Transcript for:
Diskusi Agama dan Kepercayaan yang Beragam

Bisa nggak Tuhan yang maha mampu itu menciptakan batu yang segitu gedenya sampai dia nggak mampu ngangkat? Kalau pertanyaannya bisa atau tidak, jawabannya bisa. Tapi balik lagi, dia tidak akan melanggar keilahian dia dengan sifatnya yang lain. Sehingga nanti pertanyaan selanjutnya adalah, untuk apa?

Intro Jadi ini kan sebenarnya menariknya Ko Dondi, ini kan dia orang Chinese kan. Dan kemudian beliau itu kalau nggak salah, maaf belurusin ya Ko Dondi ya. Ko Dondi itu sering baca Bible kan awalnya, betul ya? Injil ya? Mau sebelum hijrah ya.

Iya. Sebelum hijrah, gue belajar ulang ceritanya. Oh oke.

Baca ulang lah ceritanya lah. Oke. Gara-garanya apa bisa tiba-tiba kesono gitu loh?

Gara-garanya gini, jadi waktu itu kan ada zaman-zamannya almarhum Sheikh Hamed Didat, kalau pernah denger. Iya Ahmad Didat tau, gurunya Zakir Naik. Zakir Naik. Kedor-Loh ya sudah lihat video itu. Gue sebagai orang Kristen nonton begituan.

Ya nggak bohong, panas dong. Berani amat gitu nih Dayu ngomongin Kristen gitu ngomongin Bible. Nah akhirnya gue nonton keterusan sambil buka Bible. Gue udah familiar banget sama Bible gitu ya. Urutannya segala macam ayat-ayatnya.

Jadi begitu dia sebutin ayat gue bukanya cepat gitu. Jadi dulu gue catat di kayak kertas yang apa. Yang bisa dilepas, kuning. Oh yang kecil-kecil itu. Apa namanya?

Kertas apa? Sticky note. Sticky note.

Sticky note kok. Bukan post-it. Post-it. Jadi meja kerja gue tuh penuh sama kertas post-it. Gara-gara itu gue nyatet semua, akhirnya gue bisa tahu bahwa oh ternyata di dalam bebel gue tuh ada kesalahan.

Kesalahan macam-macam. Ada kesalahan ilmiah, kesalahan kontradiksi, kesalahan ayat yang gak otentik. Gue cari sendiri bukti-buktinya gitu.

Online, offline, fisik, dapat ceritanya. Nah gara-gara dapat, akhirnya kan gue jadi, ya akhirnya gue bisa bilang, aduh ini kalau begini nih udah gak bisa disebut kitab suci gitu. Nah akhirnya gue baru pelajarin yang lain.

Oke, terus? Gak langsung dong dari Kristen langsung ke Islam, gak dulu. Oh belajar kerujukannya ke Islam langsung?

Enggak, belajar yang lain dulu. Yang lainnya maksudnya percayaan lain? Yahudi, Hindu, Buddha, Kang Hucu.

Bokap gue juga dulu pernah ke Hucu Tapi ketika ke Islam Baru ngedalem Karena pada waktu gue coba belajar agama-agama yang lain Belum begitu dalem Udah kepentok gitu Contohnya gini Contoh misalnya gini Kalau Kristen, Kristen itu kan nama Gelar daripada Yesus Dari Kristus Kristus adalah gelar dari Yesus Yahudi itu kan nama dari Anak keempat Nabi Yaakob Oke Yehuda. Hindu adalah nama tempat daripada agama itu berasal. Daerah sungai Hindus.

Buddha adalah gelar daripada sedartaga utama. Ya kan? Kristen gelar daripada Yesus. Ketika jatuh ke Islam, ini nama itu gelar siapa nih?

Atau nama tempat apa gitu? Ternyata gue baru tahu Islam itu namanya berserah diri. Artinya? Artinya. Submission gitu.

Bisa submission, bisa apa namanya? Tunduk selamat. Patuh, taat, tunduk, damai.

Jadi gue mikir, kok agama ini artinya bukan pakai nama orang, bukan pakai nama tempat, bukan gelar, kok ini kata kerja kita disuruh tunduk sama yang menciptakan kita. Ya dari situ barulah masuk lebih dalam. Terus kemudian akhirnya Kodondi itu katanya menemukan hal yang lebih logis di dalam agama Islam kan? Jadi gini, logisnya itu adalah gini, di dalam Islam, khususnya di dalam Al-Quran, itu banyak sekali ayat-ayat yang nyentil atau ngomongin tentang sains. Kalau orang yang nggak percaya Tuhan, biasanya juga percaya sains.

Nanti ya, nanti ya. Kamu percaya sains nggak? Saya sih percaya, saya masih percaya. Kenapa saya harus duduk di tengah ini? Dari tadi mungkinnya masih dulu ya.

Iya, saya... Nggak apa-apa kok, nggak apa-apa kok. Tujuan kami sebenarnya kamu nggak perlu bicara.

Kamu hanya perlu di frame-nya. Terus dikasih meme-nya. Saya harus di frame-nya nih. Biarkan dia melanjutkan, kodok dia. Jadi, masalah sains.

Dari kira-kira 6236 ayat di Quran, kira-kira itu ada 1000 ayat yang berhubungan dengan sains di dalam Quran. Dari 1000 ayat itu, kira-kira kurang lebih 80% itu sudah terbukti benar oleh sains zaman sekarang. Ya, oke. Jadi, pada waktu saya mulai mempelajari Islam, ketika saya belajar, oh ternyata di dalam Quran ada ayat-ayat yang berhubungan dengan sains, yang ternyata baru dikonfirmasinya baru...

Mungkin 50 tahun yang lalu Mungkin 100 tahun yang lalu Mungkin 200 tahun yang lalu gitu Nah disitu gue baru mikir gini Oh berarti Quran ini gak mungkin karangan manusia Oh itu yang saya baca Karena pada saat itu Ketika wahyu itu diturunkan Nabi Muhammad SAW nggak pernah punya teleskop, nggak pernah punya peralatan nyelam, nggak pernah punya, belum ada pesawat terbang, belum pernah ada peralatan mendaki gunung. Tapi dari hal-hal seperti itu kok benar gitu secara sains sama sekarang. Yang saya anggap logisnya di situ pertama.

Yang kedua, di dalam ajaran Islam juga ajarannya tuh ajaran yang mungkin kelihatannya kalau orang dari luar ngeliat agak keras. Atau mungkin bisa dibilang keras Tergantung individu kan? Tergantung Ada orang, banyak orang yang mengatakan Bahwa Islam agama yang keras Bahkan sampai banyak yang mengatakan Islam agama teroris Tetapi kalau kita perhatikan Di belakang ajarannya itu Maksudnya apa? Tujuannya apa?

