Baik, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi teman-teman semua. Jadi kita kembali lagi pada perkuliahan perdagangan internasional. Setelah di sesi UAS ini, kalian sudah melewati mempelajari bagaimana terkait dengan instrumen tarif, kemudian lagi hambatan non-tarif ya.
Nah. Pada kesempatan kali ini, ini kuliahnya kita lanjutkan untuk materi berikutnya terkait dengan integrasi ekonomi. Jadi untuk waktu yang ke depan kita akan bahas pada kesempatan kali ini itu adalah apa itu integrasi ekonomi, jenis-jenis dan tahapannya apa saja dan saya coba nanti kasih contoh kepada teman-teman semua bahwa terkait dengan integrasi ekonomi.
Dan nanti kita lihat ya. Oke, baik. Saya share screen dulu ya. Oke, kita lanjutkan.
Jadi, pada pertemuan kali ini, kita akan membahas mengenai perintegrasi ekonomi. Oke, nah awalnya Kita pahami dulu bersama, sebenarnya apa itu integrasi ekonomi? Nah, kalau kita lihat secara bahasa sederhananya, integrasi ekonomi itu adalah, kalau kita bicara masalah ekonomi ini ya, kawasan yang sudah bebas atau dalam istilahnya, walaupun dia belum bebas, tapi sudah minimal, sudah-sudah minimum hambatan-hambatan perdagangan.
Sehingga perdagangan itu... itu bisa terjadi secara bebas. Nah, minimalnya itu tahapannya, tingkatannya seperti apa?
Nah, ada lima tingkatan. Yang pertama itu adalah yang disebut sebagai PTA, Preferential Trade Agreement. Nah, yang kedua Free Trade Area, tiga Custom Union, Common Market, dan yang terakhir adalah Economic Union.
Jadi yang PTA ini itu adalah level yang... paling rendah dari tingkat integrasi ekonomi, yang paling tingginya itu adalah Economic Union. Nah, kita lihat satu-satu ya. Apa sebenarnya PTA itu?
Nah, kalau bisa kalian lihat di sini, jadi PTA, Preferential Trade Agreement, di mana negara antar negara itu sepakat menurunkan hambatan perdagangan, dan ada pembedaan perilaku. kepada negara yang bukan anggota. Ini tuh seperti yang saya sampaikan merupakan integrasi ekonomi yang sifatnya masih rendah, dia tidak detail, dan sektornya itu memang hanya sektor-sektor yang dibatasi, yang memang diajukan untuk dikurangi hambatan perdagangan tarifnya.
Misalnya tarif, kalian kan sudah bicara masalah tarif kan? Jadi kalau dua negara sudah melakukan PTA, maka mereka sepakat untuk menurunkan hambatan tarifnya. Tapi tidak semua komoditi, hanya beberapa komoditi saja. Sebagai contoh di sini yang saya sampaikan adalah skema integrasi PTA antara Indonesia dengan Pakistan.
Jadi, Berdasarkan laporan Kemendak pada tahun 2019, di mana Indonesia itu sudah mulai melakukan PTA dengan Pakistan, jadi Indonesia menawarkan bahwa ada 232 post tarif, artinya ada 232 komoditi yang kita akan turunkan khusus untuk Pakistan dalam rangka PTA ini. Dan Pakistan, jadi kan timbal balik dong ya. Jadi ketika kita memberikan penurunan tarif, kita harapannya juga bahwa nanti Pakistan akan menurunkan tarif untuk komoditi kita. Nah, Pakistan menawarkan akses penurunan tarif sebanyak 313 post tarif untuk Indonesia. Nah, dalam perdagangan antara Indonesia dengan Pakistan, itu tuh post tarifnya ribuan.
Kalau kalian kan sudah belajar bagaimana mendownload data di trap map. Nah, itu kan ketika HS-nya adalah 6 digit, ribuan, ribuan sekali post tarifnya, ribuan jenis komoditinya yang benar-benar rigid. Nah, itu hanya 200-an yang disepakati karena ini adalah PPA, itu saja dulu.
Ini merupakan biasanya adalah tahapan awal dalam rangka integrasi ekonomi. Kemudian yang kedua FTA. Nah, ASEAN contohnya. Nah, ASEAN. Kalau di ASEAN yang sifatnya adalah FTA, Free Trade Area, ini semua hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif antar negara anggota full, hilang semuanya.
