Transcript for:
Refleksi Nikmat dan Ujian Hidup

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi Rabbil Alamin Wa bihi nasta'in ala umudi dunya wa din Wa salatu wassalamu ala ashrafi anbiya wal mursalin Wa ala alihi wa sahbihi ajama'in Allahumma inna nas'aluka ilmana fi'a wa na'udhubika min ilmin layanfa'Allahumma alimna mayanfa'un anfa'na bima'allamdana Allahumma ansurna wal muslimin khasatanal madrumina minhu fi falaslin wa fi kuli makan Allahumma aslihulata umurina wa aslihlana wa umurana kullaha Allahumma khatna wa baladana min kudisu innaka waliw thalika wal qadiru alaih Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang Allah berikan kepada kita nikmat yang tidak bisa kita hitung yang tidak bisa kita kalkulasikan Alhamdulillah dan jika kalian ingin menghitung-hitung nikmat Allah maka kalian tidak akan bisa menghitungnya terlalu banyak nikmat Allah yang hadir dan menyertai kehidupan kita dan kita tidak bisa menghitung nikmat tersebut Siapa yang bisa menghitung lancarnya aliran darah di dalam dirinya? Stabilnya detakan jantung. Nikmat Allah itu bukan hanya detakan jantung lo hadirin, tapi kestabilan detakan jantung. Karena kalau detakan jantung kita melambat, berantakan kita. Sebagaimana detakan kecantung kita dipercepat aja.

Wih itu. Semua hal itu gak ada indah-indahnya. Siapa bisa diantara kita menghitung nikmat tersebut.

Nikmat paru-paru gitu loh. Itu kan. Luar biasa, nikmat bisa bernafas dengan lega, bisa menghirup, terus dihembuskan. Itu kan, itu luar biasa.

Yang pernah positif covid dan heavy, yang berat, dia tahu betapa nikmatnya bisa menghirup udara segar lalu dihembuskan kembali. Dan siapa yang bisa menghitung nikmat-nikmat seperti itu? Dan kalau kita diberikan taufik oleh Allah untuk bisa, bukan untuk bisa menghitungnya, tapi bisa mentadaburinya saja, itu banyak masalah-masalah kita hari ini yang kita pusingkan, itu terurai dengan sendiri. Atau mengecil dengan sendirinya, ya mungkin kita kesal sebel. Itu dengan mentadaburi nikmat-nikmat seperti itu, itu otomatis jadi mengecil, mengecil, mengecil, mengecil gitu.

Karena nikmat-nikmat itu jauh lebih berharga daripada banyak masalah yang kita ributkan pada hari ini. Ributkan dengan pasangan kita, ributkan dengan istri kita, atau ributkan dengan suami kita. Maka hadirin Allah muliakan. Kita ini kurang untuk menghitung nikmat Allah SWT. atau kurang dalam bercerita tentang nikmat Allah SWT.

Makanya ketika seseorang sedang gundah, dan lebih tepatnya pada saat itu, Rasulullah SAW sedang tidak nyaman, maka Allah turunkan surat dan di akhir surat tersebut Allah firman kenapa? وَأَمَّا بِنِ أَمَّةِ رَبِّكَ فَحَدِّهُ Maka ada pun nikmat rokmu ceritakan, renungkan. Dan kalau itu berhasil dengan Rasulullah SAW, maka mungkinkah gagal di dalam diri kita?

Hari-hari ini lagi banyak masalah gak hadirin? Iya, iya. Kelihatan dari muka-mukanya.

Muka-muka banyak masalah. Kalau muka saya banyak masalah juga gak? Banyak ya, cuma nanti beradab aja. Ya namanya hidup pasti banyak masalah hadirin. Satu-satunya cara agar masalah itu hilang semua itu mati hadirin.

Itu. Alladhi khalaqul mawta wal hayata liya balu wakum ayyukum ahsanu amalam. Tapi siapa diantara kita yang masalahnya seberat masalah Rasulullah SAW?

Tidak ada. Karena itu jaminan dan kepastian. Tidak ada. Karena Nabi kita SAW bersabda, Ashadun nasibalaan al-anbiya.

Orang yang paling berat ujiannya itu siapa? Para nabi. Para nabi.

Dan nabi kita juga salallahu alaihi wasalam bersabda, Uyub talal maru ala hasabidini. Seseorang itu diuji sesuai dengan kadar agama dan keimanannya. Dan dari seluruh Nabi alaihimussalam yang paling tinggi siapa?

Rasulullah s.a.w. Maka Rasulullah s.a.w. yang memiliki musibah dan ujian terberat. Nah, kalau resep menghilangkan, Dan resep mengobati itu semua adalah wa amma bini'mati robbika fahadid. Ada pun nikmat robbu, ceritakan kata Allah. Kalau itu terbukti ampuh proven dengan Nabi SAW, mungkinkah itu tidak berhasil untuk masalah-masalah kita?

Jadi ada banyak masalah, solusinya bukan langsung tembak ke titik masalah. Justru solusi yang paling pentingnya kita ingat nikmat-nikmat Allah. Baik dalam masalah itu maupun di luar masalah itu.

Itu otomatis masalah kan tenang, reda gitu. Dan kita pun tenang ngadepin itu. Lalu kita mulai berpikir jernih, lalu Allah SWT memberikan taufik kepada kita. Lalu Allah urai satu-satu masalah-masalah kita. Karena kita berusaha bertakwa menghadapinya.

Tapi kalau udah mumat gitu loh, terus kita udah gak bisa mikir lagi. Otomatis seringkali kita ngadepin itu gak dengan ketakwaan. Begitu kita hadapi tidak dengan ketakwaan, Allah enggak mengislah, Allah enggak memperbaiki masalah-masalah kita. Yang paling enak itu kan, ya simpel aja lah hadirin. Kalau kita dapat PR matematik yang rumit, paling enak itu ngerjain sendiri atau dibantu oleh guru besar matematik.

Ngerjain sendiri? Bagus, bagus. Kalau kita dapat PR fisika yang rumit banget, Enaknya ngerjain sendiri atau dibantu oleh guru besar fisika?

Guru besar fisika. Ngerjain sendiri? Luar biasa ya.

Jawaban yang di luar ekspektasi saya. Ini pelajaran paling disukai apa? Fisika.

Luar biasa, sama. Saya dulu juga suka fisika, kalau kosong. Matematika kalau kosong, tapi kalau ada, aduh.

Ya, gitulah hadirin. Jadi, kita paling enak dibantu sama pakar fisika. Nah Allah berfirman kan dalam surat al-Azhab itu, Allah berfirman, Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan ucapkanlah kalimat yang benar, yang jujur, yang sadid, yang benar, jangan bohong.

Oh jujur aja. dan benar nanti apa? yusrihlakum akmalakum nanti Allah yang akan memperbaiki amal-amal kalian Nah itu, masalah itu the paling benar paling enak paling nyaman kalau yang memperbaiki yang mengislah yang mengurai Allah Ta'ala Al-alimul khabir, yang maha mengetahui, baik yang global maupun yang detail.

Dan agar Allah SWT memperbaiki dan ngurus itu semua, kita bertakwa. Dan untuk bisa bertakwa, harus tenang, adilin. Harus tenang dulu. Hati itu dingin. Nah gimana caranya biar tenang atau dingin?

Itu banyak-banyak ingat nikmat Allah. Wa amma bini'mati rabbika. Hadis itu. Karena begitu kita ingat nikmat Allah.

Lalu kita berdikir kepada Allah, ala bidhikri lahitatma inul, kulub, ketauhilah dengan mengingat Allah, hati jadi tenang. Surat apa itu? Ayat ra'at, ayat?

Eh surat kok, ayat ra'at. Surat ra'at, ayat? 28. Surat ra'at, ayat 28. Ketauhilah dengan mengingat Allah, berdikir kepada Allah, hati itu jadi tenang. Jadi kalau tenang itu enak hadirin sekalian.

