Transcript for:
Hadis dalam Ajaran Islam

Intro Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Wassalatu wassalamu ala rasulillah wa ala alihi wa sahbihi wa man walah Para mahasiswa peserta kuliah agama islam Kali ini kita akan membahas hadis sebagai salah satu sumber ajaran agama Islam. Pada kuliah terdahulu telah disampaikan penjelasan tentang Al-Quran sebagai salah satu sumber utama ajaran Islam. Dan kali ini kita akan membahas hadis sebagai salah satu sumber utama yang mencakup pengertian hadis Kemudian sejarah timbulnya hadis, sejarah pengumpulan hadis, dan terakhir bagaimana kita memahami hadis-hadis Rasulullah SAW. Para mahasiswa, Al-Quran sebagai salah satu sumber ajaran Islam hanya memuat prinsip-prinsip.

tentang ajaran agama, tetapi tidak membahas sampai pada level detail ajaran agama. Sebagai contoh, bisa saya sampaikan di sini bahwa di dalam Al-Quran ada perintah untuk melaksanakan sholat. وَاَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَأَتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الْرَكَئِينَ Sebagaimana tercatat di dalam surat Al-Baqarah. Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukulah bersama orang-orang yang ruku. Tetapi ayat itu tidak membahas secara detil bagaimana tata cara sholat.

Karena dalam pandangan orang Arab, makna sholat artinya berdoa. Nah, jika tidak ada penjelasan secara detail, secara teknis tentang tata cara sholat, maka orang-orang Arab yang awam tentunya akan beranggapan bahwa melaksanakan sholat itu cukup dengan berdoa kepada Allah SWT. Alah.

Lalu kemudian Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan bagaimana tata cara sholat. Sebagaimana kita bisa baca di dalam hadis riwayat Al-Bukhari dari Usman bin Affan RA bahwasannya Rasulullah SAW melaksanakan sholat sebagaimana yang kita laksanakan sekarang ini. Yaitu mengangkat kedua tangan ketika beliau bertakbir. Membaca surat al-fatihah Lalu membaca surat setelahnya Melakukan ruku Inyatidhal seterusnya Sampai ditutup dengan salam Demikian pula di dalam Al-Quran surat Al-Isra misalnya kita menjumpai waktu-waktu pelaksanaan sholat.

Di ayat itu dikatakan Dirikanlah sholat mulai dari tergelincirnya matahari sampai datangnya gelap malam dan dirikanlah sholat fajar. Akan tetapi meskipun disebutkan waktu di dalam Al-Quran, tidak ada penjelasan yang sifatnya detail. Kapan dimulainya dan kapan kita melaksanakan sholat?

Apakah sholat itu dilakukan mulai dari tergelincirnya matahari, katakanlah jam 12 siang, sampai gelap, datangnya gelap malam, apakah selama itu sholat secara terus-menerus kita lakukan? Ternyata di dalam hadis Rasulullah Nabi Muhammad SAW memberikan penjelasan tentang waktu-waktu pelaksanaan sholat. Beliau menjelaskan di dalam sebuah penjelasan yang sangat detail. Yaitu mulai dari tergelincir matahari sampai ada patokan tinggi bayangan, panjang bayangan. Sebagaimana yang beliau sebutkan di dalam banyak hadis.

Barulah disitu kita mengetahui ada sholat duhur, ada sholat asar, ada sholat maghrib, ada sholat isya. Nah, jika tidak ada penjelasan seperti ini dari Nabi Muhammad SAW, maka tentunya kita akan keliru di dalam memahami Al-Quran. Al-Quran. Jadi Al-Quran hanya berbicara tentang hal-hal yang prinsip di dalam ajaran beragama dan secara umum Al-Quran tidak membicarakan persoalan-persoalan yang detail atau yang terkait dengan teknis kehidupan.

Nah para mahasiswa yang berbahagia Definisi hadis, kalau kita lihat di dalam bahasa Arab, hadis ini diambil dari kata hadasa, maknanya adalah baru. Hadasa, yahdus, sesuatu yang baru. Jadi hadis ini adalah sesuatu.

suatu yang baru lawan dari kata qadim. Qadim ini maknanya adalah lampau atau masa lalu. Maka hadis ini diartikan juga di dalam bahasa Arab dengan makna makna perkataan jadi di dalam Alquran dikatakan wa man asdaqumina allahi hadisah ya Siapakah orang yang paling benar ucapannya paling benar perkataannya selain daripada Allah jadi Alquran dikatakan sebagai hadis artinya sebaik-baiknya sebenar-benarnya perkataan yang ucapan Nabi juga disebut sebagai hadis nah di dalam pengertian ilmu hadis itu sendiri Hai Hadis itu maknanya adalah Qaulun Nabiyyi Sallallahu Alaihi Wasallam.