Ingat ya, tarif maupun non-tarif. Namun, kebijakan tarif terhadap negara non-anggota itu diserahkan. bahkan pada masing-masing. Jadi walaupun Indonesia tergabung dengan ASEAN, tapi ketika Indonesia melakukan PTA dengan Pakistan, seperti yang saya contohkan tadi, kita punya kebijakan sendiri, dan itu diizinkan. Walaupun kita sudah bergabung dengan FTA.
Kalau di FTA ini, mobilitas faktor produksi itu masih terbatas. Jadi masih terbatas lah. Nah, tapi ketika FTA ini sudah masuk ke MEA, Masyarakat Ekonomi ASEAN, di next step-nya itu sudah tidak ada lagi pembatasan mobilitas faktor produksi. Faktor produksi itu kan kalian ingat, ada kapital, ada labor.
Nah, kapital itu kan terkait dengan investasi. investasi, dan labor itu terkait dengan tenaga kerja nah kalau kalian lihat sudah banyak tenaga kerja asing itu yang datang sekarang dan bekerja di Indonesia yang sempat dihebohkan kemarin kasusnya bahwa tenaga kerja Cina banyak yang ke Indonesia jangan salah tenaga kerja Indonesia juga banyak yang di Cina PKW kita juga banyak di Arab Saudi nah kemudian tenaga kerja kita banyak yang ada di Malaysia. Banyak yang ada di Malaysia.
Nah, kemudian lagi kapital, investasi. Jadi memang diharapkan integrasi ekonomi ini yang semakin meningkat, jadi tidak lagi dibutuhkan FTA. Jadi ada mobilitas faktor produksi yang terbatas.
Inginnya tidak seperti itu. Jadi kalau inginnya itu adalah bahwa perdagangan itu juga masuk ke dalam ranah investasi dan ketenaga kerjaan. Jadi ketika ada integrasi ekonomi, liberalisasi, kerja-kerja sama, perdagangan, dimasukkanlah di situ unsur-unsur investasi dan juga ketenaga kerjaan. Nah, itu FTA yang masih terbatas.
Oke, tiga bentuk lainnya ini bisa kalian lihat di sini sebagai contoh. Itu adalah custom union. Nah, custom union contohnya adalah MERCOSUR. MERCOSUR ini itu Indonesia sudah mulai melakukan inisiasi kerjasama dengan MERCOSUR, dengan Amerika Selatan, untuk kerjasama perdagangan. Nah, kalau di custom union, itu penyeragaman kebijakan perdagangan terhadap negara non-anggota, itu sifatnya adalah kesamaan dari...
foreign trade-nya. Tarif itu sama terhadap non-anggota, ya sama gitu. Walaupun mobilitas faktor produksinya masih terbatas.
Nah, kalau dua yang sebelumnya antara PTA sama FTA, itu tarif terhadap non-anggota beda, tapi kalau di custom union itu sudah sama. Nah, walaupun di custom union, Tadi yang saya sebutkan memang mobilitas faktor produksinya masih terbatas. Nah, bagaimana dengan custom market?
EU, contohnya, European Union. Ya, semuanya sudah free. Sudah free kalau sudah kita bicaranya EU, ya free.
Tidak ada hambatan perdagangan, tidak ada hambatan untuk investasi, untuk bekerja, ya tidak masalah. Mau pindah dari Belanda ke Jerman, juga tidak ada masalah. Itu custom market.
Yang terakhir adalah ekonomi union. Ini yang tingkat integrasi memang yang levelnya paling tinggi. Jadi kalau sudah kita bicara masalah ekonomi union, berarti itu sudah ada harmonisasi atau penyeragaman kebijakan, bukan cuma perdagangan, tapi sudah include di dalamnya, itu adalah moneter dan fiskal.
tapi masih dalam negara anggota. Dan mereka itu punya satu lembaga, yang memang tugasnya untuk menentukan kebijakan ekonomi. Contohnya adalah tadi, Eropa itu dengan ibu kotanya, itu di Brussels yang Economic Union.
Oke, ini saya coba ambil dari website-nya Kementerian Perdagangan. Ini adalah rekapitulasi. Rekapitulasi Perjanjian Kerjasama Indonesia. Pada tahun 2019. Kita perhatikan di sini, di gambar yang di sebelah kiri.