Dan semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua. Dan itulah yang kita cari. Dan itulah salah satu buah dari ilmu nafi. Buah dari ilmu yang bermanfaat. Makanya nama lain dari ilmu adalah zikir.

Nama lain dari ilmu adalah berzikir. Itu jangan pernah lupa. Nama lain dari ilmu adalah berdikir. Makanya ketika Allah perintahkan orang awam dan orang umum seperti kita untuk bertanya kepada ulama ketika kita tidak mengerti sebuah permasalahan, Allah berfirman dengan firmanya dalam surat al-anbiya ayat 7, fas'alu Ahlal ilmi? Bukan.

Fas'alu ahladhikri inkuntum la ta'lamun. Maka bertanyalah kepada ahli zikir. Kalau kalian tidak tahu. Dan apa yang dimaksud dengan ahli zikir dalam ayat ini?

Ahli ilmu. Sebagaimana keterangannya? dalam ilmu usul fikih, ilmu tafsir dan ilmu usul fikih dan dibahas secara khusus dalam bab fatwa, dalam bab ijtihad dan taklit di dalam ilmu usul fikih.

Ini memberikan pesan bagi kita dan sekalian bahwa ilmu dan zikir kepada Allah itu gak bisa dipisahkan. Penuntut ilmu dengan berzikir dan mengingat Allah itu dua hal yang menyatu kalau kita ingin ilmu kita bermanfaat. Makanya penuntut ilmu adalah orang-orang yang paling tenang ketika menghadapi berbagai macam masalah. Kenapa? Apakah karena punya resep rahasia?

Enggak ada rahasia-rahasiaan. Karena semuanya kembali ke surat ar-Ra'at ayat 28 tersebut. Karena penuntut ilmulah orang yang belajarlah. Orang yang asal ilmunya bermanfaat, orang yang belajar dan mendapatkan ilmu yang bermanfaatlah yang ketika menghadapi masalah itu dihadapi dengan zikir dan berfikir. Sehingga proporsional, ya harus mikir juga.

Tapi kan seringkali kita itu Kebanyakan mikir, kurang zikir. Namanya juga masalah overthinking. Makanya jadi tidak perlu mikir Pak Ustadz.

Ya pentinglah mikir. Tapi semua itu harus proporsional. Semua yang melampaui batas, gak bagus hadirin. Termasuk mikir.

Jangankan mikir, sholat hadirin. Hadirin sholat subuh tiga rokaat. Bagus apa enggak?

Gak bagus, itu sholat gak bagus. Hadirin tawaf 9 lab, bagus gak? Masih seger nih pausah, tambah 2. Gak bisa hadirin. Tawaf itu 7, gak bisa nambah lagi.

Jadi semua yang overdosis itu gak bagus. Termasuk mikir. Mikir kalau overdosis gak bagus. Nah biar gak overdosis itu, harus dipadukan dengan pikir.

Nah itu. Dan itu harus jadi fondasi kita. Nah itulah hadirin sekalian yang Allah uliakan. Semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita.

Amin ya Allah. Amin. Jadi ini...

Sekali lagi, tantangan terbesar kita itu bagaimana ilmu itu bukan hanya paham, bukan hanya ngerti, tapi sebagaimana yang dijelaskan para ulama diantaranya Ibn Kuddamah RA ilmu ibadatul qalbi. Ilmu itu adalah ibadah hati. Ilmu itu ibadah hati. Ilmu itu zikir. Ketika kita dapat sebuah ilmu itu yang diingat Allah, nah itu.

Ketika kita mengerti sebuah kaedah yang kita ingat Allah dan nikmat Allah. Ketika kita mempelajari sebuah pembahasan yang harus kita ingat Allah dan nikmat Allah SWT. Jadi itu enak gitu loh belajar. Gak beban gitu.

Tidak beban. Karena kalau kita hanya menggunakan kekuatan pikiran. Itu tadi.

Yang terjadi seperti hari ini. Overthinking. Dan overthinking itu sudah dibahas oleh para ulama.

Dibahas juga oleh As-Subki, Rahimallah juga membahas tentang masalah itu. Jadi, kata beliau, Kekuatan berpikir kalau overdosis itu justru tidak baik. Justru kontraproduktif. kontra produktif. Nanti kita akan singgung.

Jadi sekali lagi, ketika kita datang ke majelis ilmu, ketika kita datang ke kajian, kita harus benar-benar tepat, nembaknya harus tepat gitu loh. Jadi jangan datang terus, yang penting saya ngerti. Ngerti itu gak cukup.

Ngerti itu bagus, tapi gak cukup. Orang musyrik pun juga Ngerti Allah yang menciptakan mereka Tapi gak Bermanfaat apapun Gak bermanfaat Apapun hadirin Itu hal yang perlu kita Jamkan, makanya sekali lagi Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 31, Qul, ini ayat tentang orang-orang musyrik hadirin. Ini ayat tentang siapa?

Orang-orang? Orang-orang apa? Mushrik. Apa kata Allah?

Qul man yarzuququ minassama'i wal'ard. Tolong tanya kepada mereka, Wahai Muhammad. Siapa yang memberikan rizki kepada mereka dari langit dan dari bumi?

Siapa yang memberikan rizki di langit dan di bumi? Siapa yang memiliki pendengaran dan penglihatan mereka? Siapa yang punya panca indera mereka?

Siapa yang menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup? Lalu siapa yang ngatur ini semua? Apa jawabannya kira-kira?

Mereka mengatakan Allah. Itu orang-orang. Ini ayatnya. Kalau demikian, kenapa gak bertakwa? Kenapa gak beribadah hanya kepada Allah?

Kenapa beribadah juga kepada para berhala-berhala itu? Jadi kalau sekedar ngerti, mereka juga ngerti. Ini bukan hanya ngerti, ini bagaimana ilmu kita itu masuk ke dalam hati, lalu melahirkan perubahan dalam diri kita, memberikan ketenangan dalam diri kita. Memberikan rasa yakin dalam menghadapi berbagai masalah. Memberikan rasa optimis ketika berada dalam kondisi-kondisi berat dan terjepit.

Nah itu ilmu. Sebagaimana para nabi alaihissalam itu optimis. Sampai di titik terjepit tetap optimis. Kita akan tertangkap. Kata sebagian pengikut Nabi Musa.

Apa jawab Nabi Musa? Kala inna ma'ya robbi sayahdin. Bukan begitu pola pikirnya.

Robku bersama aku dan akan memberikan petunjuk. Itu hadirin. Itu kalau ilmu nafi itu begitu.

Nah ini yang perlu kita renungkan bersama-sama, semoga Allah memberikan taufi kepada kita, amin. Semoga kita diberikan ilmu nafi dan dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat, amin. Sebagaimana salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah AS beserta para keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang istiqomah berjalan di bandungan tunah beliau. Semoga Allah memperbaiki diri kita, memperbaiki urusan-urusan pemimpin-pemimpin kita.

Semoga Allah menjaga diri kita dan bangsa ini dari segala keburukan. Amin. Hadirin, kita akan kembali ke materi kita. Oh belum selesai Pak Ustadz?

Belum. Tadi itu pendahuluan. Pemanasan.

Kita baru masuk. Emang udah bosen hadirin? Belum, Alhamdulillah.

Ya udah, Alhamdulillah lah. Gak lama kok adik, tenang aja. Insya Allah sampai isya aja. Tapi, hadirin Allah mulia kan, kita sedang membahas tentang bentuk-bentuk ujub.

Dan kemarin kita sudah membahas ujub Ujub dengan harta ya, ujub dengan harta bahwa ujub dengan harta itu menjadi hal yang perlu kita tekankan bersama-sama. Dan kita sudah jelaskan bagaimana manusia-manusia terbaik seperti Umar bin Khattab radiyallahu ta'alaan, itu justru sikapnya antitesa. Alih-alih ujub ketika dapat harta justru yang beliau rasakan apa? Takut. Takut hadirin.

