Transcript for:
Pentingnya Pengukuran dalam Kehidupan

Intro Halo teman-teman, selamat datang kembali di channel youtube Gia Academy Semoga teman-teman selalu sehat dan terus semangat Pernahkah teman-teman menjahit baju di tempat jahit? Jika kita perhatikan, sebelum membuat pola dasar dari baju yang akan dijahit, biasanya penjahit akan mengukur beberapa ukuran di badan kita. Baik itu ukuran panjang baju, lingkar dada, lingkar leher, panjang lengan, Lebar bahu, lingkar pinggul, lingkar pinggang, dan juga lingkar pergelangan tangan kita.

Apakah teman-teman tahu alat apa yang digunakan oleh penjahit untuk mengukurnya? Besaran apa yang sebenarnya diukur oleh penjahit tersebut? Mengapa harus dilakukan pengukuran?

Pertanyaan-pertanyaan tadi akan kita bahas secara lengkap di video kali ini. Jadi di video ini kita akan belajar tentang pengukuran. Simak terus videonya ya.

Nah teman-teman, alat yang digunakan penjahit adalah meteran, sedangkan besaran yang diungkur adalah panjang. Penjahit tersebut harus melakukan pengukuran supaya ukuran baju yang dijahit pas dengan badan kita. Melalui pengukuran, penjahit dapat memperoleh nilai atau kuantitas panjang badan kita.

Jadi, Pengukuran adalah kegiatan membandingkan nilai besaran pada benda dengan nilai besaran pada alat ukur. Pada video kali ini kita akan membahas beberapa macam pengukuran sesuai dengan besaran yang diukur. Di antaranya adalah pengukuran panjang, pengukuran masa, pengukuran waktu, pengukuran volume. Pertama kita akan membahas pengukuran panjang.

Panjang adalah besaran fisika yang menunjukkan jarak antara dua titik. Panjang suatu benda dapat diukur dengan menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer skrup. Kita akan membahasnya satu per satu.

Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan paling banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. MISTAR memiliki skala terkecil 0,1 cm atau 1 mm. Untuk mengukur panjang benda dengan MISTAR, kita dapat menempatkan skala 0 MISTAR berimpit dengan salah satu ujung benda yang akan diukur. Panjang benda tersebut dapat dibaca pada skala MISTAR yang berimpit dengan ujung benda lainnya.

Pada gambar ini terlihat bahwa panjang benda yang diukur adalah 5,3 cm atau 53 mm. Bagaimana jika kita mengukur panjang benda tidak tepat di skala 0? Teman-teman bisa memperhatikan gambar berikut. Pada gambar terlihat bahwa bagian awal ujung benda berimpit dengan skala 4,7. Sedangkan bagian akhirnya berimpit dengan skala 9,2.

Maka untuk menentukan panjang benda, kita dapat menggunakan selisih skala akhir dengan skala awal ujung benda. 9,2 dikurang 4,7 sama dengan 4,5 cm. Jadi panjang benda pada gambar adalah 4,5 cm atau 45 mm.

Nah teman-teman, pada saat membaca mistar, kita juga perlu memperhatikan posisi mata yang benar. Seperti pada contoh gambar berikut, posisi mata yang benar saat membaca mistar adalah mata harus tegak lurus terhadap skala. Alat ukur panjang yang kedua adalah jangka sorong.

Jangka sorong lebih teliti daripada mistar. Selain untuk mengukur panjang benda, jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, dan kedalaman benda. Selanjutnya, kita lihat struktur jangka sorong beserta fungsinya. Pertama, rahang dalam. Rahang dalam yang terdiri atas rahang tetap atas dan rahang geser atas.

berfungsi untuk mengukur bagian dalam benda seperti diameter lubang atau celah Kedua, rahang luar Rahang luar juga terdiri atas rahang tetap bawah dan rahang geser bawah. Fungsinya untuk mengukur bagian luar benda, seperti diameter, lebar, dan panjang benda. Ketiga, pengukur kedalaman, yang berfungsi untuk mengukur kedalaman lubang suatu benda.

Keempat, pengunci. Baut pengunci memiliki fungsi untuk menahan rahang tetap pada tempatnya, sehingga objek bisa ditahan atau tidak terlepas, dan skala tidak bergeser saat akan mengukur. Terakhir, skala. Skala pada jangka sorong ada dua, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala utama memiliki fungsi untuk menyatakan hasil ukuran utama.

Terdiri dari skala utama dalam satuan sentimeter dan skala utama dalam satuan inci. Sedangkan skala nonius berfungsi untuk menambahkan tingkat akurasi ekstra pada pengukuran. Skala nonius terdiri dari skala nonius dalam satuan milimeter.

