Transcript for:
Bersuka Cita Dalam Penderitaan

Mari kita bangkit berdiri bersama-sama dan kita akan baca ayat untuk hari ini. Hari ini adalah khutbah terakhir dari seri Habakuk, ini khutbah keempat yang saya beri judul Bersuka Cita Dalam Penderitaan. Nah khutbah ini akan diambil dari ayat 1-19 tapi kita akan baca bersama-sama ayat 16-19 saja. Mari kita baca bersama-sama dalam hitungan 3. 1, 2, 3. Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigilah bibirku, tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri. Namun dengan tenang, akan ku nantikan hadiah.

Allah Tuhanku itu kekuatanku. Ia membuat kakiku seperti kaki rusak. Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

Untuk pemimpin biduan dengan permainan kecapi. Sudah bodoh kembali? Kapan kita mengatakan Tuhan itu baik?

Nah kalau kita boleh jujur, Taukah Anda kapan kita berkata Tuhan itu baik? Ketika segala sesuatu berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Kita berkata Tuhan itu baik ketika kita mendapatkan promosi di tempat pekerjaan. Ketika keningbang kita penuh. Ketika kita sehat.

Ketika keluarga kita bahagia. Ketika kita liburan ke tempat yang kita impikan. Jadi ketika hidup itu indah, kita berkata Tuhan itu baik.

Tetapi apa yang terjadi sewaktu kita berada dalam kesukaran hidup? Apa yang terjadi waktu kita tidak mendapatkan promosi itu? Apa yang terjadi sewaktu kita berdoa untuk kesembuhan yang terjadi malah tambah sakit?

Apa yang terjadi waktu kita berdoa untuk seorang anak, tapi kita tidak memiliki anak? Apa yang terjadi waktu kita berdoa untuk pemulihan pernikahan, yang terjadi justru perceraian? Apa yang terjadi sewaktu apa yang kita inginkan dalam hidup tidak tercapai malah segala sesuatu sepertinya berjalan bertolak belakang dari apa yang kita inginkan. Apakah kita masih bisa berkata Tuhan itu baik. Nah ini yang menakjubkan dari akhir kitab Habakuk.

Kenapa? Karena sampai akhir kitab Habakuk dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan bukan hanya itu, bahkan deskripsi di akhir pasal ini yang tadi kita baru baca, saya yakin sudah pernah dengar.

Habakkuk menunjukkan bahwa dia tahu yang akan terjadi justru hal yang terburuk. Dia tahu situasinya akan menjadi lebih buruk daripada yang terjadi di awal kitab Habakkuk. Namun pada saat yang bersama dia berkata begini. Aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

Jadi Habakkuk ini adalah sebuah orang sosok yang segala sesuatu dalam hidupnya semakin buruk, semakin buruk, dan semakin buruk namun dia bersuka cita. Habakkuk bersuka cita dalam penderitaan. Pertanyaannya adalah, bagaimana? Bagaimana dia bisa melakukan itu, apa rahasianya Habakkuk Bagaimana dia bisa bersuka cita di dalam Tuhan terlepas dari keadaan hidupnya Dan itu yang akan kita pelajari bersama-sama hari ini Nah saya akan ingatkan saudara terlebih dahulu apa yang telah kita pelajari dalam kitab Habakkuk selama 3 bulan terakhir ya Jadi begini, kau sedara ingat Habakuk yang pertama, Habakuk itu frustrasi, kenapa? Karena dia melihat kehancuran dan kebobrokan di Yehuda dan dia berdoa kepada Tuhan, kenapa Tuhan kamu berdiam saja?

Namun ketika akhirnya Tuhan menjawab Habakuk, Habakuk menjadi tambah bingung, kenapa? Karena kau sedara ingat, Tuhan berkata, Habakuk aku sudah mendengar doamu. Tetapi aku akan menjawabnya tidak seperti yang kamu inginkan. Kamu mengharapkan kebangkitan rohani.

Tetapi yang aku akan lakukan adalah, aku akan mengutus Babel untuk mendisiplin dengan Yehuda. Aku tidak akan membuat hidupmu lebih baik, aku akan membuat hidupmu lebih buruk. Dan kemudian Habakuk bertanya, Babel, yang benar aja Tuhan, Babel kan lebih jahat daripada Yehuda.

Bagaimana mungkin engkau Allah yang kudus, engkau Allah yang begitu sempurna, bagaimana mungkin engkau memilih babel yang jahat daripada umatmu yang kau kasihi. Tidak masuk akal untuk engkau menggunakan babel untuk mendisiplinkan kami. Dan Tuhan menjawab, Habaku kamu mungkin tidak mengerti, tapi kamu harus percaya. Karena aku punya rencana, aku tahu apa yang kulakukan, aku punya sebuah tujuan dan aku akan menyelesaikannya. Kenapa Habaku?

Karena orang yang benar akan hidup oleh iman. Dan Babel akan mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan pada waktunya. Karena aku akan menghakimi Babel atas kejahatan mereka pada waktu yang telah ditentukan dan seluruh bumi. akan dipenuhi dengan pengetahuan akan kemuliaanku.

Nah disitu kita berhenti terakhir kali ya saudara ya. Tiga khutbah dalam dua menit. Saudara mikir, kenapa gak bisa kayak gitu tiap minggu? Kalau kita tiap minggu pendeta pun hilangan pekerjaan saudara ya.

Nah, dan perikob hari ini di pasal tiga ini adalah respon Habakkuk terhadap apa yang Tuhan baru saja katakan kepada. Jadi dimulai di ayat satu, dikatakan begini. Doa Nabi Habakkuk menurut...

Jadi kalau sebelumnya Habakuk mengeluh Sekarang Habakuk tidak lagi mengeluh Dia berdoa Tapi dia bukan hanya berdoa Dia juga bernyanyi Karena kita menemukan di akhir pasal 3 Doa ini kemudian diberikan kepada Pemimpin paduan suara Untuk menjadi sebuah lagu Yang dinyanyikan umat Tuhan Oh dan saudara ini lagu sangat Amat indah John Piper mengatakan begini, lagu terindah selalu lahir dari rasa sakit yang terbesar. Nah kalau saya yakin, kalau saudara sudah cukup lama begerja, saudara pasti sudah mendengar akhir dari kitab Habakkuk. Karena kalimat-kalimat itu sangat amat indah, sangat mempesona.

