Transcript for:
Pemahaman Teknologi Kuantum dan Aplikasinya

Baik, kita mulai ya. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum. Selamat siang Bapak dan Ibu sekalian.

Terima kasih atas kehadirannya pada Polokium Pusat Riset Fisika Watanugraha. bertindak sebagai pembawa acara serta moderator kolokium hari ini. Sebagai informasi, kolokium Fisika Kuantum insya Allah rutin diselenggarakan dua kali per bulan dengan menghadirkan pembicara dari internal pusat riset Fisika Kuantum BRIN maupun pembicara tamu dari luar BRIN dengan berbagai topik ya, mulai dari fenomena kuantum yang difundamental hingga kemudian aplikasi teknologinya dari fisika partikel, fisika material, dan juga teknologi-teknologi yang terkait dengan konsep-konsep kuantum. Nah, hari ini kita menghadirkan pembicara dari Institut Teknologi Bandung, yakni Bapak Prof. Andrian Suksmono.

Selamat siang Prof. Andrian, bisa dengar suara saya ya Prof? Selamat siang, bisa dengar Pak Ridwan. Terima kasih banyak atas kehadirannya.

Saya akan membacakan dulu sekilas profilnya. Prof. Andrian menempuh pendidikan sarjana dan magister di Institut Teknologi Bandung dengan dua jurusan yang berbeda, ya. Yaitu program studi fisika untuk sarjananya dan teknik elektro untuk masternya.

Kemudian Prof. Andrian memperoleh gelar PhD dari University of Tokyo, Jepang di Faculty of Engineering. Topik risetnya pada utamanya adalah compressive sampling, imaging, serta quantum computing. Dan beliau saat ini juga menjadi anggota senior dari Institute of Electrical and Electronics Engineers atau IEEE, kemudian professional member dari The Association for Computing Machinery, juga distinguished lecturer dari IEEE in Nation Section. Nah baru-baru ini pekerjaan beliau tentang algoritma kuantum untuk memperoleh matriks Hadamard itu dimasukkan pada Nature Scientific Report Top 100 in Physics 2020. juga dimasukkan ke dalam ini, Quantum Algorithm Zoo, jadi kebun algoritma kuantum.

Nah hari ini insya Allah Prof. Andrian akan menyampaikan topik perkenalan ya seputar teknologi kuantum yang diberi judul teknologi kuantum 2.0. Nah tentunya mungkin teman-teman para pendengar bertanya-tanya ini kenapa 2.0, nanti kita akan tahu jawabannya. Dengan subjudulnya adalah perkembangan, tantangan, serta peluang dari teknologi kuantum 2.0.

Baik, silakan Prof. Andrian bisa share screen kembali ya. Dan sambil share screen, menginfokan kembali bahwa waktu yang dialokasikan adalah 1 jam untuk presentasi. Dan setelah presentasi sekitar pukul 15 ya, kita akan membuka tanya-jawab. Nanti saat tanya-jawab, kami membebaskan Bapak-Ibu hadirin.

di Zoom ya untuk menulis chat pertanyaan secara bertanggung jawab tentunya dan silakan kalau mau bertanya langsung melalui audio ataupun video dengan terlebih dahulu meminta izin melalui chat maupun raise hand ya dan Prof. Andrian kalau nanti ada chat-chat pertanyaan serta admit participant yang terlihat di layar di tengah jalan bisa diabaikan dulu ya Prof ini kita ada timnya untuk menangani masalah tersebut Baik, silakan Prof. Andrian. Baik, ya terima kasih Pak Arif Tan. Bapak-Ibu yang saya hormati, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waalaikumsalam, Pak Arif. Salam sejahtera. Saya senang hari ini diberi kesempatan oleh Pusat Riset Fisika Kuantum BRIN untuk memberikan paparan tentang kegiatan yang saya tekuni beberapa tahun belakangan ini terkait khususnya teknologi kuantum 2.0. Nah, sebenarnya ini kalau Bapak-Ibu sempat mengikuti orasi ilmiah di ITB, ini ada beberapa yang overlap, lalu kemudian di belakang saya memberikan beberapa update. Nah, kalau di dalam orasi itu tidak ada diskusi dan waktunya juga dibatasi, hari ini kita diberi waktu cukup luang, satu setengah jam oleh Pak Ridwan.

Mari kita manfaatkan. Karena ini topik yang menurut saya, mungkin karena saya menekuni bidang ini, ini topik yang penting sekali untuk masa depan industri maupun mungkin sains juga di Indonesia. Dan sayangnya baru sedikit dari kita yang aware.

Jadi sebenarnya saya ingin mendengarkan masukan-masukan dari Bapak-Ibu untuk kami jadikan sebagai suatu arahan nantinya. Nah, belakang ini kami diajak juga oleh Forum Guru Besar di ITB. Mungkin akhir Juni ini juga akan ada paparan di sana tentang topik yang sama dengan beberapa pembicara.

Dan mungkin nanti juga akan follow-upnya itu akan ke-brain juga. Mudah-mudahan nanti bisa jadi policy di Indonesia. Baik, judul kecil yang saya sampaikan adalah Perkembangan, Tantangan, dan Peluang. Baik.

Nah ini isi dari presentasi yang saya sampaikan. Yang pertama itu tentang pendahuluan, lalu tentang teknologi informasi. Karena saya bekerja di STEN, nanti lebih banyak mengenai informasi dari sisi informasi teknologi kuantum ini. Lalu ada sekilas fisika kuantum dan kenapa itu bisa merubah kehidupan manusia dan itu mengakibatkan kalau kita menyebut itu suatu revolusi kuantum.

Nah yang itu revolusi kuantum yang pertama. Sedangkan yang sedang terjadi saat ini, dan mungkin nanti cukup lama berlangsung, itu adalah revolusi kuantum yang kedua. Itu meliputi komputasi kuantum, supermasi kuantum, dan komunikasi kuantum atau kriptografi pasca kuantum. Kemudian saya akan memberikan sekilas mengenai perkembangan terkini. Jadi ini semacam contoh ya, contoh kegiatan apa yang bisa kita lakukan dengan...

dengan fasilitas dan keterbatasan yang kita punya saat ini. Dan yang terakhir nanti ada isu penting, tantangan, dan peluang. Peluang yang bisa kita manfaatkan dengan datangnya gelombang baru di dalam teknologi informasi kuantum.

Nah ini perkenankan saya sedikit mendongeng Bapak-Ibu, mohon maaf kalau ada salah-salah. Jadi saya ingin melihat informasi ini sebagai sesuatu yang utuh. Sejak kelahiran alam semesta hingga keberadaan kita saat ini.

Jadi kalau menurut para astrofisikawan, alam semesta itu lahir sekitar 13,77 miliar tahun yang lalu. Berawal dari satu dentuman besar dan kemudian melalui berbagai fase sehingga kemudian tercipta bintang-bintang, kemudian planet. lalu mereka berkumpul menjadi galaksi, galaksi menjadi kluster, dan kemudian sekian miliar tahun kemudian, kita muncullah kehidupan di planet bumi. Jadi kalau dilihat dari prosesnya, kalau secara entropi, kalau kita orang IT maupun barangkali juga orang fisika, ini melihat terjadinya suatu perubahan entropi. yang tadinya itu entropinya itu besar, jadi sangat random.

Kemudian ketika alam semesta ini mendingin, dan kemudian terjadi self-organization, jadi organisasi, swa-organisasi, atau organisasi diri, itu makin lama entropi itu makin turun. Jadi semakin lama, semakin teratur. Kemudian lahirlah kehidupan di bumi. Jadi mulai organisme yang sangat sederhana, Barangkali di awal-awal itu bentuknya itu adalah untai DNA, kemudian dia berubah menjadi yang sedikit lebih rumit, yaitu virus dan kemudian bakteri.

Bakteri menjadi kemudian organisme yang persel banyak. Dan akhirnya makin lama-makin lama muncul yang kita kenal, mungkin kita pernah dengar dengeng-dengeng, ada dinosaurus, kemudian muncul manusia beberapa juta tahun yang lalu. Jadi di sini kalau kita lihat dari sisi informasi, dari sisi entropi, makin lama makin teratur.

Bukan hanya itu. Jadi perkembangan dari organisme atau makhluk hidup ini itu disertai dengan pewarisan sifat. Dan pewarisan sifat itu berasal dari satu informasi yang berada di inti sel yang kita sebut sebagai DNA.

Dari situ struktur tubuh. dari makhluk hidup itu dikodekan. Dan seiring dengan berjalannya waktu, itu terjadi yang namanya evolusi. Evolusi, jadi semakin lama semakin kompleks, kemudian organisme beradaptasi, itu juga bisa dimudahkan sebagai suatu transmisi dari informasi.

Hingga kemudian kita langsung lahir manusia, manusia berada hidup mula-mula, dia mungkin mencari tempat perlindungan di gua, kemudian di waktu luangnya dia menggambar-gambar. membuat ukiran-ukiran, gambar-gambar di dalam buah, dan itu kita bisa menyebut itu sebagai bentuk awal dari proses penyimpanan informasi, information storage. Makin lama makin pinter manusia. Makin pinter, makin pinter, makin berbudaya.

Lalu mereka menciptakan simbol-simbol, huruf, abjad. Barangkali kalau di zaman Mesir kuno itu hieroglif. Hingga akhirnya kita kenal abjad ABCD dan seterusnya yang kita kenal hari ini. Angka yang kemudian kita adopsi juga, angka numerical Arabic.

Arabic numerical. Dan itu kita pakai karena itu dia lebih efisien. Lalu kita loncat sekitar abad ke-19, di situ ada Boltzmann, dia kemudian memformasikan fisika statistik, dia mengintrodus suatu pesaran yang namanya entropi.

Entropi itu ketika meninggal dunia, Boltzmann ini dipahatkan perhubungan entropi itu ke dalam batu nisannya. Nah kemudian di awal tahun 1900-an, Orang mulai faham esensi dari informasi itu. Dan dirumuskan oleh yang namanya Claude Shannon, nanti kita akan bahas sedikit lebih detail di belakang, bahwa informasi itu punya satuan yang namanya, diberi nama BID, Binary Digit.

Kemudian lahirlah abad informasi. Kemudian kita mengenal, sampai hari ini kita mengenal ada komputer, ada gadget. Kemudian ada hard disk, dan seterusnya itu adalah perangkat yang terkait dengan teknologi informasi. Baik, kita akan lihat teknologi informasi ini kemampuan dan juga keterbatasannya di mana. Saya nungeng lagi ini, sejarah singkat tentang komputer.

Dulu orang memakai, apa ya, abagus ya, ini kita bisa golongkan dia sebagai suatu bentuk komputer sederhana, komputer mekanis. bagus atau sempua. Lucunya hingga saat ini masih dipakai juga sempua ini untuk berhitung.