Yang mereka rasakan adalah khawatir. Mereka gak nolak. Di zaman pemerintahan Umar bin Khotob, Allah kasih harta yang sangat banyak.

Dan tidak dibumi hanguskan oleh Umar bin Khotob. Kadang bukan begitu juga caranya. Tetapi harus ada.

rasa yang tepat ketika hidup bersama harta. Harus ada rasa khawatir, harus ada rasa takut. Jadi bukan ujub lagi, sebaliknya khawatir.

Dan Umar mengatakan bahwa kalau harta merupakan parameter, harusnya Apa yang didapat atau yang diraih oleh Rasulullah S.A.W. lebih banyak daripada saya. Kalau harta adalah parameter kesuksesan, harusnya Abu Bakar atau dalam pemerintahan Abu Bakar itu lebih banyak mendapatkan harta dibanding pemerintahan saya. Tapi kok gak demikian?

Justru pendapatan saya dalam pemerintahan itu lebih besar daripada yang dirayu oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar. Maka gak mungkin ini adalah reward. Gak mungkin ini sebuah parameter kesuksesan.

Tapi ini adalah... Ujian. Inna ma'amwalukum wa'uladukum fitnah.

Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah ujian. Adalah ujian hadirin. Itu yang perlu kita camkan bersama. Makanya kan kita tidak boleh.

Kita tidak boleh terpukau dengan harta orang-orang yang tidak bertakwa kepada Allah. Harta orang-orang munafik. Harta orang-orang yang menyimpan kekufuran di dalam dirinya.

Allah berfirman dalam surat At-Tawbah ayat 55, Fala tu'jibka. Amwaluhum wala'auladuhum Jangan sampai harta dan anak-anak mereka membuat kalian kagum. Kagum. Gak boleh. Ada orang gak beriman, terus misalnya pakai barang harganya miliaran, gak boleh kagum.

Ini larangan, gak boleh kagum. Enggak boleh. Kenapa enggak boleh kagum?

Baca kelanjutan ayat tersebut. Innama yuridullah liwadzibahum biha filhayatin dunia. Karena Allah kasih itu ke mereka semata-mata untuk mengadab mereka di dunia. Untuk menyiksa mereka di dunia. Ini mind blowing, ini ngebuka cakrawala berpikir kita.

Bahwa cara Allah menyiksa seseorang itu bukan dibuat miskin. Semata atau miskin bukan bentuk disiksa, justru sebaliknya. Ada banyak orang cara Allah menyiksa dia dibuat banyak harta oleh Allah. Dibuat banyak harta.

Itu cara menyiksa. Terbukti. Hanya orang-orang yang tidak punya pengalaman hidup yang tidak mengerti tentang ini. Terbukti. Betapa banyak orang.

Kehancuran rumah tangganya dimulai ketika Uang itu ngalir ke rekeningnya dengan jumlah yang sangat besar. Betapa banyak kehancuran keluarga dimulai daripada saat yang duduk di posisi tertentu. Betapa banyak kehancuran keluarga seseorang itu dimulai di saat bisnisnya benar-benar kebuka semuanya.

Waktu itu berantakan dan ketenangan itu mulai hilang, mulai hilang, mulai hilang, hilang. Allah itu al-latif hadirin, yang maha halus. Dan salah satunya cara Allah menyiksa seseorang itu, seringkali enggak kasar caranya.

Bukan seperti gawaran kita. Kalau nyiksa terus digebukin gitu. Enggak.

Enggak harus demikian. Ya paling enggak dikritikin lah Pak Ustadz. Enggak harus demikian juga nyiksa orang.

Bisa jadi cara menyiksa seorang hamba. Itu dikasih uang, dikasih uang, dikasih uang, dikasih uang. Akhirnya dia jadi arogan, dia jadi gelap mata. Dengan dia punya banyak uang, akhirnya musang-musang atau serigala-serigala berbulu domba itu datang. Waktu dia enggak punya uang.

Yang di dekatnya itu orang-orang jujur semua hadirin. Orang-orang yang setia. Begitu dia punya fulus.

Satu-satu serigala-serigala itu datang. Dan dikerjain habis dia hadirin. Dan dia gak merasa.

Dan teman-teman setianya disingkirin satu-satu. Terjadi banyak hadirin. Dan awal mulanya apa?

Fulus banyak. Kalau dia gak punya uang, mereka gak datang. Karena mereka punya gula itulah, semutnya datang. Ketika dia gak punya itu, enggak. Para oportunis gak ada yang merapat ke dia.

Para serigala-serigala berbulu domba itu gak mendekati dia. Jadi yang dekat sama dia itu orang-orang tulus, orang-orang ikhlas. Waktu gak ada uang. Tapi begitu uangnya banyak, datang satu-satu.

Baca banyak cara. Dan disitulah dia mulai tersiksa. Dia mulai dikerjain. Dia mulai dihabisi. Kesannya enak.

Enggak. Yang berfirman dalam mait ini, yang menciptakan dunia hadirin. Yang menciptakan dunia dan menciptakan segala bentuk ujian. Yang menciptakan ujian itu al-latif dan di waktu yang sama al-alim.

Hadirin waktu di kampus atau di sekolah semakin cerdas guru kita. Soal ujiannya semakin gampang ditebak atau susah ditebak. Nah itu, itu manusia hadirin.

Manusia. Hidup itu yang kasih ujian al-alim. Al-khabir. Al-lamu l-guyub Dan di waktu yang sama Al-alim itu yang maha mengetahui Al-khabir yang tahu Yang maha mengetahui hal-hal detail Sebagaimana mengetahui hal-hal yang global Tahu, seluk-beluk kita tahu Allah SWT Dan di waktu yang sama Al-latif yang maha halus Pelan-pelan maksudnya Tapi habis semua disikat, semua disikat, semua disikat, semua habis.

Selesai. Itu yang membuat Umar bin Khotob nangis ketika berhadapan dengan harta yang berlimpah. Karena tingginya ilmu beliau.

Kita senang. Kenapa? Karena rendahnya ilmu kita terhadap kehidupan. Dan rendahnya ilmu kita tentang Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW. Senang jadi kita.

Bahkan itu dijadikan ambisi bagi sebagian pihak. Gimana jadi orang kaya. Gimana jadi.

Dia gak ngerti. Allah yang menciptakan harta itu. Menyatakan. Ingat ini fitnah loh.

Ini ujian. Tapi kan berapa persen diantara kita. Mentanda buri ayat tersebut.

yang benar-benar menghayati, gitu, sebagaimana orang-orang soleh dahulu menghayati hal tersebut. Jadi hadirin Allah muliakan, ada banyak cara. Salah satu cara Allah menyiksa dikasih harta dan keturunan. Makanya gak boleh kagum kepada harta orang lain dan juga gak boleh mengagumi harta sendiri.

Gak boleh ujub dengan itu. Kok diuji ujub? Kan itu aneh. Diuji kok ujub? Aneh gak adil?

Aneh. Ada orang ujian kimia ujub. Gue ujian kimia dong. Susah gak? Eh susah dong.

Kok ujub itu loh. Kita bingung. Kan agak bingung kok ujub ya. Bisa?

Enggak. Kan lebih bingung lagi kita. Kok diujub ya.

Ya simple aja, kalau Umar nangis, mungkinkah ujian itu mudah? Umar nangis. Umar bin Khotob itu, kata Nabi SAW, Kalau ada Nabi setelah aku, maka orang itu Umar bin Khotob. Itu nangis.

Umar bin Khattab, yang dikatakan Nabi kita, umar, ikutilah dua sosok setelah diriku wafat, yang pertama Abu Bakar, yang kedua Umar. Jadi, kan gini ya, ikutilah dua sosok setelah aku, apa? Wafat.