Tetapi yang harus kita mengerti bahwa kalimat-kalimat yang indah itu tidak lahir begitu saja. Mereka muncul dari rasa sakit yang paling dalam. Dan mari saya beritahu Anda yang lebih menajibkan lagi. Tidak ada yang berubah dalam hidup abaku.

Perhatikan ini. Hidup Habakuk tidak menjadi lebih baik, bahkan lebih sukar. Tetapi Habakuk melihat dengan lebih baik. Dia tidak lagi melihat kehidupan melalui lensanya sendiri, tetapi melalui lensa iman.

Kita akan lihat bersama-sama ya, apa yang terjadi, apa yang Habakuk lakukan, sehingga dia bisa bersuka cita dalam penderitaan. Tiga hal yang bisa kita pelajari dalam ayat-ayat ini. Pertama, Ingat siapa Tuhan, kedua, ingat perbuatan Tuhan, dan yang ketiga, ingat keselamatan Tuhan. Yang pertama, ingat siapa Tuhan. Yang kedua, Tuhan telah ku dengar kabar tentang engkau dan pekerjaanmu ya Tuhan ku takuti.

Hidupkanlah itu dalam lintasan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun, dalam murka ingatlah akan. kasih sayang apa yang anda lakukan ketika hidup sangat sukar dan tidak berjalan seperti yang anda harapkan ini yang dilakukan Habakuk dia melihat ke atas Habakuk memandang kepada Tuhan dan dia mengingatkan dirinya sendiri siapa Tuhan Dan seperti yang sudah kita lihat dalam kotbah sebelumnya, Habakkuk itu sewaktu dia berdialog dengan Tuhan, dia sangat jujur dengan Tuhan. Dan kemudian dia diubahkan karenanya.

Jadi percakapan dia dengan Tuhan itu memberikan dia sebuah perspektif yang baru. Karena dia tahu begini, dia tidak dapat mengubah pikiran Tuhan untuk memakai babel untuk mendisiplinkan Yehuda. Tetapi Habakkuk tahu, Bahwa Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih sayang.

Dia berkata begini, dalam murka ingatlah akan kasih sayang. Jadi habaku berkata begini, Tuhan aku tahu kami layak didisiplin. Tuhan aku tahu kami layak menerima penghakimanmu. Tetapi aku juga tahu tentang kasih sayangmu. Aku tahu apa yang kau sudah lakukan bagi bangsa Israel di masa lalu.

Dan aku tahu engkau adalah Tuhan yang penuh kasih sayang. Dan murkamu tidak akan menjadi kata terakhir bagi kami. Jangan perlakukan kami menurut dosa-dosa kami. Perlakukanlah kami menurut kebaikanmu. Jadi disini Habakuk berdoa agar Tuhan berbelas kasihan kepada umatnya dalam terang penghakiman yang akan datang.

Karena itulah siapa Tuhan. Kemudian dia lanjut ya, di ayat 3-7. Allah datang dari negeri teman dan yang maha kudus dari pegunungan paran. Keagungannya menutupi segenap langit dan bumi pun penuh dengan pujian kepadanya.

Ada kilauan seperti cahaya, sinar cahaya dari sisinya dan disitulah terselubung kekuatannya. Mendahulunya berjalan penyakit sampar dan demam mengikuti jejaknya. Ia berdiri, maka bumi dibuatnya bergoyang. Ia melihat berkeliling, maka bangsa-bangsa dibuatnya melompat terkejut. Hancur gunung-gunung yang ada sejak perubah, merendah bukit-bukit yang berabad-abad.

Itulah perjalanannya berabad-abad. Aku melihat kema-kema orang kusyan tertekan, kain-kain tenda tanah median menggetar. Nah, jadi di dalam ayat-ayat ini saya jelaskan, Habakuk ini mulai mengingat siapa Tuhan. Jadi teman itu saudara bukan teman, friend bukan.

Teman itu adalah salah satu pinggiran dan gunung paran itu ada batas perjalanan bangsa Israel dari Mesir sampai ke Tanah Perjanjian. Jadi apa yang Habakkuk lakukan disini dia adalah sedang mengingat perbuatan Tuhan di kisah keluaran. Dimana Tuhan memimpin umatnya keluar dari Mesir melalui padang gurun masuk ke Tanah Perjanjian. Dan sebagian besar gambaran dalam ayat ini itu keluar dari kitab keluaran.

Contoh ayat 3 dan 4 berbicara waktu Tuhan hadir di gunung Sinai. Jadi waktu Tuhan hadir di gunung Sinai, gunung itu bergoncang dan kilat semua guntur bergema dari gunung tersebut. Dan kemudian bangsa Israel menjadi sangat takut dan kemudian Musa naik ke atas gunung bertemu dengan Tuhan. Di ayat 5 itu menjelaskan bagaimana Tuhan membebaskan Israel dari Mesir menggunakan tulah dan penyakit.

sampara. Ayat 6 berbicara tentang kekuatan Tuhan yang maha kuasa di mana Tuhan mengguncang bangsa-bangsa seperti mainan. Dia menghamburkan gunung-gunung seperti menglemparkan benih.

Dia meruntuhkan bukit-bukit seperti merobohkan bukit pasir. Dan jalan-jalannya adalah jalan-jalan yang gagal. Dan di ayat 7, Habakuk berkata, Seluruh bangsa lain, seluruh musuh umat Tuhan gemetar di hadapan kebesaran Tuhan.

Lihat apa yang terjadi disini. Jadi disini Habakkuk itu mengingatkan dirinya sendiri bahwa tidak ada Tuhan seperti Tuhan Israel. Tidak ada yang dapat menghentikan Tuhan ketika dia berjalan melintasi bumi untuk melaksanakan kehendaknya. Tuhan Israel tidak dapat dihentikan.

Jadi yang Habakkuk lakukan disini dia menguatkan dirinya sendiri. Dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa Tuhannya adalah Tuhan yang berdaulat. Dan Tuhannya adalah Tuhan yang tidak akan meninggalkan dia dalam keadaan apapun. Apa pelajarannya bagi kita?