Ternyata logis gitu Logisnya contoh begini Kita mungkin kalau dengar Pernah dengar kisos ya? Kisos? Apa itu? Tangan, ganti tangan Oh iya iya Nyawa, ganti nyawa Gigi, ganti gigi Di Taurat kan ada.

Itu kan juga dilanjutkan di dalam Islam. Cuma memang mungkin kalau di dalam konteks sebuah negara kan, lihat dulu nih negaranya menjalankan syariat Islam apa enggak. Kalau negara sekuler seperti Indonesia, kita tidak menjalankan syariat Islam.

Mungkin beda ceritanya dengan Aceh karena diberi otonomi khusus gitu lah ya. Kalau Kisos kan memang kelihatannya kejam. Kalau lu mencuri, tangan potong.

Betul ya? Kejam. Kalau menurut orang-orang yang mendukung HAM, Kejam gitu kan. Tetapi coba kita pikirin, di Amerika orang nyolong berapa menit sekali udah terjadi kriminal gitu kan. Coba diterapkan misalnya, kejahatan itu bakal langsung anjlok turun atau tetap atau naik.

Ya di Jepang nggak pakai potong tangan salah satu negara teraman di dunia. Waduh! Ini berat lagi nih.

Iya, iya. Cuma dikit-dikit aja tapi langsung diketahui. Maaf ya, iya.

Tapi kan nggak menjawab pertanyaan nih. Belum jawab kok. Jadi gini kok, kalau buat saya secara pribadi, tapi ini intensinya untuk diskusi ya kok.

Iya, iya. Di intensinya untuk diskusi, untuk bertukang pikiran. Kalau buat saya tuh sebenarnya memang dalam menegakkan hukum, Itu ada dua metode yang digunakan kok, secara umum. Orang pengalaman dengan hukum. Orang hukum ya?

Bukan, bukan orang hukum. Orang pengalaman di hukum. Oh, orang pengalaman di hukum. Saya bukan orang hukum, tapi saya pernah langsung di dalam lembaga pemasaran. Di dalam lembaga hukum ya?

Iya, iya. Silahkan. Jujur ya, jujur. Orang yang mengalami kok.

Iya, iya. Ya mungkin ini secara menurut asumsi saya aja, yang masih banyak kekurangan dan masih banyak harus belajar. Jadi sebenarnya, Dalam menegakkan hukum tuh ada dua kurang lebih secara umum yang biasanya dipakai.

Satu adalah dengan rasa takut dan satu adalah dengan pengertian kenapa itu tidak boleh dilakukan. Oke, ada dua metode. Dua-duanya efektif. Dua-duanya efektif. Tergantung.

Nah kalau gue ngeliatnya Bang Deni dua-duanya efektif. Maksud gue kayak misalnya di Cina itu saat koruptor itu diancang hukuman mati, memang pada akhirnya angka korupsi disana sangat kecil. Anjlok.

Anjlok. Bukannya tidak ada tapi sangat kecil. Kecil turun.

Cuman kan pertanyaannya begini, apakah orang yang mengikuti hukum tersebut tidak melakukan tindak korupsi karena takut atau karena dia mengerti bahwa korupsi itu tidak boleh? Tidak. Sekarang aku balikin lagi ke Jepang Di Jepang itu kan tidak memakai hukum Seperti di Yang tadi Kok bilang tadi ya Tidak memakai hukum Saya rasa yang mereka lakukan adalah Ketimbang dulu kan Jepang juga pernah Mengalami sebuah masa dimana mereka sangat keras Bahkan mereka itu Budayanya itu Kalau misalnya mereka merasa gagal Dalam satu tanggung jawab Pejabatnya itu mundur dengan sendirinya Tanpa harus disuruh mundur oleh Senat atau Bahkan pada masanya Berarti kan sebenarnya Permasalahannya adalah Entah apapun kepercayaan orang Jepang Yang berhasil mereka lakukan adalah Mereka berhasil menanamkan Pemahaman soal tanggung jawab Tanpa rasa takut Tapi lewat rasa takut dulu atau enggak?

Enggak, saya tidak tahu Saya bukan Pakar sejarah Orang Jepang Tapi melihat dari Afrika yang orang Jepang lakukan saat ini dimana kalau mencuri di hukumnya ya di hukum-hukum seperti hukum biasa. Boleh nggak Pak Ijin? Boleh.

Gue selesaikan dulu. Oh boleh silahkan, selesaikan dulu Pak. Biar nanti nggak terlalu jauh melencengnya.

Boleh, boleh. Banyak daripada kita nanti. Ya, benar, benar. Selesaikan dulu, nanti baru kita omongin.

Ya, maksud saya gini. Jadi ketika ada sebuah ajaran di dalam Islam itu yang... Kira-kira kalau dijalankan di sebuah negara yang tingkat kriminalnya tinggi, itu pasti akan merosot. Ya, itu secara logis dia akan merosot. Logikanya begitu.

Dan menimbulkan rasa takut yang lebih. Ya, cuman kalau pemikiran di luar Islam kan ada yang sampai ke urusan HAM. Hukuman tidak harus dengan tangan ganti tangan, segala macam kan. Itu memang yang ada perbedaan antara Islam dengan sekuler. Nah, ketika saya melihat, oh tujuannya begini.

Ini salah satunya nih ya. Kemudian di dalam ajaran Islam ini, juga ada ajaran yang menurut saya waktu itu, mungkin kelihatannya keras, tapi bisa diterapkan. Daripada yang kelihatannya bagus, tapi muluk-muluk dan nggak bisa diterapin. Fungsinya kan?

Iya, gitu loh ya ajarannya. Jadi yang saya lihat dari situ, oh ini logis. Terus logisnya juga, menurut saya waktu itu, waktu saya mempelajari Islam, di Islam saya bisa mendapatkan jawaban, oh dari mana saya berasal.

Sekarang saya di bumi suruh ngapain, nanti mati kemana gitu. Iya jelas gitu. Iya jelas gitu lah. Emang kalau di Bible nggak ada? Remang-remang kalau saya lihat.

Oh remang-remang. Ya ada mungkin gambaran di dalam wahyu ya. Tetapi cukup mengerikan gitu. Ada perang naga dulu gitu. Oh iya iya gambarannya ya wahyuan ya.

Revelation. Dan itu hanya khusus untuk 144 ribu orang. Saya mau tanya dulu nih sama Coki.

Lo sebenarnya keyakinan lo kan kalau di KTP tuh ada dong nama agama lo disitu. Kalau di KTP kebetulan saya masih Kristen. Karena terlepas dari apa yang gue percayai sekarang.

Dan ini gue kasih disclaimer dulu kali ya. Gue tidak pernah menginginkan orang untuk memahami apa yang gue pahami gitu. Dan gue berbicara ini karena ada pertanyaan dari lo aja.