Dan skala nonius dalam satuan inci. Nilai skala terkecil atau NST pada jangka sorong tergantung pada jumlah garis skala noniusnya. Jika jumlah garis skala nonius adalah 10, maka NST adalah 1 mm dibagi 10 sama dengan 0,1 mm sama dengan 0,01 cm. Jika jumlah garis skala nonius adalah 20, maka NST adalah 1 mm dibagi 20 sama dengan 0,05 mm sama dengan 0,005 cm. Nah, bila jumlah garis skala nonius adalah 50, maka NST adalah 1 mm dibagi 50 sama dengan 0,02 mm sama dengan 0,005 cm.

0,002 cm Nah teman-teman Untuk menggunakan jangka sorong Kita dapat melakukan langkah-langkah berikut Pertama Cek dan pastikan bahwa pada saat Kedua rahang tertutup Skala menunjukkan angka 0 Agar tidak ada kesalahan pengukuran Kemudian, kendurkan baut pengunci dan tarik rahang geser ke kanan sampai benda yang ingin diukur bisa pas ditempatkan di antara rahang tetap dan rahang geser. Kemudian, letakkan benda yang akan diukur di antara kedua rahang. Pastikan juga posisinya sudah sesuai ya, teman-teman. Selanjutnya, tarik rahang geser ke kiri sampai mengapit benda yang mau diukur. Lalu, putar baut pengunci sampai terdengar suara klik.

Terakhir, baca dan hitung hasil pengukuran yang diperoleh. Selanjutnya, untuk membaca hasil pengukuran pada jangka sorong diperlukan nilai skala utama atau SU yang terletak sebelum angka 0 skala nonius. Nilai skala nonius atau SN yang tepat berimpit dengan skala utama sehingga membentuk garis lurus.

Dan nilai skala terkecil. atau nst dari jangka sorong yang digunakan pada gambar ini dapat kita lihat bahwa SU sama dengan 5,2 cm SN sama dengan 4 dan nst sama dengan 0,01 cm sehingga panjang benda dapat dihitung dengan persamaan SU ditambah dengan SN dikali nst sama dengan 5,2 cm ditambah dengan 4 x 0,01 cm Sama dengan 5,2 cm ditambah 0,04 cm Sama dengan 5,24 cm Teman-teman bisa memahaminya ya Alat ukur panjang berikutnya adalah mikrometer skrup Mikrometer skrup lebih teliti dari jangka sorong karena memiliki ketelitian 0,01 mm Mikrometer skrup dapat digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda yang tipis, mengukur diameter luar sebuah benda. Struktur mikrometer skrup terdiri dari landasan sebagai penahan benda, poros untuk menjepit benda yang diukur, bingkai sebagai penghubung landasan dengan komponen lainnya, kunci untuk mengunci poros agar tidak bergeser, selubung dalam sebagai lintasan selubung luar dan tempat skala utama, selubung luar sebagai tempat skala nonius yang dapat berputar dan bergeser. Roda bergerigi untuk membatasi pergeseran poros atau spindle berlebih terhadap benda. Dan terakhir, skala yang terdiri dari skala utama dan skala nonius.

Nah teman-teman, langkah-langkah yang perlu kita lakukan saat menggunakan mikrometer skrup adalah, pertama, menjepit benda di antara landasan dan poros serta menguncinya. Kemudian, Lihat satu ukuran skala utama yang berada tepat di samping selubung luar. Hasil pembacaan merupakan nilai skala utama. Dan skala nonius yang berimpit atau segaris dengan skala utama merupakan nilai skala nonius.

Dalam membaca hasil pengukuran dengan mikrometer skrup, juga diperlukan nilai skala utama atau SU, skala nonius atau SN, Dan nilai skala terkecil atau NST. Sama dengan jangka sorong, untuk menghitung panjang benda pada mikrometer skrup, kita juga menggunakan persamaan SU ditambah SN dikali NST. Pada gambar terlihat bahwa nilai SU sama dengan 9,5 mm, SN sama dengan 48, dan NST sama dengan 0,01 mm.

Sehingga panjang benda sama dengan 9,5 mm ditambah 48 dikali 0,01 mm sama dengan 9,5 mm ditambah 0,48 mm sama dengan 9,98 mm. Selanjutnya pengukuran masa. Masa adalah jumlah materi yang terkandung dalam suatu benda.