Dan kita lihat di sekitar rumah saya itu ada kursus memakai sempua. Anak-anak kemudian ikut di sana dan mereka belajar berhitung cepat dengan teknologi yang nggak tahu ini kapan ini, itu mukanya zaman dulu. Lalu ketika terjadi revolusi industri, itu tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin.

Itu terjadi suatu transisi di mana pengulahan itu bisa dilakukan secara mekanis. Jadi kita mengenal komputer mekanis seperti yang diperlihatkan di gambar sebelah kiri, paling kiri. Nah ternyata dia bekerja berdasarkan suatu prinsip tertentu yang kalau kemudian kita ubah komponennya itu menjadi suatu komponen elektrik, maka dia akan bekerja lebih efisien.

Sehingga akhirnya lampu tabung itu dipakai di sana. Nah kita kemudian mengenal... komputer yang komponen dasarnya itu lampu tabung.

Nah ternyata kebutuhan komputasi itu semakin lama semakin meningkat. Kalau komputer tabung ini dipakai terus, maka memakan space yang sangat besar. Lalu kemudian di laboratorium Bell, kalau tidak salah, orang menemukan benda, suatu alat yang bisa menggantikan fungsi lampu tabung, tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Dan dengan energi yang juga lebih kecil, energi yang lebih efisien, ada tiga orang di situ yang kemudian menemukan yang namanya transistor itu. Yaitu William Shockley, John Bardeen, dan Walter Britten.

Mereka atas penemuan ini, karena merubah kehidupan manusia secara besar, itu diberi hadiah Nobel pada tahun 1956. Komputer yang tadinya itu memiliki komponen tabung dan memakan space yang besar, itu berubah menjadi komputer yang komponen tabungnya itu diganti dengan transistor. Baik, zaman semakin maju, kebutuhan manusia semakin meningkat. Kita ingin komputer yang lebih efisien, lebih cepat, dia memakan tempat yang tidak besar. Itu bisa difasilitasi dengan penemuan dari integrated circuit.

Di sini ada tiga orang yang berperan penting, yaitu Alferov, Kromer, dan Jack Gelby. Dan atas penemuan ini mereka juga diberikan hadiah Nobel bidang fisika. Dan atas jasa-jasa mereka, kita sekarang punya komputer yang makin lama menyusut, makin kecil, makin kecil, tetapi tingkat kemampuan komputasinya itu semakin lama, semakin...

besar, semakin powerful. Semakin powerful, dan dulu kita mengenal yang ada benda yang ada di tengah atas itu, itu superkomputer grey. Dan ini barang yang mahal yang mungkin tidak semua industri itu mampu membeli, komputer keren ini.

Baik, makin lama makin cepat, dan kemudian kita bisa membuat suatu kartu-kartu, suatu subprosesor yang membantu kinerja kerja dari komputer utama tadi untuk fungsi-fungsi yang spesifik. Jadi sekarang itu kita akan mengenal. grafik prosesor, kemudian AI prosesor itu juga mulai muncul, dan komputer itu memakai banyak prosesor sekarang. Sehingga dengan benda yang kecil, laptop kita, kemampuan komputasinya itu sangat powerful. Di saat yang sama, kita mulai paham esensi dari informasi.

Ini kemudian dirumuskan oleh matematikawan namanya Claude Shannon dalam suatu makalah. Makalah ini Bapak-Ibu bisa cari di internet. Ini free, dibuka. Judulnya The Mathematical Theory of Communication.

Kalau kita baca di sana, dia memperkenalkan satuan dasar dari informasi yaitu BID. Bapak-Ibu, kita... perumusan suatu benda abstrak ya kemudian dia dia bisa punya suatu satuan sesuatu yang bisa diukur itu sesuatu yang luar biasa itu ya sesuatu yang luar biasa yang tadinya misalnya ya kita kita tidak paham ya Kenapa sih orang-orang ibu-ibu terutama ya suka sekali menyaksikan berita-berita gosip begitu ya ternyata itu ada hubungannya dengan teori informasi Jadi di sini ada suatu formula, H itu sama dengan sigma PX log PX. Logaritmanya biasanya kita ambil logaritma natural atau logaritma basis 2. Jadi ada hubungan, semakin P itu probabilitas, semakin probabilitas suatu peristiwa itu semakin kecil.

Kalau dari rumus ini kita tahu, kandungan informasinya itu semakin besar. Dan kemudian bisa melakukan kuantifikasi, oh dia itu... Kandungan entropinya sekian bit, itu atas jasa Cloud Shannon ini.

Baik Bapak-Ibu, jadi di dalam makalah itu ada teori tentang source coding, lalu channel coding, dan juga information theory. Nah, karena kemudian kita tahu informasi itu sebenarnya seperti ini, kita bisa ngitung seperti itu, kemudian terintegrasi dengan perangkat pengolah informasi, maka kita datanglah suatu... Kita berada di dalam era digital, di mana kita punya pengolah informasi, yaitu bisa komputer, bisa prosesor, bahkan kemudian printer itu di dalamnya itu ada IC-nya.

Sekarang itu hampir semua benda itu akan dibuat ada prosesornya, Internet of Things itu di samping alat komunikasi, dia juga punya alat pengolah prosesor. Karena si prosesor itu makin lama makin kecil dia bisa... di embed ke dalam banyak benda.

Dan kemudian kita juga mengenal berbagai macam penyimpanan informasi, dan dengan benda yang kecil itu kita bisa menyimpan file-file yang ukurannya mungkin satu perpustakaan, kita punya flash, kita bisa bawa kemana-mana, dan tentu saja yang sekarang kita pakai ini kita punya alat komunikasi. Jadi teknologi informasi itu kalau kita klasifikasikan itu bisa ke dalam tiga bagian ya, pengolah informasi, penyimpanan informasi, dan alat komunikasi. Nah, Bapak-Ibu, jadi alat pengolah informasi, baik itu komputer atau prosesor yang ada di dalam suatu benda, di dalam misalnya printer, di dalam mobil, barangkali di situ ada prosesor, itu yang ada sekarang itu bekerja berdasarkan... prinsip yang sama, yang secara matematis itu dimodelkan oleh Alan Turing, orangnya sedang lari maraton di situ.

Dan kemudian setelah kurang lebih Turing mesin ini kemudian diperumum, di-extend oleh dua ilmuwan yang bernama Bernstein dan Fasirani ke dalam suatu pernyataan Extended Chair Turing Thesis. Nah bunyinya ini penting ya. Any realistic model of computation can be efficiently simulated by probabilistic Turing machine.

Intinya, Semua perangkat komputer yang ada saat ini, baik itu grafik prosesor, prosesor yang Arduino, kemudian prosesor yang ada di HP kita, komputer, PC komputer, laptop, super komputer, semuanya bekerja berdasarkan prinsip yang sama, yaitu berdasarkan prinsip mesin Turing. Nah, dari situ ternyata kalau kita gunakan secanggih apapun mesin Turing itu, itu karena dia bekerja seperti itu. akhirnya kita tahu ada banyak keterbatasannya. Dan dia tidak mampu melakukan eksekusi, dia tidak mampu menyelesaikan masalah yang tergodong ke dalam hard problems. Ini saya perumum saja kita sebut dia sebagai hard problem.

Jadi misalnya graph coloring, traveling salesman problem. Ini TSP ini kalau di dalam kuliah ini diajarkan di matematika diskret. Jadi kalau kita punya N buah kota, kemudian ada satu salesman, dia kemudian diharuskan mengunjungi setiap kota satu kali dan kembali ke tempat semula.

Dia harus memilih supaya rutenya itu pendek atau ongkosnya itu paling minimal. Maka kita bisa melakukan perhitungan. Ternyata perhitungan yang sejauh ini kita mampu adalah Ya sudah, kita daftarkan saja seluruh kemungkinan.

Kita buat tabel, kemudian O, dia dari A ke B, B ke C, dan seterusnya. Atau kombinasi yang lain-lain. Nah itu kalau kita hitung ada sebanyak, kalau N buah kota maka ada kalau tidak salah, mohon maaf kalau salah ya. N minus 1 faktorial dibagi dengan 2. Jadi kalau di dalam teori kompleksiti, kita menghitung langkah. Tingkat kesulitan suatu problem, suatu permasalahan itu dihitung berdasarkan berapa langkah eksekusi yang kita perlukan dan itu seiring dengan besarnya masukan.

Besarnya masukan di sini berapa jumlah kota yang akan kita hitung, kita masukkan di dalam perhitungan. Baik itu salah satunya, lalu ada juga problem-problem yang masuk ke dalam three set. Dan ada orang yang kemudian menemukan bahwa problem-problem ini masuk ke dalam satu. golongan yang lebih umum.

Jadi kalau kita bisa memetakan satu problem ke problem lain, itu kalau satu masalah bisa diselesaikan, maka masalah yang lain itu bisa diselesaikan juga. Itu ada di dalam, akhirnya makalah itu ada di, kalau Bapak-Ibu pernah mendengar Millennium Problem, NP sama P itu sama atau tidak dengan NP, itu isinya kurang lebih seperti itu. Baik, itu yang hard problem. Lalu, Untuk kegunaannya, misalnya protein folding itu juga bisa kita anggap dia sebagai suatu hard program.

Mohon maaf, saya minum sebentar. Lalu, faktorisasi bilangan bulat. Faktorisasi bilangan bulat, kalau kita tahu bilangan bulatnya kecil, 12 misalkan. Oh ya, dia 3 x 2 x 2, 15. 3x5, mudah ya. Tapi semakin lama, semakin tambah digitnya itu semakin susah.

Nah caranya kita daftarkan saja, kita daftarkan semua bilangan antara yang 2 sampai dengan akar dari bilangan itu, mana yang bilangan terima, lalu kita coba satu-satu. Kemudian ada yang mengevisienkan itu dengan suatu teknik shift, saya lupa namanya irastonis shift atau apa, itu pun juga tidak efisien, dia tumbuhnya. Exponential. Semakin panjang, dia itu semakin sulit difaktorkan. Tetapi kita bisa memanfaatkan sifat itu untuk melakukan penyandian, supaya pesan itu tidak bisa dibaca oleh orang lain.

Namanya ini RSE. Jadi saya bicara yang umum saja, ini ada suatu sistem persandian yang namanya Reverse Samir Edelman, RSE. Ini sampai hari ini kita pakai. Jadi kalau password kita itu juga diproteksi dengan algoritma yang semacam itu.

Baik, itu juga tidak bisa dipecahkan. Ini juga satu hal yang penting, karena saking CRS ini dipakai secara luas, begitu ada orang yang menemukan cara memfaktorkan bilangan bulat menjadi faktor-faktornya, faktor prima, maka persandian ini akan jebol, akan bisa dipecahkan oleh orang lain, oleh hacker. Yang terakhir yang kemudian menginspirasi perkembangan ke arah komputer quantum itu adalah quantum simulation.