Kalau kalian lihat di sini, ini adalah di paling kiri itu adalah perjanjian kerjasama yang sudah berjalan. Yang sudah diputuskan untuk berjalan. Yang di tengah itu...
masih berjalan. Masih berjalan. Nah, kalau yang di sebelah kiri, ya itu berarti masih sudah selesai atau masih dicoba untuk diratifikasi. Masih dicoba untuk diperpanjang. Kalau yang di tengah itu yang sifatnya adalah masih berjalan.
Dan yang terakhir, yang di sebelah kanan, itu adalah yang berpotensi. Jadi berpotensi untuk... kita lakukan kerjasama perdagangan. Nah, kalau kita lihat di sini, jadi itu sampai saat ini, data tahun 2019, kalian lihat itu berarti data yang di tengah, ongoing negotiation, ada 12 perjanjian FTA yang dilakukan oleh Indonesia.
EUCEPA, Indonesia European Union, Indonesia Korea, Turki, Tunisia. Pakistan, Bangladesh, dan seterusnya sampai ASEAN India, ASEAN Australia, New Zealand, AANZFTA. Nah, saat ini memang Indonesia itu sedang gencar-gencarnya, tapi saya rasa bukan hanya Indonesia yang memang sedang gencar-gencarnya melakukan perjanjian kerjasama. Di era globalisasi dan liberalisasi seperti ini, memang pekerjasama dengan negara lain itu tidak bisa dihindarkan. Pasti akan terjadi untuk kerjasama dengan negara lain.
Nah, kalau kita lihat juga bahwa memang kecepatan penyelesaian kerjasama itu memang dilakukan secara progresif sejak tahun 2010. Dan memang tujuan Indonesia itu tidak hanya ingin melihat bahwa Yang pasarnya itu adalah pasar tradisional saja? Tidak. Jadi jangan hanya sekarang berdagangnya dengan Amerika, dengan India, dengan Malaysia, dengan Singapura. Enggak.
Dengan Cina? Enggak. Indonesia sekarang sedang mencoba untuk melihat potensi-potensi pasar baru. Potensi-potensi pasar baru, makanya tadi ada inisiasi.
untuk melanjalin kerjasama perdagangan dengan Merkosur. Nah, ini lagi di poin 4 di sebelah kanan yang possible. Yang possible ini.
Coba sebentar saya pakai pen-nya. Nah, ini yang possible. Nah, kalau kalian lihat di sini. Ini dengan South Africa. Kalian bisa bayangkan, Afrika.
Afrika, Amerika Selatan. Berapa jauhnya jarak dari Indonesia? Nah, karena ketika semakin jauh jarak geografis itu pasti mempengaruhi.
Pengaruhnya ke mana? Ke biaya transportasi. Makin jauh jarak, makin tinggi biaya transportasi.
Ketika sampai di sana, maka barang kita akan menjadi lebih mahal lagi. Kalau barang kita mahal, harganya tidak kompetitif, ya kita tidak punya daya saing. Karena itu memang ketika pembahasan mengenai...
inisiasi kerjasama perdagangan ini tidak bisa dibicarakan secara instan. Memang harus dikaji. Kalian sudah diajarkan mengenai bagaimana caranya menghitung daya saing dengan menggunakan RCA, Refill Comparative Advantage. Kalian juga sudah diajarkan IIT, Intra Industry Threat, atau CMSA, Constant Market Share Analysis.
Itu adalah analisis sederhana. Tapi sangat berguna sebagai gambaran awal itu adalah sebenarnya existing condition-nya antara kita dengan negara mitra dagang itu seperti apa. Nah, apakah memang kita, starting point kita ini kita sudah tidak berdaya saing, kalah saing, tapi masih punya potensi?
Atau ya sama sekali kita itu sudah retreat gitu, sudah nggak ada gitu. Kalau memang itu yang terjadi, ya kita sebaiknya pindahlah pasar. Artinya memang negara tersebut tidak berpotensi untuk kita masuki dan diajak sebagai kerjasama dan menjadi negara, salah satu tujuan negara ekspor kita. Nah. Ini yang kalian lakukan di tugas kalian, kan?
Nah, jadi sudah mulai terbayang gitu. Jadi, walaupun itu adalah analisis yang sederhana, tapi sangat berguna sekali, ya? Oke. Berikutnya, dampak.
Nah, kita melihat dampaknya itu dari adanya integrasi ekonomi itu dari dua hal. Yang pertama, dampak kreasi perdagangan. dan yang kedua adalah dampak diversi perdagangan.