Kenapa gue masih pakai Kristen adalah karena gue merasa... Kayaknya memang di Indonesia sendiri, tadi kita juga udah ngobrol off-camp juga ya, di Indonesia sendiri memang kolom agama itu kan, memang di seluruh dunia nggak semuanya pake kolom agama. Tapi kalau gue liat sih, kolom agama di Indonesia itu tuh kepentingannya hanya birokrasi aja.

Pandangan lo begitu? Yang kepentingannya birokrasi nanti untuk misalnya akan memudahkan kita dalam urusan-urusan lain yang memang faktanya negara kita masih menggunakan kolom agama gitu, misalnya nanti untuk menikah. atau dikuburnya untuk apa jadi itu saya melihat nama agama di kolom tanda pekenal itu hanya untuk birokrasi saja toh kan yang mengamalkannya dalam kehidupan hari per hari detik per detik itu kan tulisan itu tidak menggambarkan kita yang sebenarnya sehingga saya merasa daripada saya mengedepankan ego saya untuk kayak saya gak mau saya mau strip ya udah ikutin aja lah orang itu cuma birokrasi kalau berbicara mengenai agama kita gak bisa langsung ngotong agama langsung disini agama itu kita harus lihat secara antropologi dari awal bersumpah ya hanya karena ada lu doang karena saya duduk di tengah kalau saya duduk disini jawabannya saya bertandain kursi begini kan saya beban dong bapak saya kursi begini saya beban dong udah gitu udah dicakar-cakar kucing ya Iya silahkan Bapak Tapi sekali lagi gini ya Ko atau Bang Denny Sekali lagi ini gue disini cuma Gue tidak tertarik untuk masuk ke perdebatan Gue disini hanya untuk perlukan pikiran Mudah-mudahan apapun dari hasil diskusi kita disini Ada orang yang bisa dapat manfaat lah Atau setidaknya kalau lo gak dapat manfaat Anggap aja ini adalah bentuk sebuah konten hiburan Yang menemani anda sambil ngabuburit Jadi jangan terlalu serius kalau nonton ini Iya itu disclaimer ya Kalau buat gue Bang Denny, kalau kita berbicara mengenai agama, kita tidak bisa langsung memenggal agama dari yang sini. Kita harus lihat dulu sejarahnya dari awal.

Kalau buat saya dari antropologi itu, kenapa ada agama atau ada kepercayaan itu sebenarnya adalah cara homo sapien, homo sapien itu maksudnya kita manusia, untuk merasionalisasikan fenomena-fenomena alam yang ada pada masa itu. Jadi saat Pada zamannya masing-masing. Saat homo sapien atau manusia itu sudah mulai punya kemampuan untuk berpikir.

Dia sudah bisa berkomunikasi dan dia misalnya melihat ada pohon. Dia melihat ada gunung meletus. Dia melihat ada badai.

Pada saat itu karena ilmu pengetahuannya belum sampai. Dan rasa penasaran manusia itu tinggi. Dia mencoba merasionalisasikan apa yang dia lihat dengan Semua Logika?

Buah pemikiran. Atau logika pada masanya. Pada masanya. Nah itulah makanya kalau kita lihat dari awal, menurut saya kepercayaan, aliran, atau apapun itu namanya, itu awalnya muncul karena manusia atau homo sapien itu perlu merasionalisasikan apa yang dia lihat. Nah, seiring waktu berjalan, seiring waktu berjalan, ilmu pengetahuan juga ikut berjalan.

Berkembang. Berkembang. Puasa dia. Aku kuasa kok Sian loh Iya iya Bahas umur Nah kita mau Dia mau hormati pak Iya iya Walaupun tadi dia minum Depan bapak Jangan dikasih Jangan dikasih Tadi izin Tadi izin Tadi izin Tadi izin Tadi izin Tadi izin Sorry tadi Tapi saya izin tadi ya Saya izin Tidak Tidak Lanjut dulu Lanjut dulu Tapi seraya Seraya ilmu pengetahuan itu Makin bertambah Lama-lama manusia sudah bisa menjawab tuh Awalnya kan misalnya dia tidak tahu kenapa hujan ada Atau matahari itu apa atau bulan itu apa Karena mereka tidak mengerti Akhirnya sebagai bentuk respect terhadap benda-benda langit tersebut Ya mereka menjembahnya Tapi kan setelah ilmu pengetahuan juga ikut berjalan Akhirnya sudah mulai terjelaskan tuh Apa itu matahari? Apa itu bulan?

Bagaimana terjadinya hujan? Bagaimana sinyal bluetooth? Dan semuanya sudah mulai terjelaskan Sehingga Lama-lama kebutuhan kepercayaan ini sudah bukan menjawab mengenai fenomena alam lagi, tapi menjawab pertanyaan kenapa kita ada di dunia. Karena kan yang tadi itu sudah mulai bisa terjelaskan dengan sains. Nah, disinilah akhirnya setiap kepercayaan punya versinya masing-masing, punya versinya masing-masing untuk menjelaskan kenapa kita ada di dunia.

Ya. Punya versinya masing-masing. Nah, kalau misalnya lu tanya, gue tidak mengafiliasikan diri gue di agama manapun. Jadi itu jawaban. Ya, gue tidak mengafiliasikan.

Berarti apa jatuhnya agnostik? Tergantung, percaya ada Tuhan nggak? Nah, kalau Tuhan gini, definisi Tuhannya apa dulu?

Aduh, sesembahan. Sesembahan yang konotasinya dengan sang pencipta. Gini, kalau pertanyaannya adalah, apakah alam semesta punya...

Asal, tentu punya. Tapi apakah yang menciptakan alam semesta ini adalah pribadi yang punya fikiran seperti yang digambarkan oleh banyak percakapan? Jawabannya saya tidak tahu. Kalau buat gue, Tuhan itu adalah sebuah kekuatan yang menciptakan alam semesta, tapi apakah dia punya pribadi?

Apakah dia punya nama? Atau apakah dia alien? Atau apakah dia cuma sebuah...

Fenomena alam yang kebetulan terjadi pada saat itu Atau energi doang Atau kehendak doang Kalau kehendak atau apapun saya membuka kemungkinan Karena perbedaannya orang seperti saya dan orang yang punya kepercayaan adalah Orang seperti saya itu cukup rendah hati untuk mengakui kok bahwa Ada kemungkinan lain yang nantinya bisa terbukti benar Sebagai penyebab ini semua terjadi Kalau kepercayaan lain, itu dia sudah meng-cut kemungkinan-kemungkinan lain dan meng-claim kemungkinan lah dia yang masih benar, yang pasti benar. Karena gini, karena sayan sendiri kok, atau Bang Denny, kita tuh sangat rendah hati untuk mengakui apa yang kita percayai sekarang, itu bisa berubah 5 tahun lagi atau 10 tahun lagi saat kita cukup dewasa untuk mengetahui, oh saya salah. Iya. Nah.