Siapa? Abu Bakar dan Umar. Gitu lah. Kemarin kita baca riwayatnya. Ketika uang berlimpah, Umar apa?

Nangis. Kata Nabi SAW, ikutilah dua sosok setelahku. Siapa? Abu Bakar dan Umar. Umar dapat duit banyak.

Apa? Kita dapat duit banyak. Nah itu.

Gak nyambung hadirin itu loh. Nabi Sosa sudah bilang, ikuti itu. Kita senang.

Kita senang. Itu bedanya. Harusnya ketika umar demikian kita mikir. Kok nangis beliau? Paling tidak kalau kita belum bisa nangis sebagaimana umar nangis.

Paling tidak mikir ke beliannya. Dan kita mikir, kok berarti keras nih hati saya. Saya udah ngaji bertahun-tahun, kok masih keras nih hati. Dan lain sebagainya. Jadi harus, ini bukan hal yang layak untuk di...

Diujubkan. Dan dijelaskan sebagian para ulama. Bagaimana mungkin harta itu menjadi alat untuk berbangga. Sedangkan di hari kiamat.

Kita harus menjelaskan. Dari mana kita dapatkan harta tersebut. Dan bagaimana kita infakkan.

Jadi bagaimana. Dijadikan alat untuk berbangga. Minimum kalau enggak nangis, mikir kita hadirin. Karena begitu hadirin, hadirin paling besar dapat uang dalam satu waktu berapa? Berapa?

Masya Allah, besar kayaknya ini. Enggak mau diungkapkan. Besar ini, Masya Allah. Berarti kan ketika kita mendapatkan satu miliar, kan kita ingat bahwa la tazulu qadama abdin yawmal qiyamah kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari hadapan Allah pada hari kiamat.

Hatta yus'al an arba sampai dia ditanya tentang empat perkara dan diantaranya wa'an malihi min aynak tasab wa'fima anfaqah Dia akan ditanyakan tentang uangnya, dari mana dia dapatkan dan kemana dia gunakan dan alokasikan. Itu poin. Dari mana dia dapatkan? Itu dapat dari mana?

Terus dialokasikan kemana? Dialokasikan kemana? Itu poin.

Di mana dialokasikan? Jadi pas kita dapat, kita harus mikir. Ini halal apa enggak?

Terus apa rencana saya dengan uang ini? Kan harusnya begitu. Karena pertanyaannya dua.

Dapat dari mana? Lalu kemana dialokasikan? Dapat dari mana dan kemana dialokasikan?

Jadi kalau kita cuma, oh enggak ini karta halal, oke bagus. Tapi itu baru pertanyaan pertama. Pertanyaan berikutnya, dialokasikan kemana?

Itu harus jelas. Itu harus jelas. Jadi kalau mau nerima duit, dua pertanyaan ini harus ada di dalam diri kita. Ini halal enggak nih duit?

Aman enggak? Lalu berikutnya, rencananya saya mau pakai buat apa? Dan bisa gak selamat dari pertanyaan Allah SWT?

Itu hal yang perlu kita camkan. Hadirin Allah Muliakan. Makanya jamaah yang lo muliakan di dalam riwayat kita tahu bersama-sama bahwa orang miskin yang beriman dan bertakwa dengan orang kaya yang lebih dulu masuk surga yang mana hadirin?

Masya Allah, semangat banget. Pelipur lara hadirin. Orang miskin dengan orang kaya masuk surga duluan mana? Berapa lama dalam riwayat?

Dari Tirmidhi misalnya, Abis Said. Fukoroknya muhajirin itu masuk surga sebelum orang kayaknya 500 tahun. Masya Allah.

500 tahun hadirin. Banyak yang senyum-senyum Berarti kelihatan petak kita disini siapa ya Masya Allah Itu poinnya 500 tahun hadirin Di dunia itu Demi bisa lebih cepat beberapa menit, orang rela bayar mahal. Rela bayar mahal. Demi biar lebih cepat beberapa jam, orang rela bayar mahal. Ada banyak orang itu hanya mau naik maskapai tertentu.

Alasannya apa? On time. Dan harga tiketnya lebih mahal, lebih murah?

Lebih mahal. Tapi dia enggak peduli. Kenapa? Biar lebih cepat.

Lebih cepat. Ada orang beli tiket bisnis kelas misalnya di sebuah pesawat biar apa? Biar lebih cepat, cepat masuk dan cepat keluar dari pesawat. Bukan cepatnya nyampe duluan, enggak. Nyampe nya barengan.

Turun ke pesawat, turun ke pesawatnya lebih cepat. Itu bayarnya dua kali lipat, tiga kali lipat tiket ekonomi. Padahal lebih cepat berapa menit sih? Penumpang bisnis turun dari pesawat, lalu habis itu kebelet, lalu masuk toilet, keluar toilet, penumpang ekonomi udah lebih duru dari dia.

Iya gak sih? Iya. Sakit perut gitu loh. Masuknya, penumpang ekonomi udah diimigrasi.

Di akhirat. 500 tahun hadirin. Masya Allah ya. Makanya sebagian kita kan kadang suka sebel. Udah ngantri capek-capek, eh mereka duluan gitu.

Nah setelah dapet hadisnya, nanti lo gue bales 500 tahun lo. Begitu hadirin, ya jangan begitu juga. Orang masuk surga itu kan hatinya bersih.

Jadi bukan dendam Apalagi dia gak zolemin kita Dia bayar, ya biarin aja dia duluan Nanti lo rasain Antri lo dari kiamat Gue lebih dulu 500 tahun Suka punya pikiran gitu gak sih? Jujur aja. Kan mau masuk ke surga, jujur aja. Iya kesel kan.

Kita udah ngantri-ngantri, dia ada fast track. Padahal dia bayar, ada layanan fast track di beberapa tempat, dia bayar. Tapi kita tanya, enak banget jadi orang kaya.

Pantesan aja orang korupsi. Sudon gitu. Ya Allah, benar-benar gitu tuh ya. Apa hubungannya bayar fast track dengan korupsi? Kan enggak ada hubungannya.

Emang harus begitu kan? Enggak. Kesel aja tuh dong, ngantri capek-capek.

Mereka bisa masuk gitu. Subhanallah. Tapi jangan sekian rejen seperti itu. Kan ahli surga itu kan ilaman atallah habiqol bin salim.

Kecuali orang yang bertemual dengan hati yang bersih. Hatinya harus bersih, gak apa-apa. Loh 500 tahun itu kenapa Ustaz? Kan hisapnya lama hadirin.

Bayangin kalau total kekayaan seseorang. Segini lah, orang yang wafat misalnya, di kekayaannya senilai 100 miliar. Orang ketika wafat, dia punya aset dan semuanya 100 miliar. Berarti di hari kiamat dia dihisap berapa? Loh gimana sih nih mati-matiganya?

Orang ketika wafat dia punya uang 100 miliar. Maka nanti di hari kemar dia akan dihisap berapa? Ya enggak.

Lebih dari 100 miliar lah. Benar gak sih? Salah ya saya? Emangnya gak ada duit yang digunain sebelumnya? Ada.

Ada banyak orang uangnya 100 miliar. 20 tahun, 10 tahun sebelum dia wafat, dia rugi habis-habisan 250 miliar. Kira-kira 50 miliar yang itu, kehitung juga enggak? Eh, ragu, hantar. Dikhitung enggak?

Dikhitung. Jadi bayangkan, berapa hisapnya di hari kiamat itu loh. Kan ditanya, ini satu rupiah dari mana untuk apa?

Satu rupiah ini dari mana untuk apa? Dan seterusnya. Ini udah habis ya hadir. Oh udah selesai.

Udah maghrib? Oke, kita lanjutkan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kok seneng sih hadirin? Ya. Subhanallah.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Wassalatu wassalamu ala rasulillah wa ala alihi wa sahbihi ajma'in wa ba'ad Allahumma inna nasa'luka ilmana fi'a wa na'udhu bi'ka min ilmin la yanfa'Jema'i halamul iya'kan Tadi kita udah sampai mana ya? Apa tadi?

