Transcript for:
Meningkatkan Skor PISA dan Potensi Diri

Gak kerasa ya Dibacain sudah sampai episode 30-an dan hari ini kita akan dibacain bareng sama Griss kita berdua penasaran kenapa skor PISA Indonesia tuh rendah kita urutan 68 dari 81 negara, aduh. Tapi gak mau berlama-lama untuk mengutuk mari kita cari solusi apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan skor kita yang beda jauh dengan negara-negara maju kayak Finlandia. Apakah ini murni karena masalah talenta kita yang rendah? Atau karena kita memang gak pintar gali potensi orang Indonesia atau karena di Indonesia belum ada makan siang gratis? Canda ya temen-temen. Jawaban cepatnya adalah faktor budaya ngaruh, cara didik di sekolah juga ngaruh. Ini datanya teman-temen, negara-negara yang skor PISA-nya tinggi kayak Finlandia itu mereka investasi ke sistem pendidikan yang baik. Satu, mereka percaya semua murid itu bisa diajarin, walaupun di awal kelihatan talentanya lebih rendah ada yang lebih tinggi, jadi dia kasih kesempatan ke semua anak. Dua, cara ngajarnya personal banget. Tiga, guru-gurunya lulusan S2 dari universitas terbaik. Tapi kalau kita mesti nunggu sampai sistem pendidikan Indonesia itu ideal kayaknya bakal lama ya? Kita mulai aja sekarang, dari apa yang kita bisa kita praktekin isi buku dan riset dari Hidden Potential oleh Adam Grand praktekin ini ke diri lu sendiri, ke anak lu, ke ponakan lu, terserah. Pokoknya kita mulai dari sekarang. Adam Grand ini adalah seorang psikolog dia juga seorang profesor di Whorton School dan punya siniar yang keren banget bareng sama TedTalk intinya ini orang bisa dipercaya mulutnya. Dan yang gak kalah yang akan bacain hari ini adalah Griss, kalau kalian ngelihat cara dia ngebaca dengan ngejurnal buku kelihatan seriusnya ya. Jadi gua percaya banget lu akan dapat wawasan yang keren banget dari Griss. Jadi silakan Griss. Gue bakal bagiin tiga wawasan menarik dari buku ini kalau kalian penasaran dan pengen tahu juga tonton video ini sampai selesai ya. Yang pertama, pentingnya mencari rasa gak nyaman. sebagai manusia wajar dong kalau kita tuh pengennya segala sesuatu yang nyaman. Mau kerja, cari kantor yang punya budaya kerja aman dan nyaman. Mau belajar cari cara belajar yang nyaman juga. Mau nongkrong, cari tempat nongkrong yang nyaman juga. Wajar banget dan manusiawi banget. Tapi kalau kita mau cari pertumbuhan, kita justru perlu cari ketidaknyamanan-ketidaknyaman yang bisa kita mulai taruh dan kita lakukan sehari-hari. Cari, dilakukan, dan porsinya berangsur-angsur ditambah. Kalau dari pengalaman gue pribadi dulu gue gak bisa banget ngomong di depan banyak orang ngomong di depan kamera kayak gini aja gue juga gak berani. Di buku ini Adam Grand tuh memperkenalkan ada dua tipe pajanan yang bisa dicoba, yang pertama itu Flooding dan yang kedua itu Systematic Desensitisation. Tipe yang kedua ini menurut gue bisa dicoba nih oleh banyak orang, karena caranya adalah kita ngenalin dosis kecil dulu dengan apa yang kita takuti. Gue yang dulu takut ngomong di depan banyak orang mengakalinya itu dengan ikutan klub buku gue mengekspos diri untuk mau gak mau, ngomong di depan orang tapi yang skalanya lebih kecil. Karena cuma belasan orang ya terus habis itu ditambah lagi dosisnya dengan bikin klub buku sendiri bareng teman-teman gue. Jadi yang tadinya cuma berbagi atau ngomong pendek-pendek, mau gak mau gue juga harus bisa belajar untuk memoderatori diskusi buku, lebih banyak bertanya, dan lebih banyak mendengar juga. Semakin banyak yang