Pelan-pelan dicoba pahami bahwa kalau yang namanya dampak kreasi perdagangan itu terjadi apabila sebagian produksi domestik di suatu negara anggota atau negara non-anggota digantikan oleh impor yang harganya lebih murah dari negara anggota lainnya. Jadi kreasi perdagangan ini itu terkait dengan penurunan tarif impor keakibat adanya free trade area. Jadi penurunan tarif impor akibat adanya perjanjian kerja sama FTA.
Contohnya Indonesia tadi dengan Pakistan. Nah, apa akibatnya? Ketika di bab 8 kan kalian sudah belajar tuh. Bagaimana dampak...
tarif terhadap perdagangan. Kalau tarif impor diturunkan, maka harganya menjadi lebih murah. Harga luar negeri menjadi lebih murah, sehingga banjir impor di pasar domestik.
Jadi kreasi perdagangan itu, sekali lagi saya ulangi adalah penurunan tarif impor akibat adanya perjanjian kerjasama FTA, akibatnya apa? Impor naik. Kalau impor naik, supply di domestik seperti apa? Supply-nya turun. Supply di domestik meningkat, harganya turun.
Nah, apa yang terjadi? Surus-surus konsumen meningkat. Karena konsumen itu memiliki daya beli yang lebih tinggi, membeli harga barang yang murah.
Tapi apa yang terjadi dengan produsen domestik? Mereka akan kewalahan. kalau mereka tidak bisa menyayangi harga dari produk impor. Nah, gitu kan?
Oke, bagi pemerintah apa akibatnya? Loh, sebelumnya itu kan pemerintah punya pemasukan dari tarif impor, ya nggak? Nah, kalau sudah ada kerjasama, peragangan, FTA, tarifnya kan nggak ada lagi tuh.
Nah, itu kan menjadi pengurang bagi penerimaan pemerintah. Oke. Kebayang ya. Jadi pelan-pelan aja dulu. Pelan-pelan dulu untuk memahaminya.
Supaya lebih jelas, kita cek grafiknya ya. Kita cek grafiknya. Saya coba pakai pen yang warnanya agak beda.
Ini grafik itu untuk memperlihatkan bagaimana dampaknya kreasi perdagangan. Kreasi. perdagangan.
Nah, kalau kalian lihat di sini, itu adalah sebelum dibentuknya perserikatan, pembayaran, harga itu adalah 2 dolar. Ini adalah demand supply untuk komoditi X di negara 2. Nah, ketika... Harganya 2 dolar, kalian lihat di sini.
Konsumsinya, itu kalian lihat perpotongannya dengan ini. Kelihatan kan ya, gambarnya saya, dotnya ya, yang saya berikan dot ya. Oke, itu adalah 50. Nah, konsumsi kan berharga dengan demand ya, kurva permintaan.
Supply-nya gimana? Supply-nya itu adalah 20. Permintaan domestik 50. Supply di domestik hanya sanggup memenuhi 20. Sisanya impor lah. 50 kurang 20, impor sebesar 30. Nah, berapa pendapatan tarif yang diperoleh oleh pemerintah? Kan gitu? Pendapatan tarif yang diperoleh oleh pemerintah itu adalah sebesar MJHN.
Nah, ini. MJHN. Oke, ya, segi 4 yang di tengah ini.
Nah, negara 2 ini, ya, negara 2 ini itu tidak mengimpor X dari negara 3. Karena terkena tarif, ya, karena dia kan bukan anggota negara 3 ini. Sehingga harga komoditi X dari negara 3 itu akan melampaui 2 dolar per unit. Oke, ya, jadi negara 2 dia tidak. melakukan perjanjian kerjasama dengan negara tiga.
Artinya kalau negara tiga mau mengasukkan, mengekspor barangnya ke negara dua, kena tarif dia. Harganya lebih mahal daripada 2 dolar. Nah, karena negara dua ini bekerja sama dengan negara satu, maka dia akan menginfor dari negara satu.
Karena dia bekerja sama, maka apa tadi? Tarifnya turun. Tarifnya turun. Misalkan turunnya tarif itu sampai menjadikan harganya itu adalah sekarang di 1 dolar. Kalau harga di 1 dolar, kita balik lagi.
Oh, maaf. Saya coba ganti pen-nya. Ini saya hapus dulu. Kita ganti pen-nya.
