Transcript for:
Kutu Beras dan Pestisida Pantry

Suatu sore, Ayrin pergi ke dapur karena ingin memasak beras. Suaminya Dadang baru saja kirim pesan, kalau ia sebentar lagi pulang kantor. Dan biasanya, Dadang langsung makan setelah mandi. Saat membuka kontainer beras, Ayrin melihat seekor serangga yang berkeliharan di atasnya. Ayrin pun kaget, dan segera memeriksa isi dari kontainer tersebut. Setelah dibuka, ternyata sungguh banyak serangga di dalamnya. Ayrin jatuh terduduk karena kaget. Dadang yang baru pulang dari kantor melihat Ayrin yang sedang duduk, lalu bertanya, kenapa kamu duduk di dapur? Ayrin segera menunjuk ke kontainer beras. Mata dadang pun mengikuti arah telunjuk Ayrin. Oh, kutu beras, kata dadang. Ayrin segera bertanya kepada dadang. Apakah mereka berbahaya? Dadang melihat ke kamera, lalu bilang. Dalam video kali ini, kita akan mencari tahu lebih banyak tentang kutu beras. Saya yakin beberapa dari teman-teman pernah melihat apa yang juga dilihat oleh Ayrin. Kita memanggil mereka kutu beras. Ibu-ibu di seluruh dunia, kecuali di Antartika, pasti pernah dibikin kaget atas kemunculan kutu beras ini yang mendadak. Pertanyaan ultimatenya adalah, dari mana mereka bisa muncul? Tapi kutu beras bukanlah satu-satunya perusak stok beras kamu. Karena ternyata ada gerombolan yang dinamakan pantry pest atau hamadapur yang kerap membawa kehancuran bagi stok makanan di dapur, khususnya biji-bijian. Mereka muncul di beras, jagung, pasta, tepung, oatmeal, sereal, bahkan pakan burung dan hewan peliharaan lainnya. Beberapa dari mereka mungkin pernah kamu lihat. 10 hama tersebut sangat umum terdapat di dapur. Dan tergantung negaranya, populasi 1 atau 2 spesies hama tersebut akan lebih banyak dari spesies hama lainnya. Tapi 10 yang baru saya sebutkan hanyalah yang umum berada di dapur kamu. Sesungguhnya, sebagian besar pantry pest masuk ke dalam keluarga grain insects yang beranggotakan lebih dari 200 spesies. Kehadiran mereka merusak rencana makan malam airin dan dadam, serta beberapa pasangan dan keluarga di seluruh dunia setiap hari. Jadi kamu jangan bersedih, karena bukan hanya dapur rumah kamu saja yang mereka datangi. Dan jika kita telusuri jauh ke belakang, mereka sepertinya telah berevolusi bersama manusia. Mereka sesungguhnya menyimpan sejarah alam yang menarik, sejarah dari proses praktek agribudaya tanaman yang dilakukan oleh manusia. Sebelum kita lanjut, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah sawet di sawerya. Kebanyakan green insects adalah hama oportunis. Jika sudah kehabisan stok, mereka bisa pindah ke bahan makanan lain, seperti tepung, sayuran kering, bahkan makanan hewan peliharaan kamu pun juga akan mereka sikat. Juara nomor satunya adalah keluarga Cytophilus, genus kumbang dari famili Curculionidae atau Weevil, yang kerap muncul di gandum, beras, jagung, pasta kering, dan banyak lagi. Dalam dunia modern, mereka hampir tidak pernah ditemukan hidup di alam liar, selalu di dapur atau lumbung, atau tempat penyimpanan bahan makanan lainnya. Padahal beberapa spesies memiliki adaptasi khusus yang seharusnya merugikan. Elytra yang seharusnya menjadi pelindung sayap mereka telah menyatu. Alhasil beberapa spesies tidak bisa terbang. Namun ini berarti mereka memiliki cangkang pelindung yang kokoh, yang mampu melindungi diri mereka dari hantaman biji-bijian yang seukuran tubuh mereka. Tapi di sisi lain, Ini pastinya akan membuat mereka sulit untuk pergi keluar dari tumpukan biji-bijian yang menjadi habitatnya pada saat itu. Tapi terlepas dari kekurangan itu, Sitofilus telah berhasil menguasai seluruh lumbung atau tempat penyimpanan