Sederhana. Ketika dalam kesukaran hidup, ingatlah siapa Tuhan. Nah saya tahu ya, ini kedengarannya klisi. Of course semua pendeta akan ngomong gitu. Tapi ini sangat penting.

Kenapa? Karena ketika dalam kesukaran hidup, kecenderungan saudara dan saya adalah Melupakan Tuhan. Benar? Kecenderungan kita adalah mencari segala sesuatu yang lain selain Tuhan untuk menghiburkan kita dari rasa sakit kita.

Benar ya? Contoh, apa yang kita lakukan sewaktu kita sedih? Kita nonton seri Netflix yang terbaru. Atau mungkin bagi saudara, seri korea drama yang terbaru.

Kita main game sepanjang malam. Kita bergaul dengan teman-teman kita. Atau kalau saudara seperti saya, kita pergi belanja.

Jadi kita melakukan apapun yang kita bisa untuk mengalihkan pikiran kita dari rasa sakit kita. Atau mungkin kita mencoba menghibur diri kita dengan berkata kepada diri kita sendiri, enggak masalah ini sebetulnya baik-baik saja, semua baik-baik saja. Jadi kita berpura-pura hidup itu baik-baik saja sedangkan rumah kita sedang terbakar.

Habakuk gak melakukan itu, Habakuk memandang kepada Tuhan. Dia mengingatkan dirinya sendiri siapa Tuhan. Jadi perhatikan ini, kesembuhan seringkali tidak datang dari perubahan keadaan. Kesembuhan datang dari mengalihkan pandangan dari bumi ke surga.

Saya berikan dua contoh dari Alkitab, saya yakin saudara tahu cerita ini. Anda ingat ketika Yesus menenangkan badai, jadi suatu hari Yesus dan para murid sedang berada di kapal dan tiba-tiba badai yang dasyat itu menghantam kapal mereka. Dan murid-murid panik dan Yesus sedang tidur dengan bantal di belakang. Dan kemudian murid-murid membangunkan Yesus dan murid-murid bertanya kepada Yesus, Guru, Apakah engkau tidak peduli kalau kami binasa? Kami akan mati.

Lakukan sesuatu untuk menyelamatkan kami. Dan saudara ingat apa yang Yesus lakukan? Yesus bangun dan dia meredakan badai. Dan kemudian Yesus menolak kepada para murid dan Yesus berkata perkataan yang menarik.

Dia bertanya begini, Dimanakah imanmu? Nah perhatikan, Yesus tidak berkata, Kamu perlu iman yang lebih besar? Tidak. Dia bertanya, di mana imanmu?

Yang berarti, Yesus sedang berkata begini, Tidakkah kamu ingat siapa aku? Kamu tahu siapa aku? Kamu punya iman kepada aku?

Seharusnya iman itu ada di dalammu. Tapi, di mana iman itu? Kamu lupa siapa aku?

Jadi dengan kata lain begini, Para murid tahu siapa Yesus, tetapi mereka lupa mengingat Yesus di tengah badai. Setelah tahu apa yang saya maksudkan? Jadi mata mereka tertuju kepada badai dan bukan kepada Yesus. Mereka tahu persis siapa Yesus. Tetapi mereka tidak menghubungkan apa yang mereka tahu.

Dengan keadaan mereka dan hati mereka. Karena kalau mereka ingat. Tidak ada alasan bagi mereka untuk panik.

Mereka panik karena mereka tidak ingat siapa Yesus. Satu yang lalu lagi. Badai lagi. Suatu hari badai sedang terjadi dan Yesus berjalan di atas air. Tidak ingat ceritanya ya.

Dan Petrus berkata apa? Tuhan jika itu engkau suruhlah aku datang kepadamu. Suruhlah aku berjalan di atas air.

Dan Yesus berkata, come datanglah Petrus. Dan kemudian Petrus melangkah keluar dari perahu. Dan saudara mengerti ya, ini sangat amat beresiko. Kenapa?

Karena badai besar sedang terjadi dan badai itu dapat dengan mudah membunuh Petrus. Tetapi kemudian Petrus melangkah keluar dari perahu dan apa yang terjadi? Dia berjalan di atas air. Petrus berjalan di atas air di tengah-tengah badai.

Tapi kemudian Petrus mulai terganggu dengan ombak dan angin di sekelilingnya. Dan kemudian dia mulai berfokus kepada keadaan dan apa yang terjadi? Dia mulai merasa takut, dia mulai melepaskan fokusnya dari Yesus kepada badai dan dia tenggelam. Dan kemudian Yesus segera mengulurkan tangannya kepada Petrus dan berkata, Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang? Nah saudara lihat apa yang terjadi?

Selama Petrus berfokus kepada Yesus, selama mata Petrus melihat kepada Yesus, dia berjalan di atas air. Tetapi pada saat dia mulai melihat betapa buruknya situasinya, dia melupakan Yesus, dia takut dan dia tenggelam. Hal yang sama juga berlaku bagi kita. Kita akan tenggelam setiap kali kita berfokus pada keadaan kita dan tidak mengingat siapa Tuhan.

Tetapi jika kita tetap mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan, kita akan berjalan di atas badai. Itu yang pertama, ingat siapa Tuhan. Tapi kemudian Habakkuk lanjut, dia sekarang mengingat perbuatan Tuhan.

Ayat 8-12 Terhadap sungai-sungaikah ya Tuhan, terhadap sungai-sungaikah murkamu bangkit, atau terhadap lautkah ammarahmu sehingga engkau mengendarai kuda dan kereta kemenanganmu. Busurmu telah kau buka, telah kau isi dengan anak panah. Engkau membelah bumi menjadi sungai-sungai, melihat engkau gunung-gunung gemetar, air bah menderu lalu, samudera raya memperdengarkan suaranya dan mengangkat tangannya, matahari bulan berhenti di tempat kediamannya, karena cahaya anak-anak panahmu yang melayang maju, karena kilauan tombakmu yang berkilat, dalam kegeraman engkau melangkah melintasi bumi, dalam murka engkau mengasak.