Jadi kalau sains itu sendiri sebenarnya berangkat dari rasa rendah hati yang mengakui bahwa ilmu pengetahuan dan pola fikir itu berkembang dari sebuah kesalahan. Dan kita tidak pernah mengklaim bahwa teori kita adalah yang paling benar. Kita selalu membuka diri kalau memang ternyata nanti ada teori yang bisa membuktikan bahwa itu salah.

Jadi gini, tadi yang dikatakan Coki ada benarnya bahwa yang namanya sains itu kalau dia sudah berupa hukum, biasanya kan dia sudah fixed. Tetapi mungkin 10 tahun lagi, 100 tahun lagi, 1000 tahun lagi Kalau ada percobaan yang bisa membuktikan Bahwa hukum yang sudah pernah ditetapkan ini salah Hukum ini akan berubah Jadi sains masih bisa berubah Nah tetapi tadi kalau boleh nanya dikit Berarti Coki masih percaya bahwa ada being itu? Saya tidak percaya, gini Saya katanya bukan, pilihannya bukan percaya atau tidak percaya Pilihannya adalah Apakah being itu salah satu kemungkinan dari terjadinya alam semesta?

Jawabannya adalah mungkin iya. Itu stand saya itu. Bukan, jangan mempersempit pilihannya jadi antara ada dan tidak ada. Oh karena masih ada kemungkinan lain juga gitu.

Ada banyak lebih dari satu kemungkinan lain. Kalau saya percaya bahwa asal mula alam semesta ini kemungkinannya banyak dan saya selama ada bukti yang meyakinkan secara pola fikir-pola fikir terukur. yang bisa membackup klaim tersebut ya kenapa saya tidak membuka.

Berarti Bang Denny saya bisa katakan ini belum sepenuhnya ateis. Oh kalau ini dia. Berarti mungkin belum sepenuhnya ateis.

Berarti mungkin Ko Doni juga belum terlalu paham apa itu ateis. Jadi saya jelaskan dulu. Kadang yang paling lucu itu adalah orang yang ngomong soal ateis itu bukan ateis.

Saya mengklaim diri saya itu adalah agnostik ateis. Jadi gini ah Ini kayaknya sesat pikir yang kita semua gak paham. Ini jadi gini, agnostik itu adalah kita tidak tahu.

Kita tidak tahu. Jadi kita membuka diri, ada kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih masuk akal yang terjadi di diri kita. Oke, itu. Atheis kok, atau Bang Denny, atau teman-teman yang nonton, itu bukan belief system. Ini kita garis bawah.

Atheis itu bukan belief system. Atheis itu adalah jawaban dari klaim theis. Jadi secara kronologi sebenarnya yang ada duluan Bang Denny dan ke Dondi Dondi atau Dondi?

Dondi! Dondi ya Allah! Dondi ke Dondi Itu sebenarnya klaim dulu Seperti yang tadi antropologi Ada yang mengatakan saya merasa bahwa ini adalah ini ini ini Itu klaim dulu Ateis tinggal bilang oh begitu mana buktinya?

Buktinya begini begini Aduh kayaknya saya tidak teryakinkan deh Nah itu ateisme, pandangan ateisme itu seperti itu Jadi kalau saya, saya itu adalah agnostik dalam konteks bahwa saya membuka kemungkinan, tapi kalau soal mempertanggungjawabkan klaim yang dibawa oleh teis, saya ateis. Tapi gini, saya tidak pernah melihat agama ini adalah tentang siapa benar, siapa salah. Menurut saya kok, menurut saya Bang Denny, agama itu adalah tentang bagaimana kita bisa merasa nikmat atau kita merasa cukup dengan hidup kita, sehingga output kita buat lingkungan jadi baik. Jadi kalau buat saya, Ko, dan buat saya, Bang Denny, kita mau percaya apapun itu, selama outputnya dari yang bisa diukur itu baik, dan dia jadi bisa bersinergi dengan lingkungan di sekitarnya, Anda mau percaya daun ini juga sebagai supreme being, tapi kalau Anda buka lapangan pekerjaan, Anda melakukan belas kasih kepada orang-orang di sekitar, saya tidak akan intervensi apa yang Anda secara personal percayai.

Karena buat saya yang penting adalah output keluar. Yang saya sayangkan yang sering terjadi di Indonesia belakangan ini, sering ada perdebatan-perdebatan antara aliran ini dan aliran ini, yang mana karena saya berangkat dari agama itu adalah sesuatu yang personal, itu seperti mendebatkan apakah es jeruk itu lebih enak daripada es kelapa. Rasa gitu ya. Rasanya. Yang mana itu sangat konyol menurut saya.

Selama Anda nyaman dengan apa yang Anda percayai, dan ini dia. output Anda bisa berguna untuk orang di sekitar Anda itulah yang kita cari karena kita hidup di masyarakat yang berbeda-beda dengan pola pikir yang berbeda-beda. Yang kita butuhkan bukan apa yang Anda percayai yang kita butuhkan adalah bagaimana apa yang Anda percayai bisa jadi salah satu bahan bakar untuk Anda bersinergi dengan orang lain yang tidak memiliki kepercayaan yang sama Kalau kepercayaan Anda gagal dalam konteks bersinergi, Anda menjadi ancaman buat civilization secara keseluruhan. Oke, silahkan. Kodondini.

Waduh, jadi agnostik ya berarti ya, Coki ya. Ternyata dia baliknya ke agnostik. Terserahlah, terserahlah. Terserah, terserah, terserah.

Karena buat dia itu udah bukan masalah yang penting. Oke, oke. Kalau dari tadi Coki ngomongin masalah output, output, output, itu udah sangat-sangat normatif gitu. Iya.

Setiap orang dituntut untuk berlaku secara... Baik secara normal masyarakat, apapun agamanya gitu ya. Orang tidak beragama pun juga dituntut-tuntut membuat baik. Kalau dia tidak berbuat baik, melanggar hukum, tetap ada hukumannya gitu ya. Tapi maksud saya, kita sih tidak mempermasalahkan siapapun yang mau percaya Tuhan atau tidak.

Di dalam Islam juga kita sudah jelas, ada pesan buat orang. Orang itu mau menerima, tidak menerima, itu tidak ada paksaan di dalam Islam. Gitu ya.

Nggak tahu kalau dikirsan. Kalau istilahnya, di dalam konteks ini kita sedang ngobrol, ini adalah haknya si Coki. Hak loh.

Ini contoh ya, mohon maaf ya. Ini kalau dari pandangan Islam begini. Ketika sebuah agama yang dia beriman dulu, tetapi dia melawan daripada akalnya, nah itu yang kita sebut tidak logis jadinya.

Contoh yang paling gampang adalah begini. Tuhan pasti dia adalah punya sifat. Maha baik, maha benar, maha suci, maha pengampun.

