Intro Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Para mahasiswa dan mahasiswi Yang kami cintai dan kami banggakan Dengan bersyukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunianya, Alhamdulillah kita dapat melakukan kegiatan awal, kegiatan perdana kita dalam kuliah agama Islam. Kita berharap semoga kuliah ini dapat mengantarkan Anda sekalian pada pemahaman agama yang utuh dan dapat mengantarkan kita pada kehidupan keagamaan yang menuju kepada keimanan dan ketakwaan. Pada Allah SWT. Selanjutnya kami sampaikan ucapan selamat atas saudara dan saudari sekalian yang telah menjadi mahasiswa dan mahasiswi Universitas Indonesia.
Kita akan sama-sama untuk mengkaji kegiatan-kegiatan yang sangat mendalam, terutama kegiatan ilmiah dan termasuk kegiatan kemasyarakatan. Oleh karena itu, pada... Kuliah ini saya ingin sampaikan, setelah kita nanti akan memasuki kuliah agama, kita sekarang merasakan bagaimana kondisi kita.
Dengan adanya pandemi, COVID-19, kita melakukan kuliah tidak secara langsung, face to face, tapi kuliah melalui media. Tapi ini saya kira kalau kita manfaatkan dengan baik, pasti akan mendatangkan manfaat yang besar. Bahkan bisa lebih luas.
Mengapa? Karena kita bisa melacak literatur yang lebih jauh dan lebih mendalam dan lebih banyak. Dengan demikian, kita berharap kepada Anda sekalian, para mahasiswa-mahasiswi, untuk rajin melakukan pengkajian dan pendalaman dari bagian literatur yang berkaitan dengan kajian agama. Yang berikutnya, saya ingin sampaikan bahwa Kuliah Islam ini atau kuliah agama ini akan mengantarkan kita bagaimana memahami agama secara lurus.
Sebab dalam perkembangan terakhir ini ada dua kubu ekstrim. Yang pertama adalah kelompok literal yang sangat keras, yang memahami agama itu sangat rigid, kaku, keras, radikal. Radikal dalam arti yang sempit ya.
Kemudian kelompok yang kedua adalah kelompok yang disebut dengan liberal. Yang begitu longgar sedemikian rupa. Hampir nggak ada yang baku dalam liberal ini. Sehingga akhirnya dua hal tadi menjauh gitu.
Nah, bagaimana DOE kita kembangkan dalam kuliah agama? Kita rangkul ini. Dua-duanya kita rangkul.
Kemana pemahamannya menuju ummatan wasato? Umat pertengahan atau pemahaman yang moderat, tidak ekstrim kepada literal dan tidak ekstrim kepada liberal, tapi kepada pemohonan Islam yang sesungguhnya. Nah ini yang akan kita kembangkan.
Dari sini maka kita akan melihat secara langsung, kita ingin mengetahui bagaimana perkembangan pemahaman agama sekarang ini yang terjadi di kalangan anak-anak muda, terutama merambah anak-anak muda. Yang pertama saya sebut ada kelompok literal. Itu memahami agama sangat sempit, kaku, kemudian keras.
Misalnya dalam memahami hadis, إِنَّ أَوَّلُمْ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصُلَاتِهِ فَإِنْ صُلَحَتْ Fakad aflaha wa anjaha wa infasadat fakad khoba Sebenarnya orang itu diniat nanti di Yawmul Hisab dari sholatnya Kalau sholatnya baik, baik semua. Kalau sholatnya buruk, buruk semua. Jadi di sini menegaskan seolah-olah sholat itu yang paling menentukan. Kemudian di hadis, ini hadisnya adalah riwayat Ibn Majah, An-Nasai.
Kemudian yang kedua, Inna bayanar rajuli wa bayanar syirki wal kufri. Tarkus sholat. Sehingga perbedaan antara kufur dengan seorang yang syirik dengan kufur adalah meninggalkan sholat. Jadi seolah-olah disini tegaskan kalau orang meninggalkan sholat itu sudah syirik kufur. Nah kemudian di hadis lain tegaskan Al-ahdu bayna alladhi bayna naba baynahum as-sulah fa man taruqaha fa qad kafar Perbedaan antara kita dengan mereka adalah sholat.