Makna dari hadis adalah ucapan Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Sehingga setiap ucapan yang diakini bukan berasal dari Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, menurut tinjauan ilmu hadis tidak dianggap sebagai hadis. Tetapi di kalangan syiah, Istilah hadis juga dipakai untuk menjelaskan ucapan dari Ahlul Bayt, keluarga Nabi Muhammad SAW, atau ulama-ulama yang merupakan keturunan dari Ahlul Bayt.

Ini kalau kita... melihat atau mendengar istilah hadis dari kalangan syia tapi kita tidak akan bahas sampai sejauh itu saya akan membahas definisi yang dipahami secara umum di masyarakat bahwa makna hadis adalah ucapan dari Nabi Muhammad SAW nah bersamaan dengan hadis ada juga makna sunnah apa itu sunnah? sunnah diambil dari kata sanna ya sunnu artinya jalan atau kebiasaan atau perilaku kalau dilihat dari tinjauan ilmu hadis maka makna sunnah ini lebih umum lebih luas jangkauannya dibandingkan hadis karena makna sunnah ini artinya adalah maknanya adalah ucapan dan perbuatan atau Qawlun wa fi'alun wa taqrirun Ucapan, perbuatan, wa taqrir Persetujuan dari Nabi Muhammad SAW Ya, minal amri, ya kan Fil amri minal umur dari satu masalah dari seluruh masalah keagamaan jadi sunnah ini maknanya lebih umum daripada hadits ya hadits ini hanya ucapan Nabi seperti kolam Nabi yusallallahu alaihi wasallam Nabi Muhammad bersabda begini dan begini dan begini sedangkan sunnah itu adalah potret kehidupan Nabi Muhammad sebagai contoh bagaimana Nabi makan nah itu disampaikan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya oleh istri-istri beliau oleh putri beliau Fatima oleh menantu beliau oleh cucu beliau atau oleh para sohabat yang selalu mengiringi beliau dalam kehidupan sehari-hari maka perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW itu kemudian diwartakan, diberitakan disampaikan dari sahabat kepada generasi sesudahnya tentu ini disampaikan setelah Nabi Muhammad SAW wafat nah karena itu kalau kita membaca di dalam kitab-kitab hadis warta tentang Rasulullah atau tentang Nabi Muhammad SAW tentang kehidupan beliau selalu menggunakan redaksi kanan Nabi Yusallallahu alaihi wasallam, dulu Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam melakukan ini, ini, dan ini nah itu sunnah Nah ada juga yang, ada ulama yang berpendapat bahwa sunnah dengan hadis itu sama.

Karena semua yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW itu dijadikan sebagai rujukan bagi umat Islam di dalam menjalankan ajaran agamanya. Nah kemudian kita masuk kepada pertanyaan atau pembahasan tentang kapan hadis ini mulai muncul dan kapan hadis ini mulai dibukukan lalu disebarluaskan. Jadi begini, kalau kita melihat di dalam sejarah hadis-hadis atau ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW ternyata tidak dikumpulkan semasa Nabi masih hidup justru selama Nabi Muhammad SAW masih hidup, beliau memerintahkan kepada para sahabat untuk menulis Al-Quran dan memang belum ditemukan atau dijumpai perintah yang disampaikan oleh Nabi Untuk menulis ucapan-ucapannya dan perintah itu disampaikan secara umum kepada para sahabat. Tapi justru yang disampaikan secara umum kepada para sahabat adalah perintah untuk menulis Al-Quran. Di dalam salah satu riwayat, di dalam hadis, Nabi Muhammad mengatakan, fal yaktub'anni wal yamhuh.

Hendaklah ada yang mencatat wahyu dariku dan hapuslah semua. ucapanku. Nah sehingga para sahabat pada masa Nabi SAW hidup lebih terfokus kepada penulisan dan pengumpulan wahyu-wahyu Al-Quran yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW itu sebagaimana yang bisa kita dapatkan atau kita pahami dari video sebelumnya bahwa para sahabat ada yang menulis wahyu itu di kertas ada yang menulis di lembaran kulit kayu, ada yang menulis di barang di batu, di tulang, dan sebagainya.

