengan konflik di antara mereka. Pengaruh ternate, pengaruh tidur yang masuk, lalu muncullah apa yang disebut dengan kelompok lima dan kelompok sembilan. Kelompok lima yang dikenal dengan istilah urlima, sedangkan kelompok sembilan dikenal dengan istilah ursiwa.

Ini memang bagian masyarakat secara sisiologis yang ada di Maluku pada umumnya. Yang menarik di bandar ada satu kelompok penyeimbang yang fungsinya mencegah konflik dan mengkoordinir kelompok 5 dan 9 yang disebut dengan kelompok urtatang. Setiap persoalannya berhubungan dengan perdagangan. itu diselesaikan di Dewan Urtatang. Dewan Urtatang ini yang menentukan harga palah sama untuk setiap pulau.

Dengan demikian perdagangan palah itu sangat stabil karena harganya ditentukan secara bersama begitu. Orang-orang bandar dalam perdagangan itu, walaupun mereka bertransaksi dengan pedagang dalam jumlah yang besar, tapi tidak ada perjanjian tertulis. Yang ada adalah sumpah di antara mereka. Pada saat ini, pedagang yang mau membeli rempah-rempah, pala atau fuli atau cengkeh yang mereka datangkan dari Ternate, itu cukup dengan mengangkat tangan ke langit, lalu menyampaikan bahwa Tuhan bersaksi bahwa Kisaya bersedia menjual pala sekian kepada pedagang ini dengan harga sekian. Seperti halnya cengkeh yang berada di utara, pala dan fuli dibawa mengelilingi dunia ribuan mil jauhnya.

Armada kapal berbagai jenis dan ukuran hilir mudik menandakan bahwa rempah-rempah merupakan komoditi yang sangat berharga. Pala di bandai ini jenisnya Myristica vagran, ya. Pala yang paling tajam aroma rasanya juga.

Tapi kalau dari bentuk buah pala itu ada berapa jenis, ya. Ada pala jantan, atau ada pala betina. Pala jantan itu juga hasil buahnya itu ya, kadang-kadang bisa lebih banyak daripada pala betina.

Cuma belum tentu dalam satu kemusim itu dia buah. Jadi cenderung banyak petani di bandas ini ya, dia kurang memanfaatkan pala jantan, sebab mereka pikir terlalu lama jaraknya untuk bisa dipetik hasilnya ya. Untuk menghindari secara langsung sengatan matahari yang begitu tajam, pohon-pohon pala di bandar ini perlu pelindung.

Karena pala itu rentan dengan matahari langsung, jadi seharusnya petani-petani pala itu juga harus menyiapkan pohon-pohon pelindung macam kenari, pohon yang lebih besar daripada pohon pala. Di bandar memang pahala sebagai tanaman endemik ya, sebab ada kecocokan dengan tanah yang ada di bandar, itu vulkanik. Sebetulnya syarat utama itu vulkanik ya, dan juga udara laut. Sebab kalau kita tanam di daerah lain selain bandar ya, atau di pulau yang lebih besar yang mengandung vulkanik juga semacam di...

Di Jawa Tengah ya, di daerah Ungara, itu kan kepala dari bandar yang dibudidayakan di daerah sana. Sama jenis tanahnya, sama juga vulkaniknya. Tapi hasilnya beda, karena dia itu jauh dari udara laut. Kalau di bandar beda ya, di bandar ini lebih dekat dengan udara laut dan juga ditunjang oleh abu vulkanik.

Jadi itulah yang membuat bandar itu lebih unggul. Ada satu lagi yang mungkin sedikit lebih cocok, hasilnya hampir sama ya dengan Banda, itu daerah Aceh. Karena perpaduan sama udara laut, hasilnya sama tapi masih di bawah kepala Banda. Mengapa pala begitu penting dan berharga?

Jauh sebelum listrik dan lemari pendingin ditemukan, pala merupakan satu-satunya bahan pengawet makanan. Bahkan mumi-mumi Mesir diawetkan dengan rempah-rempah. Salah satunya adalah pala. Pala berfungsi sebagai pengawet makanan, aprodisiak, obat penenang, dan sebagai simbol status orang-orang kaya.

Pada zaman peperangan dan penjelajahan bumi, pala berguna dalam mengawetkan makanan ketika perang dan dalam perjalanan panjang mencari benua-benua baru. Hingga pepatah menyebutkan, siapa yang berhasil menguasai pala, akan menguasai dunia. Tidak ada dari hasil pala ini yang terbuang ya.

Semuanya itu kita bisa proses. Mulai dari daging luar pala ya, kita bisa jadikan sirup, bisa kita jadikan manisan, jus, selai. dan sebagainya untuk makanan-makanan ringan dan pindungan ringan. Sedangkan bijinya sekarang ini banyak diproses untuk minyak atsiri. Fungsi daripada minyak atsiri adalah Untuk bahan baku kosmetik, bahwa palai itu bagus untuk kulit sebagai pelembab.

Dan juga rumah sakit memerlukan untuk obat-obatan. Karena di dalamnya ada kandungan meristisin. Itu bagus untuk obat penenang. Di sisi lain, buli.

Fuli yang menempel pada biji pala itu. Nah, itu memang untuk menyedap masakan. Selain itu juga dibutuhkan oleh perusahaan perusahaan besar untuk aroma dari merek-merek minuman terkenal ya. Itu bisa menggunakan fuli.

Jadi banyak fungsinya. Nggak ada yang terbuang. Bahkan sampai daunnya pun kita bisa proses menjadi minyak. Satu keunggulan dibanding dengan pohon-pohon lain itu beda.

Pala mulai dari daun sampai buah sampai biji semuanya bisa menghasilkan uang kalau kita proses. Kini rempah pala yang pernah tersohor. Dan perjalanan mengelilingi dunia itu terlupakan Dan hanya menyisakan kejayaan masa lampau Kejayaan yang diikuti sebuah kisah kejatuhan besar Sejarah perampasan Sebuah kisah tersembunyi Tentang kekuasaan Dan keserakahan Terima kasih telah menonton! Di tahun-tahun 1500-an, orang berebutan daerah Maluku ini gara-gara cengkeh dan pala.