Oh iya. Hadith yang membuat banyak diantara kita tersenyum. Dan itu bukan berarti tercelah, tapi menunjukkan bahwa pertanyaan itu Durasi pertanyaan di hari kiamat itu sesuai berapa banyak harta yang kita punya saat di dunia, itu masalahnya.

Sehingga kesimpulannya hadirin. Atau dari pembahasan kita ini, Kesimpulannya hadirin mau jadi orang kaya atau orang miskin sih? Langsung to the point aja kita. Masih...

Wallahu ta'ala misawab ya hadirin sekalian. Poin terbesar kita di malam ini jelas bahwa fakta-fakta di atas menunjukkan tidak ada alasan untuk wujud. Dan membanggakan harta tidak ada. Itu clear, terlepas apa takdir kita di dunia. Apakah kita ditakdirkan jadi orang kaya atau kita ditakdirkan sebaliknya.

Tapi itu tidak boleh menjadi alat untuk berbangga dan merasa diri sukses, merasa diri hebat, merasa diri berhasil. Dan itu tidak mudah, itu tidak mudah. Tapi itu yang harus kita lakukan. Kata Sheikhul Islam, Fakta menjelaskan bahwa ada sebagian atau ada para nabi dan umat terdahulu atau generasi pertama yang merupakan orang-orang kaya dan mereka tanpa diragukan lagi lebih afdol, lebih baik daripada aksar fukoro, mayoritas orang miskin. Bukan lebih baik daripada orang miskin, ini bahasanya para ulama, tapi mayoritas orang miskin.

dan sebaliknya ada diantara para nabi dan umat-umat terdahulu mereka miskin dan mereka lebih baik daripada mayoritas orang kaya ini poin jadi itu jelas-jelas bukan alat dan tolak ukur keberhasilan, tapi itu adalah ujian dan alat untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana yang Allah firmankan di dalam hadith. Abu Waqidul Laythi Allah berfirman Inna anzalnal maal li'iqamis salah wa ita'i zakah Sesungguhnya kami menurunkan harta Jadi Allah berfirman sesungguhnya kami menurunkan harta, itu untuk dua hal Untuk menegakkan sholat dan untuk menunaikan zakat Jadi Allah menurunkan harta buat kita untuk kita pakai, beribadah, dan kita bagi-bagikan ke orang.

Itu poinnya. Kita membayar zakat kepada mustahik yang berhak mendapatkan zakat. Lalu dilanjutkan. Kalau anak Adam memiliki satu lembah.

emas, maka ia ingin dan punya obsesi punya lembah yang kedua. Walaukana lahu wadian, dan kalau dia punya dua lembah, la'ahabba'nyakuna lahu ma'thalif, maka dia akan punya ambisi memiliki lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memuaskan isi perut anak Adam kecuali tanah.

Tidak ada yang bisa menutupi ambisi kita kecuali kematian. Selesai sudah. Masuk ke tanah, dikubur dalam tanah, baru selesai semuanya. Jadi jangan pernah berpikir, kalau kita belum pernah mendapatkan 100 juta, Maka pada saat kita mendapatkan 100 juta pertama kita, kita akan puas. Gak ada orang kayak gitu.

Ini hadithnya. Jadi kalau ada orang, enggak pokoknya saya akan berhenti setelah dapat 1 miliar pertama. Gak ada orang kayak gitu.

Kecuali begitu dapat 1 miliar, mati dia. Berarti dia mau mati. Kalau enggak, ini hadith. Nanti begitu dapat 100 juta pertama dia akan ingin 200 juta, dapat 200 juta pengen 300 juta, 300 juta pengen 1 miliar, 1 miliar pertama 2 miliar pertama, terus 3 miliar, 4 miliar sampai meninggal itu. Jadi kalau ini diteruskan tanpa dikontrol ini bahaya.

وَتُحِبُّنَا الْمَلَهُ بَنْ Jama'dalam surat al-Fajr. Dan kalian itu mencintai harta benar-benar. Jatuh cinta yang luar biasa. Bukan cinta biasa.

Makanya sekali lagi, Nabi kita alaih salat al-Salam menjelaskan dalam hadis surat al-Tabrani, إِنَّ لِكُلِ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّةِ المَلَ Sesungguhnya setiap umat ada ujiannya. Ini ujian yang spesifik dan ujian umatku harta. Artinya enggak mudah, ini ujian berat. Artinya adalah bahwa dari sini kita bisa menjelaskan ini bukan alat untuk berbangga. Ini ujian dan ujian ini sangat berat.

Makanya sebagai ulama, walaupun punya kesempatan jadi orang kaya, mereka lebih memilih hidup miskin. Apakah itu bisa di generalisir? Enggak.

Karena sebagian orang lebih memilih menjadi kaya dan mereka diberikan taufik Allah untuk berhasil melewati ujian-ujian kekayaan. Jadi kekayaan adalah sarana perjuangan untuk menjadi hamba Allah. Sebagaimana kemiskinan adalah sarana perjuangan untuk menjadi hamba Allah.

Dan menjadi orang kaya tidak semudah atau tidak lebih mudah dibanding menjadi orang miskin. Dan itu terbukti ketika Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan, mayoritas pengikut Nabi ini atau orang yang mengklaim Nabi ini orang kaya atau orang miskin? Maka jawaban Abu Sufyan apa? Orang miskin.

Itu poin. Itu penunjukkan jadi orang kaya tidak mudah. Makanya kalau punya teman orang kaya, sabar bro. Gak mudah hidup loh.

Gitu dong. Kita ini Orang miskin terus yang dinasihatin Sabar bro gak mudah Lu juga gak mudah Gak ada yang mudah dan berat memang Makanya kan ada pembahasan Panjang di dunia para ulama Mana yang lebih abdol Kaya yang bersyukur atau Miskin yang sabar Itu Pembahasannya panjang Sebagian orang-orang memberikan win-win solution jalan tengahnya yang paling bertakwa kata mereka. Karena semakin susahnya dikuatkan, mana yang lebih afdal dan mana yang lebih berat, susah. Makanya yang titik temu, salah satu titik temu yang penting bagi kita, Bahwa apa yang dijelaskan oleh para ulama kita? Bahwa Qutyaqunul fakru liba'din nas anfa'minal gina Nah ini, dijelaskan syakir Islam dalam majmufatawa Bisa jadi kefakiran bagi sebagian manusia Lebih bermanfaat daripada kekayaan Dan sebaliknya, buat sebagian yang lain, kekayaan lebih bermanfaat daripada kefakiran.

Jadi buat sebagian orang, yang terbaik bagi dia jadi orang miskin. Kok sebagian sedih sih? Belum tentu hadirin, belum tentu.

Jadi jangan putus asa dulu. Tapi buat sebagian orang yang lain, yang lebih bermanfaat dan maslahat bagi dia jadi orang kaya. Makanya sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis, diriwayatkan. Hadis ini dilemahkan sebagian ulama, tetapi maknanya benar.

Inna min ibadih, sesungguhnya di antara hamba-hambaku, ada orang-orang layuslihuhu ilal gina. Tidak ada yang bisa memperbaiki kualitasnya kecuali kekayaan. Walu afkortuhu laafsattu alihi dinahu.

Kalau aku buat dia miskin, Maka itu sama saja aku rusak agamanya. Wa inna min ibadih la man la yuslihu illal faqru. Tapi sebagian hamba-hambaku tidak ada yang bisa memperbaiki hati dan jiwa dia kecuali kefakiran.

Walau agnaituhu, kalau aku buat dia kaya, lafsatu alaihi dina. Itu sama saja aku merusak agamanya. Jujur, berharap yang mana? Bismillah, Bapak Ustaz.