Jadi di sini Richard Feynman Mengatakan bahwa suatu sistem kuantum itu tidak mudah disimulasikan dengan komputer yang biasa. Karena jumlah partikel yang kemudian dimodelkan, orang juga menamakannya ruang Hilbert, ruang Hilbertnya itu akan tumbuh secara eksponensial. Karena itu, kalau kita ingin mensimulasikan suatu sistem kuantum, misalkan, Kita ingin mendesain suatu material, material baru. Dan setelahnya Bapak-Ibu mesinnya yang dari Brini lebih tahu, maka simulasikan itu secara kuantum. Nanti juga dari situ kemudian ada orang yang mengembangkan, dia bukan suatu universal kuantum komputer, suatu komputer kuantum yang kerjanya itu mensimulasikan Suatu sistem kuantum tadi, kita sebut saja suatu sistem kuantum.

Jadi seperti itu. Nah sekarang kita akan lihat akibat dari pemahaman orang terhadap dunia fisik ini, yaitu akhirnya ditemukan fisika kuantum, itu akan melarikan suatu revolusi kuantum yang pertama. Baik, ini mohon maaf saya akan meninjau segilas fisika. Modern, ini yang mudah-mudah saja.

Mengapa kita perlu fisika kuantum? Ini karena ada fenomena-fenomena fisika yang tidak bisa dijelaskan dengan fisika klasik. Jadi misalnya spektrum radiasi atom.

Jadi disitu kita lihat adanya keteraturan dari garis spektrum radiasi maupun spektrum serap. Itu tidak bisa dijelaskan dengan fisika klasik. Radiasi benda hitam.

Akhirnya Max Planck itu menemukan... Cara menjelaskan proses radiasi benda hitam itu, lalu dia meng-introduce bahwa panas itu diradiasikan ke dalam kuanta-kuanta, dan dia meng-introduce satu konstanta plank, yang kita kemudian sebut sebagai H. Lalu atom yang stabil. Dulu kalau ini kita lihat model atom zaman SMA, ini seolah-olah kita punya inti yang seperti matahari, ini kemudian... Ada elektron yang mengelilingi seperti planet-planet.

Harusnya dia tidak stabil, tapi ternyata dia stabil. Itu hanya bisa dijelaskan dengan fisika kuantum. Demikian pula efek fotolistrik.

Efek fotolistrik ini dijelaskan oleh Albert Einstein. Dia dapat Nobel dari penjelasan efek fotolistrik. Dan juga radioaktivitas.

Jadi kenapa terjadi peluruan spontan dari inti atom. Pemahaman terhadap masalah itu kemudian dirumuskan ke dalam fondasi dan beberapa fenomena kuantum itu akhirnya bisa dijelaskan. Jadi kita punya model yang namanya fungsi gelombang, lalu adanya sifat dualitas gelombang dan partikel, lalu kita punya persamaan skrodinger, lalu kita menginterprestasikan gelombang tadi sebagai.

Suatu probabilitas itu lewat interpretasi Born, lalu ada prinsip ketidakpastian, dan juga ternyata superkonduktivitas itu hanya bisa dijelaskan dengan fisika kuantum. Spin itu benda yang tidak ada di fisika klasik, ini hanya bisa dijelaskan dengan fisika kuantum. Lalu ada partikel yang mampu menembus barier potensial yang lebih tinggi energinya, nah ini hanya bisa dijelaskan dengan fisika kuantum. Demikian pula superfluiditas dan emisi terstimulasi.

Emisi terstimulasi ini dipakai di dalam laser. Nah, jadi pemahaman kita terhadap fisika kuantum itu melahirkan penemuan-penemuan yang luar biasa yang sampai hari ini pun kita pakai di antaranya device semikonduktor, baik itu transistor, IC, dioda, dan seterusnya. Lalu kamera digital, itu juga berdasarkan prinsip fisika kuantum di dalam revolusi kuantum yang pertama.

MRI, panel soria, laser, mikroskop elektron. Ini juga bekerja berdasarkan prinsip fisika kuantum. Penemuan yang sangat besar dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, ini kita sebut yang seperti ini, revolusi kuantum yang pertama.

Lalu apa bedanya dengan yang akan terjadi, yaitu revolusi kuantum yang kedua? Di dalam revolusi kuantum yang kedua, kita... Kita memanfaatkan fenomena kuantum yang tadinya belum tereksplorasi di dalam revolusi yang pertama. yaitu adanya entanglement, kemudian superposisi, dan itu melahirkan salah satunya misalnya komputer kuantum. Di dalam komputer kuantum, ini saya agak loncat, itu ada beberapa jenis sebenarnya.

Di sini perlihatkan yang sekarang dominan itu ada dua, yaitu adiabatik kuantum komputer, atau adiabatik kuantum komputing prosesnya, dan yang universal kuantum logic gate. D-Wave dan segalanya, dan komputer-komputer yang dihasilkan itu masuk ke dalam kategori adiabatik quantum computing, sedangkan yang banyak dibuat oleh perusahaan lain, jadi misalnya IBM, kemudian Microsoft, dan yang lain itu dia masuk ke dalam universal quantum logic. Nah ini cara eksekusinya juga beda, meskipun sama-sama mereka... menyebut satuan informasi itu sebagai qubit, bekerjanya agak berbeda. Lalu, sekitar dua tahun yang lalu, jadi kalau kita lihat dari sisi sejarah kejadian, maaf ya, tiga tahun yang lalu itu, ya dua setengah atau tiga tahun yang lalu itu sebentar ya, itu suatu perusahaan yang namanya Google ya, jadi lab di Google itu memproklamirkan tercapainya suatu peristiwa bersejarah.

yang disebut sebagai supermasi kuantum. Nah apa itu supermasi kuantum? Nah supermasi kuantum itu adalah suatu peristiwa di mana komputer konvensional itu tidak mampu melakukan pekerjaan atau men-solve problem yang bisa dengan mudah dipecahkan oleh komputer kuantum. Jadi itu ada satu problem yang simple ya.

Yang simple sebenarnya. Itu bisa dipecahkan oleh Sycamore, komputer kuantum yang terdiri dari 53, kalau nggak salah. Sebenarnya dia punya 54 atau berapa, cuma ada yang rusak. Sehingga yang akhirnya terpakai itu 53. Nah, dia memecahkan problem itu dalam waktu 200 detik. Dan kemudian di dalam artikel yang terbit di Nature ini, disebutkan superkomputer yang tercanggih saat itu.

Itu harus memerlukan waktu sekitar 10 ribu tahun. Nah setelah itu memang ada beberapa kontroversi. Jadi misalnya karena yang dibandingkan, yang dia bandingkan itu komputernya, superkomputernya IBM atau apa, IBM-nya membantah. Nah tapi kemudian sebenarnya problem kompleks itu bukan hanya 10 ribu tahun menjadi berapa hari, enggak. Dia itu scaling-nya.

Selama scaling eksponensial yang satu linear, yang satu eksponensial itu bisa di-keep, maka dia tetap valid bahwa peristiwa supermasi kuantum itu menyanggah extended church-turing thesis. Artinya apa? Artinya bahwa tidak semua proses itu bisa dimodelkan dengan mesin turing. tidak semua prosesor itu bisa dibandingkan dengan mesin Turing. Dan implikasi lain adalah, problem-problem yang oleh mesin Turing itu sulit dipecahkan, itu mungkin mudah dipecahkan dengan komputer kuantum.

Memang ada beberapa kelas kompleksiti, cuma saya ambil simpelnya saja, seperti itu. Jadi ada satu kelas, hard problem, yang oleh komputer kuantum itu mudah. Salah satunya adalah pemfaktoran bilangan prima. pemfaktoran bilangan bulat. Itu kalau kita pakai algoritma Shor, dan algoritma Shor itu nantinya ada yang mampu mengimplementasikan ke dalam komputer quantum, maka itu bisa menjadi mudah diselesaikan.

Seperti ini. Jadi algoritma Shor itu ditemukan oleh Peter Shor, dosen di MIT. Dan beliau menyatakan bahwa Waktu itu pemerintah kuantum belum ada, dia cuma baru dalam tataran konsep. Dan kemudian orang menjadi serius itu gara-gara si Peter Starr ini menemukan algoritmanya. Jadi dia pakai prioritas dari suatu inilah.

Jadi dia lakukan transformasi Furi dan seterusnya, kemudian dilihat prioritasnya. Nah dari situ kemudian dia deduksi. Oh kalau begitu faktor dari bilangan ini segini.

Nah ini penemuan yang sangat luar biasa. Kalau tidak salah waktu itu si Peter Ser ini juga mendapatkan penghargaan dari semacam-semacam field medal, itu dalam bidang aplikasi. Nevan Lina Prize, itu penghargaan yang luar biasa. Jadi dengan algoritma SOR ini, kalau ada komputer kuantum yang cukup banyak qubitnya, errornya cukup kecil, maka ini sesuatu yang berbahaya.

Kenapa? Ya karena kemudian semua persandian RSA itu bisa dipecahkan. Nah kalau Bapak-Ibu kemudian punya password, nah itu bisa dicegol dengan mudah.

Lalu Bapak-Ibu menggosip, kemudian itu di dalam suatu, dikodekan dengan sandi, nah itu ketahuan itu, ini ngomongin apa. Jadi pokoknya nanti itu sesuatu yang menjadi tidak rahasia lagi. Nah dengan demikian, Kita harus mencari kode sistem persendian yang baru supaya tetap aman. Data-data kita tetap aman, password kita tetap aman, rekening kita di bank tetap aman, dan seterusnya. Salah satunya, jadi ada beberapa aliran kriptografi pasca kuantum ini.

Kriptografi yang kebal terhadap komputer kuantum. Jadi tidak akan di-hack oleh komputer kuantum. Salah satunya adalah yang berdasarkan prinsip fisika juga.

Yang pertama adalah algoritma BB84, President Bennett tahun 1984. Ini ada di kanan atas. Dia bekerja berdasarkan prinsip no-cloning principle, no-cloning theorem. Jadi suatu quantum state itu tidak bisa di-cloning. Begitu di-cloning, dia rusak.

Nah itu dengan berdasarkan prinsip seperti itu, kalau kemudian ada kita menggunakan persandian kuantum dengan BB84, di tengah-tengah ada yang ngetap, itu akan ketahuan. Oh berarti kanali nggak aman, gunakan kanal yang lain. Kemudian yang kedua itu adalah E91, yang menemukan Arthur Eckert, dia bekerja berdasarkan entanglement. Jadi kita generate. Sepasang entangle particle, entangle photon, yang satu dikirimkan ke penerima, yang satu itu kemudian kita keep, kita awasi.

Kalau misalnya di tengah jalan ada yang nge-tap, nge-tap artinya melakukan pengukuran, itu quantum state-nya runtuh yang dikirimi tadi. Ini akan mengaruhi yang kita pasangannya tadi. Dari situ kemudian akan ketahuan bahwa ada yang mendengarkan. komunikasi kita.