Para upah menjadi komoditas yang sangat penting. Maluku pada saat itu, termasuk bandar dalam hal ini, menjadi penting posisinya. Karena bandar dengan produksi palanya, ternate, tiduri, jelur itu dengan cengkehnya.

Pasar dunia betul-betul ada di sini. Berdirinya kesultanan-kesultanan di seluruh Nusantara itu karena rempah-rempah. Berdirinya imporium besar Belanda, Spanyol, di Asia karena rempah-rempah.

Satu sisi dia membawa kemakmuran, tapi di sisi lain ini bukan peperangan yang biasa. Bukannya kepulauan banda oleh Portugis menjadi babak baru perdagangan rempah. Para pedagang Eropa dengan cepat berhasil mematahkan hegemoni para pedagang Arab yang selama ratusan tahun meraup keuntungan berkali-kali lipat.

Keuntungan yang besar dari perdagangan terempat menjadikan daerah-daerah penghasil ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. Pala menjadi salah satu komunitas paling banyak dijarah. Selama ratusan tahun, pala telah menjadi komoditi yang diperdagangkan secara bebas. Sebelum kedatangan bangsa Eropa, pohon-pohon pala tidak diatur dalam model perkebunan, melainkan dikerjakan secara beramai-ramai untuk kemarin bersama. Datangnya Eropa diikuti dengan ditinggalkannya sistem klartan, uang sebagai alat tukar mulai dipergunakan.

Kejenderungan Belanda yang ingin menguasai dan memonopoli membuat orang-orang bandar memberikan perlakuan yang berbeda terhadap mereka. Mereka menerima orang-orang Cina, orang-orang Persia, orang-orang Arab, orang-orang Melayu, orang India, orang Purwamander. Itu sebenarnya mereka menerimanya sebagai pedagang-pedagang biasa, tapi berbeda pelayanan mereka dengan orang-orang Portugis maupun Belanda. Ketidaksenangan mereka itu yang pertama ada keinginan untuk memaksakan kehendak bahwa jangan jual balah maupun cengkeh ini kepada pedagang rakyat kecuali kepada kami. Nah ini yang tidak disukai oleh orang-orang bandar.

Mereka tidak mau seperti itu. Mereka sudah terbiasa dengan perdagangan bebas. Ketika Belanda... Mulai membuat sebuah loji, sebuah tempat penampungan rempah-rempah.

Tapi bahannya beton, itu mereka meneprotes. Mulai konflik tahun 1609. Yang tersengkun dengan armadahnya yang besar masuk ke bandar. Pangkalannya di Pulau Nira. Daerah pertama yang ditaklukkan itu daerah dengan kubu pertahanan yang paling kuat.

Serangan hari pertama itu gagal total, karena dia menyerang dari depan. Pada saat menyerang, air semakin surut. Meti lontor itu termasuk meti yang besar, kalau air kering gitu ya, mereka terperangkap.

Dan di situ banyak orang-orang Belanda pasukan ini yang terbunuh. Nah besoknya, Belanda merubah posisinya menyerang mereka dari arah belakang. Lalu terjadi peperangan hebat di situ dan... Dengan teknologi senjata yang berbeda dengan teknologi kita punya, akhirnya orang-orang lontor berhasil ditaklukan.

Nah, setelah lontor ditaklukan, daerah-daerah lain sudah mulai panik, sudah mulai merasa putus asa lah gitu, mungkin kita akan kalah. Orang-orang Arab, orang Cina, orang Melayu, mereka bersatu dengan orang-orang bandar menghadapi bangsa Belanda. Lalu mereka sepakat dengan bangsa Belanda, bertemu membicarakan tentang masalah yang terjadi.

Ada pemaksaan pembangunan benteng, ada pemaksaan untuk monopoli lompat-lompat. Lalu orang Belanda datang ke situ, ke tempat perjanjian. Tapi sampai di situ mereka disergap oleh orang-orang bandar yang memang sudah siap untuk menggunungnya.

Everhoeven sendiri, dia terbunuh di situ. Jan Pietersenckun, salah satunya anak buah dari Everhoeven, ada di situ. Dan dia menyaksikan peristiwa itu.

Sekitar 20-an orang Belanda dibunuh di situ. Lalu Jan Pietersenckun, yang parasatid, dia berpangkat sersan. Lalu yang lolos ke kapal. Dan ketika dia diangkat menjadi gubernur jenderal, dia dendam sekali untuk menghancurkan rakyat Belanda itu.

Kota Amsterdam yang disebut kenal, kerahtan kordo, rumah-rumah mewah, tidak mungkin mereka tidak mendapat uang daripada palat, perdagangan, perbudakan. Boleh dibilang bahwa kontribusi dari bandar, dari maluku pada umumnya cukup besar dan masyarakat di sini, di bandar, mereka jadi korban oleh karena kebijakan, kebijakan feosim itu. Banyak orang Belanda dulu memang dididik dengan ide, oh VOC itu satu perusahaan yang sangat modern.

Mereka sebenarnya menjadi tenaga untuk mengembangkan teknik, misalnya teknik kapal atau teknik pemetaan dunia, yaitu di Amsterdam misalnya, pusat daripada VOC pada saat itu, sebenarnya ahli-ahli untuk bikin... Peta dunia dan karya-karya mereka tersebar di seluruh dunia. Pun juga kapal-kapal VOC sangat canggih. Yaitu dulu orang-orang Belanda memang tahu tentang itu. Tetapi dari apa yang juga dilakukan oleh VOC, banyak orang kurang diajar.

Salah satu hal yang banyak kali keluar, itulah apa yang VOC lakukan di bandar, yaitu pembantaian massal. Patung daripada yang Peter Solskun yang berada di kota lahirnya, kota Horn. Ada kelompok aktivis yang chat genocide, yaitu pembantaian masal.

Ada 40 orang, tokoh masyarakat ditangkap dan dibawa ke Benteng. Lalu seluruh orang bandar yang masih tersisa dipaksa datang ke Benteng Nasawo untuk menyaksikan hukuman itu. 5 orang itu dihukum. Pelah empat, jadi ada empat ekor kuda yang satu diikat dengan tangan sebelah kanan, yang satu kuda lagi diikat dengan tali sebelah kiri, itu kaki sebelah kanan, yang satu kaki sebelah kanan.