Bangsa-bangsa. Ini indah sekali saudara ya. Jadi kalau sebelumnya di ayat 2-7, Habakkuk menyebut Tuhan dengan kata ganti orang ketiga. Dia sedang mengingat kembali siapa Tuhan.

Tapi di ayat-ayat ini, Habakkuk menyebut Tuhan menggunakan kata ganti orang kedua. Dia berkata siapa? Engkau. Kamu. Jadi dia sekarang berbicara kepada Tuhan secara langsung tentang apa yang Tuhan sudah lakukan untuk umatnya.

Di ayat 8-10 Habakkuk berbicara tentang bagaimana Tuhan menunjukkan kuasanya terhadap sungai dan laut. Ini ingat saudara ya, sewaktu Tuhan membuka Laut Merah dan Sungai Yordan sehingga bangsa Israel bisa menyebrang. Kemudian di ayat 11-12 Habakkuk berbicara tentang bagaimana Tuhan membuat matahari dan bulan berhenti. Nah kalau saudara gak tau ceritanya ya, ini salah satu cerita favorit saya di perjalanan lama.

Jadi cerita seperti ini. Suatu hari Tuhan memerintahkan Yosua untuk memusnahkan bangsa Amori termasuk semua hewan ternaknya. Dan jumlah tentara Israel itu kalah jauh dibandingkan dengan jumlah tentara Amori. Tapi kemudian Israel berhasil menekan bangsa Amori dan kemudian mereka mulai kabur. Nah, akhirnya matahari mulai terbenam.

Dan Joshua khawatir dia gak bisa menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepadanya. Jadi dia meminta sesuatu yang sangat amat tidak masuk akal kepada Tuhan. Apa yang dia minta? Dia minta Tuhan menahan sinar matahari.

Dia berkata apa? Matahari berhentilah. Dan Tuhan membengkokkan hukum fisika dan menjawab permintaan Joshua. Oke Joshua, aku akan memberikan kamu 3 jam lagi, tuntaskan tugasmu. Dan Joshua memusnahkan bangsa Amon.

Sungguh cerita yang luar biasa. Dan ayo lanjut ayat 13-15. Engkau berjalan maju untuk menyelamatkan umatmu, untuk menyelamatkan orang yang kau rapi.

Engkau meremukan bagian atas rumah orang-orang fasik dan kau buka dasarnya sampai batu yang penghabisan. Engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri kepala laskiarnya yang mengamuk untuk menyerahkan aku dengan sorak-sorai. Seolah-olah mereka menelan orang tertindas secara tersembunyi. Dengan kudamu engkau menginjak laut timbunan air yang membuing. Jadi sini habaku berkata.

Bahwa rencana Tuhan untuk menyelamatkan umatnya, itu akan melibatkan membinasakan orang fasik. Tetapi Tuhan tidak membinasakan orang fasik hanya karena Tuhan membinasakan orang fasik. Dia membinasakan orang fasik untuk membela umatnya.

Dan saya suka sekali ayat 14, itu ayat yang saya highlight, saudara ya. Karena ayat 14 berkata begini. Tuhan itu begitu berkuasa, sehingga Tuhan itu dapat menggunakan senjata musuh untuk melawan mereka.

Habakku berkata, engkau menusuk dengan anak panahnya sendiri, kepala lasikarnya. Sudah tahu apa ini? Ada peribahasa Indonesia yang menjelaskan ini.

Apa namanya? Senjata makan Tuhan. Tidak peduli seberapa kuat musuh, justru semakin besar mereka, semakin besar kejatuhan mereka.

O. Palmer Robertson menulis dengan sangat indah dalam komentarinya di atas kata pabahku. Dia berkata begini, Seringkali umat alam merasa sangat terganggu karena mereka tidak melihat kekuatan lain yang sekuat musuh-musuh mereka.

Tetapi nubuat Habakuk mendorong umat beriman untuk memiliki perspektif yang berbeda. Mereka harus melihat kekuatan musuh sebagai sumber pelindungan mereka sendiri. Semakin kuat musuh, semakin pasti kehancuran. Karena sebagaimana Allah berdaulat membangkitkan kekuatan dan meruntuhkannya kembali.

Dia membalikkan kekuatan musuh terhadap mereka sendiri. Bukankah ini yang terjadi berulang kali dalam Alkitab? Firaun mengira. Ia berhasil menjebak Israel di antara Laut Merah dan tentara Mesir.

Haman mengira dia akan menggantung Mordecai di tiang gantungan. Musuh-musuh Daniel mengira mereka sudah menyusun rencana sedemikian rupa agar Daniel dimakan singa. Tapi saudara tau apa yang terjadi pada mereka? Senjata makan Tuhan, tentara Mesir ditelan oleh laut merah, Haman digantung di tiang gatungannya sendiri, dan musuh-musuh Daniel justru yang akhirnya dimakan oleh singa. Kita melihat cerita dan mencerita dalam Alkitab bagaimana Tuhan selalu bekerja untuk kebaikan umatnya.

Dimanapun kita melihat musuh umat Tuhan. Dimanapun kita melihat ketidakadilan terjadi. Dimanapun tampaknya musuh Tuhan berada di atas angin. Tuhan selalu memiliki cara untuk memutar balikan senjata mereka.

Habakuk menarik kisah demi kisah di perjanjian lama. Untuk mengingatkan dirinya sendiri. Bahwa kemenangan Tuhan sudah dijamin. Bahkan ketika tampaknya masih sangat jauh. Nah pertanyaannya buat saudara dan saya pagi hari ini adalah ini.

Apakah anda percaya? Akan kebenaran ini. Apakah kita percaya pagi hari ini? Bahwa Tuhan itu dapat mengubah. Kejahatan yang direkarekakan oleh musuh kita menjadi kebaikan.

Dan inilah sebabnya mengapa mengingat itu penting. Perhatikan ini. Mengingat kembali apa yang telah Tuhan lakukan akan menciptakan kepercayaan dan pengharapan untuk masa depan. Mengingat pekerjaan Tuhan di masa lalu, memberikan jangkar pada masa kini sambil menantikan masa depan dengan tegur.

Pengalaman di masa lalu itu menciptakan pengharapan untuk masa depan. Itu sebabnya Daud berkata begini di Masmur 103 ayat 2. Kita baca bersama-sama ya. Ini ayat indah sekali.