Siap meninggalkan sholat, maka telah menjadi kafir. Nah inilah hadis tadi seperti ini dipegang oleh kelompok literal yang keras tadi dengan pemahaman yang sempit. Nah sebetulnya kalau kita akan melihat Ini nanti kita akan lihat pemahaman umat Tuhan bagaimana.
Sebaliknya kelompok-kelompok literal, kelompok selain literal yang kita sebut tadi, kelompok liberal itu memahaminya sangat longgar. Misalnya mereka mengambil hadis, apa misalnya, ma min abdin. Qawla la ilaha illallah ma ta'ala dhalika dha'ulal jannah Tidak seorang hamba pun yang mengucapkan la ilaha illallah kemudian dia meninggal masuk sorga Nah disini longgar sekali Pokoknya orang baca sahadat baca la ilaha illallah masuk sorga gitu seolah-olah Kalau tadi kan gak sholat kafir Nah ini apapun pokoknya baca sahadat masuk sorga Kemudian hadis yang kedua adalah yang diriwatkan dari salah seorang sahabat nabi yang menjelaskan ketika Mu'ad bin Jabal ikut Rasulullah naik kendaraan bersama itu Mu'ad dipanggil oleh nabi, ya Mu'ad, wahai Mu'ad, lebih baik ya Rasulullah, ya Mu'ad kemudian beliau menjelaskan, ma min abdin, disebutkan disitu ya ada seorang hamba pun yang yashhadu an la ilaha illallah wa anna muhammadur rasulullah illa harramahullah ala nari kata nabi tidak ada seorang hamba pun yang mengucapkan syahadat la ilaha illallah mahuadir rasulullah kecuali orang itu diharamkan dari peneraka nah inilah gambaran-gambaran yang digunakan oleh kelompok liberal tadi kemudian fa inna allah qad harma ala nari man qala la ilaha illallah Allah telah mengharamkan masuk peneraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah jadi Inilah contohnya saya ingin sampaikan disini.
Yang satu begitu berat, keras, gak sholat, kafir. Yang ini gak ada masalah. Pokoknya sahadat masuk sorga. Sahadat masuk sorga.
Nah inilah dua kubu tadi. Nah bagaimana kita mengantarkan dari dua kelompok tadi kepada ummatan wassatu. Kita angkul dua-duanya.
Bagaimana pemahamannya? Pemahaman yang pertama tadi mengenai hadis tentang sholat tadi. Itu sebetulnya bukan menyebutkan...
Kafir dalam arti dia non muslim bukan Kafir dalam arti mengingkari Salah satu kewajiban agama Nah jadi Terim kafir dalam Islam itu dalam Quran itu Bisa ada empat macam Kafir itu Yang pertama kafirun bibujudillah Kafir terhadap wujudnya Allah Eksisasi Tuhan itu namanya ateis Kafirun bibujudillah itu ateis Mengingkari adanya Allah Yang kedua kafirun bibahdaniyatillah Kafir terhadap kesaan Allah itu namanya mushrik. Yang ketiga kafirun birisalahi Muhammadin. Kafir terhadap risalah Nabi Muhammad itu ahlil kitab. Orang Yahudi, Nasrani itu ahlil kitab. Yang keempat kafirun bini amillah.
Kafir terhadap ni'mat Allah itu disebut kafir juga. Meskipun dia muslim tapi mengingatkan ni'mat Allah disebut kafir. Nah jadi itu pengertian kafir itu sebetulnya sangat luas. Ada empat macam paling minimal di Al-Quran itu. Nah ini beberapa ayat kita sebutkan.
mengenai pengertian misalnya waduruballahu mahtalan kuryatan kanat aminatan mutmainnah yakthi haduskuha rogadan min kullimakan wakafarat ba'an umillah nah inilah perubahan ada suatu negeri suatu mak umat yang sangat memperoleh karunia yang luar biasa hidupnya tenang tapi kemudian mereka kafir terhadap nikmat-nikmat Allah Nah ini juga disebut kafir di Quran. Nah jadi karena itu kafir tadi sesungguhnya adalah bukan kafir dalam erudan muslim. Nah pemahaman dari umatan wasato ini kita kembangkan bahwa dari dua kelompok tadi kita memahaminya tidak secara literal.
