Transcript for:
Pengembangan Diri Melalui Intuiting

Oke, solver catur. Bismillah. Oke ya.

Oke, jadi solver D ini salah satu kepala cabang dari Steven Depok. Betul ya? Iya.

Assalamualaikum semua teman-teman. Bentar, saya spotlight dulu. Halo, selamat pagi. Suara kemana itu kok habis?

Biasanya suara aku kencang ya. Oke, sudah saya spotlight ya. Oke, Mbak De bisa ceritakan dulu.

Mengperkenalkan diri ke teman-teman ini ada 109 partisipan ya. Ini ada dari Aceh, dari Bengkulu, Balikpapan, Banjarbaru, Medan, seluruh Indonesia. Insya Allah, warga besar kita. Oke, tapi sebelumnya boleh ya aku disclaimer dulu ya. Disclaimer dulu.

Oke, terima kasih teman-teman semua. Terima kasih Solver, Catur, Solver, Ferry. Oke, baik teman-teman.

Terima kasih atas kedatangan teman-teman untuk banyak pengen tahu mengenai tweeting. Jadi hari ini sebenarnya niatnya saya lebih fokus. fokus sharing terkait intuitingnya. Gitu ya.

Ijinin Solver, Catur. Tadi Solver, Catur, nanyanya apa yang pertama? Memperkenalkan diri.

Oh, memperkenalkan diri. Oke, teman-teman, terima kasih semua. Nama saya Deusi Arsyani sebenarnya.

Cuman, kata Almarhum Maya Farid, saya tuh orang intuiting. Udahlah intuiting bolongan darahnya B. Jadi intuiting banget. Nah, namanya juga alhamdulillah cukup challenging. Kenapa cukup challenging?

Karena ketika orang menyebutkan nama saya pertama kali, itu nggak bisa langsung ngomong, siapa? Siapa namanya? Hampir 99 persen orang itu kalau kenal nama saya pasti akan nanya, siapa nama? Gak pernah sekali, pasti dua kali. Nah, akhirnya kebetulan dari ayah ngasih nama gitu ya.

Kamu tuh udah namanya susah, intuiting pula, golongan darahnya B pula. Jadi komplit gitu loh ya. Karena komplit, akhirnya diberi nama D.

D itu artinya sebenarnya dari bahasa Arab, cuman kok saya lupa ya bahasa Arabnya apa. Itu artinya adalah cahaya. Jadi, namanya masih saya pakai karena itu cukup membantu untuk saya terjun di dunia people development. Itu sih, teman-teman. Oke, kalau memperkenalkan diri, nanti mungkin sambil jalan ya, teman-teman.

Tapi yang jelas, saya ketemu Steven itu pertama kali. Saya lupa tahun berapanya ya, yang jelas saya WSL 1 itu sampai 2 kali baru saya mudeng ketika rapi-rapi file. Jadi pertama kali ketemu Steven itu, gue hera bukan ya?

Bentar, agak-agak lupa ya. Tapi yang jelas waktu itu saya nggak nyangka saya intuiting. Kenapa teman-teman?

Karena saya 20 tahun. ada di dunia akutansi dan pajak. Terakhir 15 tahun saya endingnya adalah tax manager di salah satu BUMN.

Dan itu puncak saya sudah beneran gak kuat menjalankan profesi yang gak gue banget. Jadi ketika ngejalanin Stephen, orang intuiting tentu berangkat dari hal yang besar. Intuiting nggak bisa berangkat dari hal yang kecil.

Dia akan selalu berangkat dari apa hal besar yang bisa saya manfaat besar, apa yang bisa manfaat besar yang akan saya bisa jalankan dari sebuah profesi. Nah, ketika saya menjalankan profesi sebagai terakhir di teks, saya merasa terkumpung. Saya merasa terkotak.

Saya merasa diri saya nggak ngerti. Saya merasa diri saya nggak bodoh. Waktu itu belum ngerti Steven ya.

Saya merasa diri saya nggak bodoh. Saya merasa saya punya banyak penelitian ilmu, tapi ruang saya terbatas. Terbatas di pajak. Pemberontakan itu cuma saya nggak bisa langsung landing, teman-teman.