Satu, dua, tiga. Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan jangan lupakan segala kebaikannya. Anda tahu Daud sedang berbicara dengan siapa?

Dirinya sendiri. Mengapa? Karena Daud sedang mengingat, dia mengatakan kepada dirinya sendiri jangan lupakan kebaikan Tuhan. Mari saya beritahu ini sangat amat penting, kenapa?

Sudah tahu apa permasalahan utama kita dalam hidup? Sudah akan jawab dosa, benar. Tetapi mengapa?

Mengapa kita berdosa? Saya berikan satu studi kasus dari Alkitab Yesaya 51 Ad 12-13 Ini perkataan Tuhan terhadap Israel Tuhan berkata begini Akulah, akulah yang menghibur kamu Siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati. Terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput. Sehingga engkau melupakan Tuhan yang menjadikan engkau. Yang membentangkan langit dan meletakkan dasar bumi.

Sehingga engkau terus gentar sepanjang hari terhadap kepanasan amarah orang penganiaya. Apabila ia bersiap-siap memustahkan. Dimanakah gerangan kepanasan amarah orang penganiaya itu?

Soalnya tau apa yang Tuhan katakan kepada bangsa Israel? Tuhan bertanya kepada bangsa Israel. Israel, kenapa kamu takut kepada manusia?

Mengapa kamu takut kepada mereka? Mari aku beritahu alasannya Israel. Karena kamu telah melupakan aku, Tuhan yang menjadikanmu.

Alasan kamu takut kepada orang lain, alasan kamu melakukannya kepada manusia adalah karena kamu melupakan betapa hebatnya aku dan apa yang dapat aku lakukan. Sebenarnya Israel seharusnya tahu bahwa Tuhan mereka jauh lebih besar daripada manusia. Tetapi mereka lupa.

Dan karena mereka lupa, mereka berdosa kepada Tuhan. Itu masalah mereka dan itu juga masalah kita. Permasalahan kita simpel, kita mudah lupa.

Anda menyadari tidak, bahwa ada sesuatu dalam hati kita itu yang sangat mudah melupakan hal yang baik, tetapi kita selalu ingat hal yang buruk. Sudah menyadari itu? Dan itulah yang dilakukan dosa kepada kita.

Dosa membuat kita melupakan hal-hal yang seharusnya kita ingat. Dan mengingat hal-hal yang seharusnya kita lupakan. Saya ulangi sekali. Dosa membuat kita melupakan hal-hal yang seharusnya kita ingat. Dan mengingat hal-hal yang seharusnya kita lupakan.

Saya berikan contoh pribadi ya. Ini saja. Nah, sebagai seorang buku khutbah.

Percaya atau tidak. Ada kalanya saya itu dipuji untuk khutbah saya. Saudara, masa sih?

Bener saudara. Kadang-kadang saya itu dipuji untuk khutbah saya. Jadi, sekali-sekali akan ada orang-orang yang datang kepada saya dan berkata, thank you buat khutbahnya, Pastor. Khutbahnya sangat memberkatai saya dan sangat berbicara kepada situasi saya dan mengubah kehidupan saya.

Dan setiap kali saya mendapatkan pujian gitu, tentu ya, saya senyum-senyum gitu, oh ya segala pujian bagi Tuhan, gitu ya. Nah, tapi mari saya beritahu. Saya mungkin menerima ratusan pujian, tapi hanya butuh satu kritik untuk menelan semua pujian itu.

Seolah-olah seratus pujian yang saya terima itu datang dalam warna hitam putih, sementara satu kritik yang saya dengar itu definisi 8K. Setelah apa yang saya maksudkan? Mengapa orang-orang harus mengatakan kepada kita, kita hebat seratus kali sebelum kita mempercayainya. Tapi hanya butuh satu orang untuk berkata yang jelek tentang kita dan kita mempercayainya. Kenapa?

Karena hati kita sudah tercemar oleh dosa. Sehingga kita menolak yang baik dan memilih yang buruk. Karena dosa hati kita bekerja berlawanan dengan seharusnya. Apa yang harus kita ingat kita tidak ingat. Dan apa yang seharusnya kita tidak ingat kita ingat.

Nah dapatkah anda melihat mengapa penting sekali bagi kita untuk terus mengingat apa yang Tuhan sudah lakukan. Jadi ketika dalam kesukaran hidup. Ketika dalam perkumulan. Terkadang yang butuh kita lakukan hanyalah mengingat.

Mengingat berarti begini, menghubungkan apa yang Tuhan sudah lakukan di masa lalu dengan masa kini. Mungkin kita tidak mengerti apa yang Tuhan sedang lakukan saat ini. Tetapi kita mengingat apa yang Tuhan sudah lakukan. melakukan di masa lalu dan kebenarannya menguatkan kita dalam ini Tuhan yang sama kemarin ada Tuhan yang sama hari ini dan besok kalau Tuhan dapat melakukannya untuk kita di masa lalu Tuhan juga dapat melakukannya untuk kita hari ini kenapa karena Tuhan kita tidak pernah berubah hai hai Dan yang ketiga, ingat keselamatan Tuhan.

Ayat 16, nah ini saya berikan saudara warning dulu ya. Ending kitab habaku tidak seperti yang kita harapkan. Ayat 16, ketika aku mendengarnya gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya menggigilah bibirku. Tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal. Dan aku gemetar di tempat aku berdiri.

Namun dengan tenang akan ku nantikan hari kesusahan. Yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerangkan. Ini luar biasa.

Jadi setelah Habakuk mengingat syapat Tuhan dan perbuatan Tuhan. Tubuhnya masih gemetar. Kenapa?

Karena dia tahu persis. Kehancuran yang akan menimpa Yehuda. Dia tahu penderitaan yang akan dialami bangsanya. Dan Habakkuk mau berdoa dan berpuasa seperti apapun, tidak ada yang bisa menghentikan tragedi tersebut.

Babel akan datang. Kehancuran sudah di depan mata. Itu sebabnya tubuh Habakkuk gemetar di sini.

