Transcript for:
Pengertian Hadis Munkotek dan Mukdol

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Para mahasiswa-mahasiswi yang kekiri khususnya Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah. Marilah kita lanjutkan kuliah studi hadith hari ini dengan tempa hadith Munkotek dan Mukdol. Yang pertama, kita akan membahas tentang pengertian hadith Munkotek.

Munkotek atau Munkoti menurut bahasa merupakan insim fail. yang berarti terputus lawanya adalah mutasil atau bersambung jadi ada mungkote lawanya adalah mutasil menurut para ahli hadith hadith mungkote adalah hadith yang hugur seorang periwayatnya selain sahabat Ada juga yang menimbulkan hadis mungkutek sebagai hadis yang di tengah sanatnya gugur. Seorang perawi atau beberapa perawi tetapi tidak berturut-turut. Berarti yang gugur seorang perawi atau beberapa perawi tetapi tidak ada urutan. Jadi yang gugur atau yang tidak ada pada sanat itu adalah satu orang priwayat atau dua orang atau lebih tetapi tidak berurutan.

Itu namanya mungkotek, hatis mungkoti. Yang kedua adalah mu'dol. Secara bahasa mu'dol itu berarti lemah. Ya, disebut demikian mungkin karena para ulama hadis dibuat lemah atau letih untuk mengetahui. Karenanya apa?

Karena beratnya ketidakjelasan dalam hadis itu. Ada pun, menurut ahli hadis, ada dua orang periwajat yang tidak ada atau gugur, tetapi secara berurutan. Misalkan yang gugur ini adalah sahabat dan tapiin, atau sahabat dan tapiin kubro, atau sahabat dan tapiin musto, atau di situ ada tapiin dan atbautapiin, maka itu namanya hadis mu'dol.

Jadi, mungkotek dan mu'dol itu berbeda. Kalau mungkotek itu yang gugur satu orang, atau dua orang tetapi tidak berurutan, Atau dua orang atau lebih tapi tidak berurutan. Tetapi kalau mu'dal ini dua orang tetapi berurutan. Nah ini namanya mukotek atau mu'dal.

Mungkin di sini saudara bisa melihat tentang skema sanat mukotek ya. Di sini bisa dilihat di slide-nya. Hadis yang di tengah sanatnya gugur seorang perawi atau beberapa perawi tetapi tidak berurutan. Misalnya ada musoneb, sehwimusoneb, ada atwautabiin.

Tapi dari at-ba'u tabi'ini langsung naik kepada sahabi atau sahabat. Maka, apa namanya, karena tabi'nya tidak ada, maka dinamakan hadis mungkote. Ini ada sebuah contoh, saya bacakan saja hadisnya. Hadathana Abu Bakrin Ibn Abi Shaibah, Qala hadathana Ismail Ibn Ibrahim, Abu Muawiyata, An-Laidh, An-Abdillah bin Al-Hassan, An-Ummihi, An-Fatimata binti Rasulillah, Salallahu alaihi wasalam, Qalat, Kana Rasulullah, Salallahu alaihi wasalam, Iza dahola al-masjid, Yaqulu, Bismillah, Wassalamu ala Rasulillah, Al-Maghfir li dunubi, Waftah li abba barohmatik. Wa idha khoroja, bismillah, bismillah, wassalamu ala rasulillah, al-mawfir li dunubi waftah li ababba fadlik.

Kalau kita analisis hadis ini ada pada kitab sunan Ibn Majah, hadis ini disebut sebagai hadis do'aif. Karena apa? Karena Fatimah binti Hussein tidak pernah bertemu dengan Fatimah binti Rasulillah s.a.w. Ya, sehingga hadis ini Ini namakan khatis mungutek, karena Pak terpustulnya sangat. Jadi karena ada yang gugur satu orang, maka tidak bisa dikatakan sebagai khatis yang itisolus sanat, tetapi khatis yang mungutek, sehingga khatisnya menjadi lemah.

Kemudian yang kedua, ini adalah skema sanat khatis mudol. Di sini ada musonef, kemudian di sini ada atba utabi'in. Ada tabi'in, ada sohabi, ya misalnya di sini atbautabi dan sohabinya ini tidak ada, dari musonef sampai sohabi, langsung ke sohabi saja.

Hadis yang gugur pada saatnya dua orang atau lebih secara berurutan, tabi'in dan atbautabi berurutan, maka ini dimaksud hadis mu'dol. Jadi mu'dol itu ya tentu di sini tidak bisa dipertanggungjawabkan keautentikannya. Karena Pak Sanatnya bermasalah. Di sini ada sebuah contoh yang saya kira bisa dijadikan sebagai contoh khatismu'udol.

Kalau kita melihat jalur ini saja, mungkin ini ada pro yang lain. Di sini saya mencontohkan dari satu jalur ini saja. Walayukallafu minal ameli ila mayutiku.

Imam Malik menisbatkan hadis ini langsung kepada Abu Hurairah. Ada dua periwayat yang tidak disebutkan dalam sanat ini. Jadi ada at-ba'u tabiin dan tabiinnya ini tidak ada.

Karena tidak ada inilah, maka dinamakan apa? Mungkote atau dua sanatnya yang gugur. Ini mungkin... bisa dilacak kepada jalur yang lain sehingga keguguran ini bisa ditolong kan gitu kan. Tapi kalau kita melihat dari jalur ini saja, maka ini bisa dijadikan sebagai contoh sanat yang mukdol.