Saya nggak bisa langsung landing, meninggalkan profesi saya. Jadi lebih dari tujuh tahun saya berada di komunitas bisnis. Itu cara saya untuk tetap menggunakan otak thinking saya.

untuk tidak langsung landing. Karena kalau ngikutin intuiting asli, saya berani banget saya akan langsung landing. Maksudnya landing itu dalam arti, yaudah nekat, resign, resign aja.

Itu yang salah satu kalau materi ayah dulu, materi terkait, apa ya, dulu, zamannya dulu, apa sih, Per, lupa namanya? Yang ayah bikin 100 hari itu. KKM. KKM, Kak. Yang enggak 100 hari yang ayah bikin tulisan setiap hari itu namanya apa?

Ya Allah, emang Masya Allah. Yang setiap hari ayah bikin tulisan? Enggak, salah nanya. Nanyanya ke Sol Percatur, Monyen. Telah.

Coba juga. Siapa tuh? Udah, udah kalau bingung. Apa namanya?

Telah. Apa namanya? Telah. Ya, telah.

Ya Allah, beneran. Telah. Kalau teman-teman lihat di salah satu tulisan mengenai...

Ya itulah intuiting tidak berani beneran nekat. Artinya masa lalu itu buat intuiting nggak ada artinya gitu loh. Ya kalau teman-teman ingat saya lupa cuma di telah yang mana gitu ya. Itu sebenarnya insight-nya dari cerita saya yang nekat meninggalkan sebuah posisi yang sudah comfort banget gitu. Nah itu ya teman-teman tapi kalau ceritanya pada dasarnya satu bersyukur buat teman-teman ya karena kan syukur dan sabar ya.

Dan bersyukur teman-teman sudah mengetemukan Steven. Kalau saya bertemunya di usia 40, teman-teman. Di usia 40, ya. Dan, oh itu dia telah ayah.

Dan di usia 40, dan saya baru starting membangun habit saya, ya. Itu di usia 40. Jadi, teman-teman, kalau saya... Boleh flashback ke hidup saya, andai kan saya, tapi nggak boleh berandai, andai sebenarnya sebagai seorang musim ya.

Cuma kalau saya mau pakai hitungan angka gitu ya, kalau saya sudah jadi intuiting di usia 20, ini hayalan saya teman-teman ya. Hayalan saya nih, hayalan saya adalah kalau saya sudah starting di usia 20, hayalan saya saat ini teman-teman, saya udah banyak bikin film-film. yang rasain tweeting dan itu film-film yang berbau Islam.

Sebenarnya mimpi besar saya itu ya. Tadinya. Tadinya.

Tadinya. Masya Allah. Tapi kan masih punya daya dan upaya kan untuk membuat film kan? Kayaknya...

Berkolaborasi lah. Berkolaborasi. Berkolaborasi. Kayaknya saya lagi mau menjadi tweeting yang... realistis dulu saat ini.

Oke, baik. Stop for day. Oke. Kan tadi sudah ketemu mau musim 40 tahun ya. 40 tahun.

Ya, starting ini musim 40. 40. Terus menjalani Steven sampai saat ini gimana? Enjoy atau? Oke, ngejalanin Steven. Tapi nanti aku izin sharing ya terkait in-tweeting nanti.

Karena aku kalau nggak ada slide, slide itu baku membantu dalam soal memori. Sudah jadi co-host? Jadikan co-host dulu. Boleh.

Teman-teman, so far ngejalanin Steven, tentunya mengalami turbulensi terhadap konsep Steven itu sendiri. Saya gak mungkin ceritain detailnya Seperti apa turbulensi terkait Konsep Steven Cuman ada insight atau hikmah yang mungkin Saya bisa sharing ke teman-teman Itu sih yang ingin saya sharing ke teman-teman Terkait insight atau hikmah Di konsep Steven Oke boleh aku share sedikit materi Soal percatur sedikit aja Terkait tadi ya bagaimana Tadi pertanyaan soal percatur itu Sebenarnya Ada hubungan dalam hal Oh belum Silakan, silakan. Belum saya, belum solver?