Lalu udah empat ekor lari ke arah yang berbeda. Lalu tubuh mereka itu terobet. Disaksikan itu warung-warung. Sebenarnya sisanya itu dipotong oleh serdadu sewaan Jepang yang dinamakan Sogun.

Ini serda dosiwan Jepang untuk memanjung kepala toko-toko masyarakat itu dan terbanyak adalah orang kaya dari mereka itu. Dan sejak itu sudah tidak ada lagi pemerintah. Bahkan sejarawan Belanda sendiri menulis bahwa Ian Peterson Coon menulis sejarah dirinya dengan darah orang-orang Belanda. Puasaan dan monopoli rempah oleh Eropa selalu diikuti dengan tindakan kekerasan yang terjadi hampir di seluruh daerah-daerah di Nusantara.

Kabar terbunuhnya Verhoeven menyebar ke sepanjang jalur dagang menjadi amarah sekaligus tanda bahaya untuk armada Belanda di kota-kota maupun di penteng-penteng. Peristiwa ini dapat dipandang sebagai cara orang-orang bandar melindungi diri dari sikap Belanda yang ingin memonopoli. Orang bandar menjadi begitu anti terhadap para pendatang Eropa.

Karena konon pernah diramalkan bahwa suatu hari, pulau-pulau ini akan dikuasai oleh orang-orang bermata seperti kucing dan rambut berwarna seperti jagung. Yang pirzun kun, yang dendam bersumpah untuk menaklukkan ke pulauan repah. Jangan patah harapan.

Jangan ampuni lawan. Sebab Tuhan bersama kita. Peristiwa pembantaian yang dilakukan Jan Pieter Zuwenkuwen pada 1621 adalah peristiwa genosida pertama yang terjadi di Nusantara menjadi awal lahirnya kolonialisasi dan perbuduk. Dari 15.000 penduduk bandar, rangsur-suruh menjadi hanya sekitar 1.000 orang bandar yang tersisa. Sebagian besar terbunuh, sebagian lain melarikan diri, dan tidak sedikit yang dibawa ke Batavia untuk...

menjadi budak. Pada hari ini sulit ditemukan penduduk asli di Kepulauan Bandar. Bang revendrai ati le tong, kifemera membener, kan frapera la klos, kifasudilur.

Pada saat yang akan saya lakukan lagi, di luar negeri saya, di sana keluarga saya, yang saya suka dan yang saya berniat, saya akan mencapai. Pesan terakhir saya akan mencoba untuk mencoba kata jendela di istana ini. Karena putus asa terisolasi di Pulau Pandan dan rindu akan kampung alamannya.

Tulisan tersebut dikoretkan dengan cincinnya, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menggantung dirinya pada sebuah lampu gantung. 1 September 1831 Belanda mengendalikan kekuasaan dari benteng-benteng yang berada pada hampir seluruh wilayah strategis. Kedua belas benteng di bandar daerah dan bandar besar adalah benteng Dender atau benteng The Morgenstern, benteng Lakwi, benteng Salomon atau benteng Quillenburg, benteng Batavia, benteng Kalombo atau benteng The Kop, benteng Euring.

atau Benteng Storen, Benteng Kota atau Benteng Depot, Benteng Depost atau Benteng Kampung Baru, Benteng Belgika, Benteng Concordia, Benteng Hollandia, dan Benteng Nassau yang awalnya dibangun Portugis lalu kemudian diteruskan oleh Belanda. Adanya 12 benteng di Banda berarti bahwa pada saat itu, abad ke-17 sampai ke-18, Banda dianggap sangat penting. Sebenarnya kepulauannya kecil.

Kalau kami lihat juga besarnya, misalnya Belgika yang besar, Nassau yang juga cukup besar, berarti bahwa Banda pada saat itu sangat penting, apalagi ada persaingan antara Belanda dan Inggris. Posisi bandar dalam sejarah dunia, sejarah perdagangan dunia pada saat itu besar sekali. Benteng nasau namanya diambil daripada bagian daripada mata rumah Oranje, yaitu yang kemudian jadi mata rumah Ratu dan Raja Belanda, itu sebenarnya lengkapnya Oranje Nasau. Terima kasih telah menonton Belgika namanya diambil daripada suku, suku Belgen, sama dengan Batavia yang diambil dari suku Batafen, yang ditemui oleh orang-orang Rum yang 2000 tahun yang lalu, waktu mereka dari Rum ke utara, mereka menemui suku-suku itu.

Dan Julius Caesar dan lain menulis, ini suku-suku orang yang cinta kemerdekaan. Mereka ingin untuk berjuang mati-matian untuk kemerdekaan, yaitu untuk VOC pada saat itu. Belgika, Batavia, itu menjadi tanda kebanggaan mereka itu.

Oleh karena itu mereka ambil... Lihat gejala perbudakan di Indonesia dengan sendirinya yang muncul, itu bandah. Oleh karena bandah sesudah masyarakat asli dibunuh atau lari atau dijual sebagai budak tahun 1621, memang produksi daripada pala dilakukan dengan mempergunakan tenaga kerja ribuan orang budak yang dibawa dari Kepulauan Indonesia dan juga dari luar. Posisi bandar dalam sejarah dunia, sejarah perdagangan dunia pada saat itu besar sekali.

Dan peperangan antara Belanda dan Inggris yang terjadi beberapa kali abad ke-17, juga untuk melihat siapa yang bisa menguasai wilayah-wilayah apalagi laut-laut di dunia. Yaitu VOC mati-matian tidak mau bahwa... Inggris punya tempat di sini. Oleh karena itu mereka juga, walaupun Inggris di Eropa jadi sekutu untuk melawan Spanyol, tetapi di bandar, mati-matian mereka berusaha untuk mengusir orang-orang Inggris.

Jadi Nassau diambil dari mata rumah orangnya, Belgika sebagai tanda kebanggaan, dan juga ada yang lain, Hollandia dengan sendirinya ambil dari Holland. Kalau Concordia, Concordia itu sebenarnya dari kata setuju. Intro Setelah menguasai hampir seluruh wilayah kepulauan Banda, Belanda melakukan pembagian tanah ke dalam sistem perkebunan yang disebut perg.