Yang kedua lah gitu ya. Tetap aja minta kekayaan. Ya karena kita cinta kekayaan, itu aja.

Jangan. Jampai itu. Tapi itu kenyataan.

Makanya jangan, jadi akhir, jadi semua pembicaraan kita ini akhirnya bermuara kemana sih hadirin? Ketauhid kita. Seberapa kita yakin Allah SWT yang paling ngerti mana yang terbaik buat kita.

Kalau Allah kasih kefakiran, berarti kita yakin bahwa ini yang terbaik. Dengan terus berusaha, dan memaksimalkan potensi. Dengan terus berkarya, bukan pasrah, tidak.

Bukan pasif, tidak. Terus berusaha. Lakukan yang bisa kita lakukan.

Ingat kata para ulama seperti Syakul Islam, bahwa manusia adalah makhluk yang bergerak. Apa maksudnya manusia itu tidak boleh diam? Nggak boleh pasif, nggak boleh nunggu, nggak boleh diem gitu, enggak. Dia harus kerjain ini, dia harus kerjain itu, dia harus itu, dia harus itu. Makanya kan kata Nabi S.A.W. Kalau kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya tawakal, maka Allah akan memberikan kalian rizki.

Sebagaimana Allah memberikan rizki kepada seekor burung. Burung itu terbang di waktu pagi. Dengan perut lapar, tapi terbang gitu, cari. Dan pulang di sore hari dalam kondisi perut, kenyang.

Manusia itu harus keluar rumah, harus beraktifitas, harus kerja, harus adik-adik. Nah ketika kita sudah berusaha, ternyata oleh takdirkan kita, risiko yang terbatas, maka Yakinlah bahwa ini yang terbaik buat kita. Allah lebih tahu tentang saya dibanding diri saya sendiri. Bisa jadi yang kalian anggap buruk itu, itu yang terbaik buat kalian.

Dan bisa jadi yang kalian anggap baik, justru buruk bagi kalian. Allah yang maha tahu. Dan kalian gak ngerti apa-apa kata Allah. Al-Baqarah 216. Dan ketika kita ternyata ditakdirkan menjadi orang kaya, jangan pernah ujub, jangan pernah berbangga, jangan dijadikan alat untuk berbangga.

Itu sebuah irasional. Ini enggak masuk akal. Ini pertama ujian dan ini ujian yang berat..

Setiap umat dikasih ujian secara khusus, dan ujian secara khusus yang mematikan yang berat bagi umatku adalah harta. Kok ada ujub itu? Ini ujian yang membuat orang yang punya nama besar, yang dijamin surga, yang dijadikan Sosok yang diikuti oleh Rasulullah Dan dijamin surga oleh Nabi SAW, itu nangis Ketakutan, Umar bin Khattab Radiyallahu ta'ala Lalu kita santai, bukan hanya santai Kita banggakan itu, Umar nangis Selalu Anda berbangga-bangga dengan uang Anda Ainal uhul, kemana Akal sehat kita Jadi sekali lagi Umar bin Khattab Khalifah hadirin Umar, apa hadirin?

Tadi apa? Holifah, bukan Pak RT, bukan. Bukan Pak RW, tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada seluruh, tapi bukan Pak Lurah, bukan Pak Camat, bukan Pak Wali Kota.

Holifah. Orang kalau udah sampai tingkat itu, itu mentalnya luar biasa. Jiwanya besar hadirin, dadanya lapang.

Dan beliau rangking kedua umat ini setelah Abu Bakar, As-Siddiq, Rodhiyallahu taala'an. Begitu dapat harta yang banyak, beliau nangis adirin. Dan beliau katakan kalau harta adalah sebuah parameter harusnya. Nabi SAW dan Abu Bakar dapat lebih banyak dari ini.

Tapi kenyataannya tidak. Berarti ini bukan parameter kebaikan. Ini bukan bukti kesuksesan.

Ini ujian yang harus kita gunakan tadi. Di-iqamati sholat wa ita'i zakat. Untuk menegakkan sholat dan membayar zakat.

Zakat, lalu infak, lalu sedekah, lalu kasih sana, kasih sini, dan seterusnya. Ini yang harus kita dudukkan Dan Allah yang paling tahu Apa yang terbaik buat kita Ada orang-orang Kalau saya Buat dia miskin Rusak agamanya Dan ada orang-orang Kalau saya kasih kekayaan Rusak agamanya Ini yang harus kita tanamkan Dan kita harus yakinnya Apalagi kita penuntut ilmu Bahwa orang itu beda. Jadi jangan pernah nyamakan. Kok dia dikasih risiko atau uang berlimpah.

Padahal kan ngajinya gak serutin saya. Solat zuhurnya atau solat lima waktunya gak se-on time saya. Kok dia dikasih banyak?

Justru itu cara Allah menolong kita. Karena Allah tahu yang paling cocok buat kita ya segini. Kalau kita dikasih lebih, ujub kita.

Disorientasi kita. Lepas kontrol kita. Lupa sama banyak.

Dan jangan pernah meremehkan daya atau daya dan power, harta untuk membuat orang kehilangan akal sehatnya. Itu sudah terbukti, artinya kita bukan orang yang pertama kali lahir di muka bumi hadirin. Di belakang kita ada banyak contoh besar, mau contoh internasional ada, mau contoh lintas peradaban ada, mau contoh tingkat nasional ada, mau contoh tingkat kabupaten ada, kecamatan ada, ada banyak contoh.

Ada orang yang kita pikir dia tuh tenang segala macam, gak mungkin tergiur begitu dikasih ujian uang, lupa semuanya. Dan kita akan seperti itu. seperti itu jika Allah enggak tolong kita.

Kita akan berhasil yang sama kalau Allah enggak jaga kita kalau Allah s.w.t. enggak memberikan perlindungan kepada kita. Jadi kita harus kembali kepada Rabbul Alamin dan yakinlah bahwa ini adalah sarana berjuang untuk menjadi hamba. Ada yang yang paling cocok dengan kesabaran, ada yang dengan rasa syukur dan dua-duanya susah.

Ada banyak diantara kita yang menyelamatkan dia dari zina itu karena gak punya duit. Itu aja udah. Itu.

Gak punya duit. Bukan gak ganteng, enggak. Orang yang gak ganteng punya fulis bisa hadirin.

Gak punya duit. Kalau dikasih duit sama Allah, udah kemana-mana nih orang. Itu poin.

Dan gak gampang. Uang kan benda ajaib dalam tanda kutip. Bisa memuaskan semua hasrat kita.

Bisa memuaskan semua keinginan nafsu kita. Makanya jangan pernah lupakan hal itu. Allah yang maha tahu.

Allah yang maha tahu. Makanya itu tadi. Ada para nabi yang kaya.

Dan mereka dipastikan lebih baik daripada mayoritas orang miskin. Ya jelas lah. Ada orang miskin, kenal orang miskin terzuhud di Jakarta hadirin.

Mungkin kita kenal gitu ya, orang zuhud. Ada kenal? Kayaknya saya tahu Pak Ustadz, siapa?

Saya Pak Ustadz. Udah, ini ujub juga. Ujub dengan kemiskinan.

Lu benar lah, lu ada. Manusia itu pinter semua, bisa wujud. Ada orang miskin paling zuhud di Jakarta, kalau ditanya lebih baik mana dia atau Nabi Sulaiman, kesimpulannya lebih baik mana dia?

Ya jelas Nabi Sulaiman dan tidak boleh dibandingkan. Mengerti gak maksudnya gak bisa dibandingkan apple to apple? Jelas namanya Sulaiman.

Itu kata ulama, ada baik syair. أَلَمْ تَرَ أَنَّ السَّيْفَ يَنُكُسُ قَدْرُهُ إِذَا كِيلَ إِنَّ السَّيْفَ أَمْضَ مِنَ الْعَصَى Anda tidakkah Anda tahu? Pedang itu akan jatuh nilainya dan terpukul harga dirinya kalau ada yang membandingkan pedang itu lebih tajam daripada tongkat kayu.