Jadi dari barang-barang yang bisa dikumpulkan, lalu kemudian didokumentasi, dan semua pencatatan itu dijadikan satu ke dalam satu buku atau satu mushaf pada masa kehalifahan Abu Bakar As-Siddiq. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa sebenarnya pada masa Nabi sudah ada sahabat yang menulis hadis. Di antaranya adalah Abu Bakar As-Siddiq r.a. yang menurut penjelasan dari Dr. Mustafa Husni As-Sibai, Abu Bakar As-Siddiq r.a. khalifah pertama atau pemimpin Islam yang kedua setelah Nabi Muhammad s.a.w. pernah menceritakan bahwasannya beliau menulis kurang lebih 5.000 ucapan Nabi Muhammad s.a.w. kemudian beliau membakarnya.

Ada juga sahabat yang memang meskipun pada waktu itu tidak diperintah oleh Nabi untuk menulis ucapan-ucapan Nabi, tapi sengaja mengkompilasi dalam satu tulisan. Di antaranya adalah Abdullah bin Umar. Ini selain dari Abu Bakar As-Siddiq r.a.

Abdullah bin Umar menulis ucapan-ucapan Nabi Muhammad s.a.w. karena didorong kecintaannya kepada Nabi Muhammad s.a.w. Lalu menjelang atau pada saat itu, pada waktu penaklukan kota Mekah atau setelah penaklukan kota Mekah Nabi memerintahkan kepada salah seorang sahabat untuk menulis ucapannya uktubu li abishah catatlah oleh kalian untuk seseorang utusan dari salah satu suku Arab bernama Abu Shah nah ini yang dijadikan sebagai argumen oleh sebagian ulama hadis bahwasannya sebenarnya bahwa sebenarnya pada masa Nabi sudah dilakukan pencatatan catatan terhadap ucapan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam nah waktu berjalan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam meninggal dunia ya terjadilah dinamika politik di tengah umat Islam sebagian umat Islam masih belum bisa menerima naiknya Abu Bakar as-siddiq Sallallahu An'an menjadi khalifah mana khalifah itu adalah penerus Penerus dari perjuangan, penerus dari usaha dakwah, penerus dari risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau sebagai pemimpin umat dan juga pemimpin agama serta pemimpin politik. Nah sebagian umat Islam di luar kota Madinah masih belum bisa menerima naiknya Abu Bakar sebagai khalifah.

Lalu kemudian muncullah fenomena Murtadnya atau keluarnya sebagian muslim di wilayah Yamamah dari ajaran Islam Yaitu dengan deklarasi yang ditandai dengan deklarasi bahwa mereka tidak akan mengirimkan zakat lagi ke pusat pemerintahan di Madinah Nah Abu Bakar As-Siddiq r.a menghadapi fenomena ini kemudian beliau mengeluarkan kebijakan Untuk menumpang pas pemberontakan dan pada akhirnya pemberontakan itu berhasil dipandangkan. Tetapi di tengah-tengah pemberontakan itu muncul satu fenomena yang disebut dengan nama fenomena nabi palsu yang dideklarasi oleh Musaylamah Al-Khazab. Salah seorang tokoh Arab Baduwi di Yamamah mendeklarasikan diri sebagai seorang nabi.

Kemudian Musaylamah Al-Khazab berhasil ditangkap dan pemberontakan itu dipadamkan dan umat Islam, kehidupan umat Islam kembali seperti sedia kalah lalu setelah Abu Bakar meninggal, digantikan oleh Umar dan dinamika itu muncul kembali pada masa pemerintahan Usman bin Affan r.a nah saya kira ini yang menjadi titik awal atau titik tolak beredarnya hadis-hadis palsu di kalangan umat Islam. Jadi hadis-hadis palsu itu memang pada awalnya muncul sebagai respon atau sebagai reaksi ketidakpuasan sekelompok orang terhadap situasi politik yang berkembang pada saat itu. Maka dicari-carilah dalil, dicari-carilah legitimasi, untuk membenarkan tindakan mereka, tindakan sekelompok orang. Melawan pemerintahan yang sah. Maka di antara legitimasi yang digunakan selain dari ayat Al-Quran.

Adalah memanipulasi ucapan Nabi Muhammad SAW. Dan itu terus berlangsung sampai pemerintahan Ali bin Abi Talib. Bahkan sampai pemerintahan dinasti Umayyah. Atau dinasti yang dibangun oleh seorang sahabat Nabi yang bernama Muawiyah bin Abu Sufyan. Nah hadis-hadis palsu itu marak di masyarakat yang isinya adalah menjatuhkan kelompok lawan dan mengangkat kelompok yang didukung.

Nah ini yang kemudian memunculkan keprihatinan dari salah seorang khalifah dari dinasti Umayyah bernama Umar bin Abdul Aziz. Maka khalifah Umar bin Abdul Aziz kemudian menulis sebuah surat kepada Gubernur Madinah. yang bernama Abu Bakar bin Muhammad bin Amir bin Hazm.