Warna. Warna apa ya? Warna merah ya.
Merah, berani. Nah, ini ketika dia negara dua ini bekerja sama dengan negara satu yang memiliki perjanjian kerja sama, tarifnya turun, tarifnya turun, maka jumlah yang bisa diimpor konsumsi produksi itu jadi beda. Kita lihat, ini di titik B jumlah konsumsi domestiknya 70, lalu... Produksi domestiknya adalah 10, 70 kurang 10, 60. Artinya ada impor 60 di situ.
Kalau kalian lihat apa? Pada kondisi pertama impornya 30, konsumsinya 50. Sekarang konsumsinya jadi 70, produksinya turun. Konsumsinya meningkat 50 ke 70, konsumsi meningkat. Produksi domestik dari 20. ke 10 turun, impornya juga meningkat.
Oke, sehingga sehingga bisa maaf, takutnya suara saya tidak terdengar sebentar ya. Baik, saya lanjutkan ya. Oke, jadi sehingga pendapat peningkatan tarif bagi pemerintah negara dua, itu kan hilang.
Karena dia sudah tidak memperlakukan tarif lagi. Namun, kesejahteraan konsumennya meningkat. Kesejahteraan konsumennya meningkat.
Kita lihat di sini bahwa terjadi peningkatan jumlah konsumsi. Kalau kita lihat secara grafisnya, ya, oke. Itu dapat kita lihat bahwa, ini saya hapus dulu ya, saya hapus dulu semua ya.
Karena kita akan menggambarkan sebenarnya, jadi kan kalau di sini dilihat bahwa konsumen untung, dia menerima harga yang lebih rendah, sehingga konsumsinya meningkat. Sementara produsen itu jadi rugi, karena dia tidak bisa bersaing, tidak bisa bersaing, sehingga jumlah... Yang membeli barang dia semakin sedikit, maka produksinya turun.
Nah, artinya memang terjadi transfer dari produsen, keuntungan produsen itu ditransfer menjadi keuntungan bagi si konsumen domestik. Nah, di sini itu dinamakan sebagai bidang AGCJ. Kita lihat nih bidangnya.
Nah, pada waktu harganya adalah 2 dolar, Ini adalah surplus konsumen. Ini adalah surplus konsumen. Saya gambarkan di sini, ini adalah surplus konsumen. Ingat bahwa surplus konsumen itu adalah daerah di bawah demand di atas harga.
Nah, kemudian surplus produsennya itu adalah daerah di bawah harga dan di atas kurva supply. Oke, ya. Nah, itu dia. Kemudian ketika dilakukan kerjasama dan tarif itu turun, kita ganti warnanya, maka surplus konsumennya itu kan bertambah.
Kalian lihat nih, ini adalah surplus konsumennya. Nah, sementara surplus produsennya itu berkurang. Nah, hanya segini surplus produsennya.
Nah, daerah kalau kita lihat di sini, daerah yang berbentuk trapezium ini, daerah yang bentuk trapezium ini, saya coba arsir. Nah, daerah berbentuk trapezium ini itu adalah keuntungan dari adanya perkerjasama tadi, perdagangan. Nah, yang ditransfer menjadi keuntungan konsumen domestik itu adalah bidang AGCJ. AGCJ ini.
Nah, ini dia. Nah, ini dia. Oke, jadi berbentuk trapezium ini saya ulangi lagi.
Ini berbentuk trapezium. Oh maaf, ini bukan bentuk trapezium ya, jajar genjang. Berbentuk jajar genjang ini. Yang bagian ini adalah yang ditransfer menjadi keuntungan konsumen domestik. Keuntungan keseluruhannya itu dilihat dari segitiga yang kecil di kanan-kiri ini.
Kita pakai warna kuning. Yaitu ini, C, J, L, dan yang di sebelah sini. Oke, ini dia.
Nah, yang M, J, H, N ini kan didiberkurang. Jadi tidak ada, jadi hilang pendapatan dari tarif bagi negara. Jadi ingat ya, saya ulangi lagi sebelum kita melangkah ke diversi perdagangan. Kreasi perdagangan itu perda keuntungan karena adanya penurunan tarif akibat adanya perjanjian kerjasama FTA. Sehingga meningkatkan impor, harga di domestik turun, surplus konsumen meningkat, surplus produsen turun.