Perg atau kebun dikepalai oleh tuan tanah yang disebut sebagai perkenier dan dijalankan oleh para budak yang didatangkan dari banyak tempat. Terdapat 31 perg. di Pulau Ai, 34 perk di Banda Besar, dan 3 perk di Naira.

Salah satu penghasil pala terbesar di Indonesia di Kepulauan Banda adalah Pulau Rune. Pulau kecil ini hanya seluas 3 km persegi. Tetapi Kapten Nathaniel Kulhob dari Inggris rela berperang melawan VOC pada tahun 1616. Demi mempertahankan Rune yang telah dikuasai Inggris sejak 1603, perjanjian Westminster kemudian mengakhiri 2 tahun Perang Inggris Belanda dan Rune dikembalikan kepada Inggris pada tahun 1654. Namun VOC tidak lantas menyerah. Pala terlalu berharga. VOC terus berupaya mengambil Rune dari Inggris.

Pesteruan Belanda dan Inggris di Banda berakhir setelah ditanda tanganinya perjanjian Breda pada 31 Juli 1667. Yang salah satunya berisi penyerahan Pulau Rune dari Inggris kepada Belanda. Sebagai gantinya, Inggris mendapatkan Pulau Manhattan, seluas 59 km persegi yang waktu itu dinilai sebagai ganti rugian cukup atas Pulau Rome. Sejak itu, Inggris menyebar biji pala hingga ke Zanzibar.

Juga sejak ditemukannya mesin pendingin sebagai pengganti proses pengawetan. Kejayaan rempah pala terus merosot dan tidak pernah lagi kembali ke masa keemasannya. Kini seakan hilang dan menjadi sebuah tempat anggun. Musia Moda, menjelaskan bahwa bandar masa lalu menjadi sebab terjadinya ekspedisi-ekspedisi besar mengelilingi dunia.

Belanda menjadikan Kepulauan Banda ini sebagai daerah tempat buangan. Ini karena Kepulauan ini berada di tengah-tengah keburuan Laut Banda. Dia terisolasi betul sama sekali.

Kalau dibuang ke sini tidak mungkin lari kemana-mana lagi. Baru pulau nya kecil-kecil, mudah dikontrol. Sebenarnya orang buangan yang ke bandar ini banyak sekali.

Kita bisa baca daftar nama-namanya di Monumen Parigranti. Di samping Iwa Kusuma Sumantri, Cipto Mangan Kusumo, Sultan Syahril maupun Muhammad Hatta. Tapi banyak kiai-kiai yang dari Banten, yang dari Kalimantan, yang dari Palembang.

Semua tercatat gitu. Bahkan masih banyak lagi yang belum kita temukan gitu ya. Cipto Mangun Kusumo adalah pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia dan mentor Soekarno.

Bersama Dawes Dekker dan Kihajar Dewantara, mereka dikenal sebagai tiga serangkai pendiri Indonesia Partai. Organisasi politik yang mengusung ide tentang sebuah pemerintahan yang dilaksanakan oleh penduduk, bukan oleh Belanda. Sikap radikalnya membuat Cipto Mangun Kusumo dibuang ke Bandar Neira pada tahun 1928. dan menghabiskan 11 tahun di sini. Iwa Kusuma Sumantri dibuang ke bandar pada tahun 1930. Iwa adalah seorang tokoh yang membangun bangsanya dari banyak segi. Indonesia's Free Inherit adalah organisasi yang diikuti Iwa semasa hidup di Belanda.

Atas usulnya pula, organisasi tersebut berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Dan ia pun menjadi ketua saat itu. Dari iwalah kata maklumat berganti menjadi proklamasi.

Berbeda dengan Hatta, Syahrir sangat prian. Syahrir adalah seorang perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Bersama Hatta, Cipto, dan Iwa, mereka justru berhasil membentuk konsep dasar negara kesatuan. Setelah merdeka, Syahrir menjadi pendiri Partai Sosialis Indonesia dan diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia yang pertama.

Yang menonjol sebenarnya mereka berdua ini, Hatta dan Syahril ini. Syahril lebih dekat dengan anak-anak muda gitu ya, dan dia lebih istilah sekarang orang-anak gaul gitu ya, orang gaul gitu. Sementara Bung Hatta agak sedikit tenang dan sangat konsentrasi dengan pekerjaannya gitu.

Jangan harapkan bangsa lain menghargai bangsa ini bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa merusak dan mencuri kekayaan ibu bertiwi Bung Ata ini orangnya sangat disiplin gitu Bahkan kalau beliau sudah pulang dari perkebunan casting, itu orang sudah tahu sudah jam berapa. Jadi orang bandar mengetahui jam, itu dari Bung Hatta. Oh, Bung Hatta selewat.

Mereka tahu itu pukul 5 sore. Di sini mereka membuat sekolah. Lalu anak-anak bandar itu...

Didik, yang diajarkan itu cuma sejarah, baca tulis, dan geografi. Meski aktivitasnya ditentang pemerintah kolonial, upayanya untuk menanamkan jiwa nasionalis kepada orang-orang di bandar tidak sulit. Hatta dan Syahrir dibuang ke Banda pada tahun 1936 hingga 1942 dan menjadikan kehidupan masyarakat Banda sebagai studi perumusan entitas baru yang dikenal kemudian sebagai Indonesia. Jatuh bangunnya negara ini sangat tergantung dari bangsa ini sendiri.

Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar sentayan pulau di meta. Lahirnya masyarakat koloni ini merupakan cikal bakal dari masyarakat bandahari ini yang terbuka. Susunan masyarakat yang terbentuk dari ragam etnis, agama, ras, dan bangsa memberi pengaruh besar atas terbentuknya masyarakat yang unik.

Menurut Hata, Banda merupakan miniatur Indonesia di mana tersusun dari berbagai latar belakang. Dan menurutnya, Banda adalah bangsa-bangsa yang telah final menjadi sebuah suku bangsa. Gegasan miniatur Indonesia ini diaplikasikan Hata dengan memberikan nama bagi kampung-kampung yang ada di Banda Neira, idiom keindonesiaan. Kalau Syahrir suka dengan anak-anak muda, masing-masing punya kesebelasan bola kaki sendiri. Syahrir punya kesebelasan bola kaki sendiri, Bukhari juga punya kesebelasan sendiri.