Eh, sebentar. Udah, udah, udah. Udah ya?

Udah, udah, udah. Oke. Ini maaf, aku langsung bikin judul Intuiting Cerdas aja. Oke, tadi perkenalannya aku intuiting esterofat ya teman-teman, golongan darahnya B, terus aku punya dua anak insting, Masya Allah, doain ya biar mereka jadi insting-insting yang beneran soleh banget. Oke, baik.

Nah ini tadi kenalannya udah karena waktunya terbatas, saya lebih mau fokus ke bukan diri saya, saya pengen lebih fokus ke insight terkait intuitingnya sendiri. Ya kenapa? Karena harapannya agar kita sebagai intuiting, jadi... Bisa mengatur strategi, bagaimana mengatasi challenging kekurangan, dan bagaimana mengoptimasi intuitin yang cerdas tadi.

Nanti kita kenalan lebih jauh, gampang ya. Oke teman-teman, cuma di sini saya hanya ingin memberikan dudukan kembali. Ketika kita belajar Stephen. Sebenarnya kita lagi berada di posisi yang mana? Kenapa?

Agar kita bijak dalam menggunakan konsep Stephen ini. Kenapa? Karena kita juga tidak bisa menggunakan, kan kadang kita tidak bisa pungkiri, kita bertemu dengan orang-orang yang, ih dia itu apa-apa Stephen banget sih.

Itu omongan yang udah, apalagi saya di dunia trainer ya teman-teman. Saya tuh di dunia trainer, walaupun saya fokusnya corporate ya teman-teman. Jadi kegiatan utama saya lebih ke training, coaching, facilitating, tapi target marketnya corporate.

Dan ketika masuk pintu masuk, Steven itu masuk, terakhir saya baru aja ngetes Steven untuk di Ropum, ke Mendikbud. Masya Allah. Itu saya nggak ngerti gimana ceritanya. Katanya orang Femendikbud, birohukum itu, menelpon katanya hampir semua nomor telepon di web di Google.

Padahal di Google itu web Stephen banyak banget ya. Kodaru lah katanya itu nggak ada yang bisa dihubungin. Kan nggak mungkin ya webnya solver Ferry nggak bisa dihubungin. Secara web solver. Stephen Brand itu sangat aktif gitu loh.

Itu saya sampai bingung dibilang begitu. Itulah Masya Allah. Saya sampai, nggak mungkin dalam hati.

Apalagi Stephen apa yang paling di top of mind lah kalau bicara Stephen. Stephen Family, Stephen Brand. Wah, gue angkat nih, Per.

Gue jualan nih, bantuin lo, Per. Ini kok bisa? Dua itu yang kata kalau kita bicara Stephen, itu dua yang muncul ya. Jualan-jualan. Gue bantuin tuh, Fer.

Bisa dihubungin gitu. Jadi oke, balik ke yang utama. Akhirnya dapetnya nomor saya.

Itu pun bukan dari web loh. Bukan dari web. Saya nggak tahu lupa saya dari mana.

Jadi ketika saya masuk ke pintu Stephen D. Corporate, memang kita nggak bisa masuk dari pintu HR. Belum, bukan tidak. Belum.

Belum bisa masuk dari pintu HR. Itu yang kita harus examine, kita terima saat ini kondisinya. Tapi bukan berarti kita berkecil hati, teman-teman. Masuklah dari pintu angle family atau pintu divisi. Kalau dari pintu family, cara masuk angle, Steven, ini yang saya rasakan pengalaman pribadi.

Saya enggak tahu, teman-teman, karena teman-teman yang lebih aktif menjalankan, Steven. Itu pentingnya kalau bicara marketing kita tahu target market kita siapa. Kembali karena saya intuiting pasti akan bermainnya di strategic marketing.

Saya tahu banget target market saya siapa. Sehingga honestly saya secara pribadi sampai sekarang belum pernah main ke sekolah. Saya pribadi ya, bukan sebagai yang punya cabang.

Saya mainnya beneran berusaha main di middle up. Kenapa saya main di middle up? Sekali lagi, saya intuiting, main kualitas.