Tetapi pada saat yang sama dia tidak kehilangan harapan. Karena Tuhan sudah memberitahu Habakkuk bahwa Tuhan akan menghakimi Babel atas apa yang akan mereka lakukan terhadap Yehuda. Dan Habakuk akan dengan tenang menunggu hari dimana Tuhan menghakimi Babel.

Jadi dengan kata lain Habakuk berkata begini, Aku sangat sedih Tuhan. Aku menangis seperti bayi, bahkan tubuhku gemetar, aku tidak bisa berdiri dengan dua kakiku sendiri, aku takut. Tetapi aku akan menantikan engkau.

Dan aku tahu engkau akan melakukan perkataanmu. Mungkin aku tidak bisa melihatnya sekarang. Tetapi aku percaya.

Dan aku akan menunggu kegenapan janjimu. Engkau akan menghakimi Babel. Habaku tidak suka apa yang dia dengar dari Tuhan.

Tapi dia bisa menerima. Dan mempercayai Tuhan. Di atas keinginannya.

Dia tahu bahwa penderitaan apapun yang mereka akan alami. Ketakutan apapun yang mereka akan hadapi. Itu bukan akhir cerita. Tuhan akan mengenapi perkataannya.

Pada waktu yang Tuhan telah tentukan. Dan sekarang habaku berkata, aku akan menunggu. Aku akan menunggu pengenapan jawabannya.

Nah, sedara ya, ini permasalahan dengan menunggu. Kita sering berbicara tentang menunggu. Tapi kalau kita boleh jujur, menunggu jawaban Tuhan, menunggu penggenapan jawaban Tuhan itu seringkali sangat sulit.

Kenapa? Karena hanya Tuhan yang tahu persis, kapan dia akan mengenapi janjinya. Benar ya, sedara ya? Tuhan itu tidak berada dalam ruang dan waktu seperti saudara dan saya.

Jadi waktu kita menunggu dia, kita tidak tahu persis kapan dia akan melakukannya. Dan hampir tidak ada yang lebih sulit dalam kehidupan selain menunggu. Kita lebih suka Tuhan itu memberikan kita 100 langkah yang harus kita lakukan sebelum dia mengenapi firmanya. Kenapa? Karena setidaknya waktu kita sudah sampai ke langkah 99, kita tahu satu langkah lagi.

Dan aku tidak perlu menunggu. Kita megang kendali. Tetapi kalau disuruh menunggu saja, ini susah.

Karena itu berarti kita harus percaya. Menunggu berarti saudara dan saya tidak memegang kendali. Dan itu sukar. Menunggu berarti kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan kapan itu akan terjadi.

Kita hanya dapat percaya bahwa Tuhan akan mencapai tujuannya yang baik pada waktu yang telah dia tentukan. Dan disinilah iman kita diuji. Apakah kita bisa mempercayai Tuhan tidak peduli berapa lama.

Kita harus menunggu. Apakah kita mau bertekun dalam iman sampai akhir? Apakah kita tetap percaya kepada Tuhan bahkan jika penggenapan janjinya tidak terjadi dalam waktu hidup kita?

Dan Habakuk sudah memutuskan dalam hatinya, dia akan tetap percaya kepada Tuhan apapun yang terjadi. Dan lihat ayat selanjutnya, ini ayat yang sangat menakjubkan dan sangat populer. Ayat 17 dan 18, kita baca bersama-sama ya. 1, 2, 3. Sekalipun pohon arah tidak berbunga, Pohon anggur tidak berbuah. Hasil pohon saitun mengecewakan.

Sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan. Kambing domba terhalau dari kurungan. Dan tidak ada lembu sapi dalam kandang.

Namun aku akan bersorak-sorak dalam Tuhan. Beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Nah saya tahu ya kalimat ini sangat puistis. Kita suka mengutipnya di gereja. Tetapi yang saudara mengerti, Habakkuk sedang mengambarkan situasi yang penuh kehancuran.

Dan dia tidak berbicara situasi hipotesis, oh tidak. Dia tahu persis ini yang akan terjadi pada Yehuda. Habakuk menggambarkan bencana ekonomi, kenapa?

Karena buah arah, anggur, saitun, dan gandum adalah empat cara di mana tanah menghasilkan bahan makanan. Itu juga cara mereka menghasilkan kekayaan. Sementara kambing domba dan lembu sapi itu adalah portfolio mereka.

Jadi di zaman Habakuk, orang itu tidak investasi dalam bentuk mata uang ya. Investasi mereka itu adalah ternak dan tanah. Jadi untuk tidak memiliki buah arah, anggur, saitun, gandum, kambing domba dan lembu sapi ini menggambarkan sebuah bencana ekonomi yang lengkap. Ini berarti semua investasi mereka habis. Sedara mengerti ini?

Ini adalah keruntuhan sosial tingkat kelaparan. Situasi yang penuh kehancuran. Namun apa yang dia katakan di ayat 18?

Namun, aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan. Beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Saya bisa mendengar perkataan Habakuk?

Jadi meskipun keadaannya akan semakin memburuk, Habakuk berkata dia akan tetap bersuka cita dan beria-ria di dalam Tuhan yang menyelamatkannya. Mungkin tidak ada yang menopang hidupnya. Tidak ada makanan, tidak ada susu, tidak ada pakaian, tidak ada produksi, tidak ada uang.

Namun dia berkata, aku akan tetap bersuka cita. Saya akan mengonteksualisasikannya buat kita di jaman now. Ini yang habaku katakan.

Seandainya tidak ada uang di bank. untuk menyekolahkan anakku. Seandainya aku di PHK dan aku tidak dapat menemukan pekerjaan baru.

Seandainya dokter mengatakan bahwa aku memiliki penyakit yang ganas. Seandainya keinginanku untuk pernikahan yang harmonis tidak terjadi dan aku harus tetap berjuang. Seandainya kerinduanku untuk memiliki seorang anak tidak dijawab dan aku tetap tidak memiliki anak.

Seandainya binis-binisku gagal dan aku bangkrut. Seandainya pasanganku berselingkuh dan meninggalkan aku. Seandainya skenario terburuk terjadi.

Seandainya ketakutan terbesarku terjadi. Namun aku akan tetap bersuka cita di dalam Tuhan. Aku akan beria-ria di dalam Tuhan yang menyelamatkan aku.