Apa isi suratnya? Isi suratnya adalah meminta kepada Gubernur Madinah, kepada Abu Bakar bin Muhammad, untuk meng-endorse, mendorong para ulama Madinah melakukan pencatatan terhadap ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang populer dan beredar di kalangan ulama lalu kemudian catatan-catatan itu diterbitkan untuk mengklarifikasi Untuk mengklarifikasi tuduhan-tuduhan palsu atau hadis-hadis palsu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam sebuah surat Umar bin Abdul Aziz mengatakan bahwa saya prihatin kalau memang ucapan-ucapan Nabi ini tidak dikompilasi, tidak dihimpun ke dalam sebuah catatan yang saya khawatirkan nanti ilmu agama ini akan hilang. Dan mulai saat itu dilakukanlah pencatatan, ya ada pun kitab hadis pertama yang ditulis itu adalah Musnad Abdullah bin Al-Mubarak.

Ya itu kitab hadis yang pertama sebelum Malik bin Anas atau Ibn Al-Mubarak. Imam Maliki atau Imam Malik bin Anas Merilis atau Menerbitkan karya hadis yang diberi Judul Al-Nuwatta Jadi karya Abdullah bin Al Mubarak atau kumpulan hadis yang didapat melalui jalur Abdullah bin Al Mubarak atau yang diberi nama Musnad Abdullah bin Al Mubarak inilah yang pertama kali dirilis di dunia Islam dan seorang ulama hadis bernama Al-Bukhari, Imam Al-Bukhari pada usia kurang lebih 9 tahun, 9 tahun beliau hafal Betul-betul hafal kata per kata, jedahnya dimana isi dari Musnad Abdullah bin al-Mubarak. Usia 9 tahun.

Padahal Al-Bukhari ini bukan orang Arab. Al-Bukhari ini adalah keturunan Uzbekistan. Orang Azerbaijan.

Orang Azerbaijan. Bukan orang Arab. Bahasa Azerbaijan itu bukan bahasa Arab.

Azerbaijan adalah negara bekas jajahan Uni Soviet. Ya, posisinya. Posisinya tidak jauh dari Rusia. Jadi kalau dilihat Azerbaijan itu atau Imam Al-Bukhari ini adalah keturunan Asia Tengah. Bukan keturunan Arab.

Tetapi beliau ya kan populer namanya di kalangan ulama-ulama di wilayah Arab. Dan penguasan bahasa Arabnya luar biasa. Nah ini di antara keberkahan Imam Al-Bukhari.

Nah barulah setelah itu para ulama kemudian mengembangkan satu metodologi di dalam mengumpulkan. Bukan ilmu hadis. Nah disinilah ilmu.

Hadis muncul, karena ada metodologi. Jadi munculnya ilmu itu karena ada metodologi. Ya dalam bahasa filsafat itu harus ada epistemologi. Nah di dalam epistemologi itu, ya bagaimana pengetahuan itu dibentuk ada...

Ada yang namanya metodologi. Nah metodologi ini yang diperdebatkan, didiskusikan oleh para ahli sehingga akhirnya berujung kepada kesepakatan mayoritas ahli terhadap metodologi yang digunakan. Nah mulailah para ulama melakukan riset terhadap hadis-hadis yang sudah dikumpulkan dan hadis-hadis yang masih beredar.

Nah dari riset ini lahirlah ilmu hadis. Barulah muncul istilah hadis sohih. Apa itu sohih?

Sohih ini artinya sehat atau baik. Jadi disebut hadis sohih ini artinya hadis ini memang bisa dikonfirmasi betul-betul berasal dari Nabi Muhammad. Dilihat dari.

Jalur yang tersambung dari satu ulama ke ulama sebelumnya, ke ulama sebelumnya, ke ulama sebelumnya, sampai tabiin, sampai kepada sahabat, lalu sampai kepada nabi. Jadi ada jalur yang bersambung dan tidak terputus. Ini syarat dari hadis sohih. Ini mohon dicatat ya, jangan sampai, ini tidak dicatat. Jadi syarat hadis sohih itu yang pertama adalah bersambungnya mata rantai penyampaian hadis.

Lalu kemudian yang kedua, dilihat dari kualitas orang yang menyampaikan. Kualitas apa dulu? Kualitas yang dilihat kedua adalah kualitas ingatan orang yang menyampaikan hadis. Ingatannya bagaimana?

Kuat atau lemah? Kenapa? Karena kualitas ingatan itu juga berpengaruh kepada kualitas informasi yang disampaikan. Utuh atau tidak utuh.