bisa dicoba, semakin banyak gue mencari ketidaknyamanan itu gue juga jadi tahu, kalau kayak gini salah lebih baik gue kayak gini. Jadi makin tahu apa yang benar apa yang bisa gue coba supaya bisa mengubah situasi yang tadinya gak nyaman tadinya oh kayaknya salah nih kayak gini, terus gue jadi tahu oh cara yang benarnya tuh seperti apa. Buku ini bisa bantu buat membentuk ulang pola pikir kita supaya ngelihat ketidaknyamanan itu bukan sebagai sesuatu yang harus dihindari setiap saat gitu ya. Tapi bisa dilihat juga, oh ini sebagai peluang, ini sebagai kesempatan buat belajar, untuk mengembangkan diri sendiri. ada prompt jurnal yang bisa teman-teman coba kalau mau ngulik bagian ini. Silahkan dijawab di jurnal masing-masing mau analog, mau digital bebas. Yang pertama, coba ingat-ingat lagi apa tantangan terakhir yang berhasil lu selesaikan? Yang kedua, dalam proses itu gak nyamannya tuh seperti apa? Coba teman-teman deskripsiin lebih detail lagi di dalam jurnal. Yang ketiga, apa kontribusi dari rasa gak nyaman itu untuk karakter, keahlian, dan hidup lu? Bisa jadi ya teman-teman ngerasa, oh ini gue gak nyaman melakukan sesuatu tapi justru dapetin sesuatu yang baru misalnya, oh gue jadi ngerti cara berempati ke orang gimana. Oh gue tahu sekarang cara tetapin batasan kayak gimana supaya hidup gue terasa lebih enak. Oh gue jadi punya keahlian-keahlian baru nih jadi bisa ngomong atau bisa menulis dengan lebih baik. Yang kedua berhadapan dengan sisi perfeksionis. Nah ini nih kalau ngomongin tentang perfeksionis ini salah satu tendensi yang bisa menghalangi kita sampai gak berani nyoba apa-apa. Ciri-ciri orang perfeksionis itu seperti apa sih? di buku ini Adam Grand ngasih tiga ciri-ciri yang pertama adalah punya tendensi terobsesi dengan detail-detail yang sebenarnya gak penting. Nyari perintilan-perintilan yang bisa diperbaiki padahal akar masalahnya bukan di situ. Yang kedua menghindari situasi yang asing buat dia karena takut gagal, takut malu, takut kelihatan gak becus. Jadi emang sengaja gak mau coba, pengennya di zona nyaman aja, pengennya nyoba yang pasti-pasti aja. Yang ketiga sangat keras terhadap diri sendiri kalau melakukan kesalahan. Padahal kesalahan itu bisa jadi pengalaman dan jadi bekal kita supaya bisa jadi versi diri yang lebih baik lagi. Sisi perfeksionis ini bisa bahaya kalau kita biarin aja, kalau kita gak kontrol kenapa? Karena ujung-ujungnya kalau tiap melakukan sesuatu, ah gue gak mau deh, takut salah, takut kelihatan jelek, takut kelihatan bego, takut diejek orang, itu yang ada kita malah gak nyobain apa-apa sama sekali. Buku ini, Adam Grand ngasih beberapa saran yang bisa kita coba untuk mengatasi perfeksionisme. Yang pertama, punya tujuan yang spesifik dan menantang spesifik di sini jadi kata kunci ya, kalau kita tahu kita spesifik mau dan perlu melakukan apa, kita bisa mengarahkan atensi, energi, dan waktu kita untuk melakukan tindakan yang emang penting. contoh deh Ali Abdal yang pelanggannya udah lebih dari 5 juta aja pernah kasih tantangan harian ke dirinya sendiri untuk merekam sesuatu setiap pagi. Bukan sembarang kayak oh ya udah asal rekam tapi ini sebagai latihan yang dia lakukan supaya dia nyaman berbagi apa yang ada di dalam pikirannya tanpa harus mengemasnya jadi video yang 100% sempurna. Cara kedua adalah dengan melakukan perjalanan waktu mental coba kalau misalkan udah mulai ngerasa gak puas, malas untuk mencoba hal baru, atau gak bisa mengapresiasi yang kita punya sekarang, teman-teman coba ingat-ingat lagi