Seperti itu. Oke, jadi jelas ya. Jadi perbedaan antara mengkotek dan mukdol itu terletak di yang pertama adalah jumlah periwat yang gugur. Kalau mengkotek satu orang tetapi di tengah-tengah.

Atau beberapa orang tetapi tidak berurutan. Kalau mundol ini dua orang atau lebih tetapi berurutan. Itu bedanya di situ.

Ini ada dua contoh tentang mungkut dan mundol. Saya kira ini tidak terlalu sulit pengertiannya, tetapi saya kira ini yang sulit adalah bagaimana mencari contoh mungkut dan mundol ini. Ini bukan hal yang gampang, karena kita harus meneliti. Keberadaan sanat kedua hadis ini.

Yang selanjutnya, tema kita pada pertemuan yang ke-8 ini adalah hadis mu'an'an. Pengertian atau hadis an'anah. Pengertian dari hadis mu'an'an adalah hadis yang sanatnya terdapat redaksikan atau dari seseorang. tanpa menjelaskan metode yang digunakan dengan jelas dan meyakinkan. Seperti akhbarona, samitu, khatiasana, akhbaroni, dan lain sebagainya, kolali.

Saya kira ini kalau an hanya menjelaskan menggunakan dari saja. Menurut para ulama, hadis mu'an an dapat diterima sebagai hadis suhqi dengan syarat antara lain. Yang pertama adalah, Perawinya harus memiliki sifat adalah.

Jadi, perawinya harus adil. Sebagaimana di dalam persaratan hadis wakih yang telah kita bahas kemarin. Jadi, syarat utama hadis wakih adalah keadilan seluruh periwayat. Yang kedua, Harus terdapat hubungan guru-murid, dalam artian harus pernah bertemu.

Walaupun menggunakan an, tetapi di sini kita bisa membuktikan pertemuan antara guru-murid, maka hadis itu tentu bisa kita terima. Dan yang ketiga, perawi bukanlah perawi yang mudalis atau sering berbuat salah. Saya kira ini hal yang umum saja.

Jadi hubungan guru-murid ini harus jelas ada likoknya, ada pertemuannya, perawinya sama-sama adil dan tidak ada tatris di antara kedua perawi ini. Imam Muslim bahkan menentukan beberapa syarat yang ini mungkin hampir sama. Yang pertama adalah purawi harus bersifat adalah. Yang kedua, proibukan orang mudalis. Kemudian yang ketiga, hubungan antara yang meriwatkan hadis dengan gurunya, guru murid ya, ini cukup dengan hidungan dalam satu masa, itu pun dimungkinkan untuk bertemu.

Saya kira ini yang berbeda ya antara muslim dengan yang lainnya. Jadi dimungkinkan keduanya bertemu, hanya hidup dalam satu masa. Tetapi ada juga yang menceritakan ada waktu yang lama antara guru-murid sehingga dapat menyakinkan bahwa terjadi periwayatan.

Jadi hubungan guru-murid ini betul-betul bisa dipastikan, tidak hanya semasa. Waktu yang lama untuk bertemu inilah yang bisa menentukan dan ini membutuhkan proses penelitian yang luar biasa. Sehingga kalau ada hadis mu'an'an, kita harus melihat sejauh mana hubungan guru dan murid ini terjadi. Jadi kalau bisa dibuktikan dengan ilmu sejarah, dengan membaca sejarah masing-masing periwayat, maka...

Ini bisa dipertanggungjawabkan hubungannya sehingga bisa diterima. Saya kira ini bukan yang gampang ya untuk meneliti hadis mu'an'an ini. Jadi kalau kemudian kita mengikuti syarat yang terakhir ini, ini butuh waktu yang agak lama.

Karena akan meneliti bagaimana hubungan guru-murid di antara perwihadis yang menggunakan kata-kataan ini. Ini saudara bisa melihat tentang skemanya di sini ya. Misalnya ada musoneb, sayyidul musoneb, ad-ba'u tabiin, ada tabiin di sini, ada sohabi, ada nabi Muhammad s.a.w. menggunakan an. Jadi, apakah semua harus pakai an?

Tidak. Satu atau dua ada yang menggunakan an, bisa dikatakan itu adalah hadismu an-an. Misalnya di sini, kita lihat contoh dulu ya, di slide yang terakhir ini ya.

Hadathani ma'alikun an ibni sihabin, an humayt ibni abdirrahman, an abihurairata radiyallahu anhu, anna rasulallah s.a.w. ma'alikuna man koma ramadona imanan wahtisaban, huwirallahu mata podama mindambihi. Ini ya, ini ada an, ada an juga, ada an juga, ya. Kemudian di sini ada anna.

Jadi ada istilah mu'an'an, ada mu'anan. Kalau mu'an'an ini pakai an, kalau an'na, mu'anan pakai an'na. Seperti ini, an'na Rasulullah SAW, kola. Jadi intinya begini, walaupun menggunakan periwataan, tetapi apabila peroi guru-muri itu sama-sama sikohnya, sama-sama bisa dipertanggungjawabkan pertemuan atau perjumpaan keduanya, likoknya. Dan tentu orangnya sikoh atau dobit dan adil, maka hadis mu'anaan tidak ada masalah.

Tetapi kalau hadis mu'anaan ini kemudian purawinya sering berbuat salah, pertemuan guru-murid ini sulit untuk dibuktikan, apalagi purawinya tidak ada adil dan dobit, maka hadis mu'anaan tentu tidak bisa digunakan sebagai hujah. Karena hadisnya adalah hadis yang to'im. Saya kira demikian pertemuan yang ke-8 ini.

Kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya. Kurang lebihnya moaf. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.