Kenapa? Karena sekali saya ketemu klien, saya minimal 3-4 jam. Karena intuiting begitu.

Kalau kata Makamonde, pengennya semua dikeluarin. Bener nggak, Fer? Pengennya semua dikasih. Nggak ada yang perlu diumpet-umpetin. Justru senang banget kalau semua bisa dikasih.

Tapi kita sadar diri. Klien itu butuh waktu buat mencari. Tidak mungkin jadi intuiting sejati, semuanya mau dikasih. Kita harus sadar klien butuh waktu buat mencerna.

Itu perlu dicacah. Nah, jadi teman-teman, pintu masuk saya, ini cara saya ya, strategi pribadi ya, bukan secara cabang. Secara pribadi, saya main di kelas atas.

Kenapa? Karena biasanya di kelas atas, kita akan ketemu orang-orang yang punya posisi di perusahaan. Benar nggak? Pintu masuknya coba dari situ.

Kalau teman-teman mau mengarah ke korporat. Kenapa? Karena banyak ya, antara teman-teman yang saya dengar pasti pernah ada. Itu contohnya yang Steven Genetic mana, saya lupa ya, katanya. Pintu masuknya dari family kan?

Ya, sama. Saya juga beberapa masuknya dari pintu family. Kenapa? Tapi masuk langsung ke divisinya. Nggak lewat HR. gitu ya, kalau untuk korporat, jadi tetap ada peluang untuk pintu masuk ke korporat, tenang aja, dan satu lagi teman-teman, saya dapat clue nih yang bikin semangat teman-teman, mana tahu ya saya baru dapat clue kemarin dari salah satu orang, Kemendikbud kalau yang berbau pemerintah, kalau yang berbau pemerintah nih, ya mudah-mudahan teman-teman bisa nambahin nih, kalau emang ada yang kerja di pemerintahan, kalau yang berbau pemerintahan insya Allah lebih terbuka ya Lebih terbuka dengan tes-tes di luar psikotest.

Mudah-mudahan itu menjadi penyemangat buat teman-teman. Saya sendiri, oh gitu ya, kalau di pemerintahan tidak terlalu terkotakkan dengan psikotest. Sip, balik ya teman-teman.

Oke, balik. Nah teman-teman, sebenarnya ketika kita bicara konsep Steven, kita ingat kembali, kita lagi bicara adalah marifah nafas, kita lagi bicara mengenal diri kita, sampai ada sebuah hadis yang teman-teman selalu mungkin menggunakan, siapa yang tak mengenal dirinya maka tak mengenal Allahnya, padahal itu sebenarnya bukan hadis kuat, bukan hadis sohe tapi bolehlah teman-teman pakai untuk penyemangat nah, disini kita mengenal marifah nafas Berikutnya adalah mengenal Allah. Terus takmil anafas, bagaimana kita mengembangkan jiwa kita. Taskiah anafas adalah bagaimana pembersihan jiwa. Karena sunatullah jiwa kita ini memang tidak luput dari adanya dosa, adanya kesalahan.

Dan di sini semua stipin bermain di semua angle ini teman-teman. Dan terakhir adalah bagaimana kita dalam membangun akhlak. Nah, teman-teman nggak tahu, teman-teman silakan bantu untuk metain.

Kalau saya jujur saat ini lebih ingin menguatkan dari sisi keilmuan agama saya, biar saya bijak dalam menggunakan konsep stripping. Nah, ternyata setelah saya petakan, ternyata kalau bicara soli ini salah ya, personality dan mentality. Ternyata ada di level yang ini, tamil an-nafas. Sorry, ini salah tulis ya.

Dan ketika bicara tazib al-akhlaq, ini bicara di morality dan spirituality. Ya, kita lihat lagi ya. Ini ya teman-teman, walaupun teman-teman pasti sudah jago ya ini. Jadi di sini kita melewati fase-fase ini teman-teman.