Nah menariknya rigid entanglement itu juga terkait dengan yang namanya paradoks EPR, Einstein-Poldorsky-Rosen. Ini sesuatu yang cukup lama menjadi masalah besar di dalam fisika kuantum, di dalam fundamental dari fisika kuantum. Waktu itu Einstein mengatakan bahwa fisika kuantum itu teori yang tidak lengkap.

Kenapa? Nah misalnya begini. tiga orang ini ya, Einstein, Podolski, Rosen.

Kita punya suatu eksperimen pura-pura. Jadi kita punya sepasang partikel. Satu partikel dikirim ke tempat yang jauh, satu partikel kita pegang, kita berada di tempat kita. Kalau kita melakukan pengukuran, teori quantum akan mengangkat.

Pada saat itu juga, kita tahu yang tadi dikirim itu pasangannya punya stage seperti apa, misalnya spin up atau spin down. Itu entanglement seperti itu. Dan itu karena dia terjadi secara instan, dia melanggar prinsip relatifitas.

Jadi kecepatan cahaya, dia ada informasi yang seolah-olah itu menjalar dengan kecepatan lebih daripada cahaya. Dan itu melanggar prinsip relatifitas. Dan dengan begitu, maka dia tidak lengkap.

Nah, ya itu akhirnya menjadi dilema dan akhirnya David Bell itu... dari rumusan-rumusan yang ada dia menyederhanakan, pokoknya kalau pelanggaran itu memang betul terjadi, maka dia akan melanggar satu kuantitas seperti ini. Dan dibuktikan oleh Alan Aspect bahwa memang itu yang terjadi, bahwa fisika kuantum itu tidak berdasarkan prinsip lokal itu. Dan kemudian akhirnya prinsip itu dipakai.

oleh si Arthur Erket ini untuk membuat suatu phantom kriptografi. Baik, kita... Lihat, sebenarnya ada tiga sektor teknologi yang akan berpengaruh di dalam revolusi kuantum yang kedua ini. Yang pertama adalah komputasi kuantum, yang tadi sudah diceritakan. Komunikasi kuantum, atau sebenarnya QKD, Quantum Key Distribution.

Dan yang terakhir adalah pengindahan kuantum. Nah, saya akan cerita sekilas tentang kegiatan kita. Apa sih yang bisa kita lakukan? dengan resource yang ada. Kita di STI ini tahu bahwa sebenarnya komputer quantum itu bisa diakses asalkan kita tahu caranya, sekarang tentunya asal kita mau bayar.

Yang kita lakukan itu kita mencoba suatu problem yang mudah, menemukan matriks ada mat. Kenapa ini kita pilih? Karena kebetulan background saya itu telekomunikasi dan...

Matrix Hadamard itu dipakai cukup luas di sana. Jadi kalau saya mengangkat topik ini, orang, oh ya, itu masih bidangnya komunikasi. Ternyata secara matematik, Matrix Hadamard ini juga sesuatu yang menarik. Jadi ada suatu konjektur yang bunyinya, untuk setiap bilangan bulat positif K, maka akan ada Matrix Hadamard.

yang ordenya 4K. Itu sampai hari ini orang nggak tahu cara membuktikannya. Kita bisa mengkonstruksi dengan cara yang mudah. Jenis tertentu dari matris Sadamat dengan metode Sylvester.

Kita bisa mengkonstruksi ukuran yang besar, tapi yang kelipatan 4K-nya itu nggak selalu dapat. Di sini kita mengajukan ya sudah, kita kita Kita ambil saja, kita cek semua, ya apa ya, matriks yang ukurannya 4x4, matriks binar, min 1 plus 1 yang ukurannya 4K x 4K, kita cek dia ortogonal atau tidak. Kalau ortogonal berarti dia matriks hadamat.

Dan itu nggak kira-kira susahnya. Jadi kita, kalau kita punya, kita ingin memeriksa semua matriks hadamat yang ordenya, M itu perlu 2 bangkat M kuadrat yang kita cek ya. Kita ambil worst case-nya. Memang ada banyak varian di situ, mungkin enggak dua pangkat m2, tapi dia eksponensial. Kita ambil yang mudahnya.

Jadi kalau kita pakai cara seperti itu, kita menyebut itu sebagai brute force, maka kita harus memeriksa dengan kompleksitas O, big O eksponen m2. Dan itu kita klaim itu hard problem. Nah, usulannya gimana caranya? Ya, kita pakai quantum computer.

Dengan begitu, kita berharap mudah-mudahan ini bisa ketemu matriksnya. Baik, nah sekilas si matriks Hadamard itu, waktu kita mengenal komunikasi digital dengan prinsip CDMA, dia dipakai di sana untuk mengenerate code, mengenerate orthogonal code. Bahkan matriks Hadamard ini juga dipakai untuk error correction code. oleh wahana Mariner 9 yang waktu itu ya dipakai untuk mengambil gambar dari planet Mars kemudian dikirimkan ke bumi.

Nah jadi gambar diambil dengan dengan apa kamera digital lalu dikirimkan. Nah ini karena melalui deep space itu gangguannya banyak sekali ya dan itu yang rusak banyak. Nah kita perlu suatu kode yang bisa mengoreksi kesalahan yang panjang tadi ya yang tadi.

Ini ternyata matriksa damar ini cocok untuk mengoreksi. Baik, itu background-nya. Nah yang kita coba kan, yang kita pernah coba kan itu adalah kita pakai quantum annealing.

Kita pakai quantum annealing, tadinya kita simulasikan, oh berhasil. Nah kemudian di web itu bikin, bikin quantum komputer. Nah saya waktu itu nyari tahu ya bagaimana caranya bisa pakai komputer quantum itu.

Nah suatu saat saya dengar ada konferensi di Jepang. Saya lupa ya, sebelum tahun 2019, 2017 atau berapa, di sana ada dengkotnya orang-orang yang punya akses komputer kuantum dari GWF ini. Saya waktu konferensi, saya kontak orangnya, saya hubungi, kita bicara, ternyata dia orang NASA. Boleh nggak saya pakai komputernya untuk menguji teknik, metode yang kita usulkan. Akhirnya dibilang, kamu tulis saja itu proposalnya, kamu coba submit ke REACS, kantor risetnya NASA ada yang namanya REACS.

Nah, di situ kita bikin proposal, ya. Mungkin waktu itu lolos, jadi kita punya akses. Cuman setelah di-follow up itu susahnya setengah mati.

Ternyata prosedur untuk melakukan penelitian di tempat-tempat seperti itu itu tidak mudah. Kita kemarin waktu itu terhambat, jadi tidak terlaksana. Tapi ada solusi lain di tempat itu. Saya juga akhirnya kenal dengan orang yang bisa mengakses di WIV.

Dan akhirnya kita kerjasama untuk melakukan implementasi algoritma. Nah, jadilah. Pada tahun 2019, satu paper kita yang terpilih di Scientific Report, kita berhasil melakukan mengkonfigurasi, memprogram CDWIF ini supaya mengerjakan, supaya mencari matriksa damat.

Waktu itu ukuran jumlah kubit yang kita perlukan itu, kalau misalnya kita punya 4x4, minimal 16, dan ternyata lebih dari situ. Kenapa? Karena setelah bentuk Hamiltonian yang kita punya, itu kerepsnya melibatkan interaksi lebih dari dua, lebih dari dua kubits. Kalau lebih dari dua kubits, itu kita harus pecah dia. Tidak tahu bagaimana caranya supaya dia menjadi dua kubit lagi.

Dan itu perlu kubit tambahan. Kubit tambahan itu kita sebut sebagai ancillary, ancilla kubits. Dan itu akhirnya tumbuhnya bukan hanya M kuadrat, menjadi M pangkat 3. Jadi kalau tadinya, katakan ya, ini gampangnya ya, tadinya misalnya ukurannya 10 gitu, nah kita 10 x 10 ya matriksnya kita nggak butuh 100, tapi 1000 butuhnya.

Sementara jumlah gibits yang ada sekarang itu terbatas, akhirnya di tahun 2019 kita baru bisa menemukan yang 2 x 2, semua orang tahu itu apa. Dan 4x4, semua orang juga tahu itu matriknya seperti apa. Cuma kita bisa menunjukkan bahwa algoritma kita jalan. Dan itu Alhamdulillah kita bisa menarik perhatian cukup banyak orang.

Dan kemudian kita kembangkan lagi. Akhirnya pada tahun 2022, awal bulan ini terbit lagi artikel yang dengan teknik yang baru ini kita melakukan. Kita tidak mencari langsung, tapi kita mencari lewat teknik yang di sini disebut sebagai Bommert-Hall, Williamson, dan Turin.

Nah, bahkan dengan yang Turin ini kita berhasil menemukan matriks Ordi 92. Nah ini meskipun matriks ini 92 x 92 itu cukup besar ya. Bapak-Ibu bisa hitung itu ada sekitar 10 ribu elemen di situ ya. Nah tapi kita... dengan teknik tur ini kita mencari satu deretan yang pendek begitu ya dan akhirnya kita bisa menemukan dan itu matriks 90 order 92 itu pada tahun 61 baru ketemu ya tahun 1961 jadi sejak zaman orang mengenal matriks Hadamart di awal tahun 1800-an baru ketemu tahun 1961 nah tahun 2020 ini banyak karena terbitnya tahun 2022 tapi kita menemukannya di tahun 2020 itu kita bisa menemukan dengan de-wave.

Kita senang, nggak tahu apakah ini signifikan atau tidak, akhirnya kita tulis saja, kita tulis, terbit, lumayan. Dan sebenarnya di sini kita punya kurva prediksi. Dari prediksi ini konsisten, bahwa tahun 2030 itu kita akan berhasil menemukan, mungkin tidak menemukan, kita akan berhasil mengimplementasikan algoritma untuk menemukan matriks adamat yang hingga saat ini belum ketemu, yaitu yang ordena. 668. Nah itu harapannya seperti itu. Nah yang paling baru, kalau tadi kita pakai quantum annealing, model-model di web itu, kita mau nyoba dengan komputer quantum yang bekerja berdasarkan universal gate, universal quantum logic gate.

Kita sudah punya formulasinya, kita nyoba yang kecil-kecil, hingga hari ini saya tidak dapat akses untuk mencoba ke dalam kuantum komputer yang universal gate, yang dengan jumlah bit yang besar. Akhirnya kita pakai kuantum simulator. Ketemulah kuantum matrix Hadamard yang ukurannya 12, Williamson, dan 32 menurut Bomer Hall. Ini topik yang lagi hot di kelompok saya. Bagaimana ini diperbesar dan bagaimana mengimplementasikan.

Sebenarnya mengimplementasikan ke dalam quantum commuternya kita tahu ya, pakai QAOE ya, Quantum Approximate Optimization Algorithm. Itu akan bisa, cuman mendapatkan aksesnya itu yang susah. Baik, Bapak-Ibu, itu tadi yang bisa kita kerjakan dengan situasi saat ini. Sebenarnya ada beberapa yang lain.