Masing-masing punya perahu sendiri-sendiri. Syahrir punya perahu sendiri, Hatta punya perahu sendiri. Di kepulauan tempat kolonialisme lahir inilah konsep nasionalisme Indonesia lahir. Kita Bung Hatta itu pernah perahunya dibikin cat merah putih gitu.

Lalu ditanya oleh Belanda, ditangkap, dia bilang, ya kalau di laut itu kan dibawahnya biru, kemudian putih baru merah. Ini kan bendera Belanda juga gitu. Karya monumental Hatta adalah kemerdekaan Indonesia, ekonomi kerakyatan berbasis kooperasi, membangun tentara nasional, anti korupsi, memperjuangkan kebenaran untuk bangsa dan rakyatnya.

Selama di pengasingan, Hata Giat menuliskan pemikiran dan perjuangannya di koran Simtipo dan Harian Pemandangan. Bahkan untuk menyatakan cinta pada Rahmi, ia menulis buku Alam Pikiran Yunani selama di Digul dan Banda sebagai mas kawinnya. Sepanjang 77 tahun hidupnya, Hata mengoleksi 80 ribu buku.

Aku rela di penjara, asalkan bersama buku. Karena dengan buku, aku bebas. Untuk mengenang mereka, masyarakat bandar menamakan Pulau Rusungain sebagai Pulau Hatta.

dan Pulau Pisang sebagai Pulau Syahrir. Indonesia Banda ini adalah Indonesia. Segala suku ada di Banda.

Tipe masyarakat yang ada di Banda adalah masyarakat yang punya keramaannya cukup tinggi, punya sifat gotorongnya juga cukup tinggi. Jadi hidup kita ini saling hargai-menhargai, saling toleransi. Menghadirkan Kepulauan Banda sebagai sebuah pengalaman hari ini adalah menghadirkan sebuah kawasan yang kaya dengan nilai historis dan budaya.

Sebuah kawasan warisan sejarah dunia yang menjadi representasi semangat abad penjelajahan. Pakai buyut saya, orang-orang buangan yang diguang dari Banten, Tuban, Jogja, dan Solo. Kalau buyut saya yang berasal dari China itu dia datang ke Banda kurang lebih pada tahun 1910. Tujuannya ke Banda yaitu untuk berdagang. Ketika kita berbicara orang-orang bandar pada hari ini, konteks kesukuan yang ada di Bandar Nera itu akan menjadi hilang.

Sebab kita semua yang ada di Bandar Nera pada hari ini berasal dari berbagai tempat yang ada di Indonesia yang dibuang oleh penjajah Belanda ke Bandar Nera sebagai budak atau tawanan perang untuk mengelola perkebunan pala yang dibangun Belanda pada waktu itu. Waktu Belanda orang Cina paling banyak, ada 30 lebih keluarga. Sekarang sudah sisa 7 atau 8 keluarga saja. Sisa orang tua-tua saja. Anak-anak sudah pergi sekolah, tidak mau pulang sini lagi, semuanya tinggal sana.

Dulu ramai banyak, sekarang kurang. Ini sudah 200 tahun lebih ini, kerentong. Ini saja tidak orang yang mau rawat tadi. Cari-cari akal kalau uang sedikit, rawat sepangat-sepangat, kecil-kecil. Biar jangan dirubuh, tahu.

Jadi masyarakat bandar sebelum era kolonial itu, sebelum datanya Portugis maupun Belanda, mereka sudah sangat pluralis sekali. Karena di sini sudah bermukim orang-orang Persia, orang-orang Arab, orang-orang Cina. Orang Cina itu lebih dulu sampai ke sini, 2000-3000 tahun sebelum masa itu orang-orang Cina sudah sampai di bandar.

Mereka menyebut dalam wentan, wentan itu artinya bandar gitu ya. Pengaruh mereka sangat kuat sekali, sampai sekarang itu adat maupun agama kita di bandar ini dipengaruhi oleh budaya Cina. Misalnya bendera Cina itu hampir di setiap jitua ada bendera yang asalnya dari Cina. Diperbaiki, dibuat bendera tapi bentuknya seperti ekor ikan yang kena pengaruh Cina.

Lalu ada tulisan Cina yang mereka sendiri tidak paham. Di mihrab-mihrab, ada relief-relief yang mengembarkan bahwa mereka pengaruh Cina seperti ada naga. Mada kura-kura raja semuanya, baik itu kura-kura raja Lautaka, Selamun, Wahyat, maupun Kerosungin, itu menggunakan naga sebagai simbolnya. Nantinya kemudian baru datanya pengaruh Persia maupun Arab kemudian.

Salah bandar ini benar-benar kosong dan tidak lagi TOC atau Belanda itu mendatangkan orang-orang dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan berbagai tempat yang ada di Indonesia. Hal inilah yang kemudian menjadikan bandar sebagai suatu-satunya tempat di timur Indonesia yang mempunyai multi-kultur dan multi-etnis. Masyarakat bandar sekarang ini kan terdiri dari berbagai suku bangsa ya.

Baik itu mereka didatangkan secara paksa sebagai budak, ada juga yang beli kontrak, ada juga yang orang buangan, ada tiga jenis. masyarakat yang dibawa ke sini di samping peribumi bandar masih sekitar 15% dari 15 ribu lalu terjadilah perkembangan percampuran di antara mereka karena perkembangan percampuran ini sudah sekian lama ratusan tahun Akhirnya identitas asal, identitas awal mereka itu sudah mulai pudar gitu. Lalu mereka punya satu identitas baru yang diintas sebagai orang-orang bandar gitu. Itu yang saya sebut dengan orang bandar generasi kedua.

Generasi pertama itu sampai dengan 1921, sesudah itu baru ada generasi bandar sekarang. Hari ini akulturasi yang jelas sangat terasa itu cuma kita bisa lihat pada tarian Cakalile. Dalam tarian Cakalile itu sendiri menggembarkan seluruh perpaduan budaya yang pernah masuk dan bersinggungan dengan Bandara Naira itu sendiri. Tapi itu sendiri merupakan...

topi perang yang dipakai oleh pasukan Portugis karena kalah perang dan sudah menyerah pada raja akhirnya topi itu dipakai dan disandingkan di... Kepala daripada pasukan-pasukan cakalile itu sendiri. Kemudian kita turun lagi pada pakaian cakalile.