Ini adalah sifat-sifat yang kita ketahui daripada Tuhan, maha pencipta, dan sebagainya. Ketika dia melanggar sifat-sifat ini, logis nggak gitu? Iya. Ini sudah melanggar sifat nih, berarti dia sudah melanggar kodratnya sendiri gitu.

Ketika ada pelanggaran kodrat ini, berarti Tuhan ini sudah tidak logis, karena dia bertentangan gitu kodratnya. Jadi kalau Tuhan yang Maha Pencipta, dia menjadi makhluk ciptaannya, kalau istilahnya orang saudara kita kan inkarnasi gitu. Firman menjelma jadi manusia. Inkarnasi jadi manusia, jadi Yesus lah dalam hal ini langsung.

Nah ini yang dalam pandangan Islam. Ini yang tidak logis Karena Tuhan punya sifat Dia adalah sang pencipta Dia maha benar, maha baik, maha suci Dia tidak mungkin jadi makhluk ciptaan Yang tidak maha benar, tidak maha suci Tidak ada mahanya gitu kalau manusia Saya potong dikit Bagaimana kalau kita menggunakan Kalimat bahwa Tuhan itu kan maha segalanya Maha mampu Ini kan sering banget di sosial media kita lihat Artinya mampu-mampu saja Dan bisa-bisa saja Dia menjadi apapun itu bentuk atau form yang Tuhan kehendaki kan gitu. Kalau kita bicara maha mampu, maha bisa gitu kan.

Sesuai dengan pribadinya gitu. Nanti bisa tiba pertanyaan begini Bang Denny. Bisa nggak Tuhan yang maha mampu itu menciptakan batu yang segitu gedenya sampai dia nggak mampu ngangkat?

Bisakah Tuhan yang maha mampu itu menciptakan batu yang sebegitu besarnya sampai dia tidak mampu angkat? Itu kan menjadi pertanyaan sebaliknya gitu kan. Itu menjadi pertanyaan paradoks. Iya paradoks dia jadinya. Yang sesuatu yang tidak pada kodratnya.

Oke. Kita bilang maha kuasa, bukan berarti dia maha kuasa, tapi pada saat yang sama juga dia tidak maha kuasa. Oke, maksudnya begitu.

Jadi paradoks. Dia kontra ya. Tidak bisa satu sifat yang A pada saat yang sama bersama-sama dengan being itu.

Iya. Contoh misalnya, kalau orang bilang... Tuhan itu maha kuasa karena dia maha kuasa, dia bisa jadi apa aja termasuk jadi manusia kan begitu Iya itu kalau ada ungkapan seperti itu Ada orang premis begitu ya Iya premisnya begitu Kan kita bisa bertanya begini Kalau dia maha kuasa, dia bisa jadi apa aja termasuk jadi manusia, bisa gak dia jadi iblis?

Nah itu kan pertanyaannya Kenapa saya bertanya tentang jadi iblisnya? Karena iblis kita sudah tahu sama-sama tahu bahwa sifatnya pasti jahat Betul kan? Iya Kalau Tuhan punya sifat jahat gak?

Enggak Enggak Jadi bisa nggak pada saat yang sama Tuhan yang tidak punya sifat jahat Mempunyai sifat jahat Nah itu maksudnya gitu Bagaimana kalau unsurnya sama? Unsur apa? Kita bicara Ambil analogi ya Misalnya ini air di tengah laut Sorry Oh ini alasannya saya di tengah Iya Supaya Anda Anda Dia baru sadar Dia baru sadar Udah satu jam baru sadar Silahkan, silahkan. Silahkan, kok. Silahkan, Bang Denny.

Kita ambil air ya. Air dengan... Garang-garang lu lihat Cina berantem.

Ini apa? Kita mencari ilmu pengetahuan ini. Ini kita bercanda ya, teman-teman ya. Jangan terlalu baper.

Tapi lu serius boleh di-report video ini. Nggak, kita nggak berantem. Ini bercanda.

Jadi kalau kita ambil unsur yang sama. Kita ambil analogi ya. Walaupun tidak bisa apple to apple ya.

Kita ambil analogi aja. Misalnya air ya. Air yang besar ya di tengah laut dengan kumpulan air yang banyak, kemudian air itu kemudian diambillah dalam sebotol, botol gitu.

Dia terpisah dengan air yang besar itu, unsurnya sama gitu kan. Apakah membuat air yang ada di dalam botol itu menjadi berbeda dengan air yang ada di laut itu? Kan itu pertanyaannya. Kandungannya sama.

Kandungannya sama kan. Tapi secara porsi, secara besar, secara volume. Dia tidak besar karena dia hanya diambil sebotol.

Bagian daripada air yang besar. Bagian daripada air itu gitu. Nah apabila kalau kita melihat unsur itu, yang saya tahu ya, Yesus Kristus itu adalah firman Allah. Yang kemudian firman itu dibawa oleh malekat kepada Bunda Maria.

Kalau di Islam itu Siti Mariam. Kemudian tanpa seorang ayah, dia akhirnya hamil. Seorang suami ya. dia hamil. Kemudian lahirlah Isa.

Al-Masih kalau di Islam, kalau di Kristen mengenalnya Yesus Kristus. Saya pernah bertanya mengenai masalah Isa dan Yesus apakah sama atau tidak. Karena dari linguistik bahasa dia memiliki kesamaan.

Tapi secara histori dari dua kitab suci dia memiliki perbedaan. Bukan histori, teologi. Teologinya, iya.

Tapi kalau menurut saya, pandangan saya pribadi, entitasnya sama. Maksudnya profilnya? Entitas.

Jadi kemampuan atau wujud daripada Yesus Kristus yang digambarkan di dalam Injil dan di dalam Al-Quran itu buat saya memiliki entitas yang sama. Entitas sama. Artinya di dalam Al-Quran dipercaya bahwa Yesus Kristus atau Isa di sana adalah sebagai Nabi. dan utusan.

Di dalam Kristen orang, dia bisa melihat itu sebagai nabi, sebagai utusan, sebagai guru, atau mungkin dia mempercayai itu adalah sebagai bagian dari Tuhan itu sendiri, Allah itu sendiri. Gitu. Tapi Yesus sendiri ngaku sebagai nabi loh. Iya. Itu kan tergantung dari cara pandang dia kan masing-masing.

