Ashhadu an la ilaha illallah wahdahu la sharika lah syahadatan takunu lima ni'atasama biha khaira ismah wa ashhadu anna sayyidana muhammadan abduhu wa rasuluhu arsalahu lil'alamin rahmah Salallahu alaihi wa ala alihi wa ashabihi Salatan takunulana nuran min kulli zulmah Amma abang Yang kita hormati dan kita cintai para habaib dan para alim ulama para muhibbin hadirin hadirat Rahimakumullah Puji syukur senantiasa kita haturkan kehadiran Allah SWT yang selalu memberikan kita kesempatan, memberikan kita taufik hidayah sehingga kita selalu bisa berbakti dan taat kepadanya. Salawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. dan juga kepada seluruh keluarga, para sahabat, zuriat, dan pengikut beliau. Para muhibbin, rahimakumullah.
Rasulullah s.a.w. bersabda. Man hafiza ala ummati arba'ina hadisan min amri diniha ba'asahullah yawmal qiyamah bi zumratil fuqaha wal ulama wa fi riwayat wa kuntulahu yawmal qiyamati syafi'aw wa syahida wa fi riwayat kilalahu udhukhul min aji'abuwa bil jannati syi'ita yang artinya Barang siapa memelihara atas umatku 40 hadis daripada perkara agamanya Maksudnya adalah barang siapa yang menghapal 40 hadis Lalu disampaikannya itu 40 hadis kepada umat Atau barang siapa yang menghimpunkan Di dalam satu catatan sebanyak 40 hadis Lalu dia sampaikan kepada umat Maka Allah subhanahu wa ta'ala pada hari kiamat nanti akan membangkitkan dia pada golongan ahli fikih dan ulama. Pada satu riwayat Adalah aku baginya kata Rasulullah memberikan syafaat dan menyaksikannya Dan pada riwayat lain lagi Dikatakan bagi dia masuklah dari apajua pintu surga yang kamu kehendaki Para muhibbin rahimakumullah Jadi barang siapa yang menghapal hadis atau yang mencatat hadis sebanyak 40 hadis sama ada inya paham itu hadis atau inya bisa menjelaskan itu hadis atau kada disampaikannya kepada manusia maka orang tersebut termasuk dalam gulungan apa yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w. tadi Nah oleh karena itu para ulama sejak abad pertama sampai sekarang Mereka banyak yang menyusun 40 hadis dalam sebuah kitab Dengan harapan agar masuk dalam golongan yang disabdakan Rasulullah SAW Jadi mulai ulama dahulu sampai ulama sekarang Ada yang melakukan hal yang demikian itu Para muhibbin rahimakumullah Di antara ulama besar yang menghimpunkan 40 hadis itu adalah Al-Imam al-Nawawi Yahya bin Sharaf Seorang ulama besar yang bernama Yahya bin Syarafiddin yang masyur dengan sebutan Imam Nawawi.
Nah beliau telah mengumpulkan 40 hadis dan masyur dikenal dengan Arba'in Nawawiyah. Dari sekian banyak ulama yang mengumpulkan 40 hadis itu Maka kitab Arba'in Nawawiyah inilah yang paling terkenal Yang paling banyak dibaca orang di mana-mana Karena Hadis-hadis yang beliau kumpul Di dalam 40 hadis itu Mengandung berbagai macam hadis Yang perlu diamalkan Oleh seluruh kaum muslimin dan muslimat Nah oleh karena itu Kita setelah Membaca Tafsir Al-Quran, maka kita sambung dengan membaca kitab Al-Arba'in Nawawiyah ini, yaitu 40 hadis yang dihimpunkan oleh Al-Imam Al-Nawawi Ar-Rahimahullah Ta'ala. Al-Hadisul Awalu, hadis yang pertama.
Pahijratuhu ila mahajarailaih rawahul bukhari wa muslim Dari Amirul Mu'minin Umar bin Khattab Radiyallahu anhu beliau berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda Innamal a'malu bin niyat, hanya sahnya amal perbuatan itu dengan niyat. Kebanyakan dari para ulama menjelaskan bahwa amal perbuatan itu umumnya, kebanyakannya, hanya sah apabila ada niyat. Kecuali ada beberapa hal yang tidak perlu niat Seperti memandikan orang mati itu tidak perlu niat Artinya walaupun tidak ada niat, sah Namun kebanyakan amal perbuatan itu tidak sah kecuali ada niatnya Wa inna malikul limri'im manawa dan hanya sanya bagi tiap-tiap orang itu sesuatu yang dia niatkan Setiap sah belum tentu berpahala Setiap ibadah kita yang sah menurut hukum pikih belum tentu diterima Allah subhanahu wa ta'ala Kenapa?
