Transcript for:
Presentasi Tentang Danantara di Indonesia

Hai, apa kabar? Di video ini, saya akan membahas tentang Danantara, Daya Anagata Nusantara Sebuah badan pengelolaan investasi Konsolidasi semua kekuatan ekonomi Nusantara di Indonesia Saya akan coba memberikan penjelasan yang mudah dan gamblang Untuk beberapa pertanyaan yang sering diajukan Apa itu Danantara? Apa saja fungsinya? Apa manfaatnya bagi Indonesia? Saya juga akan menjelaskan resiko dan ancamannya bagi kita dari kisah sukses dan pilu badan serupa yang ada di dunia tentang bagaimana jika dikelola secara peliru dan salah berpotensi untuk membelenggu masa depan Indonesia masa depan kita semua, kamu dan saya Mari kita mulai Optimalisasi pengelolaan BUMN kita melalui konsolidasi ke dalam suatu dana investasi nasional yang akan kita launching tanggal 24 Februari yang akan datang yaitu dana antara. Daya Anagata Nusantara, Danantara, adalah badan pengelola investasi yang ambisius, sebuah superholding BUMN, semacam sovereign wealth fund, yang dibentuk untuk mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Danantara merupakan bahkan singkatan dari daya, yaitu energi atau kekuatan. Lalu Anagata berarti masa depan, dan Nusantara menunjuk pada tanah air kita. Presiden Prabowo menyebut Danantara sebagai kekuatan yang akan menunjang perekonomian Indonesia di masa depan. Dan antara merupakan badan hukum Indonesia yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, bertujuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan investasi dan operasional BUMN dan sumber dana lainnya. Dan antara akan mengelola sekurangnya 7 BUMN besar di Indonesia yang menguasai berbagai sektor, termasuk Pertamina, PLN, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, Telkom Indonesia, dan Main ID. Dengan target aset dalam pengelolaan atau aset under management super jumbo lebih dari 900 miliar USD atau sekitar 14.724 triliun rupiah. Disebutkan jika danantara akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara ke dalam proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain. Semua proyek tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%. Sesungguhnya, dan antara adalah visi dan mimpi yang super besar bagi bangsa kita. Well, jika itu bukan mimpi kamu dan saya, atau mimpi sebagian besar dari kita, setidaknya itu adalah impian dari sang ayah. Sumitra Joyo Hadi Kusumo, ayah Presiden Prabowo, dijuluki sebagai guru ekonomi agung. salah satu ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya, telah lama mengajukan gagasan pembentukan lembaga semacam dan antara di Indonesia. Dalam pidatonya di Rapat Anggota Indukoperasi Pegawai Republik Indonesia, IKPRI, pada 16 Desember 1996, Sumitro menceritakan ia telah menyampaikan gagasan tersebut kepada J.B. Sumarling, Menteri Keuangan Periode 1988-1993. Namun Sumarling mengolak ide itu, seraya mengatakan Indonesia belum membutuhkan lembaga pengelolaan laba BUMN. Lebih lanjut, Sumitra mengungkapkan jika dirinya kemudian menyampaikan ide serupa kepada pemerintah Malaysia yang lantas diesekusi. Kini, Roda Takdir telah mengantarkan anak biologis Sang Guru Ekonomi Agung jadi Presiden Republik Indonesia, di mana mimpi diwujudkan jadi kenyataan. Tapi sudah siapkah kita mengwujudkannya? Di antara banyak negara di dunia, Sovereign Wealth Funds merupakan entitas yang umumnya eksis di negara yang memiliki surplus pendapatan, seperti dari sumber daya alam atau cadangan devisa yang besar. Secara garis besar, Sovereign Wealth Funds merupakan entitas yang umumnya eksis di negara yang memiliki surplus pendapatan, seperti dari sumber daya alam atau cadangan devisa yang besar. Frenwell Funds merupakan kendaraan finansial yang dimiliki oleh negara yang memiliki atau mengatur dana publik dan menginvestasikannya ke aset-aset yang luas dan beragam. Simpelnya, SWF adalah tabungan negara di mana kelebihan dana negara negara diinvestasikan dengan tujuan untuk return yang lebih besar lagi. Lantas bagaimana dengan negara yang masih mengalami defisit fiskal seperti Indonesia? Tentu saja, pembentukan sovereign wealth fund tetap bisa dilakukan dengan strategi yang berbeda. Di negara surplus, SWF dibentuk untuk mengelola kelebihan pendapatan. Sementara bagi negara dengan defisit seperti Indonesia, SWF berfungsi lebih sebagai kendaraan untuk menarik investasi dan mengelola aset strategis daripada Tidak ada sekedar menyimpan kelebihan kekayaan. Norwegia, melalui Government Pension Fund Global, merupakan negara dengan dana SWF terbesar di dunia. Ikuti oleh Abu Dhabi Investment Authority, China Investment Corporation, White Investment Authority, dan seterusnya. Tapi tentu saja, tema