Ya maka rata-rata ulama hadis itu pada umumnya mempunyai daya. ingat yang luar biasa. Bayangkan seperti Al-Bukhari.

Saya ambil satu contoh kasus. Al-Bukhari itu mengumpulkan kurang lebih 5.746 hadis di dalam kitab hadis sohihnya. Nah dari 5.746 1746 hadis itu yang dikumpulkan oleh Al-Bukhari di dalam sahihnya, itu bukan cuma sekedar hadis. Tetapi beliau juga mengingat nama-nama orang yang menyampaikan, urutan-urutan orang yang menyampaikan dari guru Imam Bukhari sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Contoh.

Saya mengambil contoh. Misal di hadis pertama, Al-Bukhari itu menyebut urutan itu dengan sangat baik. Ya, telah Telah menceritakan kepada kami Al-Humaydi. Telah menceritakan kepada kami Subian bin Uyainah.

Telah menceritakan kepada kami Atok. Telah menceritakan kepada kami Atok. Atok berkata telah menceritakan kepada kami dari Urwah.

Bukan Urwah. Telah menceritakan kepada kami Urwah. Urwah telah menceritakan kepada kami ayah kami. Ayah kami berkata.

Ayahnya Urwah. Urwah bernama Hisham Ayah kami berkata Telah menceritakan kepada kami Aisyah radiyallahu anha Lima nama Lima nama beruntut Disebut oleh Al-Bukhari Dan itu hafal Baru kemudian Aisyah berkata Nabi Muhammad s.a.w bersabda Ada Lima tingkatan yang dilalui oleh Al-Bukhari sampai kepada Nabi Muhammad s.a.w Terima kasih Ini luar biasa. Bayangkan kalau misalnya di dalam Sohi itu ada 5.000 hadis dengan Menghapal 5 tingkatan ini berarti ada kurang lebih 25 ribu nama yang diingat oleh Al-Bukhari.

Dan Al-Bukhari bukan cuma sekedar mengingat nama-nama itu. Al-Bukhari juga tahu kualitas orang yang menyampaikan periwayatan itu. Ini yang luar biasa. Coba bayangkan, saya ingin uji Anda semua.

Kalian masih ingat nggak nama teman SD kalian? Kelas 6, gak usah saya sebut dari kelas 1, kelas 6 nama teman SD kalian, dimulai yang duduk dekat pintu siapa, dari bangku, dari meja, dekat pintu siapa, kemudian sebelahnya siapa, lalu kemudian Kemudian seberangnya siapa? Itu kan kalau di SD ada 4 baris itu. Bukan 5 baris kan. 4 baris ke sini, ya kan. Kemudian 10 baris ke belakang.

Berarti kan ada 40. Satu rombongan belajar. Ingat nggak? Kalian masih ingat nggak nama-nama temen SD kalian kelas 6? Saya tidak mengatakan dari kelas 1. Kalau misalnya saya tanya, dari kelas 1 kita ingat nggak?

Dari TK, inget gak temen kita dari TK? Siapa temen kita waktu TK? Ya kan? Belum lagi pas waktu SMP, begitu kita SMP, kelas 1 SMP, inget gak satu kelas siapa?

Belum lagi SMA, belum lagi temen bimbingan belajar, belum lagi temen nongkrong, temen santuy-santuyan, kan gitu? Ya kan, kalian belum tentu inget kan, nama-namanya siapa? Ini baru masuk UI saja sudah lupa, gitu kan.

Ini gue teman SD lo, yang mana ya? Orangnya yang mana sih? Kan gitu kan. Oh ternyata yang dilihat di...

Facebooknya atau di Twitternya itu mukanya udah dimanipulasi pakai Photoshop. Sehingga kalian pangling ya. Tidak bisa mengenali temen kalian sendiri.

Nah Imam Al-Bukhari kembali lagi tadi itu hampal. 25 ribu kurang lebih. lebih nama siapa yang menyampaikan hadis dan sekaligus beliau tahu secara detail kualitas orang-orang itu.

Oh ini orangnya pelupa, oh ini orangnya pernah mencacimaki seorang sahabat, oh ini orangnya begini, ini orangnya begini. Sehingga dari penilaian terhadap kualitas itu pengaruh juga kepada penilaian kualitas hadis. Jadi syarat yang kedua adalah kualitas rawi atau kualitas orang yang menyampaikan.