Karena tiap-tiap orang itu sesuai dengan apa yang ia niatkan Jadi pengertian niat itu mengandung dua perkara Pertama, menyenghaja Yang kedua agar berpahala diperlukan motivasi atau dorongan yang baik jadi niat terdiri dari dua pertama ada kesengajaan, sengaja, sahjaku yang kedua dorongannya apa karena kita berbuat sesuatu pasti ada yang mendorong pasti ada tujuannya Nah jadi niat itu himpunan dari dua hal Pertama kita menyanghaja melakukan sesuatu dan terdorong oleh sesuatu apa Bila dorongannya itu baik maka kita akan mendapat kebaikan bila durungan sesuatu itu jahat kita akan mendapat balasan yang setimpal nah itu dimaksud dengan li kullim wa innama li kullim ri'im ma nawah orang melakukan sembahyang tetapi niatnya durungan hatinya sembahyang itu bukan karena Allah Sembayangnya sah, tetapi yang didapatkan bukan pahala, tetapi azab dari Allah. Bersadakah, tapi dorongannya bukan karena Allah. Sadakahnya sah, tetapi tidak mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Dia menuntut ilmu, sesuatu kebaikan, tapi kalau niatnya bukan... karena Allah, maka tidak akan mendapat pahala apa-apa dan hanya hanya bagi tiap-tiap orang sesuai dengan apa yang dia niatkan barang siapa yang hijrah kepada Allah dan Rasul Alhamdulillah Maka balasannya itu nanti Allah yang akan membalas dan rasulnya. Kita beribadah kepada Allah untuk mendapatkan keribuan Allah dan rasul, maka Allah dan rasul akan membalas ibadah kita itu. wa mangka nat hijratuhu li dunya barang siapa adalah hijrahnya karena dunia orang melakukan perjalanan haji kan naik haji itu putungan kayak putungan akhirat tetapi sebenarnya dorongannya adalah berusaha dagang dia melakukan umrah Umrah itu ibadah, tetapi dorongannya dia umrah itu untuk usaha di dunia.
Yusi buha yang ia dapatkan dunia itu. Awim ra'atin yan kiyahuha, atau dia hijrah itu karena perempuan yang akan dia nikahi. Pahijratuhu ilamahajara ilaih Maka hijrahnya itu orang adalah kepada apa yang dia niatkan itu Orang berangkat menuju Mekah Dengan tujuan umrah Dia dapat pahala umrah Orang berangkat ke Mekah walaupun dia umrah Tapi tujuannya usaha Dia akan hanya dapat usaha Atau tujuannya karena hanya ingin mengawini perempuan, maka hanya itulah balasan yang didapatnya.
Ini hadis riwayat Bukhari Muslim. Para muhibbin rahimakumullah. Para ulama menyimpulkan bahwa ini hadis merupakan standar ukuran bagi baiknya sebuah amal.
Pahaisu salahat salahal amal, wa haisu pasadat pasadal amal. Bila mana niat itu baik, amal pun akan baik. Bila mana niat itu rusak, maka amal pun akan ikut rusak.
Nah jadi, niat itu adalah merupakan segala-galanya dalam amal ibadah kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Para muhibbin rahimakumullah Rasulullah s.a.w. bersabda Niyatul mu'min ablagu min amalih wa niyatul fajir sharrun min amalih Rawahu abu nu'aym Niat orang yang beriman itu lebih sampai daripada amalnya dan niat orang yang jahat, orang yang kafir lebih jahat dari amalnya orang yang beriman kepada Allah dia hidup dalam dunia 60 tahun 60 tahun umpamanya 60 tahun itu dia berbakti taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala tapi di akhirat dia akan dapat balasan masuk surga itu selama-lamanya padahal ibadah dalam dunia cuma 60 tahun tapi Allah membalas surga selama-lamanya sepanjang masa Kenapa sebabnya? Karena niat.