Pendapatan pemerintah dari tarif impor itu berkurang atau bahkan hilang. Nah, selanjutnya ini adalah di versi perdampak dari versi perdagangan dari persekutuan Fabian. Di versi perdagangan terjadi karena adanya pelakuan, nah ini kata kuncinya ya, kata kuncinya di situ adalah preferensial.
Oke, kata kuncinya ini saya... Nah, preferensial, sehingga produk dari negara non-anggota yang lebih murah menjadi mahal karena harus menanggung tarif. Jadi, gini bayangannya, kalau di versi perdagangan mitra FTA, bukan produsen paling efisien dari komoditi tersebut, jadi...
Ada potensi diversi perdagangan dari mitra yang efisien ke tidak efisien. Kalau kasusnya masyarakat ekonomi ASEAN, MEA, Indonesia kan tadinya banyak impor jagung itu dari USA, Amerika Serikat, sebagai produsen jagung efisien, paling efisien, USA itu. Tapi...
karena misalnya Thailand juga punya jagung dan dapat tarif preferential di MEA, Masyarakat Ekonomi ASEAN, jadi Indonesia impor jagungnya itu dari Thailand, bukan dari USA. Dampaknya apa? Ada penambahan surplus konsumen juga, dan ada kenaikan impor.
Tapi dampaknya akan lebih kecil dibandingkan potensi kalau misalnya tarif jagung Amerika yang diturunkan. Tapi kan tidak bisa, karena Amerika tidak masuk dalam MEA. Hanya Indonesia dan Thailand. Dapat dipahami ya? Saya ulangi, coba sekali lagi ya.
Jadi di versi perdagangan itu terjadi misal, kita langsung pojok untuk kasus ya. Dalam kasusnya MEA, Masyarakat Ekonomi ASEAN, Indonesia yang... impor jagung tadinya paling banyak dari Amerika sebagai negara produsen yang efisien untuk komoditi jagung. Tapi karena Thailand yang juga anggota MEA dan punya komoditi jagung juga sebagai produsen jagung, Indonesia impornya dari Thailand, bukan dari Amerika, dari USA.
Dampaknya di versi ini, suruh konsumen juga naik. Dan impor juga meningkat, tapi dampaknya itu lebih kecil dibandingkan kalau tarif Amerika yang diturunkan. Sebagai produsen yang efisien. Sehingga cenderung diversi ini menurunkan sejahteraan. Karena menggeser kegiatan produksi dari produsen yang lebih efisien, negara non-anggota Amerika tadi.
yang kepada produsen yang tidak efisien, Thailand tadi contohnya. Oke, kita lanjut ya. Oke, ini adalah grafiknya untuk diversi perdagangan.
Sama seperti kreasi perdagangan, ini adalah gambaran demand supply-nya. Ini adalah untuk kasus commodity X di negara dua. Kalau negara dua ini memperlakukan tarif ad valorem, sudah belajar dong di bab 8 ya, kalian sudah belajar mengenai apa itu tarif dan apa jenis tarif.
Nah, salah satu contohnya adalah ad valorem yang pakai percentage sebesar 100% terhadap komoditi X. Terhadap komoditi X, maka dia akan mengimpor sebanyak 30X. Atau kita lihat di sini, itu adalah GH, ya, pada PX 2 dolar dari negara 1, oke, ya, setelah dia bekerja sama dengan negara 3, ya, jadi, sebentar ya, saya coba gambarkan, oke, oh jangan kuning kali ya, merah ya, oke, ya, nah, Jika negara 2 memperlakukan tarif ad valorem, maka dia dengan PX-nya 2, maka dia akan mengkonsumsi 50 di sini, dan dia hanya memproduksi 20, maka impornya adalah 30. Nah, setelah bekerja sama dengan negara 3, maka negara 2 ini akan mengimpor sebesar 45. PX-nya 1,5.
Pada PX 1,5 ini dia. 60 konsumsi domestik, produksi 15. Maka impornya adalah 45. Kalian lihat di sini. Ini naik, ini turun. Naik, yang satu naik, yang satu turun.
Peningkatan kesejahteraan bagi negara dua, itu yang bersumber dari kreasi perdagangan murni, itu setelah kalian menggambarkan tadi surplus konsumen dan produsennya, itu adalah daerah ini, segitiga ini. Caitu meluas segitiga ini, 20 kurangi 15. Setengah kali L sekali tinggi kan? 20 kurang 15 kali setengah kali 2 min. 2 minus 1,5 kali setengah.