Artinya ada yang membaca, oh aku adalah nabi, aku adalah guru. Mereka meyakininya kan Jadi bentuk keyakinan itu tidak bisa kita logiskan kan Artinya ketika dia membaca Disitu dibilangnya nabi Atau apa kalau di yakinnya itu Tuhan Dia tetap akan yakin itu Tuhan Sorry ya cowok Gak apa-apa bang Sabar ya cowok Apa gue pake ronda aja Sabar dulu Ini menarik Eh santai Santai bang Karena ujungnya Ujungnya tuh ada yang mau gue bawa ke ujungnya gitu Itu ada indikasi yang menarik Jadi kalau tadi Bang Dini melihat Ini orang melihat dia sebagai nabi Sebagai misalnya utusan Dan juga ada yang memandang dia Punya sisi ilahi Itu ada sisi menariknya Coba dilihat di Bible juga Itu ada tokoh yang namanya Paulus dan Barnabas Paulus dan Barnabas Ketika itu mereka menyembuhkan Seorang laki-laki yang lumpuh Di pinggir kolam Ketika disebuhkan orang-orang yang melihat Mereka memandang dewa-dewa Sedang turun perspektifnya. Ada pandangan orang-orang itu yang memang sangat kental dengan kepercayaan tentang dewa-dewa. Jadi Barnabas dipanggil sebagai Zeus, Paulus disebut sebagai Hermes. Ya pada saat itu ya?

Ada di Bible. Jadi orang-orang masyarakat pada saat itu memang sangat kental dengan kepercayaan akan dewa-dewa. Masuk dong omongan dia tadi ini berarti. Secara antropologi. Tadi ada hubungannya.

Pada zamannya masing-masing. Jadi bisa di... Kalau ini menurut pandangan daripada orang-orang akademis juga ya.

Bahwa kepercayaan di dalam Kristen. Tentang Yesus, sosok Yesus. Sebagai yang disebut dengan anak Allah.

Yang mana di dalam konsili Kalsedon 451. Dia dipercaya sebagai sepenuhnya manusia. Sepenuhnya Tuhan. Itu sebenarnya konsep itu sama dengan konsep paganisme di dalam Romawi. Dan juga Helenisme dari Yunani Nah kalau tadi Soki bilang pada jamannya itu Orang-orang yang mencoba Merasionalisasi Tuhan atau sosok ilahi Yunani Itu kan memang mempunyai sifat Sistem kepercayaan Helenisme Dewa Zeus dan segala macam lah Yang punya anak setengah manusia Setengah Dewa Hercules, Perseus dan segala macam Kepercayaan itu yang dibawa Oleh bangsa Yunani oleh Alexander Agung Ketika menguasai Darah Mediteranian Iya Persia, Babylonia, Sumeria, Mesir, bahkan Palestina. Daerah semua itu mengalami masa Helenisme.

Era Helenisme itu dari abad keempat sebelum Masehi sampai abad pertama sebelum Masehi. Sebelum digantikan oleh Romawi. Romawi menggantikan bukan bahwa Helenisme, tapi bahwa Paganisme.

Karena Romawi juga meminjam dewa dari Persia untuk disembah selama 400 tahun. Dewa bisa dipinjam zaman itu? Bisa, bisa. Mitra kan dari Persia sebenarnya Dibawa sama Romawi Disebah di Romawi Bahkan orang Romawi juga mereka ada Dewanya, Kaisarnya juga termasuk Dewa Orang Romawi Jadi Kaisar Augustus dan Julius Caesar Kita tau mereka juga Dianggap sebagai curu selamat untuk umat manusia Konsepnya mirip dengan Yesus pada saat itu Nah jadi konsep-konsep itu yang akhirnya masuk ke dalam Kristen sehingga orang Memandang Yesus sebagai sosok Ilahi karena ada background itu tadi. Ada Helenisme dan Paganisme.

Itu memang diteguhkan oleh konsili-konsili di dalam Kristen. Dari mulai 325 mengangkat Yesusnya sebagai satu hakikat dengan Tuhan. Konsili 381 mengangkat roh kudus sebagai satu hakikat dengan Tuhan. 431 menentang orang-orang yang menyembah Maria sebagai Tuhan.

Maka Maria disebut Theotokos. Emangnya ada orang menyembah Maria sebagai Tuhan? Ada. Abad keempat Timbul aliran namanya koliridianisme Ada lagi kelompok yang namanya Mariamites Juga menyembah Maria sebagai Tuhan Nah itu yang disebut bidat oleh gereja pada saat itu Oh itu bidat ya?

Itu sesat gitu? Iya. Oleh gereja di konsili Ephesus 431 Masihi. Oke, oke. Konsili Kansendon 451 Masihi menetapkan bahwa Yesus sepenuhnya manusia, sepenuhnya Tuhan.

Iya. Jadi punya duinatur. Iya.

Mirip dengan konsepnya yang Hercules gitu. Iya. Hercules sepenuhnya manusia juga sepenuhnya dewa. Iya. Separuh manusia separuh dewa gitu.

Konsepnya mirip, mungkin detailnya beda lah. Iya. Nah itu memang banyak sekali Kristen mengadopsi dari konsep. konsep-konsep yang seperti itu, contoh misalnya ketika perjamuan kudus di Yohanes 6.51-54, kan justru mengatakan inilah tubuhku, inilah darahku.

Barang siapa makan tubuhku, minum darahku, akan memperoleh hidup yang kekal. Itu ternyata gak jauh beda sama tovinteks untuk dewa Osiris di Mesir. Tubuhnya Osiris dilembangkan dengan roti, darahnya Osiris dilembangkan dengan darah, dengan anggur.

Barang siapa makan tubuh dan minum darah Osiris, memperoleh hidup yang kekal. Itu banyak sekali yang begitu. Itu tadi baru beberapa contoh lah ya.

Nah, jadi kalau tadi Bang Denny bilang ada orang yang menganggap Yesus sebagai ilahi, ya itu latar belakangnya adalah itu. Iya. Yang saya mau tahu adalah, apakah ada jaminan 100% kemudian, kalau kemudian kita masuk ke dalam satu agama, misalnya.

Kita ambil Islam ya kodondi dulu, sebelum saya ke agama dia ya. Agama dia juga saya mau nanya. Pak TV saya dimana ya?

Di dalam Islam dulu ya, agama anda nanti saya kesana ya. Yang menjaminkan bahwa seorang manusia itu pasti akan masuk surga apabila masuk ke agama itu di luar hak prerogatif daripada Allah itu sendiri. Kalau di Islam justru memang jaminan untuk orang itu masuk ke dalam surga itu tidak memang hak. Prioritif Allah SWT Jadi kalau kita orang Islam Kita tahu ajaran kita, kita tahu perintahnya Bagaimana, kita tahu larangannya bagaimana Kita menjalankan, kita tahu rukun Islam Kita tahu rukun iman, kita jalanin semua Tapi kalau ditanya Lu bakal masuk sorga gak?