kita yang 5 tahun yang lalu. Misalnya gue 5 tahun yang lalu boro-boro berani ngomong di depan kamera atau unggah video Youtube sendiri. Dengan melihat perbandingan seperti ini gue bisa lihat dengan jelas progres yang emang nyata. Gue bisa mengapresiasi ternyata ada perubahan, gue sekarang lebih baik daripada versi gue yang 5 tahun yang lalu. Buat kalian bisa macam-macam juga kan? Mungkin dulu lari 1 kilo aja udah ngos-ngosan sekarang mungkin lari minimal 5 kilo. Dulu ada yang ngerasa ragu-ragu nih pengen bikin bisnis sendiri gak pede, sekarang mungkin bisa aja bisnis yang kalian lakukan udah bisa nutup biaya hidup bulanan. Prompt jurnal yang bisa kalian coba kalau mau ngulik bagian ini adalah kalau bisa pilih satu tujuan atau goal yang spesifik dan cukup menantang apa yang bakal lu pilih? Coba tulis dengan lebih detail di jurnal masing-masing. Yang kedua lengkapin dan kembangin kalimat ini ya 5 tahun yang lalu gue gak bakal nyangka kalau sekarang gue... Hai Ruby di sini izin nambahin dikit kalau soal perjalanan waktu mental ada satu hal yang rutin gua evaluasi pakai Financial Fitness Check Up di Ruang Menyala. Ini gratis dan gua terbantu banget, lu akan dikasih beberapa pertanyaan dan akhirnya lu akan dapat skor kesehatan finansial. Buat gua minimal lu butuh skor 70 itu cukup sehat lah. Tapi lebih aman lagi kalau bisa nyampai 80. Nah menariknya berapa pun skor lu pasti ada area yang bisa dikembangin, mungkin penyebab lu skornya rendah adalah belum punya dana darurat, investasi lu kurang efektif, atau isu finansial lainnya. Satu lagi nih buat teman-teman yang suka bingung kebiasaan finansial gua yang kurang bagus apa ya? Langsung dibikinin daftarnya dan tips praktikalnya. Gak lupa di sini juga ada konten yang gak asal nyadur tapi dari sumber yang terpercaya. Gue sarananin untuk cek finansial berkala supaya kita tahu progresnya kita dan apapun hasilnya jangan takut, lu selalu bisa konsultasi ke Nyala Trainer biar makin jago kelola keuangan dan bisa bikin kebiasaan hebat. Oke balik lagi ke Griss. Yang ketiga Deliberate Play sebagai kunci untuk menemukan potensi tersembunyi. Sering gak teman-teman diajarin sejak kecil kalau mau sukses harus bekerja keras, kalau mau jadi orang sukses harus disiplin, gak ada salahnya juga. Tapi kalau ada cara bikin usaha harian itu jadi seperti kesenangan harian, kenapa gak? Adam Grand memperkenalkan istilah deliberate play di buku ini yaitu aktivitas yang distruktur untuk membuat pengembangan keahlian terasa menyenangkan. Sesuatu yang kompleks dipecah jadi bagian-bagian kecil yang disusun supaya terasa lebih asik saat dilakukan. Untuk bagian ini kita juga bisa lihat Di Eight Play Personalities-nya Dr. Stuart Brown supaya kita bisa bikin pendekatan yang lebih cocok dengan kepribadian kita masing-masing. Ada kolektor, ada kompetitor, ada direktur, dan lainnya teman-teman bisa cek dan bisa ambil kuisnya dulu ya. Contohnya Tunggu, tunggu, tunggu, gua pengen mastiin lu benar-benar mengubah inspirasi jadi aksi. Dicoba dulu tuh Play Personality-nya, kalau udah balik sini lagi. Play Personality gue adalah kreator, ini gue terapkan dengan membuat kelas-kelas jurnal yang baru tiap bulan. Gue gak mau tiap bulan sama, karena gue tahu kalau gue gak bikin sesuatu guenya sendiri yang ngajar bakal bosan. Dengan cara ini gue jadi menemukan keseruan saat menjalani aktivitas gue dan gue juga jadi menemukan kebahagiaan saat belajar hal baru, riset hal baru, kembangin materi baru, itu buat gue jadi terasa lebih menyenangkan. Kalian