Kenapa pakaiannya lebih cenderung dominan kepada warna merah? Bangsa Cina percaya bahwa warna merah itu adalah warna keberuntungan. Ya kuning itu merupakan warna yang berasal dari India. Karena pada waktu itu, Banda juga pernah bersentuhan dengan kerajaan Majapahit.

Ditangani kurang lebih dia. Sampai akhirnya, putri dari Banda itu menikah dengan raja terakhir dari kerajaan Majapahit. Bicara tentang orang bandar ini ya, mereka sudah istilahnya melupakan budaya-budaya yang pernah ada dan menjadi kebanggaan orang bandar itu sendiri.

Seperti budaya-budaya yang berasal dari Tanah Jawa ya, atau dari Sumatera, atau dari Kelimantan. Itu beberapa hal sudah ini. seperti wayang golek itu sudah hilang. Tidak lagi orang yang bisa main kemelang, tidak lagi orang yang bisa main alat-alat musik Jawa.

Terus budaya-budaya yang kayak dari Sumatera juga sudah mulai hilang. Orang lagi tidak lagi memainkan rebana-rebana besar dengan atraksi yang seperti dulu saya lihat, tidak ada lagi. Terus ada juga debus yang sudah mulai, yang sudah tidak ada lagi regenerasinya. Jadi mereka lebih senang ke tempat-tempat hiburan malam, menghabiskan waktu dengan TV dan internet ketimbang untuk mempelajari sejarah dan budaya bandar. Bagi masyarakat bandar hari ini, kemegahan situs peninggalan, monumen, serta cerita sejarah yang megah, hanyalah tersisa sebagai rangkaian bayangan masa lampau.

Kita ambil dari pohong, naik gai, turung, kumpul, bala, pilih yang buah bagus buat masuk di perek. Uangnya bayar katanya seribu buah, 300 rupiah doang. Sekarang bikin-bikin suami itu jual buat anak-anakku, mampu sekolah. Suami itu terbuat dari singkong. Balik satu karung, lah upas paru bikin suami jual.

Sore-sore gini yang masih kecil dua itu, kalau saya kukus, lima buah, enam buah, dong bajalan meronda, suami, suami, gitu. Meski Pala masih tetap menjadi bagian penting yang diprediksikan akan terus meningkat permintaannya, fakta atas buruknya pengelolaan pasca panen, penguasaan hasil, serta sulitnya akses membuat Pala Banda tidak lagi menjadi pilihan utama. Sering kita mendapat penjelasan dari dinas pertanian juga ya, bahwa Pala Banda tidak ada yang lawan.

Bahkan biarpun dari Grenada, biarpun dari Silangka, tetap Pala Banda. Cuma... Tergantung daripada kita sendiri gimana cara mengelolanya Kalau kita pakai gunakan penanganan pala pacar panen ini Sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh orang tua kita terdahulu Mungkin tidak jadi masalah Tapi yang sekarang ini beda Cuma cara penanganan pacar panen ini yang membuat kualitas pala bandar itu ada sedikit merosot Biji pala itu ditaruh langsung di tempat pengasapan.

Nah, di situ dikeringkan perlu waktu yang sangat panjang. Petani-petani pala yang sekarang ini kan mereka tidak punya tempat. pengasapan ya jadi mereka cuma bertumpu pada matahari waktu yang dibutuhkan cuma lima hari jadi mereka anggap itu sudah kering udah kering terus mereka jual mungkin kebutuhan ekonomi atau gimana ya buru-buru dijual as dengan kan malah kalau belum kering yang kita tahu jelas tuh kan cepat jamur ya jamuran Nah, jamur itu yang membedakan kualitas dulu dengan sekarang. Pala kalau diperingat dengan cara pengasapan atau di oven, itu keringnya bisa dikatakan 95% sampai 100%.

Itu kadar airnya sudah tidak ada. Sedangkan, pala kalau kita jamur di matahari dengan batas waktu yang sangat minim, Mereka pikir sudah kering, tapi di dalamnya masih ada kandungan air yang menyebabkan jamur. Nah jamur itu akhirnya timbullah aflatoxin, itu satu jenis racun.

Dan juga apalah kalau di pengasaran, itu daya tahannya paling panjang. Itu bisa mencapai 20-an tahun masih utuh. Tidak gampang dia keriput.

Yang membuat saya cemburu atau sakit hati ya, pala yang panen yang begitu bagus, pengeringan yang begitu bagus, tidak ada perbedaan harga antara dengan pala yang mereka jual yang belum cukup kering ya. Itu kadang-kadang saya rasa cemburu sekali. Setelah Jepang angkat kaki dari sini, meletakkan pemerintah mengambil alih seluruh aset atau perkebunan ini yang tadinya dikelola oleh Belanda ya, diambil alih, nasionalisasi.

Jadi habis sudah. Sampai pemerintah memberi kuasa kepada BNP 28, perusahaan nasional perkebunannya, untuk mengelola pahala ini. Waktu menjelang reformasi itu Pak Harto mengambil alih, lalu menyerahkannya kepada pemerintah Provinsi Meluku.

Lalu pemerintah provinsi Maluku ini bekerja sama dengan Yayasan Warisan Budaya Banda tapi itu pun tidak berhasil karena sistem pengadulannya yang buruk juga. Terdiri bukti bahwa perkubunan pala itu waktu diambil alih oleh PT. Banda Permai ini yang hasil patungan antara pemerintah provinsi dengan Yayasan Warisan Budaya Banda itu lahan-lahan sudah di-coupling, disebut dengan blok.

Nanti mereka store kepada perusahaan begitu. Tapi lama-lama perusahaan itu bangkrut sendiri. Nah terbukti dengan sistem itu justru perusahaan tidak mendapat hasil apa-apa karena ada pedagang-pedagang besar di Surabaya yang menguasai pasar.

Kalau parah itu hasilnya ya bagus, untung. Nggak rugi seperti PT ini. Mana ada rugi?