Lu pasti masuk sorga gak? Semua muslim yang paham Jawabnya insya Allah Itu bentuk dari? Bentuk daripada Keberserahan diri kita Kepada pencipta kita Dan ada kerendahan hati di dalam Sama seperti orang Yahudi Orang Yahudi juga memahami bahwa Tidak ada kepastian masuk ke dalam surga Kecuali dengan Rahman Kalau kita sebut Rahmat, mereka sebut Rahman Rahman Itu bahasa Ibrani juga Contoh misalnya Kalau orang Muslim, orang Islam, orang Yahudi Orang Kristen Ini karena berdasarkan apa yang sudah kita sama-sama ketahui Contoh misalnya sama-sama naik pesawat Dari Jakarta mau ke Medan misalnya Orang Islam sama orang Yahudi kalau ditanya, lu pasti gak sampai medan kalau naik pesawat ini? Kita berdua kan bilang, insya Allah.

Semoga gak kenapa-napa gitu maksudnya. Tuhan menangis, selamat sampai medan. Beda sama Kristen.

Kalau Kristen lu ditanya, lu pasti gak sampai medan? Orang Kristen dengan akidanya bilang, gue pasti sampai medan. Oke. Oh bentuk keyakinannya. Oke.

Bagaimana dengan agama bakal? Apa nih pertanyaannya? Pertanyaannya adalah Saya agamanya Bapak yakin secara keagamaan Bapak Yang Bapak yakini itu Bapak tau sendiri Dan kami tak tau apa-apa tentang hal itu Bahwa Bapak ini kemana nanti nih?

Sebenarnya Kan ada sebuah Anggapan yang mengatakan bahwa Kalau kamu tidak mempercayai Sebuah kehidupan setelah kematian Masa cuma begini aja hidup ini Masa hanya disitu saja Tidak menarik sekali pemahamanmu terhadap kehidupan Padahal pertanyaannya gini Kenapa menjadi penting buat kita Ada kehidupan setelah kematian Itu pertanyaan yang sebenarnya harus kita address Salah sih undang-undang ini Karena gini Ketidakadaan itu adalah hakikat Kalau saya boleh pinjem bahasanya Karena saya belum menemukan Bahasa lain Padanan bahasa yang lain Ketidakadaan itu adalah hakikat Dari makhluk hidup itu sendiri Dari mana buktinya Sebelum makhluk hidup ada Dia juga ketidakadaan kok Kenapa saat kita kembali Ketidakadaan kita takut Karena sebelum kita ada Orang kita tidak ada Berarti kan secara biologis Ini adalah siklus Keharusan yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Nah sekarang pertanyaannya, apakah dengan memiliki pandangan seperti itu saya menjadi tidak bisa menghargai kehidupan? Kebalikannya, karena saya tahu kehidupan cuma sekali saya berusaha sebaik-baiknya untuk menjalani hidup saya dengan baik. Terlepas dari kesalahan saya, saya belajar dari kesalahan saya, karena saya tahu hidup cuma satu dan manfaatkanlah itu sebaik-baiknya.

Makanya sampai taraf tertentu di negara-negara yang menganut sekularisme, mereka lebih produktif. Kenapa? Karena mereka hidup untuk hidup, bukan hidup untuk mati.

Kebanyakan orang, kebanyakan orang itu hidup untuk mati apakah itu salah? bukan ranah saya untuk mengatakan itu salah atau tidak, kenapa? karena buat saya, lagi-lagi kepercayaan itu harusnya begini bekerjanya, bekerjanya seperti ini keyakinannya itu ke dalam dan akhirnya keyakinan yang ke dalam ini terlihat buahnya kalau pakai bahasa orang Kristen Atau mungkin di Islam ada istilahnya saya kurang tahu. Mohon maaf. Apa yang dia yakini, dia arahkan ke dalam apapun itu.

Dan apa yang dia yakini ini membuat buahnya kelihatan ke apa yang dia lakukan sehari-hari. Bermanfaat. Bermanfaat.

Nah, sehingga akhirnya, tadi kan Ko bilang jawaban Anda normatif sekali ya mengenai output apa. Kalau buat saya itu bukan jawaban normatif, Ko. manusia itu diukur dari value-nya kok karena gini kita secara sepenuhnya ngomong dulu baru ketawa lu kadang-kadang ketawa dulu baru ngomong ya maklum efek narko karena kan memang saya cukup rendah hati untuk mengakui narko itu jangan dipakai saya juga cukup rendah hati untuk mengakui saya kafir jadi pada akhirnya kan Pada akhirnya kan manusia ini kan akan makin banyak di bumi. Saat manusia akan makin banyak di bumi, tentu tempat akan terbatas.

Saat tempat akan terbatas, kembalilah itu ke hukum alam yang namanya survival of the fittest. Nah, saya pengen ngerucut ke materi saya nih. Jadi sebenarnya arah pembicaraan ini adalah katalogis itu sendiri.

Apakah bisa kita meyakini agama? Apapun agamanya. Dengan menggunakan logis sebagai bentuk bahwa ini yang paling logis maka ini yang paling benar.

Itu kan pertanyaannya. Karena di setiap agama yang saya lihat tetap ada hal-hal yang tidak bisa kita logiskan. Makanya disitu selalu iman berperan dan bermain. Dan kalau buat gue ya abang-abangnya menurut gue keindahan dari agama itu sendiri adalah bahwa memang mereka berangkat dari sesuatu yang disebut iman gitu.

apapun kepercayaannya. Dan menurut saya, saya sangat berbesar hati dan saya sangat menghormati apabila ada orang yang datang dan mengatakan kepada saya, saya percaya karena itu yang paling kena di hati saya. Saya rasa pada saat kita sudah memilih satu kepercayaan dan kita mengimani kepercayaan tersebut, kita gak bisa cherry picking. Kita gak bisa cherry picking.

Saat kita sudah memilih kepercayaan, berarti itu sudah sepak Paket dengan segala kegoipannya. Kadang yang kita lihat adalah banyak orang hanya naruh bagian yang seolah-olah logis. Tapi bagian yang nggak logisnya dia taruh.

Cherry picking gitu. Nggak bisa karena definisi dari agama itu sendiri adalah berserah atau kepercaya kepada sesuatu yang mungkin saat ini belum gitu. Berserah diri gitu. Iya, iya. Kalau misalnya memang dia masuk dari ranah itu ya saya tidak akan masuk untuk mendebat gitu.

Kadang perdebatan itu terjadi kenapa orang ateis ada dengan agama apapun adalah karena mereka masuk ke sebuah ranah yang... Tolak ukurnya jelas gitu. Contoh, misalnya tadi mengenai paradoks-paradoks tadi misalnya contoh. Saya bukan Kristen, tapi kalau saya mau menjawab, apakah Tuhan bisa menciptakan batu yang dia sendiri tidak bisa?

Itu adalah pertanyaan yang sering ditanyakan orang ateis kepada orang yang monoteistik gitu. Sebenarnya jawabannya gini, dia bisa, tapi untuk apa? Bisa, tapi untuk apa? Karena sifat Tuhan tuh ada banyak.