Bisa dipahami tidak? Ya gini lah, hadirin ada yang bilang gini, Masya Allah saya kagum sama ilmu matematika Anda, lebih pintar daripada keponakan saya usia 3 tahun. Itu pujian atau penghinaan? Nah itu maksudnya, anak keponakannya 3 tahun, ya Allah yang satu tambah satu isi horoh 2 kali, itu penghinaan kepada saya gitu loh.

Ini sama, pedang itu komparasinya apple to apple-nya dengan pisau, dengan tombak, atau dengan celurit, dengan golok, tapi pedang dengan tongkat kayu gak bisa diindikan. Begitu juga ada para nabi, sebagian nabi itu kaya dan jelas lebih mulia daripada mayoritas orang miskin. Sepanjang perjalanan umat manusia.

Sebaliknya ada para nabi miskin dan jelas lebih baik daripada mayoritas orang kaya dalam peradaban manusia. Itu yang harus kita yakini. Sehingga apapun yang Allah takdirkan ke kita setelah kita berusaha.

Kita akan jalan dengan tenang, hadirin. Kita gak ujuk ketika kita diberikan kekayaan. Dan kita gak hasad ketika teman kita yang dikasih kekayaan.

Sampai simpel aja. Hidup itu jalan. Karena kita yakin dan kita gunakan tawhid kita untuk menghadapi setiap masalah dalam kehidupan.

Itu yang harus kita tanamkan. Jadi, lagi-lagi obat dari ujub ini kembali ke mentauhidkan Allah SWT. Meyakini nama dan sifat Allah SWT. Dan bagaimana kita merespon dengan ibadah dari...

Dari takdir yang Allah berikan kepada kita. Itu yang harus kita tanamkan baik-baik. Apalagi misalnya kondisi lagi berat pada hari-hari ini. Kondisi finansial banyak kita lagi sulit. Yakinlah dengan Allah SWT.

Karena Allah tahu yang terbaik buat kita. Sabar dan pasti ada jalan. Dan sekali lagi. punya bergelombang harta, gak semudah itu. Ingat tadi, kalau aku berikan dia kekayaan, itu sama saja aku merusak agamanya.

Itu kan tajam kalimat tersebut hadirin. Makanya, bisa jadi yang kita anggap baik, itu buruk buat kita. Dan yang kita anggap buruk, justru baik buat kita.

Dan itu yang dikatakan. Ada orang memang lebih tepatnya Jadi orang kaya. Ada orang lebih tepat. Ada orang miskin.

Itu membuat dia lebih khusyuk sholat, bisa berdhikr, bisa nangis. Tapi ada orang itu tadi. Emang dia harus cukup? Ada seperti itu. Makanya itu tadi kan, ilmu itu harus digabung dengan al-hilm.

Ilmu dan wisdom. Ilmu dengan kedewasaan, kematangan. Itu penting.

Gak bisa dipukul rata semua. Harus begitu? Enggak.

Dari sini kita bisa mendapat pelajaran bahwa kita jangan menjudge orang dengan kondisi diri kita. Kita gak bisa, saya aja bisa, masa anda gak bisa? Beda diri. Kita gak sama.

Sama kita tadi. Ada orang, kalau miskin dia baik buat dia. Ada orang, kalau kaya dia baik buat dia. Dan kita dengan dia takdirnya beda. Kondisi hatinya beda.

Nah masalah diantara salah satu masalah sosial. Kita suka memfonis orang dengan menjadikan diri kita sebagai parameter. Pasti bisa, saya aja bisa.

Atau misalnya suka dengar gak kalimat gitu? Misalnya pokoknya lu jalan aja. Gue udah buktiin bisa.

Emang sebantas kita buktikan bisa pasti berlaku bagi dia? Enggak kan? Kan takdir beda, emang takdir kita dengan dia sama hadirin?

Beda Jadi jangan, jangan vonis orang Dan jangan apa Menyederhanakan masalah orang Atau menggampangkan masalah orang Dengan Menjadikan diri kita sebagai Tolak ukur, kita bukan tolak ukur Kebenaran hadirin Kalau ukur kebenaran adalah Al-Qur'an Ul-Karim dan Sunnah Nabi SAW yang dipahami oleh Nabi SAW, para sahabat, para ulama dan seterusnya. Dan lihat bagaimana mereka begitu matangnya dalam mendudukan masalah-masalah ini. Jadi alih-alih, ujub, para ulama mengajak kita naik kelas ke nilai-nilai yang jauh lebih tinggi. Seperti iman kepada Allah, iman kepada takdir Allah SWT. Dan menjadikan apapun yang Allah takdirkan, baik kekayaan maupun kemiskinan, sebagai jalan perjuangan menjadi hamba Allah SWT.

Demikian itu poin. Dan itulah yang terjadi dalam kehidupan para sahabat, para ulama. Makanya mereka tuh gak ribetin harta temannya hadirin.

Orang miskin di zaman sahabat kan itu. Sudah berkali-kali kita sampaikan. Yang mereka risaukan.

Kok mereka bisa berinfak. Kita gak bisa. Itu aja.

Lalu ridho. Dikasih solusi sama nabi. Dikasih zikir gitu.

Ridho. Eh diikutin sama orang kaya. Lapor lagi.

Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan Itu karun yang Allah berikan kepada yang Allah kendaki, selesai Jadi mentok-mentoknya Ya beriman kepada takdir Itu yang membuat kita Lampang, itu membuat kita Nyaman, makanya konsep Rukun iman itu Inti dari semua masalah-masalah Hidup, cuman kita kurang Mentanda buri, cuman kita Kurang meresapi Padahal intinya itu ada di situ semua. Dan disitulah kenapa kita perlu belajar, butuh kekajian, dan perlu mengulang-ulang hal tersebut. Karena ini bukan tentang paham atau tidak. Mungkin kita paham, tapi memasukkan pemahaman itu, menyatu ke dalam hati kita, itu butuh waktu. Butuh dengar sekali, dua kali, tiga kali.

Ada yang butuh mendengar lima tahun, sepuluh tahun, baru masuk. Dan itu yang dilakukan para ulama. Ibn Munkadir mengatakan, Aku itu memperjuangkan hatiku 40 tahun, sehingga bisa istiqomah dan stabil.

40 tahun berjuang. Jadi jangan berkecil hati. Itu pentingnya kita harus datang kajian, dengar ilmu, dan gak bosan-bosan mempelajari tentang iman, tentang tawhid, dengan segala varian-variannya, dan contoh-contoh nyata dan real di dalam kehidupan kita. Ini yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat, dan berarti di pertemuan yang akan datang kita akan masuk ke bentuk ujub terakhir. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mohamad kita buka sesi tanya-jawab. Bismillah, berikut yang ingin saya tanyakan ke Ustaz. Saya dihadapkan dengan ujian yang terus-menerus sejak suami saya meninggal. Satu tahun setelah suami meninggal, ibu saya sakit keras. Sejak itu ayah dan ibu saya tinggal bersama saya.

Selama pengobatan ibu saya, saya harus berhadapan dengan kakak saya yang sangat menyulitkan, membuat saya sedih dan menyakiti hati saya. Saya yang mengkoordinir untuk biaya pengobatan ibu saya. Saya anak paling kecil dari empat bersaudara. Kakak saya yang paling besar perempuan dan tinggal di luar negeri.

Yang dua lagi kakak saya laki-laki. Selama ini saya coba ber... bertahan dengan segala kesedihan dan stres yang saya hadapi kemudian kakak laki-laki saya laki-laki yang lain punya hutang dengan saya dan belum bisa mengembalikan saya tidak bisa berbuat apa-apa dan ibu saya juga lebih condong ke kakak saya tersebut dengan segala usaha saya membela orang tua saya di depan kakak saya justru saat ini orang tua lebih membela kakak-kakak saya yang laki-laki seakan-akan selama ini saya yang salah kondisi ini membuat saya kondisi ini membuat hati saya hancur satu-satunya harapan saya orang tua yang saya pikir akan membela saya, ternyata tidak.