Ini bukan rugi tapi korupsi. Nggak ada PT rugi. Kalau satu tahun saja bisa dapat hasil 1,5 tahun. 2M, bayar karyawan masih banyak sisanya.

Tapi kenapa? Karyawan nggak dapat gaji, baru utang sekian miliar. Mana hasil itu? Nggak ada. Berarti korupsi.

Begitu hasil melimpa, terus harganya tiba-tiba diturunin. Kalau kita tanya sama pengepul, kok gimana ini harganya bisa begini? Ini udah ditentukan dari Surabaya. Duh, mereka itu sebagai apa kok bisa-bisa menentukan harga gitu ya? Harga kita kan semua tergantung dari eksportirnya ya, yang kita tempat kita jual.

Kalau memang dia punya harga posisi pada waktu itu tinggi, otomatis kita juga kan pasti harga memberikan harga kepada petani yang lebih tinggi juga. Itu semua kan tergantung dari mekanisme harga dari atasnya ya. Bayangkan biarpun kita pala banyak-banyak, ya cuma dapat berapa uangnya itu?

Sudah nggak ada harapan lah kalau pala-pala ini. Nggak ada. Saya menjawab bagaimana? Sedangkan kita usaha ini hari untuk besok, cari ini hari untuk besok, cari besok untuk lusa. Begitu.

Setiap hari bertahun-tahun itu begitu. Kasian masyarakat nih ya, dengan petani-petani ini. Karena apalagi dia udah besar nih bisa dikatakan 60-70% petani, pala.

Semua petani terserah dia, ya petani. Dia mau jual di mana saya itu terserah dia punya barang dia. Ya kan suka-sukanya dia aja, Pak.

Dia mau jual di siapa-siapa. Meski memiliki ciri yang majemuk, kehidupan masyarakat di bandar tidak sepenuhnya lepas dari teror intoleransi dan konflik horizontal. Di tahun 1999, ketika konflik agama menghantam Maluku, bandar yang selama ratusan tahun dibangun di atas landasan multikultural, ikut menjadi bagian dari cerita duka tersebut. Saya tidak menyangka sama sekali ya.

Terjadi kerusuhan yang berbahaya di Maluku ya dan akhirnya dampaknya itu sampai kebanyakan pada suatu saat itu kebetulan Ada terjadi pesta, mungkin ada dibarengi sama minuman-minuman beralkohol, sehingga terjadi perkelahian di Pulau Atta dan ada korban jiwa. Dan itu kemudian diisukan bahwa ada seseorang dibunuh karena faktor sara. Nah itu sudah terjadi besar-besaran di bandai ini. Sampai pada akhirnya terjadi pembakaran-pembakaran di Kota Nera.

Dan saya juga ada asik sama duduk sama anak-anak saya, perempuan. Anak-anak perempuan saya lagi nonton kobaran api di Kota Nera. Saya nggak menyangka bahwa kejadian itu akan berlanjut di sini.

Dilemparin batu kanan-kiri, muka belakang. Akhirnya sudah saya amankan keluarga saya. Saya taruh di rumah kosong yang saya anggap aman. Saya bilang sama mereka tutup aja dari dalam, pokoknya disini aman, gak ada apa-apa.

Saya kembali ke rumah untuk ambil dokumen-dokumen yang masih tertinggal. Tiba-tiba mereka sudah mulai dekat, mengepung. Jadi pintu-pintu sudah mulai didobrak, dibanting sana-sini. Jadi saya sudah panik tuh. Jadi saya keluar, lari, berlompat dari cendela.

Itu juga masih sempat mau dibacok, tapi karena kondisinya gelap, kejadiannya sudah malam ya. Jadi saya masih bisa menyelamatkan diri. Dan kebetulan ada rumah kosong lagi. Bukan kosong ya, kebetulan penghuninya itu ada di luar.

Tanpa sepengetahuan mereka, saya langsung sembunyi di bawah kolam tempat tidur. Saya nggak bisa masuk semua badan. Satu badan ini nggak bisa, karena ada benda-benda pecah belah ya. Macam kaca, bekas-bekas bangunan.

Firasat saya itu udah nggak enak. Terjadi sweeping. Mereka berteriak lantang di jalan-jalan, orang banyak pokoknya.

Cari Pongki, bunuh Pongki. Dia bukan orang Indonesia, dia orang Belanda. Bunuh dia, cungkil matanya, cincang dia jadi bakasang. Saya pikir di situ sudah, ajal saya. Tapi ternyata enggak.

Mereka enggak lihat kaki saya ada di luar. Mencari saya di tempat sebelah, sambil teriak-teriak. 5 menit dari situ saya sempat keluar. Saya dengar ada sweeping baru, ulangan dari sana.

Sudah saya buru-buru gali pasir. Akhirnya saya gali panjang-panjang, saya tidur, saya tutupin sama pasir. Bagian muka saya tutup sama daun. Saya sembunyi untuk menghindar itu sampai jam 3 dini hari ya. Jam 3 dini hari, kebetulan hujan.

Saya keluar dari pasir. Sembunyi di belakang SMP, di areal perkebunan udah, masuk di areal perkebunan. Sampai malam harinya, dan waktu malam hari itu, saya ingin tahu kondisi keluarga saya bagaimana.

Jadi kebetulan ada famili saya yang tinggal di sana ya. Jadi waktu beliau ngelihat saya, langsung kaget, terus dia langsung meluk saya. Nah di situ dia bisikin saya.

Dia katakan bahwa semua keluarga saya sudah dihabisi, sudah meninggal. Langsung saya gemeter ya, kondisi tubuh saya sudah tidak kuat. Langsung saya jatuh.

Sudah saya minta rokok, tiga batang saja. Dikasih tiga batang sama koreknya. Saya balik ke tempat persembunyian. Belum sempat jauh ya, kira-kira 20 meter. Ternyata betul perasaan saya.

Mereka sudah datang, nyertbu rumah itu. Ah, udah. Karena keluarga saya udah dibantai semua, udah dibunuh semua, udah gak ada yang hidup. Buat apa saya mesti hidup?

Lebih baik mereka bunuh saya sekali. Jadi udah, saya nekat. Bener. Setelah saya pikir begitu, mulai saya balik ke arah panggilan keluarga saya itu.