Masa dapat diukur dengan alat berupa timbangan atau neraca. Jenis-jenis timbangan atau neraca ini cukup banyak, diantaranya adalah neraca pasar, neraca tiga lengan, neraca digital, neraca duduk, dan neraca dua lengan. Di video kali ini, kita hanya akan membahas mengenai neraca pasar dan neraca tiga lengan.

Pertama, pengukuran masa dengan neraca pasar. Neraca pasar digunakan untuk menimbang benda-benda dengan masa hingga 15 kg. Neraca ini banyak dipakai oleh para pedagang di pasar sehingga disebut neraca pasar. Neraca pasar dikenal juga dengan timbangan duduk. Pada gambar terlihat benda dan anak timbangan diletakkan pada tempat yang berbeda.

Masa benda yang diukur dengan neraca pasar dapat ditentukan dengan menjumlahkan masa anak timbangan saat seimbang. Berikutnya, pengukuran masa dengan neraca tiga lengan. Neraca tiga lengan adalah salah satu jenis neraca ohaus. Fungsinya adalah untuk mengukur masa benda atau logam yang digunakan dalam praktik laboratorium.

Pada neraca tiga lengan, terdapat masa geser. yang dapat dihitung saat seimbang. Masa benda yang diukur dengan raca tiga lengan dapat ditentukan dengan menjumlahkan angka yang ditunjukkan masa geser saat seimbang.

Penggunaan raca tiga lengan contohnya saat mengukur masa sampel bahan untuk percobaan. Hasil pengukurannya seperti yang terlihat pada gambar. Maka, Untuk menentukan masa sampel bahan, kita cukup menjumlahkan nilai yang ditunjukkan pada setiap lengan Lengan 1 menunjukkan angka 100 gram Lengan 2 menunjukkan angka 40 gram Lengan 3 menunjukkan angka 2 gram Maka, masa sampel tersebut adalah 100 gram ditambah 40 gram ditambah 2 gram sama dengan 142 gram Sampai di sini, teman-teman bisa memahaminya ya.

Pengukuran besaran berikutnya adalah pengukuran waktu. Alat ukur waktu pada zaman dahulu berupa jam matahari dan jam pasir. Sedangkan pada zaman sekarang, alat ukur waktu yang digunakan telah berkembang dalam bentuk arloji, stopwatch analog, stopwatch digital, dan jam atom. Kali ini kita akan membahas alat ukur waktu. berupa stopwatch analog 2 jarum.

Jarum membaca stopwatch analog cukup dengan menjumlahkan bacaan jarum menit dengan jarum detik. Pada gambar, terlihat jarum menit menunjukkan angka 30, sedangkan jarum detik menunjukkan angka 9. Sehingga, waktu yang ditunjukkan adalah 30 menit ditambah 9 detik. Sama dengan 30 dikali 60 detik ditambah 9 detik.

Sama dengan 1800 detik. Ditambah 9 detik Sama dengan 1809 detik Terakhir kita bahas tentang pengukuran volume Pengukuran volume tergantung pada bentuk benda Untuk benda yang bentuknya teratur Dapat digunakan rumus volume dari benda tersebut Misalnya volume kubus sama dengan rusuk dikali rusuk dikali rusuk Untuk benda yang bentuknya tidak teratur dapat digunakan gelas ukur dan gelas berpancuran kita akan membahasnya satu per satu dengan menggunakan gelas ukur kita dapat menghitung volume batu terlebih dahulu gelas ukur diisi air seperti terlihat pada gambar 1 volume yang terlihat pada gelas ukur 20 cm pangkat 3 menjadi volume awal selanjutnya kita masukkan batu yang akan diukur volumenya Ternyata, pada gelas ukur terlihat air naik sampai angka 30 cm pangkat 3. Ini menjadi volume akhir. Maka volume batu adalah selisih antara volume akhir dan volume awal, yaitu 30 cm pangkat 3 dikurang 20 cm pangkat 3, sama dengan 10 cm pangkat 3. Jika kita menggunakan gelas berpancuran, maka volume benda sama dengan volume air yang ada di gelas ukur atau volume air yang tumpah.

Seperti pada gambar, terlihat bahwa volume air yang tumpah adalah 200 ml. Maka volume benda tersebut adalah 200 ml. Sekarang teman-teman bisa memahaminya ya.

Agar teman-teman semakin paham, mari kita selesaikan contoh soal berikut. Soal pertama, pada gambar terlihat 4 buah pensil dengan panjang yang berbeda-beda. Kita diminta untuk menentukan panjang pensil yang benar. Untuk menjawab soal ini, kita tentukan panjang masing-masing pensil dengan menggunakan persamaan akhir dikurang awal.