segholdings dari negara tetangga Singapura merupakan nama paling mentereng yang digadang-gadang jadi role model bagi dana antara. Tema segholdings sendiri merupakan contohnya. contoh sukses superholding yang mengelola portfolio investasi global dengan rekam jejak panjang dalam pengelolaan investasi global dan batak lola perusahaan yang sangat baik. Mereka telah membangun reputasi dan kepercayaan publik dan investor melalui transparansi penuh dan pengawasan ketat. Dan meski hanya berjarak selemparan kolor, Indonesia dan Singapura sangatlah berbeda. Indonesia memiliki luas lebih dari 2.600 kalinya Singapura, tetapi punya pendapatan per kapita 17 kali yang lebih kecil. Di sana, hirokrasi dan pemerintahan cenderung lebih ramping, efisien, dan bebas dari konflik kepentingan. Di sini, kasti politik, urusan sayang anak dan keponakan, dan keorang dalam, revisi undang-undang kilat, kong kali kong, dan papa minta saham, menajalela. Jika mau jujur, dan netara justru jauh lebih mirip dengan OneMDB Malaysia. Dari segi konsep, OneMDB yang merupakan lembaga penampung dan menjamin labah dan investasi 2M... 1MN di Malaysia jauh lebih identik dengan gegasan Sumitro. Sayangnya, 1MDB Malaysia harus berakhir dengan skandal megakorupsi dan kleptokrasi yang memilukan. Maka inilah kekhawatiran kita bersama. Sebab alih-alih meniru transparasi tema seks dengan audit independen, laporan tahunan yang dipublikasikan, dan pengawasan ketat dari pemegang saham, serta Dewan Direksi guna memastikan akuntabilitas dan tata kelola yang kuat, segenap aturan dari revisi ngebut Undang-Undang dan Antara, justru telah dirancang sedemikian rupa untuk membatasi pengawasan oleh lembaga audit independen membuatnya kebal dari KPK dan PPK, menjauhkannya dari transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana. Di sisi lain, rekam jejak buruk pengelolaan investasi oleh perusahaan di bawah pemerintah seperti kasus Jiwasraya dan Asabri, ditambah konflik kepentingan birokrasi gemuk dari Kualisi Plus Plus, politik dinasti, praktek sayang anak, sudah sepatutnya membuat kita semakin cemas. Terima kasih. Untuk mewujudkan sebuah mimpi yang besar, diperlukan visi yang jelas dan persiapan yang matang. Sebab gagal berencana, berarti merencanakan kegagalan. Sayangnya, di atas kertas dan antara adalah sebuah rancangan yang buruk, akan sebelum ia berdiri. Revisi undang-undang yang terburu-buru, tumpang tindik kewenangan, tangkap-langkap jabatan, dan kecenderungan untuk membuat sebuah badan yang sulit untuk diawasi, kurang transparan, rawan penyelewengan, membuat kita mempertanyakan masa depannya. Kita mungkin perlu memetik pelajaran tentang skandal 1MDB di Malaysia yang bermula dari lemahnya pengawasan. kurangnya transparansi dan konflik kepentingan. Sekarang bayangkan akses dana super jumbo yang dikelola tanpa pengawasan super ketat oleh orang-orang dekat yang kredibilitas dan rekam jejaknya patut dipertanyakan. Apa yang dapat terjadi? Di sisi lain, ada kekuatan politik yang sangat besar, koalisi gemoy, dukungan penuh, asal Bapak Senang, yang berpotensi melahirkan kepercayaan diri yang dapat menjadi tak terkendali. Kita mungkin masih ingat dengan pernyataan menyesatkan tentang daun dan deforestasi yang memilukan. Tetapi para pejabat di sekeliling hanya mengangguk-angguk. Namanya kelapa sawit, ya pohon, iya kan? Beri gak? Kelapa sawit! Itu pohon, ada daunnya kan? Kita juga mungkin masih ingat dengan argumentasi kabinet gemuk yang mengandung sesat logika non-sekretar, yaitu kesimpulan yang tidak mengikuti premis dengan memperbandingkan jumlah penduduk. Padahal, itu hanya sedang menjalankan politik balas budi dan akomodasi. Tapi semua orang sepertinya setuju-setuju saja, hanya mengangguk-angguk saja. Padahal, sebuah adagium populer menyebutkan, Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. Ngomong-ngomong tentang efisiensi, saya pribadi adalah orang yang mendukung efisiensi. Penyelamatan uang negara sebanyak ratusan triliun dari pemborosan para pejabat untuk berbagai pengeluaran remeh-remeh tak penting memang wajib untuk dilakukan. Namun mencemlungkan seluruh uang yang berhasil dihemat ke dalam dan antara, tentu menjadi sebuah pertaruhan yang besar. Well, tapi apapun itu, memang masih terlalu dini bagi kita untuk menilai. Kita tentu berharap mimpi besar itu dapat dieksekusi dengan baik, di mana kita harus menjaganya bersama-sama. Video sederhana ini setidaknya menjadi pengingat, dan mari kita biarkan waktu menjawab, apakah rezim ini kelak menjadi pahlawan yang dapat sama-sama kita banggakan, atau hanya berakhir jadi pecundang kleptokrasi di Nusantara. Semoga itu bukan yang kedua. Saya, Rianto Astono.