Ini yang Habakuk katakan. Kita bisa melihatnya. Habakuk memiliki begitu banyak alasan untuk tidak bersuka cita.

Tapi dia tetap bersuka cita. Habakuk bersuka cita di dalam Tuhan dalam kesukaran hidup. Dan alasan dia bisa melakukannya bukan karena dia kuat. Dia berkata di ayat terakhir, ayat 19. Allah Tuhanku itu kekuatanku. Ia membuat kakiku seperti kaki rusak.

Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. Jadi habaku berkata begini. Alasan aku bisa bersuka cita dalam penderitaan ini.

Alasan aku dapat mempercayai Tuhan meskipun duniaku hancur. Adalah karena Tuhanlah kekuatanku. Dialah yang memampukan aku untuk melakukannya.

Dia yang membuat kakiku ringan seperti kaki rusak. Dialah yang membuat aku... Aku berjalan di bukit ini Aku tidak bisa melakukan dengan kekuatanku Tetapi aku tidak melakukan dengan kekuatanku Tuhan lah Kekuatan aku Jadi kita bisa menemukan Bahwa habaku tidak menaruh Kepercayaannya pada kekuatannya Tetapi pada kekuatan Tuhan yang memampukannya Menanti Dengan iman Dengan sukacita Tetapi ini yang saya ingin Anda lihat. Kapan? Kapan sukacita itu terjadi?

Apakah setelah Habakuk melewati penderitaan? Atau dalam penderitaan? Sukacita terjadi di dalam penderitaan. Nah saya tahu ini sulit untuk diterima ya, karena di pikiran logika kita, kita berpikir kita itu sedang bersuka cita atau bersedih. Kalau kita bersuka cita, kita tidak bersedih.

Kalau kita bersedih, kita tidak bersuka cita. Logika manusia. Tetapi itu bukan kesaksian Alkitab.

Kesaksian Alkitab adalah kita dapat bersedih namun selalu bersuka cita. Karena alasan kita bersuka cita tidak ada hubungannya dengan keadaan kita. Alasan kita bersuka cita adalah... Tuhan, karena meskipun kita tidak dapat memahami apa yang terjadi, kita percaya bahwa Tuhan pasti akan mengenapi rencananya yang baik dan kemuliaannya akan menutupi bumi seperti air menutupi lautan.

Dan inilah tentang bersuka cita dan penderitaan, saudara. Kita tidak dapat memaksa diri kita untuk bersuka cita dan penderitaan. Tetapi kita dapat menjelaskan kepada diri kita.

Kenapa kita bisa bersuka cinta dalam pengetahuan Jadi kita dapat berkata kepada diri kita sendiri Kita berkata gini Aku tahu aku sangat sakit hari ini Aku tahu aku bingung Aku tahu aku frustrasi Aku tahu aku bimbang Tetapi aku tahu persis siapa Tuhan. Aku tahu persis perbuatan tangannya. Aku ingat siapa dia. Aku ingat apa yang telah dia lakukan. Dan karenanya meskipun hari ini situasi seperti tidak berjalan seperti yang aku inginkan.

Aku tidak punya alasan untuk meragukan dia. Aku dapat mempercaya dia bahkan ketika hidupku hancur. Karena aku tahu firmannya akan menjadi kenyataan. Dialah Tuhan atas keselamatanku. Dan dia tidak akan gagal menyelesaikan pekerjaannya yang baik dalam hidupku.

Oleh karena itu, aku akan bersuka cita. Bukan karena hidupku menjadi lebih baik, tetapi karena aku tahu siapa Tuhanku. Aku akan bersuka cita bukan karena keadaanku, tetapi aku akan bersuka cita karena Tuhan yang menyelamatkanku.

Dan inilah inti pesan dari kitab Habaku. Kita dapat memiliki iman dalam kesukaran hidup. Karena iman kita tidak bergantung pada keadaan kita.

Tetapi pada Tuhan atas segala keadaan. Saya harap jelas bagi kita ya. Seiringnya dengan berjalannya kitab ini.

Situasi Habakkuk tidak menjadi lebih baik, oh tidak, situasi Habakkuk semakin memburuk. Pada awal pasal pertama, Habakkuk mengeluh kepada Tuhan karena kediaman Tuhan atas kebobrokan Yehuda. Namun ketika Tuhan menjawab, Habakkuk justru semakin bingung.

Ketika kita masuk ke pasal 2, situasinya berubah dari buruk menjadi lebih buruk. Karena Tuhan berkata Tuhan akan menggunakan babel yang jahat untuk mendisiplinkan Yehuda. Dan kemudian Tuhan akan menghancurkan babel karena yang.

Dan ketika kita sampai ke pasal ketiga, kotbah hari ini, Habakkuk siap untuk keruntuhan dan kelaparan terjadi di Yehuda. Jadi lintasan keadaan di sekitar Habakkuk itu berubah dari buruk. Menjadi lebih buruk dan semakin buruk.

Namun tidak demikian dengan iman Habakuk. Keadaan Habakuk berubah dari buruk menjadi buruk, tambah buruk, tambah buruk. Tetapi iman Habakuk berubah menjadi lebih baik.

Karena iman Habakuk berubah dari keluhan menjadi sukacita. Nah saudara tau apa yang mengubah Habakuk? Dia bergumul dengan Tuhan.

Dia jujur kepada Tuhan tentang rasa frustasinya. Dan dia menolak untuk meninggalkan Tuhan betapapun sakitnya. Dia tidak langsung sampai kepada sukacita.

Hanya dengan bergumul dengan Tuhan melalui rasa sakit yang paling dalam. Dia akhirnya dapat bersukacita di dalam Tuhan. Nah, beberapa dari anda mungkin berpikir, wah itu kan Habakuk, aku gak bisa Yus.

Ini terlalu tidak mungkin, aku bukan Habakuk, aku tidak akan pernah bisa melakukan apa yang Habakuk lakukan. Dan anda benar. Kalau kita melihat Habakuk sebagai contoh, kita tidak bisa seperti Habakuk.

Tetapi kita bisa lebih baik daripada Habakuk. Kalau kita tahu kita memiliki sesuatu yang lebih baik dari Habakuk. Apakah saudara tahu kita memiliki sesuatu yang lebih baik dari Habakuk?