Misalnya untuk komunikasi kuantum. Nah ini kita bisa coba membuat perangkat seperti itu. Meskipun dulu saya pernah mau beli itu, sebenarnya baru nanya-nanya ternyata.

nggak dijual di kita. Tapi kelihatannya sekarang-sekarang ini bisa kita akses alat-alat semacam itu. Sekarang kita sampai ke bagian akhir dari presentasi ini.

Apa sih pentingnya teknologi kuantum ini yang sampai hari ini? Kelihatannya itu kan teknologi yang baru, tapi kalau kita lihat di sini, itu global effort. Ini menurut situs yang ada di bawah itu, Eureka.

Global effort tahun 2021 itu ada sebesar 22,5 billion dollar ya. Itu 22,5 miliar dolar Amerika, kalikan 14 ribu ya, kurang lebih ya untuk menjadi rupiah. Itu jumlah yang luar biasa besar.

Dan dia tersebar di seluruh dunia, mulai dari Kanada, Inggris, Nederland, Jerman, China, Rusia, Korea, Jepang, Taiwan. Australia tetangga kita, Singapura tetangga kita juga, lalu India ya negara yang yang ya yang enggak jauh ya kemamurannya dari kita tapi sudah berpikir begitu jauh. Amerika pokoknya si Menteri Keuangannya bilang kita nggak mau kalah sama China dan Amerika Serikat.

Nah kemudian di-invest satu billion dollar ya, satu miliar dollar kira-kira kalau didolarkan gitu ya. Lalu ada Israel kemudian Nah ini ya, European Quantum Flagship. Ini negara-negara Uni Eropa itu juga investasi setelah 1,1 miliar dolar. Lalu ada Perancis, 2,2 bilion, luar biasa besar juga. Dan Amerika Serikat, tahun 2021 mereka investasi 1,2 bilion.

Nah kalau kita lihat ini yang paling besar ini China, 10 bilion. Dan kita lihat China ini cukup berhasil. Jadi setelah Google itu mengklaim supremasi kuantum, Nggak lama kemudian, mungkin setahun ya, setahun kemudian, mereka juga mengklaim. Dan klaimnya itu lebih besar daripada Google.

Cuma arsitektur komputer kuantumnya itu beda ya. Kalau Google itu pakai Universal Logic Gate, si komputer kuantum China yang dipakai untuk membuktikan kuantum supremasi itu, dia pakai photonics. Dan itu dia melakukan yang namanya boson sampling. Itu juga salah satu cara untuk membuktikan bahwa komputer komantom itu bisa mengalahkan komputer klasik.

Ini sekilas tentang berbagai upaya yang dilakukan di seluruh dunia. Nah kalau kita lihat pasarnya, ini ada pengguna aplikasi, kemudian software offering, kemudian GPU, hardware. Ini kalau kita bagi-bagi, saya akan nyebut beberapa.

Itu ada Merckx, itu kalau tidak salah pabrik obat-obatan. Mungkin dia pakai untuk drug discovery. Barangkali baru rintisan, karena komputer kuantum yang ada sekarang mungkin belum cukup powerful untuk melakukan itu.

Qubitnya banyak, tapi kuantum volume-nya belum terlalu banyak. Airbus, Airbus itu perusahaan pesawat terbang. Saya nggak tahu dipakai buat apa, tapi sempat, kalau nggak salah, Airbus ini mengadakan suatu kompetisi kuantum programming begitu.

mungkin untuk memenjakan semacam computational fluid dynamics. Lalu ada JP Morgan, perusahaan keuangan. Ini menariknya, komputer kuantum itu untuk perusahaan-perusahaan semacam itu, security, itu dipakai untuk melakukan optimisasi portfolio. Jadi kalau Bapak-Ibu punya deretan saham, ingin kemudian mengoptimalkan, saya harus beli saham A berapa, B berapa, sehingga menjadi suatu portfolio.

kumpulan saham, saya lupa namanya apa, gimana caranya supaya saya dapat untung. Itu bisa dengan pakai komputer kuantum. Karena itu adalah optimization problem. Problemnya optimisasi. Lalu ada perusahaan-perusahaan otomotif, Denso, kalau ada Fujitsu tentu saja, Google, lalu Intel, IBM, dan lain-lain.

Bapak-Ibu nanti bisa lihat secara detail di sini. Yang terakhir, ini saya tampilkan Saya dapat PPT ini dari gambar ini dari internet juga, Quantum Warfare ya, itu perang kuantum gitu ya. Ini bisa perang betulan ya, di situ teknologinya dipakai. Misalnya quantum sensing, itu kita bisa pakai untuk membuat suatu magnetometer yang sangat-sangat presisi. Sehingga kalau itu dibawa oleh pesawat terbang, kita bisa deteksi submarine, kapal selam yang ada di dalam laut.

Saking sensitifnya ya. Lalu quantum radar ya, quantum radar dulu-dulu orang mengira ini masih jauh lah teknologinya. Tapi di sini juga ternyata ikut didaftarkan.

Kemudian quantum chemical detection, quantum electron warfare, dan yang tadi juga saya singgah adalah terjadinya ketika komputer quantum itu cukup powerful untuk mengimplementasikan algoritma SOAR, maka dia bisa memecahkan persandian RSI. Dan itu akan terjadi yang namanya quantum doomsday. password, pesan rahasia, data-data finansial, pemerintahan, itu semuanya terancam dan itu malah petaka lah ya itu. Kalau semuanya kemudian mengetahui rahasia-rahasia yang, data-data yang harusnya dirahasiakan. Baik Bapak Ibu, oh iya ini yang terakhir ya.

Ini untuk penyemangat. Jadi sebenarnya ini ada yang namanya Gartner Hype Cycle. Pada tahun 2005 itu sudah muncul di sana ya.

Phantom Computing itu bidang yang akan muncul ya, muncul dengan... Dengan pesat begitu ya, 2017 juga masuk. Lalu 2020, dua tahun yang lalu, itu hype cycle for blockchain ini juga ada. Teknologi kuantum ini akan dipakai untuk memecahkan di sana ya.

Bagaimana mencari yang supaya dia bisa tahan terhadap hacking kuantum ini. Dan yang terakhir tahun lalu ini, yang sekarang muncul itu adalah kuantum machine learning. Nah ini barangkali kita bisa pakai untuk mengarahkan riset kita ke arah sana, ini bidang yang lagi menanjak, kalau kita tekuni, kita bisa memberikan dampak yang cukup besar kepada pengetahuan. Baik Bapak-Ibu, demikian yang bisa saya sampaikan, ini masukan-masukan dan juga kita kemudian nanti bisa berdiskusi.

Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih banyak Prof. Andrian, ini tepat waktu sekali presentasinya. Sangat menarik dan menambah wawasan kita semua seputar perkembangan terkini dari teknologi kuantum serta bagaimana kita bisa mulai mempersiapkan diri menyongsong revolusi kuantum kedua. Yang tadi produk-produknya ada berupa komputer kuantum, kemudian yang lain-lain seperti komunikasi kuantum, internet kuantum, sensor kuantum, dan lain-lain. Nah tentunya kita ingin bertanya-tanya lebih jauh.

Dan para pendengar kami persilakan untuk menyampaikan pertanyaannya melalui fasilitas chat yang ada di Zoom Atau silakan kalau melalui audio-video dengan terlebih dahulu meminta izin pada moderator Nah ini sudah ada beberapa pertanyaan yang masuk nih Prof. Andrian Pertama dari Prof. Tasrif di Universitas Hasanuddin Terima kasih banyak atas presentasinya Mohon maaf pihak chat dulu karena tadi waktu Makassar masuk waktu asar ya Nah ini Prof Tasrif bertanya, di bagian awal disebutkan bahwa awal mula penciptaan entropi alam semesta cukup besar. Bagaimana kaitannya dengan hukum termo kedua yang menyebutkan bahwa entropi alam semesta itu terus membesar? Apakah definisi entropi dalam teori informasi berbeda dengan definisinya dalam mekanika statistik? Sehingga tadi Prof Andrian menyebutkan bahwa entropi alam semesta sekarang lebih kecil dari entropi dibanding saat awal penciptaan.

Seperti itu Prof pertanyaannya. Baik, saya coba jawab satu persatu. Ya, jadi mungkin saya kurang tepat ini karena ini bidang yang jauh dari bidang saya. Kalau saya melihatnya dari masalah ini saja sih.

dari yang tadinya random menjadi teratur, itu kalau secara ilmu information theory, itu interpinya turun dari yang tadinya acak menjadi yang teratur. Tapi kalau secara global, maaf saya tidak bisa menjawab. Mungkin ada yang lebih ahli yang bisa menjawab.

Baik, mungkin silakan para fisikawan teoretis, daftar of Bobby juga di sini kebetulan hadir. Kalau menurut saya entropinya naik ya Karena di awal semesta itu kan Tidak ada informasi selain kekosongan gitu ya, serum misalnya. Jadi, anggap lain itu punya satu gitu.

Tapi sekarang ketika terjadi Big Bang dan seterusnya, informasinya makin banyak gitu. Keacakannya naik, menurut saya. Nah, tapi tadi kaitannya dengan yang teori informasi itu apakah memang beda definisinya, Prof, dengan yang... biasa kita pahami di mekanika statistik.

Sebenarnya sama ya, Smed? Sebenarnya sama, menurut saya. Mungkin kita lihat scale-nya.

Kalau dalam scale yang kecil, ketika turun, suhu turun, itu kemudian terjadi reorganisasi. Itu kan semakin teratur dalam skala itu. Tapi secara global saya nggak tahu. Kalau secara global, kalau secara kecil, mestinya kita bisa menilai itu turun. Ya mungkin nanti kalau Ini para kosmologis Mau berkomentar bisa Menambahkan ya, ini ada pertanyaan lain dulu Sekalian dari Pak Hesky barusan ya Berhubung sudah bicara Pak Hesky Mau sekalian bertanya langsung via audio Atau saya bacakan chatnya Oh ya boleh Sorry saya lagi sarapan Di Luxembourg ya Pak Profesor Arjan, terima kasih banyak atas presentasinya, sangat menarik.

Saya mau tanya dua hal. Tadi Bapak coba pakai D-Wave ya, saya juga pernah main-main gitu Pak, saya nggak mengerti sama sekali tentang komputer kuantum, ingin nyoba gitu. Saya coba cari paper orang, terus saya coba reproduce, saya pakai Qiskit gitu, dan di dalam Qiskit itu kita bisa pilih-pilih kita mau pakai komputer kuantum yang mana gitu.

Tapi setahu saya kayaknya nggak semuanya itu komputer kuantum ya, tapi saya ingin tahu apa sih bedanya Pak gitu. Kita pakai D-Wave sama yang di G-Skid itu. Itu pertanyaan yang pertama.