Ya, terutama kualitas ingatan. Yang ketiga, itu adalah kualitas ketakwaan yang disebut dengan nama adil. Adil itu apa sih maksudnya? Adil itu sesuai antara ucapan dengan...

perbuatan jadi kalau hadis itu memenuhi syarat tiga ini, yang pertama bersambungnya sanat, bersambungnya mata rantai, kemudian yang kedua, ya kan kualitas orang yang menyampaikannya terpercaya Kuat ingatannya. Kemudian yang ketiga, orangnya ini adil. Adil dalam arti dia tidak banyak melakukan perbuatan dosa.

Sesuai antara ucapan dan perbuatan, dia tidak pernah mencelah satupun seorang sahabat. sahabat Nabi ya maka ini masuk dalam kategori hadits sahih hadits yang baik lalu kemudian ada lagi istilah hadits Hasan Hasan itu artinya baik shohi itu sehat Ya kan? Hasan itu baik Hasan itu derajatnya di bawah Sohih Dari aspek mata rantai penyampaian Betul bersambung sampai Nabi Tapi ada masalah dengan kualitas orang yang menyampaikan Ya kan?

Kualitasnya apa? Ya orangnya agak-agak pelupa Orangnya agak-agak pelupa Nah biasanya memang problem dari hadis itu Terletak kepada bagaimana cara penyampaian Dan bagaimana kualitas penyampaian Jadi Hasan ini masih setingkat di bawah sahih. Baru kemudian di bawah Hasan ada namanya do'if atau lemah.

Nah lemah ini artinya apa? Ya kalau mata rantainya terputus. Tidak bisa dikonfirmasi sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Begitu dilacak loh ini kok ada yang nggak nyambung. Dari misalnya Abdullah kepada Umar kok ini tidak nyambung. Ya kan ini kenapa sebab putusnya.

Lalu kenapa Abdullah mengaku bertemu dengan Umar. Maka sampai disini saja sudah masuk dalam kategori do'if. Nah di bawah do'if lagi ada. ada namanya palsu. Palsu itu yang tidak jelas asal usulnya.

Nah ini yang mungkin kalau dalam bahasa media sosial sekarang kita sebut sebagai berita hoax atau berita palsu. Tidak bisa kita konfirmasi kepada siapapun. Nah jadi para ulama hadis juga sudah belajar bagaimana mereka memanajemen, ya mengelola informasi itu dengan baik karena informasi ini terkait dengan pelaksanaan ajaran agama...

Sehingga informasi-informasi tentang agama itu betul-betul bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan metodologi yang disepakati. Nah ini baru muncul ilmu hadis ini begitu Al-Bukhari menulis Sohih Bukhari. Jadi kalau ada pertanyaan kapan kriteria Sohih, Hasan, Do'if itu muncul?

Ya itu baru muncul begitu Al-Bukhari merilis atau menerbitkan karya yang diberi. Beri judul Al-Jami'As-Suhih. Atau yang lebih mudahnya diingat dengan sebutan Suhih Al-Bukhari.

Nah baru dari sini kemudian dilakukan seleksi verifikasi. Oh ini hadis ini muatannya politik misalnya. Ini kok isi hadisnya kebanyakan mencacimaki Ali. Begitu dilihat oh ternyata orang yang menyampaikan ini punya keberpihakan terhadap Muawiyah. Atau ada satu kabar riwayat hadisnya.

Hadis isinya mencaci maki bahkan melaknat Muawiyah. Begitu diverifikasi ternyata orang yang menyampaikan adalah orang yang merupakan pendukung fanatik Ali bin Abi Talib. Sehingga akhirnya orang itu menyerang Muawiyah bin Abu Sufyan. Nah itu sejarahnya seperti itu.

Nah kemudian yang perlu kita pahami sekarang adalah bagaimana memahami hadis. Ini penting. Para mahasiswa yang berbahagia. Ada seorang ulama bernama Ibn Wahab al-Maliki.

Ini seorang ulama mazhab Maliki. Beliau melempar satu pernyataan yang kontroversial. Kata beliau, Al-hadisu madhul latun illa lil'ulama.

Hadis itu adalah tempat orang awam bisa menjadi sesat. Kecuali bagi para ulama. Kenapa seperti itu?

Karena begini, orang awam hadis itu, kalau kita baca hadis ya, itu tidak seperti kita membaca undang-undang. undang itu harus ada penjelasannya tidak seperti kita membaca tatip atau tata tertib, oke let's say undang-undang masih ada turunannya namanya peraturan pemerintah, tapi tatip itu gak ada turunannya, tatip itu sudah menjadi aturan baku Ada sebagian orang Islam yang masih berpendapat bahwa hadis itu seperti manual book, seperti buku manual. Tahap 1 ini, tahap 2 ini, tahap 3 ini, tahap 4 ini, dan seterusnya. Padahal tidak seperti itu.