Nah, jumlah kedua luas, jadi tiga kecil-kecil ini kanan-kiri, itulah yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan dari kreasi perdagangan murni. Nah, tapi kerugian kesejahteraannya lebih tinggi lagi. Kerugian kesejahteraan lebih tinggi lagi, itu adalah yang ini, M, N, H, aksen, J aksen. Ini dia, ini adalah kerugiannya, sebanyak 15 dolar.
Jadi adanya diversi perdagangan itu mengakibatkan kerugian neto sebesar 15 dolar dikurangi 3,75 dolar yaitu 11,25 dolar. Itu diversi perdagangan. Nah, ini satu lagi, ini adalah rekapitulasi notifikasi FTA secara kumulatif, tapi berdasarkan kawasan. Nah, kalau kalian lihat di sini, ternyata tadi kita bahas di awal itu kan untuk kasus Indonesia. Nah, kalau untuk kasusnya berdasarkan kawasan, itu Eropa itu gencar loh.
Gencar dia melakukan notifikasi ke WTO. ke WTO untuk melakukan perjanjian kerjasama FTA. Kenapa?
Karena memang keuntungan-keuntungan yang ditawarkan oleh FTA itu menjadi insentif bagi negara untuk melakukan inisiasi kerjasama. Karena itu semua negara ingin melakukan yang namanya FTA. Contoh sederhananya apa? Tarif saja tadi. Tarif saja dia semakin berkurang.
Oke, baik. Baiklah, itulah penjelasan saya terkait dengan integrasi ekonomi ini. Kalian sudah paham apa itu integrasi ekonomi? Tingkatannya mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi dari integrasi ekonomi.
Tapi sebelum saya akhiri, ini saya ingin menyampaikan dulu, ini ada beberapa penelitian, penelitian terdahulu. Ini saya ambil dari penelitiannya kakak kelas kalian. Dia meneliti mengenai bagaimana dampak masyarakat ekonomi ASEAN, MEA tadi yang kita bahas terhadap efek kreasi dan diversi perdagangan, khusus untuk kopi Indonesia.
Nah, basic teorinya ini adalah dia pakai teori integrasi ekonomi. Nah, yang sudah kalian pelajari ya, dari PTA, FTA, Custom Union, Common Market. Nah, bagaimana cara dia menghitung dari efek diversi sama efek kreasi ini? Dia menggunakan ini, model regresi.
Model regresi, oke, model regresi, dan dia menghitung bahwa ini pengertiannya, menurut dia. Kreasi terjadi jika, kita bisa lihat di sini, B7 dummy, MEA-nya dibuat dummy sama penelitinya, dibuat dummy, B7-nya itu lebih dari 0, B8 juga kurang dari 0, dummy-nya itu, maka terjadi efek kreasi atau efek diversi. Yang kedua ini juga mengenai kreasi perdagangan dan diversi perdagangan. Ini kalau ini adalah mahasiswa Pasca Sarjana, ingat, yang dia pakai juga adalah teori tingkatan inkresi ekonomi, dan ini adalah kurva kreasi perdagangan tadi dari buku Salvatore yang sama-sama kita pelajari. Nanti kan kalian kalau ingin tahu lebih lanjut bisa cek di repository IPB.
Kemudian yang ini. Ini saya sampaikan yang sedang dilakukan. Penelitian ini mengenai kinerja perdagangan PTA Indonesia dengan negara-negara karikom dalam rangka pengembangan pasar bagi ekspor produk Indonesia.
Ini saya sama Bu Wit, kalian pasti tahu Bu Wit, sama Mbak Lea, sama Bu Tuti, sama Mas Hotsa, sama Mbak... Mbak Ica, Siti Rizka. Jadi kami sedang mencoba untuk menganalisis sebenarnya apakah Caricom, negara-negara Karibia ini, Karikom ini, ini adalah negara-negara Karikom, Bahamas, di Pulauan Karibia, ini dapat menjadi pasar baru bagi Indonesia. Nanti kira-kira gambaran tugas kalian kan seperti ini, tapi dibaginya adalah kalian...
PTA-nya hanya untuk satu negara, kan? Satu negara saja. Satu negara saja, oke?
Satu negara saja, kalian lihat kondisi makronya seperti apa. Seperti apa? Berapa sebenarnya populasi?