biji-bijian di seluruh dunia selama ribuan tahun. Mereka bahkan menyelinap ke dalam kuburan Mesir, memakan persediaan biji-bijian yang dimaksudkan untuk bekal kehidupan Fir'aun setelah kematiannya. Ngeselin ya? Kekesalan Fir'aun nampaknya dirasakan juga oleh Rudi Pleer. Rudi Pleer adalah seorang ilmuwan yang mempelajari hamas rangga di Universitas Reh di Berlin. Rudi curiga kalau kita telah dimanfaatkan oleh sitofilus. Analisis Rudi menyebutkan, sitofilus perlu menitipkan telurnya ke sumber makanan baru untuk generasi selanjutnya. Tapi bagaimana semua ini dilakukan oleh kumbang yang tidak bisa terbang? Untuk mengetahui lebih lanjut, Rudy meneliti kembali sejarah alam dan budaya Sitophilus. Dia memiliki gagasan bahwa perdagangan bahan makanan adalah awal mula semuanya. Tepatnya di awal revolusi Neolitikum, yang terjadi sekitar 12.000 tahun yang lalu. Revolusi Neolitikum terkadang disebut juga sebagai revolusi agribudaya. Ini adalah sebuah transisi budaya manusia bersekala besar, dari gaya hidup pemburu pengumpul atau hunter-gatherer, ke gaya hidup agribudaya atau agriculture. Kemudian gaya hidup nomadan yang populer pada saat itu beralih menjadi gaya hidup permukiman. Di masa ini manusia mulai memperdagangkan biji-bijian di antara permukiman. Rudy mengatakan disinilah awal mula penyebaran sitofilus karena hampir tidak mungkin bagi populasi besar sitofilus untuk menemukan cukup makanan untuk bertahan hidup, apalagi menyebar secara global. Jadi kumbang ini bertindak seperti penumpang gelap, bersembunyi sebagai larva di dalam inti biji saat mereka tumbuh. Orang-orang akan memperdagangkan biji-bijian yang terkontaminasi, karena mereka gak tahu kalau biji-bijian itu sudah terkontaminasi. Dan hal ini berlanjut sampai sekarang. Dengan kata lain, sitofilus tidak datang sendiri ke rumah atau ke dapur kamu. Kamulah yang membawa mereka. Karena larva mereka mungkin sudah ada di dalam biji-bijian yang baru kamu beli. Kemampuan sitofilus untuk tidak terdeteksi merupakan bukti seleksi alam yang dipengaruhi oleh manusia. Tetapi, jika pertumbuhan populasi sitofilus sepenuhnya bergantung pada perdagangan biji-bijian oleh manusia, itu berarti mereka telah berevolusi membentuk spesies baru. Dan evolusi ini nampaknya melaju dengan kecepatan yang luar biasa. Secara evolusioner, 12.000 tahun berlalu dalam sekejap. Sitophilus mungkin berawal dari serangga sederhana yang hidup dari bakal buah di pohon. Ketika manusia di dekatnya mulai bertani dan mengumpulkan persediaan makanan yang cukup banyak, beberapa populasi Sitophilus melihat peluang ini dan dari situlah evolusi ini mulai terjadi. Ada 14 spesies dari genus Sitophilus yang diketahui. Mereka semua hama bagi manusia. Dan tiga diantaranya sangat membuat jengkel, yaitu Sitophilus granarius yang memakan gandum dan biji-bijian lain, Sitophilus orisei yang memakan beras, dan Sitophilus zemais yang memakan jagung. Kelompok hama dapur ini kemudian dikenal sebagai hama kosmopolitan. Karena mereka berhasil keluar dari habitat alam liar untuk menyebar ke seluruh dunia. Dan karena beberapa spesies bisa terbang, sebagian kecil dari populasi mereka bisa ditemukan di alam liar. Rudy percaya pas siap kontak dengan manusia, mereka perlahan kehilangan sayap dan menggantungkan nasib mereka sepenuhnya pada manusia. Tanda-tanda kehadiran kumbang ini muncul di sepanjang catatan sejarah manusia. Mereka ditemukan di sebuah makam Mesir yang berasal dari tahun 2300 sebelum masehi, serta dari kandang kuda Amarna dari pertengahan abad ke-14 sebelum masehi. Lalu tablet Paku Sumeria, salah satu bentuk tulisan paling awal menyebutkan hamak