Tadi sudah disampaikan di awal kuliah bahwa hadis ini adalah sumber utama ajaran Islam setelah Al-Quran. Jadi fungsi dari hadis ini adalah menjelaskan Al-Quran. Maka jika kita membaca hadis tanpa didampingi oleh orang yang menguasai ilmu hadis.

Dan orang yang memahami ilmu fikih, besar kemungkinan kita akan terjerumus ke dalam kesesatan. Ada satu contoh kasus, di Jakarta pada tahun 1979. Oh bukan di Jakarta, di Bandung. Peristiwanya di dua tempat, Jakarta dan Bandung.

Ada sekelompok pengajian, waktu itu dipimpin oleh seorang ustad dari Lampung, saya tidak perlu sebut namanya. Dan ujungnya. Ujung dari pengajian ini adalah pembajakan pesawat Garuda di Waila pada tahun 82 kalau tidak salah.

Nah, begitu diruntut kenapa bisa sampai terjadi aksi pembajakan? Itu awalnya dari keliru di dalam memahami hadis. Bagaimana pemahaman hadis yang berkembang atau yang dikembangkan di pengajian itu? Jadi, di dalam pengajian itu dikembangkan pemahaman terhadap hadis secara literlek, secara literal, secara verbatim. kata per kata tidak melihat kepada penafsiran kontekstual atau tidak melihat kepada penafsiran teleologis penafsiran yang melihat aspek tujuan dari diucapkannya hadis tersebut Jadi ada satu hadis yang memang benar ini hadis tapi harus dipahami konteksnya.

Di dalam hadis itu dikatakan siapa yang mengatakan seorang muslim dengan ucapan kafir, dengan perkataan kafir. Atau siapa yang mengatakan kepada seorang muslim wahai kafir maka halal darahnya. Nah hadis ini tidak dipahami konteksnya Ketika Nabi mengatakan seperti itu, bagaimana maksudnya? Lalu oleh Sang Ustadz Hadis itu dijadikan sebagai alat legitimasi Bolehnya membunuh orang yang menuduh pengajian mereka sesat Alasannya ada hadisnya Ketika ditanya, Ustadz itu kan tindakan pembunuhan melawan hukum Oh itu hukumnya hukum Tawud Itu hukum tawhud, hukum kafir, bukan hukum Islam. Kita hanya diperintahkan untuk taat kepada hukum Islam, yaitu Al-Quran dan Sunnah.

Jawaban Ustadznya begitu. Sehingga karena pemahaman yang sempit seperti itu, akhirnya terjadilah eksekusi, tindakan persekusi, membunuh seorang Muslim yang sedang memimpin sholat berjamaah. Karena imam sholat itu pernah mengatakan pengajian ini sesat. Itu rame di kota Bandung. Sampai pada akhirnya dilakukanlah tindakan penangkapan.

Dan yang di Jakarta teman-teman... kawan mereka yang di Jakarta yang tidak ditangkap, kemudian melakukan aksi pembajakan dengan tuntutan supaya kawan-kawan mereka yang ditahan di kantor polisi di kota Bandung pada tahun itu, pada tahun 80-an itu, dibebaskan. Nah ini satu contoh bagaimana keliru di dalam memanfaatkan. mengalami hadis.

Dan kekeliruan ini ternyata tidak saja terjadi pada tahun itu. Justru kekeliruan ini berkembang di kalangan anak-anak muda, kalangan mahasiswa yang baru saat atau yang baru melek ajaran agama. Sehingga setiap ucapan Nabi langsung dipahami tekstual begini.

Oh ini yang harus diamalkan. Padahal tidak seperti itu. Harus ada penjelasan.

Ya penjelasan kenapa Nabi mengatakan seperti itu Konteksnya apa pada saat itu Karena bagaimanapun juga ketika kita membaca hadis Parameter atau ukuran yang kita pakai itu adalah nilai-nilai makosid atau tujuan yang termuat di dalam Al-Quran Apa nilai-nilai utamanya? Nilai-nilai utamanya adalah وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رُحْمَةً لِلْعَالَمِينَ Tidaklah kami utus engkau wahai Muhammad kecuali menjadi rahmat bagi alam semesta nah rahmat disini kalau kita perhatikan kita kaji maknanya rahmat disini maknanya adalah kasih sayang ya maka Nabi Muhammad mengatakan kepada para sohabat irhamu manfil ardi sayangilah makhluk Allah yang ada di muka bumi tanpa kita membeda-bedakan siapa mereka apa mereka dan banyak lagi bagaimana mereka irhamu man fil ardi yarhamkum man fis sama nanti yang di langit akan menurunkan rahmatnya kepada kalian itu hadis yang diriwayatkan oleh al-hakim, al-bukhari, al-nasa'i dan al-tabrani dan hadis ini adalah hadis hasan nah jadi itu yang kita pakai parameternya sebagai ukuran jadi ketika kita membaca hadis ini mengusung semangat rahmat atau tidak ya kan... Kalau misalnya ditemukan satu fakta bahwa hadis ini tidak mendukung semangat rahmat, maka kita coba cari penjelasannya dari penjelasan yang disampaikan oleh para ulama. Seperti misalnya juga terkait dengan isu-isu nasionalisme. Ada seorang penceramah kondang mengatakan nasionalisme itu tidak ada dalilnya.