Perhatikan ya, yang Habakuk lakukan dia mengingatkan dirinya tentang kesetiaan dan kebesaran Tuhan di cita keluaran. Tetapi cerita keluaran Exodus itu hanyalah bayangan dari sebuah cerita keluaran yang Yesus lakukan bagi kita. Jadi suatu hari ya, kalau saudara ingat cerita suatu hari Musa dan Elia itu turun ke bumi dan datang menemui Yesus. Dan mereka ngobrol.

Dan saudara tahu mereka ngobrol apa? Dalam bahasa Yunani nya dikatakan mereka ngobrol tentang eksodus Yesus, keluaran Yesus. Jadi Musa tahu persis bahwa keluaran yang dia alami tidak dapat dibandingkan dengan keluaran yang akan Yesus lakukan. Kenapa?

Karena kalau Musa membebaskan umat Tuhan dari perbudakan politik dan sosial, Yesus membebaskan umat Tuhan. Dari perbudakan dosa dan kematian. Kalau Musa harus mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan umat Tuhan.

Yesus memberikan nyawanya untuk menyelamatkan umat Tuhan. Kalau Musa harus menyembeli anak domba untuk menghapus dosa. Yesus adalah anak domba Allah yang disembeli untuk menghapus dosa manusia.

Dan menyelamatkan mereka dari murka Tuhan. Anda bisa lihat, kalau kita menaruh iman kita kepada Yesus hari ini, saudara dan saya memiliki sesuatu yang lebih besar daripada habaku. Kita memiliki alasan untuk bersuka cita lebih besar daripada habaku. Karena habaku tahu Tuhan itu pasti setia menepati janji-janjinya, tetapi dia tidak tahu bahwa kesetiaan Tuhan terhadap janjinya mengharuskan Tuhan untuk datang kepada kita.

Mati bagi kita di kayu salib. Itu kesetiaan Tuhan pada umatnya. Dan kalau dapat mempercaya Tuhan dan firmanya sebelum salib.

Bagaimana dengan kita yang sudah melihat kesetiaan Tuhan di kayu salib. Di kayu salib saudara dan saya melihat tindakan ketidakadilan terbesar di alam semesta. Anak Allah yang sempurna, anak Allah yang tidak punya cacat, anak Allah yang tidak berdosa disalipkan di tangan orang-orang yang jahat. Tetapi kematian tidak memiliki kata terakhir dari Yesus. Kenapa?

Senjata makan Tuhan. Tuhan menggunakan senjata musuh untuk melawan mereka. Dan dia mengubah apa yang dimaksudkan musuh untuk kejahatan yaitu salib menjadi kebaikan.

Karena melalui salib yang mengerikan, Yesus menaklukkan musuh kita sekali untuk selamanya. Sehingga hari ini, saudara bisa tahu dengan pasti bahwa maut tidak memiliki kata terakhir atas kita. Kematian dan kebangkitan Yesus memberi tahu kita dengan pasti bahwa Tuhan dapat mengubah kesakitan terdalam menjadi Kemenangan terbesar. Inilah mengapa kita dapat bersuka cita dan penderitaan.

Saya tutup dengan ini. Saya tidak tahu apa yang Anda alami saat ini. Tapi yang saya tahu, tidak ada penderitaan yang tidak dapat ditebus oleh salib Kristus.

Salib Kristus meyakinkan kita bahwa Tuhan selalu bekerja untuk kemuliaannya dan kebaikan kita. Itu sebabnya kita bisa dapat berkata dengan Paulus hari ini. Jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? Oh jawabannya banyak. Banyak.

Banyak hal dapat melawan kita. Penyakit, perceraian, kebangkutan. Kesepian, kemandulan, kematian.

Intinya bukanlah kita tidak akan mengalami semua itu. Intinya adalah meskipun kita mengalami semua peneritaan itu, kita lebih dari penang karena Yesus telah mengasihi kita. Ini janji Yesus. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan dalam kerja Yesus. Oh yes, kita dapat dipisahkan dari pasangan kita.

Kita dapat dipisahkan dari anak-anak kita. Kita dapat dipisahkan dari rekening bank kita, pekerjaan kita, rumah kita, gereja kita, tubuh kita. Tetapi kita tidak akan pernah bisa dipisahkan dari kasih Kristus. Jadi kita dapat bersuka cita hari ini karena kita tahu. Penderitaan apapun yang kita alami tidak memiliki kata terakhir atas hidup kita.

Kasih Kristus dan janji-janji Kristus itulah yang menjadi kata terakhir atas hidup kita. Mari kita berdoa. Terus aku minta dengan Tuhan Biarlah kami boleh memandang pada engkau pagi hari ini.

Biarlah kami boleh memandang Kristus. Biarlah kami boleh memandang perbuatan Kristus. Kasih Kristus.

Dan itulah alasan kami bisa bersuka cita hari ini. Bukan karena kami mendapatkan apa yang kami inginkan. Bukan karena kami... Punya optimisme bahwa keadaan kami akan menjadi lebih baik. Karena mungkin keadaan kami tidak akan menjadi lebih baik.

Bahkan mungkin yang menunggu depan kami adalah kehancuran. Tapi kami mau bersuka cita bukan karena keadaan kami. Kami mau bersuka cita bukan karena kami mendapatkan apa yang kami harapkan. Kami bersuka cinta, karena kami tahu siapa Tuhan kami. Kami tahu Tuhan kami ada Tuhan yang dapat menggunakan sakit kami, penderitaan kami, untuk sebuah cerita yang begitu agung dan indah.

Yang mungkin kami gak bisa dapat bayangkan hari ini. Bisa mempercayainya, karena kami sudah melihat. Karya salib Kristus yang mengubah tragedi terbesar di alam semesta menjadi cerita kebaikan terindah di alam semesta. Karena itu bantu kami Tuhan untuk bersuka cita bagi hari ini di dalam Tuhan. Kami tidak bersuka cita setelah kami melewati masa sukar.

Kami bersuka cita di dalam masa sukar kami. Karena kami mau beri haria di dalam Tuhan yang menyelamatkan kami. Bantu kami Tuhan.

Kami minta doa ini dalam satu nama, Yesus Kristus.