Ini yang membuat saya jadi ingat apa yang dikatakan ayah. Kita nggak mungkin ya langsung dari level personality ke spirituality. Nah ternyata petanya pun di dalam konsep Islam, terutama Al-Ghazali, ini ilmu Al-Ghazali teman-teman, karena dia bicara bapaknya psikologi, Al-Ghazali adalah bapaknya kalau bicara dunia psikologi. Sebenarnya Al-Ghazali adalah salah satu referensi yang Masya Allah, yang patut kita pelajari. Dan saya pelajarin ini justru setelah saya mengenal konsep sedikit.

So, insight-nya teman-teman adalah... Kenali dulu ini yang pertama. Agar kita bijak menggunakan konsep statement-nya. Oke. Nah, ketika kita bicara marifahan nafas, teman-teman.

Ini adalah bicara kolbu, teman-teman. Dan fitranya kolbu itu bertauhid. Fitranya kolbu itu bertauhid, teman-teman. Saya lagi bertauhid.

Bertaufid. Imrinding itu yang ngomong ini. Yang fitranya kita itu bertaufid pada Allah. Tapi pada saat kolbu itu diinjek ke dalam jasad kita. Jasad kita pun punya fitrah.

Ternyata jasad kita dikasih fitrah sama Allah itu syahwat dan awan nafsu, teman-teman. Di mana fitranya jasad yang memiliki syahwat dan awan nafsu itu. mengajaknya untuk cinta dunia.

Sya-wa dan hawa nafsu lah yang dia menyelimuti si kolbu untuk ngajak gak bertauhid. Nah, terus teman-teman, disinilah saya ingin menarik benang merahnya ke konsep Stephen. Kenapa tadi saya bilang bijak? Karena kenali dulu agamamu dengan baik. Lu bicara konsep steaming.

Karena sekali lagi, konsep steaming ini ilmunya manusia. Jadi di mana kita, menurut teman-teman, personality letaknya ada di mana nih? Potensi genetik letaknya ada di mana? Kalau menurut saya ada di sawah dan awan nafsu. Namun bagaimana kita membawa sawah dan awan nafsu ini, yang salah satunya adalah personaliti genetik kita, itu agar berpaukit kepada Allah.

Itu tugas kita. Karena sekali lagi tugas kita di muka bumi ini adalah waktunya. Wakilnya Allah.

Kuperintahkan manusia dan jin untuk beribadah kepada Allah. Kuperintahkan manusia dan jin untuk beribadah kepada Allah. Saya lupa ayatnya. Dalam bentuk apa?

Jadi wakilnya Allah. Itu tugas besar kita. Itu legacy kita. Kita tuh lagi dimanakan Allah jadi wakil.

Subhanallah. Dan konsep stefin membantu kita untuk menjadi wakilnya Allah. Itu dudukannya. Kalau kita enggak arahkan diri kita sebagai wakil Allah, nanti teman-teman menggunakan konsep stefin ini jadi enggak bijak.

Oke. Nah, balik nih. Nah, teman-teman, jadinya di sini Ini teman-teman ada satu hal terkait teori yang sangat terkenal.

Ini sering dipakai di ilmu produktivitas dari teorinya Kotlewin di equation. Ini juga buat teman-teman, saya mudah-mudahan teman-teman pasti insya Allah juga banyak tahu, tapi izinkan saya, Pak Fakir Ilmu ini untuk sharing lagi mudah-mudahan. Mungkin sudah ada yang tahu, mungkin belum ada yang tahu. Jadi, behavior atau perilaku itu. itu adalah banyak aspek yang mempengaruhi perilaku kita, baik internal maupun eksternal.

Nah, internal itu adalah personality. Karena kita menggunakan konsep Steven, kita anggap personality ini adalah personality genetic, yaitu konsep Steven dengan hasil test Steven, dan kita sensing, thinking, intuiting, feeling, dan instinct. Tapi yang mempengaruhi secara internal bukan personaliti genetik kita saja, tapi skill dan knowledge kita.

Skill dan knowledge pun sangat bergantung bagaimana kita tinggal di lingkungan yang 80% seperti apa. Very intuiting, saya intuiting. Tapi skill dan knowledge kita beda. Attention kita beda. Decision kita beda.

Attention bisa sama, karena mungkin... Saya yakin teman-teman disini frame-nya sama, kita adalah wakil Allah, kita menyadari kita adalah khalifah. Belief kita beda, value kita beda.