Tidak secara literal, tapi kita secara luas. Nah maksud dari yang pemahaman tadi bahwa setiap orang yang mengucapkan syahadat masuk ke surga artinya dia melaksanakan dari syahadat itu apa? Ya ta'at tunduk pada Allah. Syahadat itu adalah orang yang pasrah menyerahkan diri pada Allah. Nah jadi kalau orang sudah syahadat, pasti sholat.
Kalau syahadatnya benar, pasti zakat. Kalau syahadatnya benar, pasti siam dan seterusnya. Jadi artinya nggak ada masalah.
Kalau memang dia bersyahadat tapi melaksanakan jalan agama, ya memang itulah balasan dari Allah SWT memperoleh surga. Nah sebaliknya, kalau... Orang ini tidak melaksanakan sebagian ajaran agama, ya dia itu dosa.
Termasuk orang muslim asli, muslim yang berdosa. Misalnya nggak sholat, tapi kalau dia bertobat, kemudian dia akan di dunia. Maka pemahaman ini kita tarik ke tengah kepada umatan wassatu. Yang apa pedomanya?
Yang pertama adalah tawazzun, seimbang. Tidak berat sebelah, tawazzun. Yang kedua pemahamannya adalah i'tidal, lurus, adil.
Kemudian yang ketiga adalah tasamuh. Tasamuh itu tolerans. Jadi itu yang kita akan kembangkan dalam kuliah di WI ini. Jadi saya ulangi yang pertama dengan cara pemahaman ayat maupun hadis atau as-sunnah dengan Lurus, kemudian tawazun, seimbang, kemudian tawasud, ambil jalan tengah, moderat, tawasud namanya. Kemudian yang keempat adalah tolerance atau tasamu, tolerance.
Nah inilah dengan cara seperti ini maka pemahaman yang ekstrim tadi bisa dihindari. Tapi memang dulu itu pemahaman yang... sebenarnya yang kita sebut ummatan wasatuh.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran, waj'alna kum ummatan wasatuh. Kami jadikan kamu sekalian ummat pertengahan atau ummat moderat, yang inilah yang digambarkan di dalam kuliah-kuliah kita nanti. Nah dengan cara seperti ini, maka pemahaman keagamaan kita akan lurus dan tidak terjebak dalam pemahaman yang kita sebutkan dua macam kubu yang sangat menjauh. Tapi kita menarik dua-duanya. menjadi pemahaman sebagai umat dan wasatuh.
Nah, pengembangan sampai saat ini, dari pemahaman-pemahaman itu harus kita kembangkan lebih jauh, sehingga kita bisa memahaminya dengan cara yang sangat baik. Dari hadis-hadis maupun dari ayat Al-Quran, tidak bisa kita mengambil pemahaman dari satu ayat atau satu hadis. Harus kita kumpulkan sedemikian rupa, secara holistik, secara menyeluruh. Kemudian juga kita kembangkan pemahamannya itu juga dengan pemahaman yang konfrihensif.
Tidak parsial, tapi harus kita pahami secara integral. Nah inilah yang akan melahirkan nanti pemahaman agama yang utuh. Yang sesuai dengan tuntunan dari nabi dan para sahabatnya. Itulah yang kita akan kembangkan pada kuliah-kuliah kita di UI.
Nah untuk inilah. Para mahasiswa, mahasiswi yang kami cintai, maka tugas kita semua adalah untuk terus mempelajari agama. Dan kita tidak boleh mempelajari agama itu dari satu kelompok atau satu orang saja.
Harus banyak, kita terbuka. Belajar agama kepada siapapun yang... Kita seingatnya dapat perbandingan, sehingga kita nanti tidak menjadi pemahamannya sangat sempit. Tapi harus kita luas. Di dalam kuliah agama nanti...
Kita akan memperoleh ini dan nanti dengan tema-tema yang sudah ditetapkan, nanti bisa didiskusikan lebih jauh dan dari tema-tema ini kita akan bisa mengembangkan pemahaman, demi pemahaman yang berkaitan dengan akidah demikian luas. Kemudian berkembang menjadi ilmu tawhid dari akidah itu, dengan pengembangan para ahli menjadi ilmu kalam, ilmu kalam dengan berbagai alirannya, kemudian dari syariah. Dikembangkan oleh Pak Halim menjadi fikih dengan berbagai mazhabnya itu luas sekali.