Ya, itu dulu Pak S.G. Nanti yang kedua selanjutnya. Silakan Prof. Andrian. Iya, kalau yang ini suara saya terdengar ya.

Yang jelas D-Wave itu bukan universal quantum logic gate ya. Dia itu pakai quantum kneeling ya. Bedanya di situ.

Kalau yang IBM itu ya, itu dia universal quantum logic gate. Nah, kalau secara... Praktis ya, kita sebenarnya setelah kita tahu persamaan Hamiltonian, kita nyambung-nyambung kemudian memberikan dia bobot, begitulah kurang lebih ya, kalau di-deweb itu cara kerjanya.

Jadi kita menyambungkan gubit 1 dengan gubit 0, gubit 1 dengan gubit 3 misalnya ya. Lalu strength, kekuatan itu akan mencerminkan berapa sih koefisien yang ada di sini setelah dinormalisasi. Lalu kemudian kita scheduling. Di sini ada sebenarnya, cuman ini ketutup ya.

Jadi kita punya schedule, kita turunkan zoom-nya. Kemudian harapan kita dia mencapai nilai yang minimum. Di situ tercapai solusinya, lalu kita baca si Qubit-Qubit tadi. Sedangkan di dalam gerbang universal tadi, kita pakai yang semacam ini, komposisi semacam ini. Ada komposer di sini.

Ini dicampurkan dengan switch sana, kita pakai. gerbang apa begitu ya misalnya ini ada Hamilton, ada market, kemudian kita geser fasenya berapa derajat begitu seterusnya Nah secara prinsip seperti itu ya jadi kurang lebih bedanya itu saya malah belum pakai access kit yang ke D-Wave saya baru tahu itu bisa itu pakai apa Pak? Pakai platform yang mana?

ya IBM sih Pak, IBM bisa mengakses ya? bisa, semua orang bisa mengakses ya Pak free juga? Iya, free. Tapi ada ngantri sih memang. Antrean ya?

Kalau kita bisa pilih yang antrean yang cepat bisa 20 menit. Sedikit mengomentari ya, jadi ini platform atau rute menuju komputer quantum itu memang jadi ada beberapa ya Prof? Ada yang tadi di web itu pakai quantum annealing, kemudian yang pakai universal gate seperti punyanya IBM. Yang lain-lain itu ada lagi nggak Prof? Ada.

ada beberapa lagi yang satu adalah kuantum simulator jadi dia seolah-olah kumpulan qubit tapi dia buat tidak dipakai untuk melakukan misalnya merealisasikan algoritma soar gitu, enggak dia dipakai untuk mensimulasikan suatu sistem kuantum jadi itu komputer biasa tapi seolah-olah kuantum komputer gitu ya? oh bukan, dia kuantum komputer jadi sebenarnya qubit Kemudian dikonfigurasi, lalu di-run, kemudian dibaca konfigurasinya. Tapi dia tidak dipakai untuk melakukan misalnya faktorisasi bilangan bulat, dia tidak dipakai di situ. Itu satu. Yang kedua, ada yang namanya yang dipakai di China tadi untuk melakukan boson sampling.

Itu dia prinsipnya fotonics. Kita nggak bisa program, dia harus melakukan penjumlahan, transformasi furit, segala macam, nggak bisa. Dia cuma tugasnya melakukan itu saja. Itu dua yang saya tahu, dua lainnya yang saya tahu. Jadi ada yang universal.

ada batik phantom niling, kemudian ada yang phantom simulator, dan yang kita sebut aja photonics tadi. Pertanyaan kedua dari Pak Hesky tadi ada juga ya. Silahkan Pak Hesky. Boleh lagi ya. Tadi Pak Andrian ini yang mencari hadamarket dengan order tinggi ya Pak ya.

Saya mungkin kelewatan tujuannya untuk apa ya Pak? Kemudian dibandingkan dengan yang di dalam Giski tadi kan kita punya hadamarket juga. Apakah di dalamnya juga ada matriks hadamarket?

Iya, menarik pertanyaannya. Jadi gini, kita pengen punya suatu, tadinya kenapa kita merancang problem untuk menemukan matriksa damar itu, tadinya sebagai benchmark. Jadi kalau ada komputer kuantum yang baru, dia klaim dia punya qubit sebanyak ini, kemudian dia punya...

koherensi sebesar itu atau kuantum volume sebesar itu. Nah, kita punya benchmark. Dia mampu menemukan matriks hadamat udah berapa.

Nah, mula-mula seperti itu sebenarnya. Itu semacam benchmarking atau itu mainan atau seriusnya. Nah, tapi ternyata kemudian kita tekuni ini, lalu ini problem yang menurut saya cukup menarik.

Karena hadamat yang sebenarnya nggak besar-besar amat, yang order 668, manusia itu belum ada yang tahu itu bentuknya kayak apa. Nah kalau kita bisa menemukan itu dengan komputer, itu kan kelihatan komputer kuantum itu kepakai loh secara praktis buat apa? Ya buat menemukan materi khidmat, salah satunya.

Buat memecahkan memfaktorisasi bilangan terima, yang lain. Nah ini semacam versi semacam itulah yang kita pakai. Lalu apakah sama dengan yang ada di komputer kuantum, yang dibakar khidmat?

Sama. Tapi yang gerbang Adamat itu hanya 2x2, Pak. Yang kita itu jauh lebih besar. Yang tadi yang kita temukan itu 92x92. Harapan kita bisa 668x668.

Jadi besar sekali. Terima kasih banyak, Pak. Terima kasih Pak Hesky juga atas pertanyaannya. Berikutnya Pak Abas Syahbana silakan untuk unmute. Terima kasih atas kesempatannya.

Selamat sore, Pak. Perkenalkan, nama saya Aba Syabana. Saya alumni S1 Fisika ITB tahun 2021, Pak. Oh iya, siap, Mas.

Gak apa-apa, Pak. Biasa kami panggil, Pak. Iya.

Jadi, di sini saya memiliki tiga pertanyaan. Mungkin mulai dari yang pertama dulu. Dijawab satu-satu ya?

Iya, Pak. Jadi, pertanyaan saya yang pertama terkait quantum key distribution. Setahu saya, quantum key distribution ini teknologinya mengirimkan salah satu state atau foton.

Nah, mengirimkannya ini bisa lewat kanal yang berupa fiber atau free space atau udara atau mungkin ke satelit. Nah, kalau menurut Bapak, kira-kira di antara dua opsi ini, mana yang lebih mungkin dikembangkan di Indonesia? Apakah yang menggunakan kabel fiber tadi atau yang channelnya melewati udara biasa?

Saya coba jawab ya. Yang paling gampang pakai fiber. Karena gangguannya kecil ya.

Gangguannya relatif kecil. Yang pakai udara itu, aduh ampun itu. Jadi dia akan ketemu berbagai macam partikel kan di udara. Nggak tahu itu debu atau kemudian molekul-molekul yang...

Kalau dia pas resonansinya, pas panjang gelombang itu diserap sama dia. Makanya dari sekian, kan sebenarnya sudah ada yang lewat udara, baik eksperimen dari gedung ke gedung. Kita ini grup ITB sama grup DRIEN ini sedang membuat proposal itu.

Membuat proposal itu suatu saat mudah-mudahan bisa bikin kuantum satelit sendiri. Tapi sebenarnya sudah ada. Jadi RFC, China itu sudah bikin yang misius itu.

Lalu Spectral, Singapura itu juga punya. Dia punya nanosat CubeSat, dia menyebutnya CubeSat, pakai Q. CubeSat tapi yang huruf awalnya.

Q, dari quantum cube set. Nah ini yang mereka, ya kalau tadinya kita kira bahwa yang satelit itu pakai gelombang elektromagnetik, kebetulan belum ada entangle particle di frekuensi segitu. Jadi ya tetap dia pakai foton.

Dukan saya dia pakai inframerah. Jadi yang paling gampang itu kan membelah foton di panjang gelombang ultraviolet menjadi dua ke gelombang yang inframerah, foton inframerah. Dia tetap ya, dia disalurkan lewat udara, ditangkapnya, bukan pakai parabola, tapi pakai teleskop. Pakai teleskop, diarahkan. Dia tracking ya, tracking secara terus-menerus ke arah satelit.

Dan satelitnya itu nggak bisa tinggi-tinggi amat, karena habis nanti fotonya. Dia pakai low-orch, orbit. Itu tantangannya luar biasa.

Jadi kalau pertanyaan seperti itu, ya kita pengen dua-duanya bisa. Tapi yang paling gampang pakai fiber. Iya, begitu mas. Silakan pertanyaan keduanya. Ini, baik.

Berarti terkait spektral tadi, spektral yang bekerja sama dengan lab quantum technology di ISTE itu memang spektral yang di Singapura ya Pak? Betul, betul. Yang dari CKT itu ya Pak? Iya, CKT. Lalu pertanyaan saya yang ketiga, mungkin ini lebih ke pertanyaan umum Pak.

bagaimana strategi agar teknologi kuantum ini bisa dikembangkan di Indonesia? Misal yang mungkin apakah dengan kerjasama dengan pemerintah atau dengan investor? Apakah dengan membuat teknologinya itu semurah mungkin?

Menurut Bapak bagaimana? Terima kasih. Ya baik, terima kasih. Pertanyaan menarik.

Saya juga ingin tahu jawabannya, bagaimana ini bagusnya? Kita mulai dari yang mana ya? Kita punya tugas masing-masing ya. Kalau saya di perguruan tinggi, ya dari inilah ya, riset dan teaching ya. Jadi mengajarkan.

Kita kan tahu itu penting ya, teknologi kuantum itu penting. Kalau kita nggak siap, ya sudah nanti kita ketinggalan lagi begitu. Apa yang bisa kita lakukan?

Ya riset ya. Riset, kemudian ngajari mahasiswa kita riset bidang itu, kemudian mengembangkan lewat perkuliahan begitu. Sementara kalau brain, ya melakukan inovasi ya, melakukan riset dan inovasi di situ.

Nah, cara yang paling cepat, ini kalau ada yang mau kerjasama ya, ya kita kerjasama dengan luar negeri, lalu minta diajarin, kalau boleh itu transfer of technology. Cuma kalau saya lihat, ini teknologi yang Amerika pun itu menganggap itu yang sangat strategis ya. Amerika itu sekarang hati-hati ya, bahkan dengan China itu mereka sudah hati-hati.

Saya kemarin baca artikel kerjasama mereka ya, di Nature itu ya. kerja sama mereka itu turun 20% gara-gara menganggap terjadi spionase. Yang nggak tahu ya, mudah-mudahan itu bukan satu halangan buat kita untuk belajar. Kalau teori, mudah ya. Teori banyak di buku, tapi ini ya, implementasinya itu yang kita perlu tahu.