Pensil pertama sama dengan 7,9 dikurang 1,8 sama dengan 6,1 cm. Pensil kedua, 7,1 dikurang 3,5 sama dengan 3,6 cm. Pensil ketiga, 7,5 dikurang 3,0 sama dengan 4,5 cm.

Dan pensil keempat, 8,2 dikurang 1,6 sama dengan 6,6 cm. Jadi jawaban yang benar adalah D. Pada soal kedua, kita diminta menentukan gambar jangka sorong yang menunjukkan panjang diameter bola 6,23 cm.

Untuk menjawabnya, kita bisa menggunakan persamaan jangka sorong SU ditambah SN dikali NST. NST pada soal ini sama dengan 0,01 cm. Untuk gambar A terlihat SU 5,1 cm, SN 6. Maka panjang diameter bola sama dengan 5,1 cm ditambah 6 dikali 0,01 cm sama dengan 5,16 cm.

Sedangkan pada gambar B terlihat SU 5,2 cm SN 3. Maka panjang diameter bola sama dengan 5,2 cm ditambah 3 dikali 0,01 cm. sama dengan 5,23 cm. Pada gambar C, SU 6,2 cm, SN 3, maka panjang diameter bola sama dengan 6,2 cm ditambah 3 dikali 0,01 cm, sama dengan 6,23 cm. Gambar D menunjukkan SU 6,1 cm, SN 7. Sehingga panjang diameter bola sama dengan 6,17 cm.

Sedangkan gambar E nilai SU 7,1 cm SN 7, maka panjang diameter bola 7,17 cm. Jadi ukuran panjang dan gambar yang sesuai adalah C. Soal selanjutnya, kita diminta menentukan nilai ketebalan pelat yang diukur menggunakan mikrometer skrup.

Pada gambar diketahui nilai SU 8,5 mm, SN 18, dan NST 0,01 mm. Sehingga ketebalan pelat sama dengan SU ditambah SN dikali NST, sama dengan 8,5 mm ditambah 18 x 0,01 mm Sama dengan 8,5 mm Ditambah 0,18 mm Sama dengan 8,68 mm Jawabannya E Soal keempat Masa benda X diukur dengan menggunakan neraca 3 lengan Pembacaan skala neraca tersebut ditunjukkan seperti pada gambar A. Benda X tersebut kemudian ditimbang kembali dengan timbangan lain seperti pada gambar B.

Kita diminta menentukan masa benda Y. Untuk menjawab soal ini, terlebih dahulu kita tentukan masa benda X. Masa benda X adalah 100 gram ditambah 40 gram ditambah 2 gram, sama dengan 142 gram. Selanjutnya, kita bisa menghitung masa benda Y. Masa benda Y adalah selisih masa benda X dengan jumlah masa anak timbangan, yaitu 142 gram dikurang 100 gram ditambah 25 gram.

Sama dengan 142 gram dikurang 125 gram, sama dengan 17 gram. Jadi, masa benda Y adalah 17 gram, jawabannya A. Soal kelima, kita diminta membaca hasil pengukuran pada neraca 3 lengan Pada gambar, lengan 1 menunjukkan angka 400 gram Lengan 2 50 gram Sedangkan lengan 3 menunjukkan angka 6,5 gram Maka masa benda yang ditimbang adalah 400 gram ditambah 50 gram ditambah 6,5 gram Sama dengan 456 gram Jadi, jawaban yang benar adalah C.

Soal terakhir, Vina berangkat dari rumah ke sekolah pada pukul 6.45 WIB. Jika pembelajaran di sekolah Vina dimulai pukul 7 WIB, dan waktu perjalanan Vina dari rumah ke sekolah itu diukur dengan stopwatch seperti ditunjukkan pada gambar, Kita diminta menjelaskan apakah Vina dapat mengikuti pembelajaran tepat waktu atau tidak. Terlebih dahulu, kita tentukan waktu perjalanan Vina ke sekolah.

Waktu Vina sama dengan pembacaan jarum menit ditambah jarum detik. Sama dengan 3 menit ditambah 48 detik kira-kira 4 menit. Sama dengan 0004. Maka, Vina sampai di sekolah sama dengan 0645 ditambah 0004 sama dengan 0649 web.

Karena Vina sampai di sekolah sebelum pukul 7, maka Vina dapat mengikuti pembelajaran tepat waktu. Oke teman-teman, demikianlah pembahasan kita tentang pengukuran. Jangan lupa tonton terus video-video terbaru di channel kita ya.

Sampai jumpa di video berikutnya.