Saya benar-benar drop, mau nasihatnya Ustadz apa yang harus saya lakukan, kasihan anak-anak saya melihat kondisi saya. Terima kasih atas pertanyaan. Yang pertama, sekali lagi, fokus terhadap ilmu nafi.

Fokus terhadap ilmu yang bermanfaat. Dan ilmu yang bermanfaat itu harus menggunakan SOP-nya para ulama. Di antaranya adalah mementingkan adabul ilm. Ada Adab dalam ilmu. Sebagaimana ya kaidah para ulama.

Bil adabi tafhamul ilma. Hanya dengan adab Anda bisa tahu ilmu. Hanya dengan adab Anda bisa tahu ilmu.

Dan diantara adab adalah diantaranya Adab bertanya Dan diantara adab bertanya Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Bertanyalah Ucapkan salam sebelum Bertanya, itu penting Lalu mendoakan Ini pelajaran, karena masalah mendoakan Sekali lagi, ini Kaitannya sama syarat Mendapatkan ilmu nafi Yaitu bersyukur Layashkurullah man layashkurunas Gak bersyukur kepada Allah, orang yang gak bersyukur kepada manusia. Dan salah satu cara bersyukur kepada manusia dijelaskan Nabi SAW barang siapa yang berbuat baik kepada Anda, maka balaslah. Disuruh balas loh.

Kalau belum mampu, maka doakan. Jadi prioritas pertama kita kalau mendapatkan kebaikan, gimana caranya ngebales? Kebaikan mana yang lebih tinggi daripada ilmu.

Daripada amal soleh dan jalan menuju akhirat. Maka yang harus kita pikirkan kalau kita mau mendapatkan alam. Gimana cara saya balas.

Baru ketika kita gak bisa atau belum bisa membalas. Maka kata Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, maka doakan. Doa.

Nah kalau kita gak mendoakan. Maka dikhawatirkan kita tidak. Termasuk orang yang bersyukur.

Dan kalau kita gak bersyukur, mau pertanyaan kita dijawab secara komprehensif dan utuh, gak akan ada manfaat. Karena Allah yang berfirman, la'insyakartum la'azidannakum. Kalau kalian bersyukur, aku akan tambah.

wa'la'inkafartum. Kalau kalian kufurnikmat, inna'adha bilashadid. Adhapu sangat pedih. Jadi yang bukannya jawaban menjadi solusi, tapi justru jawaban itu tidak bisa diamalkan karena kita jadi dihukum oleh Allah SWT. Jadi ini penting.

Sekali lagi, kita gak... setiap hal dan bidang itu ada karakter masing-masing dan ilmu agama jangan disamakan dengan ilmu dunia, ilmu agama harus dituntut dan didapatkan dengan SOP-nya para ulama makanya Disitulah pentingnya sebagai peneliti ilmu kita beradab. Tapi mungkin penanya belum tahu atau misalnya penanya mendoakan ulama kita dan seterusnya dengan lisan.

Tapi sekali lagi ketika ini ditanyakan di forum dan menjadi contoh bagi yang lain maka kita harus tekankan masalah ini. Biar berkah. Ada pun pertanyaannya, kuncinya itu ada di kalimat-kalimat terakhir. Ketika beliau menyampaikan.

Kondisi ini yang membuat hati saya hancur. Satu-satunya harapan saya, orang tua yang saya pikir akan membela saya, ternyata tidak. Ini poinnya. Harapan kita siapa hadirin? Allah.

Allah. Harapan kita adalah Allah. Dan itu adalah rukun ibadah.

Rukun ibadah ada berapa hadirin? Siapa ingat? ada berapa?

dua? apa itu? ikhlas dan ikhlasan inti mbak Salah.

Tapi harus dihargai. Apa rukun ibadah? Itu syarat diterimanya ibadah.

Bukan rukun ibadah. Apa rukun ibadah? Assalamualaikum Ustaz. Jadi rukun ibadah itu tiga yaitu kauf, roja, dan mahabbah.

Artinya apa? Satu yaitu rasa berharap. Kedua rasa takut.

Ketiga rasa berharap, takut. Dan juga cinta. Masya Allah.

Itu lebih fasil bahasa Arab daripada. Itu orang mana sih? Damam. Jeddah. Mekah.

Orang mana? Itu orang kota Tanggerang. Oh. Tanggerang itu bahasa ibunya apa? Arab.

Tadi begitu, dengar ya. Ketika jawab pakai bahasa Arab itu long. Tatatatatatat gitu. Artinya apa? Mikir, loading, lama gitu.

Hebat ini kualitasnya disini Agak grogi saya Jadi rukun ibadah itu Tiga, yang pertama Cinta, harap Dan cemas Itu rukun ibadah Harap itu harus kepada Allah Ini masalah Barang siapa yang bertawakal Berharap sama Allah Allah kan cukup Bergantung dan berharap, Allah kan cukup Jangan berharap sama makhluk, hadirin. Kita akan kecewa. Kita berbakti sama orang tua, bukan untuk dapat feedback positif dari mereka.

Tapi agar Allah ridho. Kita birul walidayat, karena Allah berfirman dalam surat al-Isra'وَقَدْ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُ إِلَّا إِيَّا وَبِالْوَالِدَيْنِ Di sana itu. Itu perintah Allah.

Adapun orang tua, Memberikan feedback positif, Alhamdulillah. Gak dikasih feedback positif, Alhamdulillah. Tetap berbakti sama orang tua.

Dan gak usah nuntut orang tua harus begini. Orang tua yang durhaka, saya kecewa. Yang membuat kita berantakan bukan kasus tersebut.

Yang membuat kita berantakan, kita salah berharap. Kita gak berharap kepada Allah. Kita kurang ikhlas ketika berbakti kepada orang tua.

Maka perbaiki ini. Dan jangan bilang satu-satunya harapan saya. Jangan, bahaya. Harapan kita kembalikan kepada Allah SWT.

Kalau kita kembalikan, maka insyaAllah Allah akan mudahkan. Allah yang jamin. Barang siapa yang bergantung kepada Allah, fahuwa hasbu inna allaha baligu amri.

Maka Allah akan cukupkan. Dan Allah akan wujudkan harapan dan keinginannya. Jika Anda jujur kepada Allah, Allah akan wujudkan cita-cita Anda. Karena kita berharap sama makhluk. Tidak bisa.

Jangan berharap sama makhluk. Berharap sama Allah SWT. Semoga Allah memberikan topik kepada kita sudah masuk isya'ya.

Dan sekali lagi semoga Allah jaga kita dari sikap ujub. Apalagi ujub karena harta, karena tidak pantas sama sekali. untuk dijadikan alat untuk berbangga dan semoga ilmu membuat kita semakin merendah bukan semakin meninggi ketuk pintu surga dengan berbagi pangan Sahabat, begitu mulia balasan pahala yang Allah berikan kepada hambanya yang gemar memberi makan kepada saudara-saudaranya. Setiap makanan yang kita berikan kepada saudara yang membutuhkan pangan, semoga dapat menjadi sebab yang mengantarkan kita ke dalam surga Allah Ta'ala.

InsyaAllah, kita juga bisa berbagi pangan ke saudara-saudara lainnya, seperti fakir miskin, penuntut ilmu, dan masyarakat yang layak diberi sesuai kemaslahatan melalui program sedekah pangan. Dana yang terkumpul insya Allah akan disalurkan dalam bentuk sembako dan makanan siap santap kepada masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia. Jadilah bagian dari program sedekah pangan, raihlah limpahan pahalanya.

Salurkan sedekah terbaik kita melalui rekening. Terima kasih telah menonton