pemakan biji-bijian yang ditafsirkan sebagai kumbang lumbung. Fosil kumbang ini juga ditemukan di dalam abu vulkanik dan lahar yang melestarikan pemukiman Romawi awal di Santorini. serta di pemukiman Romawi lainnya, mulai dari Italia hingga York di Inggris. Ini berarti ketika kekaisaran Romawi menyebar ke seluruh Eropa, mereka tanpa sadar membantu menirikan kerajaan kumbang ini. Tunggu, masih ada lagi. Kemudian, Sitophilus muncul dalam seni dan sains. Pada tahun 1630, satu spesimen berhasil digambarkan oleh ilmuwan Italia Francesco Stelluti. yang termasuk orang pertama yang menggunakan mikroskop untuk mempelajari alam. Kemudian ilmuwan Belanda, Antonie van Leeuwenhoek, yang dianggap sebagai ahli mikrobiologi pertama, menggunakan sitofilus untuk membantu menyangkal teori generasi spontan. Teori yang sudah lama dipegang teguh bahwa organisme baru dapat berasal dari benda mati, karena dulu banyak orang mengira kalau biji-bijianlah yang melahirkan serangga hama ini. Terlepas dari kontribusi mereka untuk sains dan persahabatan yang setia sepanjang sejarah, kehadiran mereka tidak pernah dipandang baik oleh manusia. Dan ini ibarat pertempuran yang tak kunjung berakhir. Usaha manusia berperang melawan serangga ini dilakukan di banyak medan. Di ladang, di lumbung, pengemasan, dan pengiriman. Bahkan di rak-rak toko bahan makanan. Metode yang dilakukan pun beraneka ragam, mulai dari insektisida, pengemasan yang canggih, penggunaan gaya sentrifugal yang secara otomatis mendeteksi mereka. Jim Campbell, ahli entomologi di USDA di Manhattan, menyebutkan bahwa ada industri besar yang bertugas menangani serangga ini dan mencegah investasi terjadi. Hama ini memang terlihat kecil, tapi akan mengejutkan jika kamu mengetahui berapa banyaknya pemikiran dan upaya yang dilakukan untuk memutus rantai kehidupan mereka. Sitophilus dan teman-temannya menyebabkan hilangnya 2-5% biji-bijian yang dipanen di beberapa negara maju. Angka itu melonjak hingga 50% di negara-negara berkembang. Ini pastinya menyebabkan kerugian yang sangat besar. Dan kerugian ini terkadang membuat beberapa produsen enggan mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan pembasmian hama. Hingga kini, belum ada cara yang benar-benar efektif untuk membasmi kawanan serangga ini. Dan jika sudah demikian, kita teringat akan pepatah lama. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Teliti sebelum membeli, dan eliminasi sebelum menjadi investasi. Intro Menjawab pertanyaan ultimate dari sebagian besar ibu-ibu, beras seharusnya padat dan keras, dan mereka akan tenggelam jika tidak tersangkut tegangan permukaan air. Beras yang tenggelam bisa dibilang bagus. Jika terdapat beras yang mengambang di saat kamu menuangkan air ke dalam beras yang ingin kamu masak, kamu patut curiga, karena kutub beras akan menggunakan beras sebagai sarana mereka berkembang biak, seperti hotel kapsul di Jepang. Umumnya, sitophilus betina hanya bertelur 4 butir telur per hari, 1 butir per butiran beras. Telur akan menetas menjadi larva, dan larva tersebut akan tetap berada di dalam beras sembari memakannya. Dan ini akan memberikan mereka ruang untuk bertumbuh besar. Larva akan tetap berada di dalam beras sampai menjadi kopompong atau pupa. Lalu pupa juga akan tetap berada di dalam beras sampai mereka benar-benar berubah menjadi kumbang dewasa. Tergantung temperatur, umumnya masa ini berlangsung selama 18-25 hari di suhu yang hangat, dan bisa sampai lebih dari 100 hari di suhu yang lebih dingin. Kemudian setelah kutikula atau cangkang mereka mengeras, kumbang dewasa membuat lubang untuk keluar dari beras. Diakini bahwa