Pas sampai di situ, memang mereka lagi pada berkumpul di situ. Orang-orang masih banyak. Nah, terus udah. Saya teriakin mereka. Kemorong cari siapa?

Ini kalau cari beta, ini pongki. Waktu dengar itu, terus mereka langsung ngepung, bikin tapal kuda, begitu. Jadi saya di tengah-tengah.

Mereka maksa saya untuk buka baju, saya buka. Nah, udah. Saya cuma berdoa, ya sudah.

Kalau memang sampai di sini, tolong ampuni saya, ampuni keluarga saya semua. Saya siap untuk mati, waktu saya tutup mata, mereka sudah mulai maju dengan benda-benda tajam, terus tiba-tiba dengar ada suara lantang satu, ternyata petugas keamanan dari TNI ya, itu menyelamatkan saya. Dia pegang tangan saya sambil mengacungkan senjata ke orang-orang, tidak ada yang boleh maju. dari situ saya diamankan Intro Menelusuri jalan gelap bandar dan pala hari ini adalah upaya mengambil kembali kejayaan masa lampau mempelajari bagaimana kejatuhan terjadi untuk sebuah kemungkinan yang lebih baik di esok hari Nama saya Syafira Boften, sekarang saya kerja di Baba Lagun Hotel.

Sebelumnya saya ke Ambon kuliah dan balik lagi ke sini 2014. Saya mau buat sesuatu gitu buat banda. Aku sih mikirnya kalau bukan kita anak muda ya siapa lagi gitu. Soalnya pada banyak teman-teman yang kuliah, terus habis itu malah keluar bukan balik ke sini.

Kalau kita bandingin ntar lima tahun ke depan, pastinya bandar udah lebih rame daripada yang sekarang. Harapan saya sendiri ke depannya agar generasi muda itu lebih mempelajari sejarah. Karena sejarah itu mengajarkan kita siapa kita di masa lalu, bagaimana kita di hari ini, dan apa yang akan terjadi untuk kita di masa depan. Jadi, belajarlah tentang siapa kita kan. Kita akan belajar dan terus belajar.

Dan harapan saya yang terakhir, saya minta cuma budaya-budaya bandar itu kalau bisa diangkat lagi kembali, dihidupkan lagi kembali. Karena budaya bandar itu menunjukkan identitas bandar di masa yang lalu, di masa yang sekarang, dan di masa yang akan datang. Nama saya Mita, lengkapnya Mirian Kaui, tapi sering dipanggil Mita.

Sementara saya lagi tinggal di Banda, bantu keluarga ngurusin hotel, terus saya juga punya yayasan generasi warna-warni, dan ngajarin anak-anak untuk berkreasi, terus juga untuk mengenal lingkungan mereka. Semoga lebih menyadari bahwa kita benar-benar butuh pohon, kita benar-benar butuh laut. Bandar bisa dikembangkan sebagai satu situs untuk kunjungan kebudayaan.

Memang alam juga sangat bagus, bahari sangat bagus, tetapi saya pikir lebih banyak orang bisa ke bandar untuk melihat situs-situs sejarah. Tapi harapan kunjungan ke bandar bisa didatangkan secara teratur. Saya sama sekali tidak mau bandar jadi Bali kedua.

Dengan cuma ratusan ribu orang yang datang-datang jalan. dan tanpa mengerti apa yang mereka lihat, oleh karena apa yang kelihatan. Rumah-rumah perkenir, benteng, gereja, sangat unik. Yaitu saya harap bahwa khususnya pariwisata budaya bisa dikembangkan.

Ternyata kita ini punya kebesaran sejarah, punya budaya yang bagus, punya masyarakat yang familiar, yang terbuka, dan oleh karena itu mereka punya pengharapan-pengharapan terhadap bandar ke depan. Pengharapan-pengharapan itu antara lain yang mereka sudah usahakan sendiri, yaitu pertama menjadikan bandar sebagai warisan dunia, world heritage. Banda boleh maju, boleh modern masyarakatnya, tapi kita harus seperti ini saja.

Kita harus hidup dalam sistem nilai budaya kita. Kita yang saling menegur satu dengan lainnya, hubungan-hubungan ke agraban ini, terus terpelihara seperti ini. Kita tidak mau banda ini maju, banda ini modern, tapi masyarakatnya hancur.

Pemerintah jangan lagi bangun bangunan-bangunan besar. Cukup saja bangunan-bangunan kolonial yang ada ini di Pulau. Dijadikanlah kantor-kantor di situ. Kita punya dua ispanade, dua kawasan terbuka hijau.

Yaitu lapangan, kita sebut dengan lapangan Raja, dengan lapangan Cito. Dua lapangan besar ini. Itu sudah habis sekarang, dua daerah hijau itu. Sudah dibikin kantor-kantor pemerintah. Tidak menggembarkan kota Tuanira sama sekali.

Ada sekolah di situ, ada kantor jaksa di situ, ada kantor KUA di situ. Ada macam-macam di situ. Habislah lahan terbuka itu. Padahal dulu di situ daerah hijau terbuka, ada patung Wailandri di situ, lalu orang bisa santai-santai di situ.

Satu lagi di sini dibuat jadi kantor camat, besok rumah kepala desa, padahal dulu daerah terbuka. Nah mereka inginkan bandar ke depan, bandar yang tetap mempertahankan kehasilannya. Dia tetap menjadi kota kolonial abad ke-17.

Cerita buat Din Tamayala Beta Patirajawani Yang dijaga datu-datu Cuma satu Beta Patirajawani Kikisan laut berdarah Beta Patirajawani Ketika lahir dibawakan, Datu Dayung Sampang, Beta Patiraja Wani, menjaga hutan beta api di pantai. Siapa mendekat, tiga kali menyebut beta punya nama, dalam sunyi malam gangguan. Beta pun pohon up sampai hari beria Awas Jangan bikin beta marah, beta bikin balam mati, kirim beta ada di malam, ada di siang, irama ganggang, beta patiraja wani, yang dijaga datu-datu, cuma...

Masa Ayo Melupakan masa lalu adalah sama dengan mematikan masa depan bangsa ini. Jangan lupa like, share dan subscribe ya!