Padahal nasionalisme atau cinta kepada tanah air itu ada dalilnya. Dan Nabi Muhammad SAW, Menunjukkan kecintaan kepada tanah air Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari Nabi mengatakan Gunung Uhud ini cinta kepada kita Dan kita pun cinta kepada Gunung Uhud Nabi mengatakan Gunung Uhud itu untuk merepresentasikan kota Madinah Karena Gunung Uhud terletak di Madinah Dan merupakan simbol kebanggaan orang Madinah Itu menunjukkan betapa Nabi mencintai Cintai kota Madinah. Ya kan? Nabi begitu cinta dengan Madinah.

Bahkan ketika Nabi menaklukkan kota Mekah. Nabi ingin kembali ke Madinah. Dan Nabi meninggal dikuburkan di Madinah.

Kenapa? Itu menunjukkan kecintaan Nabi kepada tanah air. Lalu ada seorang pencerah Makondang mengatakan nasionalisme gak ada dalilnya.

Loh itu bukannya dalil. Bukankah itu dalil? Nah itu kan dalil. Bahwa Nabi cinta kepada Madinah itu menunjukkan bahwa Nabi juga punya cinta.

semangat nasionalisme dan bagaimana Nabi menggugah semua penduduk Madinah baik muslim maupun non muslim untuk membela kota Madinah ketika Madinah diserang bertubi-tubi oleh kekuatan asing yang datang datang dari luar Madinah itu menunjukkan bagaimana Nabi menggugah semua orang di Madinah muslim Yahudi penyembah berhala untuk sama-sama membela kot keutuhan kota Madinah itu menunjukkan nasionalisme lalu kenapa penceramah itu mengatakan bahwa nasionalisme tidak ada dalilnya membela tanah air tidak ada dalilnya padahal ada dalil dalil itu penunjuk hai hai Ada argumen yang menunjukkan bahwa Nabi cinta kepada tanah air. Nah ini, pemahaman seperti ini, pemahaman seperti ini, maksudnya seperti penceramah yang tadi saya sebutkan, saya singgung tadi, yang mengatakan bahwa nasionalisme cuma tidak ada dalilnya, itu kan berangkat dari tidak utuhnya. Proses belajar dan tidak cermatnya.

Ya, di dalam membaca hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Jadi betul apa yang dikatakan oleh Ibn Wahab Al-Maliki tadi. Bahwa hadis itu adalah tempat dimana orang awam berpotensi menjadi sesat. Illa lila ulama kecuali buat ulama. Maka jika kita membaca hadis bersama dengan para ulama.

Insya Allah kita akan mendapatkan. Dapatkan pemahaman yang utuh, bukan pemahaman yang keliru. Karena agama ini semangatnya adalah semangat wasatiyah, semangat moderasi. Bukan semangat tafrit, bukan semangat ekstrim.

Nah sampai di sini mudah-mudahan bisa dipahami oleh Anda semua. Peserta kuliah agama, bagaimana hadis Nabi Muhammad SAW dan mohon diperhatikan setiap detail dari penjelasan yang tadi saya sampaikan dan silahkan kalian diskusikan ada satu pertanyaan yang nanti akan menjadi bahan diskusi dan ini nanti dikumpulkan ke dalam tugas pertanyaannya adalah apabila ada satu hadis yang maknanya Bertentangan dengan Al-Quran, apakah hadis itu atau seluruh hadis itu menjadi tidak penting untuk kita jadikan sebagai sumber ajaran Islam? Sekali lagi, apabila ada satu hadis yang maknanya bertentangan dengan Al-Quran, apakah dengan begitu semua hadis menjadi tidak penting? atau tidak perlu kita jadikan sebagai sumber ajaran Islam. Silakan ini didiskusikan secara berkelompok.

Terima kasih atas perhatian yang Anda berikan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.