Secara prinsipnya mudah ya, kita misalnya bikin particle, foton, oh dia dibelah, dimasukkan ke kristal yang non-linear, dia akan jadi dua. Tapi, Saya rasa kok enggak semudah itu ya, enggak semudah itu. Bahkan menurut cerita Singapura itu dia mem-bypass proses itu, dia beli yang sudah betul-betul teruji, dengan begitu dia bisa membuat lompatan, membuat satelit kuantum.

Jadi itu jawaban sementara saya, saya juga perlu masukkan-masukkan ini dari Bapak Ibu. Baik, suara saya terdengar ya? Iya, masih.

Kita lanjut ke pertanyaan berikutnya. Tadi terima kasih ya Pak Mas Abbas. Berikutnya dari Pak Adrian, silakan. Baik, terdengar suara saya? Jelas Pak.

Terima kasih Pak Adrian presentasinya. Saya sebenarnya ingin nanya tentang lebih ke arah teorinya ya. Sana. Quantum Beat itu kan sebenarnya Dia basisnya kan Basis dua ya Artinya dia akan gunakan di Level Quantum adalah Dia gunakan Quantum Number Karena sebenarnya di Quantum Quantum Number kan banyak Yang saya ketahui dia Pilih Quantum Number Untuk Spin Sehingga ada dua kemungkinan Jadi dia merepresentasikan sistem klasik dalam suatu kuantum dengan basis dual.

Sedangkan di kuantum sendiri itu banyak, kuantum number itu sebenarnya banyak kan, ada beberapa kuantum number. Nah, bahkan untuk yang spin sendiri itu ada yang basisnya bukan dua, bahkan ada yang tiga, yang secara umum itu dimiliki oleh foton. Di dalam resprimnya dia punya tiga kemungkinan state.

Nah, tanya-tanya dalam perkembangan... kuantum teknologi kuantum ini ada nggak yang yang mengerjakan untuk menggunakan foton dengan basisnya tiga jadi bukan 2-bit tapi tiga bit saya nggak tahu dia nyebutnya mungkin bukan kuantum bit ya karena basis kalau bit itu kan basisnya dua tapi ini saya nggak tahu nyebutnya apa tapi saya ingin informasi dari Pak dari Prof Adrian ada nggak perkembangan palingnya di level teori untuk teknologi kuantum dengan menggunakan basis tiga. Contohnya, kalau dia menggunakan photon dengan spin, kuantum number spin, dia kan punya tiga state sebenarnya.

Dan saya tadi dengar perkembangan di Cina kita menggunakan photonik. Tapi saya dapat kesan itu sepertinya meskipun dia state-nya digunakan oleh photon, tapi kuantum number-nya tetap dia punya dua state. Ya, ingin saya pengen ketahui, apa di Cina sudah menggunakan tetap quantum bit atau dia menggunakan basis number, basis bilangan yang lain. Ya, boleh saya jawab ya?

Silakan, Prof. Baik, jadi ada jawaban singkatnya. Ada yang... ke-4 ya bahkan pakai empat kalau tadinya cupid itu hanya 201 dan ya tentu saja setiap diantaranya ya superposisi segala macem ini ada empat level ada misalnya dia nyebutnya bayar butuh treat atau apa begitu ya jadi jawabannya ada cuman eh saya lihat itu belum mainstream ya belum mainstream orang mungkin lebih mudah ini problem dari komputer ini kan banyak ya kelihatannya orang akan fokus dengan dua state aja dulu ya dengan dua state dari sisi apa dari implementasi itu lebih lebih mudah ya relatif lebih mudah kemudian apa ya basicnya basic dari kan sebenarnya bukan kalau sudah masuk quantum computing itu bukan hanya fisik kan ya itu juga ke masalah algoritm ya algoritma-algoritma yang bisa dipakai untuk menguji atau mengimplementasikan atau yang akan diimplementasikan itu basicnya kan binary ya komputer kita juga berdasarkan binary jadi dugaan saya dugaan saya itu ya karena ya sudah lah kita selesaikan yang pakai dua setiap saja tapi tetap yang itu ada ada sih yang meneliti ya bukan mainstream tapi makanya fotonya dibantahkan polarisasinya ya Prof polarisasi misalnya horizontal ya itu Terus apa yang meningkatkan, meningkatkan diri. Yang superconducting itu ya, dia di level dasar naik satu begitu.

Baik, barangkali itu jawaban saya Ini mudah-mudahan masih bisa terdengar ya Ya baik, terima kasih Pak Terima kasih Pak Ardian dan Prof Andrian Ini mirip Pak Ardian dan Prof Andrian Silahkan berikutnya Pak Agung Triset Yarsho Halo Terdengar nggak suaranya? Terdengar ya Pak, silahkan. Assalamualaikum Pak. Salam Prof, Pak Duda Lakmani, 2 tahun belum ketemu.

Terima kasih Pak Amat Ridwan atas suara pendidikan. Mungkin saya tanya kepada Prof Smono ya Pak. Tanya kepada Prof Smono ya Prof. Jadi isu, ya pertama sekali lagi ya saya ingin mengucapkan selamat ya Prof dengan luar biasa publikasi Nature-nya. Langsung 2 nih. Kayaknya sebentar lagi hat-trick ya, Prof. Semoga kita semua bisa ngikutin, Prof. Nah, pertanyaan saya gini, Prof. Isu Hadamard Problem ini apakah...

ada isu dari aspek komputer arsitektur dan komputer sains ya Prof. Jadi misalnya kalau kita, misalnya ini Prof ya, yang kasus Ader. Ya Ader itu salah satu jagoannya itu kan Krista M. Sefor yang di Microsoft sekarang Prof. Saya penasaran apakah isu yang sudah Prof Suxmono kerjakan itu, apakah ada yang bisa kita kerjakan dari aspek. komputer networknya.

Karena kayak adder aja, mungkin Prof Susmano jauh lebih tahu kan ada adder atau ada carry adder, ada carry load adder. Nah, itu kan aja tuh, wah, dibawa ke kuantum tuh banyak lagi kompleksitasnya. Nah, itu apakah mungkin itu dulu ya. Saya ada dua pertanyaan sebut di latur sekalian aja, Mas Ahmad.

Satu-satu dulu. Oke, siap. Silahkan, Prof. Iya, baik.

Jadi gini, Pak Agung. Kalau apa ya, Hadamard Conjecture itu menarik ya. Kalau unsolved problem di matematik situ, itu selalu sepintas sederhana.

Jadi misalnya, Fermat Last Theorem, itu kan kalau A pangkat N ditambah B pangkat N sama dengan C pangkat N itu hanya berlaku sampai berapa ya, dua atau berapa begitu ya. Nah itu kan orang ratusan tahun ya. Itu kelihatannya simple begitu ya, cuman ternyata butuh...

waktu 100 tahun lebih barangkali untuk men-serve. Ini yang hadamat matrix conjecture itu juga sampai hari ini pun nggak ada yang bisa membuktikan, membuktikan benar atau ada counter example yang menyanggah si apa ya, sebelum jadi theorem dia itu kan harus jadi dugaan dulu ya, apa sih namanya, conjecture ya, conjecture. Nah itu kalau dari sisi sains, saya melihat disananya dia itu, seksinya disana. Lalu dari sisi aplikasi ya, kalau kita sambung-sambung, dia masuk ke dalam kode-kode ortogonal. Dan saya pernah itu lihat, apa ya, menganalisis, mungkin ada potensi juga ini bisa dipakai sebagai teknik kriptografi.

Jadi kalau kita punya matriks, ada mat yang ukurannya sangat besar, kemudian kita penggal begitu ya, beberapa vektor, lalu kita jadikan kunci. Nah orang untuk bisa menemukan penggalannya tadi. itu kan perlu komputer kuantum. Jadi sebelum komputer kuantum itu ketemu, kita bisa pakai itu sebagai suatu resource di dalam kriptografi.

Cuma itu tidak ada yang mengambil lebih lanjut. Itu baru jadi angan-angan saja. Lalu, betul sekali, saya juga pernah itu.

Karena saking penasarannya itu nyoba-nyoba berbagai macam cara dengan komputer klasik. Komputer yang ada sekarang, pakai klaster segala macam untuk... menghitung seberapa mampu sih menemukan matriksa damat itu. Itu mentok di 28, 28 x 28, kemudian ke 36 aja sudah susahnya setengah mati. Kalau kita pakai cara brute force, kenapa?

Dari situ sebenarnya saya mulai paham dampak dari pertumbuhan kompleksitas secara eksponensial itu. Ketika kita mencari yang of the 2, 4. kemudian 8, 12 itu ya dia bedanya sedikit di rantai sebentar gitu kelihatan lalu kemudian ke 16 ke 20, 20 itu mulai lama berjam-jam lalu 24, 28 itu mulai, wah itu sekian hari tumbuhnya luar biasa apalagi yang belum ketemu itu yang bikin orang penasaran kan 668 itu nggak tahu sampai kapan ya, sampai berapa Berapa tahun kita akan ketemu ya dengan cara-cara yang biasa. Bahkan dengan cara yang ada pun, yang sudah dimodifikasi, yang pakai cara turin tadi ya, kita temukan dari tanjurin, itu saya analisis kompleksitasnya.

Itu pakai komputer yang ada sekarang itu nggak sanggup gitu ya. Nggak sanggup ketemu. Nah itu jawaban sementara.

Saya mau naik ke pi boleh, Mas. Oke Tuan. Ya silahkan, sekaligus per kedua ya, karena masih ada yang ngantri bertanya. Oke, oke.

Saya mungkin anggapi Prof ya, ini terkait dengan mungkin nanti kolaborasi Prof ya, karena isu network ya Prof, quantum network. Dulu Prof Rodney Van Meter itu pernah punya dengan Prof Lukin, Mikhail Lukin dari Harvard. Mungkin bisa dibawa ke sana Prof, jadi misalnya ada suatu isu, big problem ya di dalam finding hard matrix tadi, dibawa kepada network gitu ya. Karena misalnya Ader aja Prof, Ader aja tuh ada rounds, roundsnya itu kompleksi traktinya tinggi itu, saya waktu di KU tentang itu Prof. Jadi bagaimana manajemen rounds Prof? Kita ke quantum gitu ya.

Iya, Prof. Jadi, nanti kita diskusi deh, Prof. Langsung, kalau langsung ada pepan tulis kan enak. Nanti saya kapan-kapan main BTV, Prof. Nah, jadi, isunya, Prof. Rotan Meter dulu pernah tuh dengan, lukin dengan Liang Jiang. Liang Jiang sekarang di Chicago, Prof. Di Chicago, nah itu lagi bintang. Kemarin yang Solve itu kan, Prof. Preskill, Prof. Kan mereka ketemu semua tuh, lukit, Liang Jiang.