Tentu saja itu kalau populasi, ada populasi berarti ada potensi demand di situ. Seperti apa? Kemudian lagi, import negara-negara karikom itu apa saja sebenarnya?
Nah, kalau kita tahu impor mereka apa saja, berarti kita ada bayangan bahwa produk yang mereka butuhkan apa saja. Ada nggak produk di situ, produk kita, produk yang mereka butuhkan itu yang kita hasilkan. Jadi, istilahnya memang kalau perjanjian kerjasama melakukan PTA itu adalah kayak mencari jodoh gitu loh. Mencari jodoh, mencari matching-matchingnya itu dapat nggak gitu ya.
Matchingnya? Enggak. Lawan kita butuh apa?
Kita punya apa? Take and give. Nah, gitu.
Nah, ini beberapa hal yang kami temukan bahwa ini adalah beberapa produk yang memang bisa ditawarkan. Karena memang produk ini itu unggul. Yang kita tawarkan tentu saja kita yang punya daya saing dong. Kita produksinya bagus, ya enggak?
Nah, ini kita lihat bahwa ini hanya gambaran kinerja perusahaannya saja. Nah, ini adalah beberapa tujuan dari penelitian ini. Nah, metode yang digunakan. Lihat, metodenya apa? Yang kalian tahu semua kan?
RCA, EPD, X-Model, TCI. Nah, ini adalah metode yang kalian gunakan. Yang itu saya bilang tadi, itu sangat berguna.
Nah, karena ini adalah... Sekarang kita mau simulasi. Sebenarnya ini yang lebih dalam lagi.
Nanti di berikutnya akan kita pelajari metodenya. Tapi secara gambaran umum saja. Jadi memang kan simulasinya itu adalah patokannya pasti tarif kalau PTA.
Ya enggak? Ini tarifnya diturunkan apakah enggak langsung 100% dong? Apakah 50 dulu, 20 dulu, 80 dulu, 100%? Bagaimana sih dampaknya?
Ini adalah... secara ringkas saja, ini adalah gambaran daya saing dari komoditi yang kita andalkan dan kita ajukan ke negara karikom ini adalah yang bisa kita ekspor dan mohon diturunkan tarifnya kan gitu nah, kemudian kita juga menganalisis, seperti kita tahu bahwa memang tidak hanya masalah tarif kan hambatan perdagangan itu, jadi walaupun kita tadi sudah minta penurunan tarif, tapi bagaimana dengan no tarifnya? Kita coba identifikasi. Sebenarnya hambatan non-tarif ini salah satu contoh saja dari komoditi terpilih, yaitu namanya ini adalah spesies rempah-rempah. Nah, dilihat bahwa seperti...
Penyebabnya adalah SPS pasti ya, sanitari dan pitosanitari. Oke, nah ini lebih detail lagi, terkait dengan labeling, sertifikasi, nah itulah hambatan-hambatan non-tarif yang berlaku. Nah ini kemudian kita ketahui untuk daya saing kita sendiri dan siapa pesaing.
Ingatkan untuk... bertugas kan diharapkan nanti ada pesaing kan? Pesaing kita siapa aja sih di situ? Nah, pesaing kita itu adalah, kita di nomor 2 nih, kita tuh menguasai 22 persen.
Pesaing kita adalah Dominika. Di Dominika. Dan ternyata memang banyak nih. Lainnya aja udah 50 persen nih. Masih banyak negara-negara yang akan menjadi pesaing kita kalau kita mencoba untuk masuk ke pasarnya Tarikom.
Oke? Oke. Baiklah.
Baiklah, saya rasa itu dulu untuk pertemuan hari ini. Jadi nanti minggu depan kita lanjutkan lagi. Jangan lupa kita bisa berdiskusi dan juga kita bisa berkonsultasi seperti minggu-minggu yang lalu untuk melakukan dan mengerjakan terkait tugasnya.
Jangan lupa tugasnya ya, jangan lupa tugasnya dikerjakan dan kita tetap diskusi supaya tugasnya memang sesuai dengan tujuan. Dan saya benar-benar tahu bahwa... kalian adalah paham mengerjakannya. Pelan-pelan, tapi memang harus tepat waktu, karena kita punya schedule dan target waktu.
Oke? Baik, saya rasa itu saja. Terima kasih dari saya.
Salam sehat selalu. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dan selamat siang ya. Oke, baik.
Bye.