Transcript for:
Pelajaran dari Buku "Who Moved My Cheese?"

Apakah kamu bersedia berubah? Mungkin iya, mungkin tidak. Mayoritas mungkin merasa tidak, karena jujur saja perubahan itu nggak selamanya enak. Seringkali perubahan merupakan hal yang menakutkan.

Bayangkan kita selama ini berada dalam kondisi yang nyaman, tapi tiba-tiba saja kita diminta harus berubah. Misalnya, kita tidak pernah berolahraga, namun sekarang kita harus mulai mengubah pula makan yang lebih sehat dan mulai olahraga. Tentunya hal ini menyiksakan, tapi perlu dipahami perubahan adalah bagian dari kehidupan.

Kehidupan yang kita jalani terus berubah. Entah kita ingin perubahan ini mengarahkan kita pada hal yang lebih baik atau tidak. Jadi ketika kita diminta untuk berubah, maka kita perlu beradaptasi dengan cepat.

Kita harus belajar untuk melepaskan yang lama dan merangkul hal baru. Karena jika tidak, kita bisa saja ketinggalan dan bisa berbahaya pada kehidupan kita di masa depan. Halo semuanya, nama saya Michael. Selamat datang di channel saya, Sikutu Buku. Kali ini saya akan bahas buku Who Moved My Cheese?

karya Spencer Johnson. Buku ini bercerita tentang cara pandang yang berbeda antara dua tikus dan dua kurcaci dalam melihat keju. Keju di sini dapat diibaratkan sebagai karir, usaha, atau hal lain yang identik dengan kebahagiaan. Penyampaian buku ini sangat ringan, tapi memiliki pesan moral yang bagus.

Bagi saya pribadi, buku ini merupakan pengingat kalau dalam hidup kita harus mau berubah untuk tetap relevan. Kadang kita terlalu terlena dalam hidup, hingga kita lupa kalau kita butuh berubah agar bisa bertahan. Penulis memulai bukunya dengan menceritakan empat karakter dalam buku ini.

Dua ekor tikus bernama Sniff dan Scurry, dan dua kurcaci bernama Hao dan Howe. Mereka berempat hidup dalam sebuah labirin dan awalnya ada cheese station yang cukup untuk mereka semua. Tapi suatu hari, keju yang ada di sana tiba-tiba habis, disinilah drama pun dimulai. Sniff dan Scurry layaknya seperti tikus pada umumnya, pemikiran mereka sederhana. Apabila tidak ada keju lagi, ya mereka cari di tempat lain.

Sedangkan Hao dan Howe layaknya seperti manusia, mereka tidak terima keadaan. Mereka lalu mengeluh. siapa yang pindahin kejunya. Hidup ini kok gak adil? Seperti manusia pada umumnya, fokus pada masalah, bukan pada solusi.

Membaca kisah ini mengingatkan saya pada pidato terakhir dari Shio Nokia yang bilang, kita tidak melakukan apapun yang salah, tapi entah bagaimana kita kalah. Ini merupakan pengingat bahwa dunia terus berubah dan kita tidak bisa terjebak dalam kesuksesan masa lalu. Oke, kembali ke buku Who Moved My Cheese.

Hao akhirnya sadar kalau dia tidak bisa mengeluh turus. Dia harus melakukan sesuatu dan mulai mencari keju lainnya. Awalnya Hao mengajak Hao, tapi Hao menolak. Akhirnya, hanya Hao seorang diri dalam perjalanan mencari keju.

Perjalanan mencari keju tidaklah mudah. Hao banyak menemukan kegagalan. Bahkan ketika dia menemukan cheese station, ternyata kejunya hanya sedikit. Hao kemudian membawa sedikit keju untuk diberikan kepada Hao yang masih terjebak di masa lalu.

Lagi-lagi, Hao menolak untuk move on dan terus mengenang masa-masa indah di masa lalu. Akhirnya, Hao pun menyerah untuk memujuk Hao dan melanjutkan pencarian kejunya. Setiap jalan yang Hao lewati, dia menulis petunjuk dan pelajaran hidupnya.

Berharap suatu hari nanti Hao berubah dan kata-kata tersebut dapat memandu Hao untuk menemukan keju. Akhir cerita, Hao pun bertemu Steve dan Scurry di cheese station yang berisi banyak sekali keju. Belajar dari masa lalu, Hao pun rajin untuk mengecek kondisi kejunya, agar keju yang ada di cheese station dapat bertahan untuk waktu yang lama. Saya merangkum pelajaran hidup Hao yang paling penting dari pencarian kejunya.

Pertama, perubahan adalah hal yang pasti. Keju akan terus bergerak, kita akan tertinggal apabila kita berhenti. Nah, coba lihat Bluebird Bluebirdbird.

Di tengah gempuran taksi online, Bluebirdbird terus berbenah diri untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman. Walaupun berat, Bluebirdbird sadar bahwa perubahan adalah hal yang tidak bisa ditawar dan harus dilakukan walaupun sulit. Kedua, perhatikan perubahan. Cium kejumu sesering mungkin dan kamu tahu bila kejumu sudah tua.

Ini adalah hal yang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Kalau saja Nokia pada masa itu tidak lengah sebagai pemimpin pasar dan bergerak cepat untuk berubah, mungkin Nokia masih terus bertahan dan tidak akan kalah dengan Samsung. Ketiga, adaptasi perubahan dengan cepat. Semakin cepat kita melepas keju lama, kita akan mendapat keju yang baru. Perubahan itu kadang menakutkan dan nggak enak.

Fujifilm dan Kodak awalnya merupakan penjual film, sebelum era kamera digital. Namun ketika konsumen mulai beralih dari kamera film ke kamera digital, Fujifilm berhasil berevolusi menjadi salah satu pemain mirrorless yang cukup kuat dan mampu bersaing dengan produsen kamera digital lainnya, sedangkan Kodak tertinggal oleh zaman. Terakhir, adalah bersiap untuk berubah dan nikmatilah. Keju akan terus bergerak.

Di tengah era digital, teknologi mengubah hidup manusia. Kita harus tetap berkarya dan tetap relevan. Bukan gak mungkin di masa yang akan datang, pekerjaan kita akan digantikan oleh robot.

Seperti halnya banyak pekerjaan zaman sekarang yang sudah digantikan oleh mesin. Kesuksesan masa lalu tidak akan berarti apa-apa apabila kita berhenti untuk bertumbuh dan berkarya. Seperti kata ilmuwan Charles Darwin, bukan spesies paling kuat yang bertahan, bukan juga yang paling pintar. Namun spesies yang akan bertahan adalah yang siap menghadapi perubahan.

Silahkan komen di kolom komentar pelajaran apa yang kalian dapat ketika baca buku ini. Selain itu, komen juga mau buku apa lagi yang saya review di video berikutnya. Saya undur diri, jangan lupa subscribe channel youtube Sikutu Buku. Bye-bye.