Raksasa-raksasalah, mau ngulang Seperti yang meneskrodinger dulu Nah itu pada ketemu, Prof Aduh, saya sebetulnya banyak banget yang saya mau Saya komentari, nah itu mungkin bisa dibuat ke sana Nah, bicara tentang kolaborasi Di Amerika sendiri kan juga Raksasa semualah, di Amerika Ya ada Dugin, ada Martinis Ya ada Yamamoto Yoshihisa Yamamoto dari Stanford Nah, itu kita kayaknya Nah ini kan, aduh saya Cukup nih pertanyaannya Ya maksud saya gini Prof, kita harus memang secepatnya gitu. Secepatnya ya, ini kan Prof Sukmono kebetulan sudah punya big milestone ya. Semoga Indonesia bisa kena impact-nya lah.

Jadi seperti Prof Sukmono ini jadi kayak Jian Weipan ya Cina gitu loh. Mungkin itu dulu Prof, nanti semoga kita bisa obrol lagi Prof. Termasuk yang kemarin, yang Prof Itoh itu, yang Prof Yusli Prof. Saya akhirnya di kontak juga dengan Prof. Prof. Yusli itu dari Pak Darussalam dari KBRI Tokyo itu dapat. Oke Prof, nanti dulu ya. Nanti mungkin lanjut di chat.

Iya, nanti kita diskusi lebih detail lah. Off air. Mungkin itu dulu Mas Ahmad. Terima kasih Pak Gung Tri. Ya, Pak Fikri kami persilakan bertanya.

Iya, suara saya terdengar. Iya, silakan. Oke, terima kasih atas kesempatannya dan terima kasih juga kepada Profesor Adrian karena sudah menyampaikan teknologi kuantum 2.0 yang dimana sangat penting ya di tanah tanah juga Indonesia juga belum traduksi teknologi kuantum. Pertanyaan saya, saya ingin, saya kan sudah mengenal, mungkin cukup tahu lah mengenai teknologi kuantum ini, kompetensi kuantum setelah saya lulus yang satu di teknologi Kalimantan.

Saya sudah baca beberapa paper, salah satunya itu Quantum Logic Gate yang dimana terdapat pada Correctional Quantum Ergon Solver, CKE. Jadi CKE itu kan kita mau mencari energi terhadap dari suatu energi ikat. Saya ingin coba suatu eksperimen gitu.

Tapi saya bingung disini, waktu saya melihat paper-paper gitu kan, ada urutannya tuh seperti kayak cuma simulasi gitu, jadi misal menghitung-hitung terus meng-encode Hamiltonianya, terus kita meng-encode Hamiltonianya dengan cara kita membuat circuit, atau maksudnya membuat logic gate gitu, terus ditaruh aja ada mark, unit area gate, gate-gate. terus, swigate, terus-terusnya, sampai measurement gitu. Setelah itu satu-satu-satu sudah gitu.

Jadi saya bingung di sini, apakah kita perlu, apakah eksperimennya itu kita perlu alat-alat yang pecah-pecah gitu, misal kayak IBM, atau Google, AI Quantum, atau Ion Key. Ion Key itu perusahaan yang menerapkan quantum trap iron. Terus apakah kita butuh hal-hal yang begitu untuk memulai eksperimen? Atau kita mulai saja lah gitu?

Itu aja sih Pak. Apa boleh saya susun ulang ya pertanyaannya? Jadi tadi spesifik tentang VQA ya, Variational Quantum Algorithm.

Mas Fikri ini mencoba menjalankan sepertinya program VQA mengikuti tutorial ya kayaknya. Kemudian ketemu keluaran-keluaran tertentu. Terus akhirnya pertanyaannya adalah apakah keluarannya itu mungkin akurat atau tidak ya dan mengeceknya gimana dengan eksperimen?

Itu bukan? Bukan, eksperimen itu apakah butuh alat-alat canggih gitu atau kita minta izin ke yang punya program ini meskipun itu open source? Oke, apakah eksperimennya perlu minta izin pada yang punya alat-alat canggih meskipun programnya open source?

Silakan Prof. Andrian. Baik, terima kasih. Saya coba menangkap yang tadi disampaikan dan ditanyakan. Kalau pakai XSKIT itu jelas free, kita bisa pakai dengan gratis, asalkan kita bisa akses internet. Lalu beberapa prosesor di IBM dan juga mungkin di beberapa fabrikan yang lain, itu di-free, jadi kita bisa dengan mengubah tipe prosesor di dalam kodenya.

Jadi kita change device-nya dari yang tadinya simulator ke nama device itu kita bisa jalankan. Cuma kalau yang algoritma tertentu misalnya yang iteratif, saya enggak tahu apakah VGA yang dimaksud di sini itu iteratif atau tidak, tapi kalau yang KEOE, Quantum Approximate Optimization Algorithm, di mana kita tahu si qubit kita itu punya koherensi terbatas, sehingga kita tidak bisa terlalu dalam bikin circuit-nya. Jadi setiap kali kita run, waktu kita harus ukur, kemudian kita masukkan ke dalam suatu loop, sehingga dia melakukan adjustment, seolah-olah dia dibuat secara adaptif, mencari nilai optimum. Nah, yang seperti itu, sejauh ini saya tidak bisa. Saya sudah nyoba dan mungkin itu karena ada hue di sana.

Banyak yang menggunakan device yang sama. Setelah kita dapat luaran, Kita berhenti ya, berhenti pakai yang lain masuk itu. Pengguna yang lain masuk sehingga kita tidak punya waktu cukup untuk mengambil hasil yang tadi dan mengembalikan ke komputer kuantum. Nah, jadi kalau kita bisa punya eksklusif akses ke komputer kuantum, itu akan sangat membantu. Apalagi kalau kita bisa beli, lebih baik lagi kalau kita bisa bikin.

Dan tadi pertanyaan bagus ya, kita harus mulai dari mana? Ya adanya, resourcenya seperti itu ya kita pakai aja, kita kuasai sebanyak mungkin teknologi quantum itu dari sisi programming. Bahkan IBM itu menyediakan low level programming.

Jadi kita tahu kita pakai yang namanya apa ya, semacam plus. Kan sebenarnya operasi terhadap Qubit itu kita memerintahkan. puls dengan frekuensi tertentu periode tertentu ya panjang panjang reformnya tertentu itu akan jadi misalnya rotasi kalau dia diperpanjang misalnya jadi dan seterusnya itu ada program semacam itu itu kalau kita bisa memanfaatkan kita belajar cukup banyak Nah kalau bikin kalau mau bikin komputer kuantum sendiri ya lumayan susah ya mungkin mungkin bisa juga yang yang aneh yang yang fotonics ya yang fotonics itu saya pikir nggak terlalu ribet dengan sistem pendinginan.

Kalau mau yang pakai superconducting quantum interference device, itu kita harus bekerja dalam order miligelvin. Itu maintenance-nya mungkin juga luar biasa. Tapi kalau kita butuh qubitnya nggak terlalu banyak, kapan itu saya dengar di Cina itu ada startup yang menjual, menjual komputer kuantum. Setelah saya lihat, dia kayaknya qubitnya itu dari NMR, dari prinsip NMR. Jadi dia bulk.

Dari situ kita bisa belajar. Dia menyediakan paling cuma 2 qubits. Apa sih yang bisa kita lakukan dengan 2 qubits? Ya paling operasi dasar. Tapi kalau kita kemudian bisa memodifikasi si komputer kuantum yang dibuat China tadi, misalkan kita kemudian bisa menemukan, saya bisa pakai state yang ini sehingga seolah-olah dia bekerja dengan 3 qubit.

Itu sudah suatu perkembangan yang luar biasa. Siapa tahu suatu saat nanti Bapak-Bapak ini bisa bikin komputer kuantum yang semacam itu. Tapi menurut saya kita harus tetap berpikir ke arah sana bagaimana caranya supaya suatu saat kita bisa membuat komputer kuantum. Mudah-mudahan menjawab. Terima kasih, Prof. Andrian.

Begitu ya, Mas Fikri. Terima kasih atas pertanyaannya. Ini terakhir mungkin Prof mohon izin waktunya sedikit lagi. Dari Bu Seramika, izin bertanya, saya pernah mendengar tentang halting problem, Prof. Nah, apakah kuantum komputer bisa menyelesaikan halting problem atau adakah halting problem versi kuantum? Terima kasih.

Iya, mendalam pertanyaannya. Ini dari pertanyaan yang sangat menyesat dalam komputasi tentang halting problem. Saya cuma dapat info ya, saya mungkin nggak bisa menjelaskan secara detail, itu tetap tidak bisa dipecahkan dengan komputer kuantum. Jadi di dalam peta kompleksitas algoritma itu kita punya P, kemudian kita punya NP, non deterministic polynomial, kemudian ada BQP.

Kemudian ada kelas kompleksitas yang lain. Short factorization tadi, integer factorization itu masuk yang ke dalam satu kelas yang oleh komputer quantum itu mudah, dia polinomial. Tapi yang halte problem itu enggak, dia tetap tidak bisa dipecahkan.

Itu yang sejauh yang saya tahu. Mohon maaf kalau salah. Terima kasih.

Terima kasih banyak Prof. Andrian. Ini sebetulnya sepertinya masih ada yang antusias ini bertanya, tapi kami mohon maaf waktunya sudah habis lewat 5 menit dan memang kita selalu on time selama ini Alhamdulillah. Kita berterima kasih sekali pada Prof. Andrian ya yang telah meluangkan waktunya berbagi ilmu dan pengalamannya tentang riset teknologi kuantum. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua menambah pengetahuan ya. dan bisa mudah-mudahan kontribusi juga pada perkembangan teknologi kuantum di Indonesia.

Terima kasih banyak Prof. Antian atas waktunya sekali lagi, dan mudah-mudahan bisa ketemu lagi ya, minimalnya kolaborasi antar peneliti BRIN dengan STAY ITB. Juga nanti kita ada conference juga insya Allah ya, di bulan November. Jadi bagi Bapak Ibu... Sekalian yang ada di kolokium ini, bila ingin menghadiri konferensi teknologi, apa, sains dan teknologi kuantum pertama di Indonesia, insya Allah akan kami selenggarakan di bulan November, tanggal 22 sampai 24. Dan ya ini tadi, alhamdulillah, puncaknya kolokium ini bisa mencapai sampai 80-an peserta dan masih banyak yang bertahan di akhir dengan antusiasme tanya jawabnya tadi.

Sekali lagi terima kasih dan pada seluruh peserta kolokium juga terima kasih sudah menghadiri event ini. Kita tidak bisa menyelenggarakan kolokium ini kalau tidak ada partisipasi aktif Bapak-Ibu sekalian. Sampai jumpa ya di kolokium-kolokium berikutnya.

Semuanya mudah-mudahan bisa bergabung kembali. Baik, kita akan akhiri sampai sini ya. Jadi akan end meeting. Terima kasih semuanya. Sampai jumpa lagi.

Terima kasih. Terima kasih. Masukkan masukannya.

Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Demikian Prof. Andrian, sampai ketemu lagi nanti akan saya kabar-kabari via WA. Baik, saya end meeting for all.