Sepemahaman saya dulu waktu saya masih Kristen dan saya rasa Kristen ini kan Abrahamic Jadi pasti ada nyenggol-nyenggol dengan Islam Yahudi Dia bisa, tapi untuk apa? Tuhan itu berhikmat, Tuhan itu adil, Tuhan itu belas kasih Dan Tuhan itu pokoknya kalau di Islam ada 99 Kalau di Kristen saya tidak tahu Tapi sifatnya banyak Dan dia tidak akan melakukan sebuah tindakan yang melanggar sifat lainnya Pertanyaannya begini Apakah Tuhan bisa mengangkat batu yang dia tidak sendiri bisa angkat? Kalau pertanyaannya bisa atau tidak, jawabannya bisa.

Tapi balik lagi, dia tidak akan melanggar keilahian dia dengan sifatnya yang lain. Sehingga nanti pertanyaan selanjutnya adalah, untuk apa? Tapi gini, sorry, sorry.

Tadi kan Coki kan menanggapi yang tentang bagaimana bisa nggak Tuhan menciptakan batu yang sedemikian gedenya sampai dia tidak bisa mengangkatnya. Itu memang paradoks. Karena begitu dia tidak bisa mengangkatnya, dia sudah tidak maha kuasa lagi. Kalau begitu sekarang pertanyaannya... Apakah dia bisa mengangkat batu?

Untuk apa? Apa tujuan? Apa yang harus saya buktikan dengan melakukan ini tuh apa? Karena kalau permasalahannya adalah kemahakuasaannya, ada hal lain yang lebih tepat sasaran yang bisa dia lakukan untuk menjawab soal kemahakuasaannya. Ngerti gak maksud gue?

Makanya sebenarnya yang jadi permasalahan buat gue, pada akhirnya orang-orang yang percaya dengan hal-hal apa yang dia percayai kok. Apapun itu, terjebak dengan diskusi-diskusi seperti ini, sampai lupa harus bayar SPT tahunan. Itu dia. Gitu loh maksud saya. Tapi kita kasih Kodondi dulu.

Kasih Kodondi dulu. Kodondi, dari semua rangkuman. Kodondi kan bisa melihat nih, cara berpikirnya kritis.

Saya punya perspektif saya sendiri. Tapi saya senang loh ketemu Kodondi pertama kali. Selamat dong.

Thank you. Dan kita sama-sama, saya gak tau ya, saya setuju bahwa surga dan neraka manusia itu buku-buku. Bukan ada di manusia. Ada di hak prioritatif. Daripada Tuhan itu sendiri yang biasa.

Saya gak tau dia setuju gak. Enggak kalau saya setuju. Neraka itu adalah saat kita. BPJS kelas 3. Oke.

Nah kita kan kembali. Ke poinnya sekarang. Untuk apa.

Semua ini diadakan. Dengan adanya berbagai macam. Kultur, budaya, background.

Pengetahuan. dari zaman dulu sampai sekarang. Dan terjadilah pasti dengan sendirinya perbedaan. Kemudian perbedaan itu akhirnya ditujukan untuk saling menjatuhkan satu sama lain yang mana kita sendiri pun tidak bisa dan tidak punya kuasa untuk menentukan surga dan neraka kita. Oke gini, kalau dari pandangan Islam ya.

Manusia diciptakan bersuku-suku. Bukan untuk saling mematikan, bukan untuk saling memperang. Ya, pernah dengar itu. Ajarannya bukan begitu.

Betul, betul. Ajarannya adalah untuk saling mengenal. Betul kok. Di Islam kita juga percaya lah.

Yang namanya Tuhan pasti cuma satu. Iya. Di Islam kita juga mengenal yang namanya begini.

Orang Batak gak lebih baik daripada orang Cina. Betul, sepakat saya. Orang Cina juga gak lebih baik daripada orang Jawa. Orang Jawa juga tidak lebih baik daripada orang Batak. Yang terbaik daripada ketiga suku ini apa?

Takwanya. Kalau di dalam Islam, takwanya Takwa artinya apa? Menjalankan perintah Tuhan, menjauhi larangannya Dan di dalam Islam juga tidak ada paksaan Masalah iman, tadi kalau Bang Denny bilang Itu adalah hubungan kita sama Tuhan ya Karena sesuatu yang tidak bisa dinalarkan Oke, itu adalah iman Kita juga tidak boleh menzolimi orang lain Kita tidak boleh memerangi orang lain yang tidak memerangi kita Jadi siapapun, mau Kristen, agama apapun Kita semuanya respect, respect dalam arti ini, di Islam kita sudah menyampaikan begini, tidak ada paksaan, silahkan jalan ke masing-masing sesuai dengan hati gitu lah ya.

Makanya tadi saya ingin menggarisbawahi bahwa, karena di dalam Islam dia tidak mengenal suku ras, maka itulah menurut saya juga paling logis. Logisnya dalam arti, kalau mau disambungkan ke dia mungkin ada nyambung-nyambungnya gitu. Karena tidak mengenal suku dan ras gitu kalau di dalam Islam.

Tadi yang saya berikan apa cuplikan bahwa Arab tidak lebih baik dari ini dan segala macam. Itu adalah bukti bahwa di dalam Islam tidak ada rasis, tidak ada diskriminasi. Saya tutup dengan baik kalau begitu. Terima kasih banyak Kodondi.

Ini mencerahkan sekali. Terima kasih Bang Denny, terima kasih Kodondi. Siapa tau kita bisa ketemu di kesempatan yang lebih oke lagi Dan makan bareng kayaknya Laper juga ngobrol Iya menarik sekali ya Karena sebentar lagi kita berbuka Ini satu poin yang saya garis bawahnya dari Harusnya tadi taruh gelas Jangan lah kita gak mau mati Justru kita lihat siapa yang batal Dia bercandanya kacau juga Aslinya gila banget Ini gue kasih tau sama lo Masih ditahan karena puasa Oh iya bener Coba gak puasa Dibabat kamu ya Asik asik Kodoni orang Semoga kita bisa berteman ya Saya tutup dengan Pandangan kesimpulan saya Bahwa keyakinan seseorang itu Harus dijalankan pastinya Dengan menggunakan akal dan pikiran Dimana kita bicara tentang Akhlak seseorang, tapi Di dalam beragama ada yang namanya Iman, dan iman untuk setiap orang itu Yang mengetahui pribadinya itu Adalah Allah itu sendiri yang menciptakannya Tadi saya sangat suka dengan Arti daripada Islam itu Berserah diri kita tunduk bertakwa, tenang, damai, dan memiliki arti yang sangat positif. Apakah Perkata itu dimiliki oleh orang itu di dalam imannya, kita nggak tahu. Belum tahu.

Tidak. Jadi Muslim adalah orangnya. Islam adalah ajarannya. Jangan melihat Muslim untuk mempelajari Islam.

Betul. Ditutup dengan sangat baik sekali. Terima kasih.

Selamat berbuka bahasa.