Sebab orang beriman itu berniat dalam hatinya Andai kata dia diberi umur sepanjang masa Dia akan taat kepada Allah SWT Nah sehingga dia umur 60 tahun dia wafat Tapi niatnya sebenarnya taat kepada Allah sepanjang masa Nah maka dia dibalas surga lebih daripada amal perbuatan kebaikan di dalam dunia itu Karena niatnya Dan niat orang yang kafir lebih jahat dari amalannya Orang kafir 60 tahun menyembah berhala 60 tahun menyembah matahari Mati, masuk neraka selama-lamanya selama-lamanya masuk neraka padahal ini kafir dalam dunia cuma 60 tahun tapi disiksa neraka selama-lamanya karena apa? karena niatnya karena si kafir ini punya niat andai kata dia hidup sepanjang masa dia akan kafir kepada Allah Nah jadi itulah Rasulullah menyatakan Niyatul mu'min ablak min hamalihi Wa niyatul fajir sarrun min hamalihi Para muhibbin rahimakumullah Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Niat orang yang beriman itu lebih baik daripada amal perbuatannya Antara lain lagi kebaikan niat itu An niat tahtamilu ta'adud Til amalil wahid Niat itu bisa banyak Dalam satu perbuatan Ini menunjukkan bahwa niat lebih baik dari perbuatan Niat lebih utama daripada perbuatan Hai sebab satu perbuatan bisa dimasuki berpuluh-puluh niat Hai misalnya kali julus pil masjid duduk di masjid Hai duduk di masjid itu bisa niatnya ya'atikaf satu dapat pahala yang kedua niatnya lagi intiwarus salat menunggu sembahyang dapat pahala lagi niatnya nang ketiga lagi Aymaratul Masjid menghidupkan masjid dapat pahala 3 langkah 4 hipzul jawari anil maksiat memelihara anggota daripada maksiat, karena dia di masjid terpelihara mata telinga daripada yang diharamkan Allah, nah dapat pahala 4 Nah, itu menunjukkan bahwa niat itu lebih baik, lebih utama daripada amal perbuatan. Para muhibbin, rahimakumullah. Rasulullah s.a.w. bersabda, وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيُعْتِلْ عَبْدَ عَلَى نِيَّتِهِ مَا لَيُعْتِهِ عَلَى عَمَلِهِ رَوَهُ الدَّيْلَمِ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla itu memberikan seorang hamba akan pahala atas niatnya.
Sesuatu yang dia tidak berikan atas amal perbuatannya. Nah kadang-kadang orang berniat. melakukan satu perbuatan perbuatannya ada beberapa hal karena ada kesalahan itu ini macam-macam, tapi karena niatnya ada yang baik, maka niat itulah yang menguntungkan orang yang melakukan tersebut Nah demikian pula halnya dengan kejahatan-kejahatan. Banyak orang yang tidak melakukan kejahatan, tetapi dia disiksa sebagai pelaku kejahatan karena niatnya yang jahat. Rasulullah s.a.w. bersabda, إِذَا لَتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُرُ بِالنَّارِ Hai apabila dua orang Islam berkelahi masing-masing dengan pedangnya maka yang membunuh dan yang dibunuh masuk neraka sahabat berkata Wahai Rasulullah kalau yang membunuh masuk neraka itu wajar tapi yang dibunuh Kenapa masuk neraka Rasulullah menjawab inna hukamahari sana lakatul Wahibi karena dia punya niat membunuh saudaranya nah ini Allah memberikan ganjaran kepada dia bukan karena perbuatan tapi karena niat karena niat ingin membunuh saudaranya Hai tapi tak ada orang membunuhnya maka matinya masuk neraka Rasulullah bersabda lagi Ujar Nabi kita dalam satu peperangan Jauh dari Madinah Ujar Nabi kita di Madinah itu ada beberapa orang Yang mana dia tidak menjalani sebagaimana jalan kita ikut berperang Tapi dia bersama-sama kita dapat pahalanya Sebab mereka tertahan oleh sesuatu penyakit Artinya apa?