seekor sitophilus betina dapat bertelur antara 300 dan 400 butir selama hidupnya. Sitophilus dewasa hidup antara 5 sampai 8 bulan, tergantung suhu dan kelembaban. Setelah sitophilus dewasa muncul dari bulirnya, betina melepaskan veroman mereka, lalu pindah ke permukaan yang lebih tinggi. Hal ini menarik sitophilus jantan untuk memulai kawin. Jadi, apakah Irene harus membuang beras yang telah terkontaminasi? Eee, jangan. Karena meskipun mereka merusak beras, atau biji-bijian lain, kita dapat menyisihkan mereka dengan mencuci. Dan inilah salah satu manfaat mencuci beras. Selain menghilangkan zat tepung, mencuci beras dapat mengeliminasi beras-beras yang rusak atau beras-beras yang terdapat telur atau pupa di dalamnya. Tidak membuang beras bukan berarti membiarkan beras yang sudah terkontaminasi. Karena penyebaran mereka sangat cepat, kamu juga harus bertindak cepat. Ketika kamu mengalami kasus seperti Irene, segera tutup rapat beras yang terkontaminasi. Periksa stok bahan makanan lain, karena bukan tidak mungkin mereka sudah menyebar ke tempat lain. Pastikan juga tidak ada sitofilus yang nyelip di celah-celah lemari penyimpanan atau sudut lainnya. Kedepannya, pastikan semua stok bahan makanan tertutup rapat. Selalu perhatikan dengan baik beras atau biji-bijian lain yang baru saja dibeli. Dan jangan stok makanan berlebihan. Zombie Apocalypse masih jauh. Biasa seperti itu, memang setiap beras itu ada itu. Warga miskin sebuah desa di Jombang, Jawa Timur mengeluhkan kualitas beras untuk rumah tangga miskin dari bulog, bau dan juga mengandung kutu. Meski warga sudah melapor ke perangkat desa, namun belum ada respon dari pihak bulog. Rasanya enggak enak, baunya apek, ada kutunya, ada ulatnya, rasanya enggak enak Saat dibuka, beras dalam karung bulog ukuran 10 kg ini tampak menggumpal dan menguning Selain menggumpal, beras juga berkutu dan sebagian hancur Sitophilus memang tidak beracun atau membawa penyakit. Tapi pasti hasrat mengolah makanan akan berkurang jika melihat mereka berkeliaran di bahan makanan yang ingin kita olah. Kalau kamu nggak jijikan, sesungguhnya kamu masih tetap bisa memakan bahan makanan yang masih bagus, yang belum digelogoti. Atau kamu bersih keras untuk membuang, pilihan ada di kamu. Tapi kemungkinan besar kita semua pernah memakan sitophilus tanpa sadar. Coba diingat-ingat, berapa kali kamu makan nasi yang dimasak oleh orang lain? Apakah kamu yakin gak ada telur, larva, atau pupa di dalam nasi yang kamu makan? Dari Sitovilos kita belajar untuk ikhlas. Belajar melepaskan dan merelakan sesuatu yang bersama kita setiap hari adalah sebuah hal yang sulit. Jika kamu sedih, menangislah. Jika kamu marah, teriaklah. Jika kamu bisa merelakan beras kamu yang sudah dirusak oleh Sitofilus, selamat. Kamu sudah belajar untuk ikhlas. Dan ini berarti kamu sudah siap untuk kehilangan yang lain. Terima kasih telah menonton sampai menit ini. Saya sangat-sangat menghargai segala support yang teman-teman berikan kepada Alam Semenit. Jika ingin tahu lebih banyak tentang subjek pembahasan dalam video ini, cek deskripsi video. Di sana teman-teman bisa menemukan segala jurnal, literatur, dan referensi saya dalam menyusun naskah. Kepada teman-teman yang baru subscribe, selamat bergabung. Semoga apa yang disajikan Alam Semenit bisa membuat manfaat bagi kita semua. Jika suka dengan pembahasan dari Alam Semenit, like video ini dan share. Karena like dan share dari kamu akan membantu perkembangan channel ini. Ikuti perkembangan semua hal yang aneh, menjijikan, dan indah yang mengundang rasa ingin tahu kita semua. Sampai jumpa di video selanjutnya. Intro Intro