Mazhab-mazhab fikih itu luas sekali. Kemudian dari akhlak dikembangkan dengan ilmu tasawuf dengan aliran-alirannya. Kemudian dari filsafat juga dikembangkan semula berupa sehingga nanti menjadi utuh pemahaman.
Dari aspek-aspek inilah nanti kita akan mendalami ajaran Islam dengan cara yang sebaik-baiknya dan dapat dikembangkan. kepada yang lebih jauh. Nah dari sini, lalu kita akan menyampaikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi tentang kuliah ini dan kita sifatnya terbuka, transparan.
Nanti kita akan jelaskan mana pengambilannya. Misalnya pengambilan hadisnya dari mana, ayatnya dari mana, itu kita akan ungkapkan, kita jelaskan. Sehingga semua orang bisa melacak.
Seperti yang saya sebutkan tadi, hadis-hadis yang saya sampaikan. Itu nomor hadis yang saya cantumkan, sumber hadis yang saya cantumkan, ayat juga begitu. Kemudian status hadis yang juga kita cantumkan.
Nah dengan demikian akan memudahkan mahasiswa dan mahasiswi untuk melacak lebih jauh dan mendalami lebih jauh. Nah pengalaman saya memberikan kuliah, ternyata mahasiswa dan mahasiswi itu umumnya mempunyai kemampuan yang sangat tinggi. Untuk mempelajari ini, mempelajari agama dan lain-lain, dan mempunyai kemampuan dalam bidang IT yang sangat tinggi, maka sangat mudah sekali mereka memahami agama.
Dan itulah perlunya, maka dosen itu hanya sebagai fasilitator. Dosen dalam arti dia memberikan kuliah-kuliah secara bimbingan-bimbingan yang sifatnya itu mendikte, enggak, sebagai fasilitator saja. Nah, fasilitator ini... akan membimbing para mahasiswa untuk mempelajari agama lebih luas, lebih transparan, dan bebas.
Dengan demikian, maka kehidupan beragama atau pembuatan agama di universitas atau di UI ini akan menjadi sangat digandrungi oleh para mahasiswa. Ini kita lihat dalam kuliah-kuliah agama yang saya alami, itu banyak mahasiswa yang merasa sangat senang mempelajari kuliah ini, karena kita berikan pada mereka itu. Pelajaran-pelajaran yang sangat transparan dan pengambilan-pengambilan dari sumbernya juga demikian. Kita ungkapkan secara jelas, demikian juga pemahamannya tadi kita ungkapkan secara jelas sehingga nanti akan mengantarkan mahasiswa kepada pemahaman yang umatan wasato tadi. Jadi umatan wasato, saya ulangi, cirinya itu yang pertama pemahamannya adalah tawassud pertengahan.
Tidak ekstrim ke literal atau ekstrim ke liberal, tapi tawassud, pertengahan, muderat. Yang kedua tawazzun, seimbang, pemahamannya seimbang, tidak berat sebelah. Kemudian yang ketiga adalah i'tidal, lurus. Tidak memasukkan unsur-unsur lain dalam agamanya, agama. Kemudian yang keempat adalah tasamuh.
Tasamuh ini bukan semata-mata tasamuh dengan kelompok agama lain. Antara kita juga, antara umat Islam. Ada tersamuh yang perlu dikembangkan sehingga tidak ada diantara kita itu pemahaman atau hal-hal yang menjadikan friksi-friksi yang nggak sehat dalam kalangan kita. Maka ada tersamuh, kalau ada perbedaan, oke, nggak ada masalah. Itu pemahaman kami, itu pemahaman Anda, silahkan.
Kemudian dengan lain agama juga begitu, kita tersamuh juga, toleransi juga, sehingga tidak ada hal-hal yang menjadikan kita ini saling. terhenti atau saling terkotak-kotak, kita tetap bergaul dan lain sebagainya, menurut keyakinan masing-masing itu dipersilahkan supaya berjalan dengan baik. Inilah yang ingin kami kembangkan dalam kuliah agama di Universitas Indonesia. Kita berharap semoga aktivitas kuliah ini dapat mengantarkan mahasiswa kepada pemahaman yang utuh dan mendalam dari ajaran agama dan dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Amin. Demikian mohon maaf apabila ada kekhilafan dan kekurangan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.