Di Madinah ada orang yang hendak umpat perang Tapi karena sakit Tapi pahalanya tetap mereka dapat Sebagaimana didapat oleh orang yang berperang itu Nah ini menunjukkan bahwa Allah memberikan pahala Bukan karena perbuatan tetapi karena niatnya Para muhibbin rahimahumullah Diceritakan ada dua orang bersaudara Si A lawan si B Si A Hidupnya Taat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala Dan dia berada Di rumah, di lantai atas Di luting Nah si A ini Ibadah kepada Allah siang malam Kadetah urusan dunia Hai di bawah mengading kada tahu urusan taat maksiat meluk diperbuatnya hari-hari Hai nah boleh ke rumah membawa kawan bau minuman pemainan di bawah kakak di atas beribadah kepada Allah Hai nah satu hari datang syaitan menggoda nang kakak si aneh Hai uji syaitan ikan menyorongan beribadah nyawa empat ading dibawah turami orang disitu hai hai Hai masalah itu masih akan kembali ngetul bet di terima Tuhan aja tubuhnya Hai jokowi ke bawah itu bergabung ikan umur masih anu macam-macam rayuan syaitan Hai akhirnya nangka kane tergerak hati memujuk jualan jokowi ke bawah umpat berami-rami hai hai Sedangkan Ading di bawah ini dikala itu diberi Allah taufik. Dia berpikir, ading itu alangkah hinanya aku. Selama ini aku maksiat kepada Allah. Untungnya kakakku di atasnya taat saja kepada Allah.
Kakakku ini memperkatakan seluruh tingah, aku tinggalkan bawah ini ranahnya sudah. Nah, di saat itu, Nang Ading naik ke atas luting, naik di tangga, hendak mendatangi Nang Kaka. Nang Kaka hendak turun mendatangi Nang Ading ke bawah, dengan niat masing-masing. Begitu Nang Kaka hendak turun, gugur Nang Kaka, takkanlah Nang Ading mati kedua-duanya. Nah, di akhirat nanti Nang kata ini dihalau bersama orang-orang yang maksiat kepada Allah subhanahu wa ta'ala Sedangkan yang ading ini dihalau bersama orang-orang yang taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala Kenapa sebabnya?
Karena niatnya. Para muhibbin rahimahumullah. Nah jadi sedemikian penting masalah niat. Maka setiap orang yang beriman itu hendaknya belajar, mengatahui, dan memahami betul-betul bagaimana niat itu. Sehingga setiap amal perbuatan kita didasari dengan satu niat yang baik.
Karena dengan niat yang baik walaupun yang kita lakukan itu perbuatan yang mubarak. Perbuatan adat Perbuatan yang boleh Tapi karena niat yang baik Akan bernilai pahala Bernilai ibadah di sisi Allah Subhanahu wa ta'ala Nah dengan mempelajari Niat Dan mengamalkannya Seseorang akan Mampu 24 jam Berada dalam taat Kepada Allah subhanahu wa ta'ala Asalkan dia mengerti, mengetahui bagaimana niat dan cara mengamalkannya, maka dia hidupnya ini 24 jam sehari semalam tidak keluar daripada ibadah, daripada taat. kepada Allah subhanahu wa ta'ala nah jadi mempelajari niat ini lebih penting sebenarnya daripada mempelajari yang lain-lainnya kita belajar masalah berdagang kalau ingin berdagang wajib tapi mempelajari niat berdagang bagaimana supaya baik itu pun wajib ada orang yang berdagang dengan tujuan tertentu Dia nanti mantinya dihalau wajahnya seperti bulan purnama Ada orang yang berdagang tapi niatnya tidak baik Maka dia akan dimasukkan Allah subhanahu wa ta'ala ke dalam api neraka Nah niat Demikian pula halnya perbuatan-perbuatan lain Hendak berdagang, hendak bertani, hendak kawin, mencari pasangan hidup, diperlukan niat.
Supaya rumah tangga yang dibina itu berdasarkan niat yang baik, menimbulkan keluarga yang baik dan riyad yang salih. Nah jadi belajar niat, memperdalam masalah niat adalah satu kewajiban bagi setiap orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Nah itulah hadis yang pertama yang dimuat oleh Al-Imamun Nawawi di dalam kitabnya Arba'in Nawawiyah yang mana beliau menjelaskan tentang pengertian niat di dalam segala amal perbuatan kita. Nah selanjutnya hadis yang kedua. Nasta'u fil Allah, la ilaha illallah wa lantukum lillah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam Faya ayyir rajul minhu shabatan Saddu alaihi wasallimu taslima