juga bisa cari nih elemen seru apa yang bisa kalian coba dalam aktivitas sehari-hari. Karena tiap orang punya kepribadian dan standar yang beda jadi caranya pun pasti beda-beda. Coba teman-teman cek dulu bisa jawab pertanyaan ini, apa aktivitas seru yang rasanya seperti lagi main, bisa dilakukan sendiri, bisa juga bareng orang lain. Tulis sebanyak-banyaknya, sedetail-detailnya, kita cari ide dulu di pertanyaan yang ini. Yang kedua tipe main apa yang bikin lu bersemangat? apakah kalau ngelihat gim yang ada skornya itu jadi makin semangat? Nah itu bisa juga diimplementasikan ke keseharian. Misalnya bikin pencatat kebiasaan dengan kasih skor atau teman-teman ngerasa, oh kalau gimnya susah, gue justru makin tertantang. Kan ada tuh yang kayak gitu. Kalau terlalu gampang malas, kalau yang susah justru itu terasa seru. Nah teman-teman bisa coba rancang permainan apa nih yang bisa gue cobain supaya aktivitas dan kegiatan gue sehari-hari itu ini menantangnya levelnya cukup nih. Supaya bikin gue termotivasi untuk terus lanjut. Cari dan cobain cara mana yang terasa paling menyenangkan yang bisa kasih progres buat diri lu sendiri. Nah itu dia tiga hal inti yang bisa teman-teman dapetin dari buku Hidden Potenial, berkat intervensi-intervensi di buku ini teman-teman bisa terdorong buat menggali potensi-potensi apa nih yang sebenarnya masih tersembunyi di dalam diri sendiri ataupun orang-orang lain yang dekat dengan kita. Dan gua juga ngerasa Griss punya banyak potensi yang belum digali makanya kita hadirkan dia di sini ya. Jadi nanti teman-teman coba tulis masukan kalian di bawah dari sesi ini gimana menurut kalian Dibacain versinya Griss hari ini. Gue ngerasa Griss itu punya banyak potensi yang luar biasa salah satunya adalah waktu dia bikin les menulus jurnal ya? Itu udah bikin berapa kelompok sekarang? Sekarang total udah ada 38 kelas sih Ko. 38 kelas artinya waktu lu pertama bikin lu ngerasa gak bakal ada orang segitu banyak yang ikutan? Gak. Gue dulu malah mikir, ini ada yang lima orang ikutan aja gue udah senang banget. Ternyata yang datang? Udah bisa puluhan puluhan dan ada yang beberapa kali ikut lagi, ikut lagi, ikut lagi gitu. Suka sama lu kali. Semoga bermanfaat ya. Suka manfaatnya gitu. Tapi maksud gue gitu ya teman-teman ya kadang kita kalau gak berupaya melakukan tiga hal tadi kan lu pasti keluar dari zona nyaman lu lu berusaha untuk gak jadi perfekionis dulu ya udah mulai dulu aja kelas pertama yang datang cuman dua orang, tiga orang, lima orang, yang penting mulai dulu, itulah dimana kita akan bisa nemuin potensi yang terpendam tadi. Jadi kalau teman-teman pengen ngulik lebih dalam bisa baca buku gue You Do You, di sini juga gue banyak ngebahas bagaimana kita lebih mengenal diri lagi lebih dalam lagi. Kalau lu suka dengan episode ini tolong ramein, karena konten yang baik juga butuh orang-orang yang baik untuk ngeramin gitu. Supaya kita gak bingung terus kenapa ya ini harusnya rame, tapi kok gak viral-viral? Ya karena kitanya gak ngeramein juga. Lebih ramai yang kontroversi, ya kan? Nanti kalau lu post bisa tandain, dimana Griss ? Instagramnya? Atau tandain gue @fellexandro kita akan senang banget untuk bisa nge-repost jadi kita bisa tahu sejauh mana lu udah belajar. Kalau teman-teman juga ada yang tertarik untuk ngulik lebih dalam lagi ada komunitas namanya The Compound Club dimana lu bisa belajar dari konten-konten yang eksklusif gue akan kasih tautannya di bawah di situs web personal gue. Sekian dulu, salam #belajarberkaryaberbagi