Nah itu baru faktor internal. Belum faktor eksternal. Apa faktor eksternal?

Kapan? Dimana? Sama siapa? Wah ini boleh kena nih. Dimana?

Siapa? Itu pertanyaan orang feeling ya. Nah jadi teman-teman, ini yang juga bisa bantu kita ngejawab kenapa misalnya, ah aku intuiting misalnya, tapi kok aku nggak kayak gitu? Ya iyalah. Walaupun sidik jarinya sama-sama intuitingnya, tetap aja outcome-nya nggak akan sama.

Behavior yang dimunculkan belum tentu sama. Udahlah golongan darahnya beda, kapasitas hardware-nya beda, jenis kelaminnya beda, lingkungan 80%-nya beda, attention-nya kita beda, decision-nya kita beda, belief kita beda. Value kita beda. Jadi nggak akan benar yang dibilang, nggak akan pada manusia yang benar-benar sama. Nah, ini mudah-mudahan sedikitnya kurang lebih membantu teman-teman buat membantu banyak pertanyaan seandainya misalnya dia merasa tidak tervalidasi dirinya sebagai intuiting.

Karena konteks hidupnya kita, setiap orang itu beda-beda. Ya, itu sih. Oke, solver catur. Boleh dilanjut lagi nih.

Silakan. Baik, terima kasih. Belajar luar biasa ya malam ini. Oke, biar lebih interaktif. Teman-teman ada pertanyaan, silakan langsung.

Bisa di kolom chat atau ini apa nih? Jadi penjelasan begitu di mana akurat personality ditetapkan di rumpusan Stevennya solver. silahkan dijawab sobel dimana akuratnya personality yang ditetapkan di rumusan Stevennya sobel gimana bisa bantu aku untuk mengejawantakan rumus yang terakhir coba ditampilkan rumus terakhir maksudnya gimana jadi Steven itu kan akurat Terus Ini kan akurat ya Steven akurat Cuman memang kadang Kenyataannya seperti D sendiri Kan diakutansi Dipajak Akhirnya gak kuat Balik ke jalannya Kembali ke jalannya yang benar Tupat profesi Yang ditanyakan mungkin itu Jadi Benar-benar 100% istilahnya itu bahwa Steven itu benar-benar, kalau kita kembali ke fitrah kita, itu benar-benar powerful.

Berapa? 20 tahun ya? 20 tahun dipacek ya?

Iya, oke. Kalau saya membahasnya dari Mbak Dian Anggriani itu mungkin ya. Oke, teman-teman kalau bicara. kan kita sepakat ya kalau Steven ini bicara fitrah.

Nah, teman-teman ingat kan yang segitiga piramidnya Steven yang strata genetik paling tinggi itu kan jadi selamin ya. Nah, bicara fitrah sama dengan mesin kecerdasan. Misalnya, fitrahnya perempuan.

Misalnya nih ada perempuan hebat banget nyari duitnya. Wanita independen kalau zaman sekarang ya. Konten-konten mengenai wanita independen. Tapi dibalik independen perempuan itu, sebenarnya fitranya pengen dinafkai nggak?

Tanya semua perempuan independen itu. Aslinya mereka mau dinafkai. Membutuhkan laki-laki juga ya.

Betul. Boong sebenarnya. Pasti kalau ditanya, nyari uangnya buat apa?

Aktualisasi diri. Kalau beneran nafkain keluarga itu mah kepaksa. Bukan kepaksa ya.

Tepatnya ya sudah karena keadaan. Nah sama dengan fitrah, teman-teman. Fitrahnya saya sebagai rank tweeting, akhirnya memberontak ingin balik ke fitrah. Bukannya nggak bisa.

Sekali lagi, Steven itu bukan bicara bisa-nggak bisa ya, teman-teman. Kalau sekedar biaya cara bisa dan nggak bisa, nggak usah testifin. Kalau hidup mau mengalir begitu saja.

Karena di sini adalah bicara ilmu optimalisasi. Jadi ketika bisa, bisa nggak saya ngejain pajaknya? Bisa lah. Sampai bilang nggak bisa, toh saya masih punya otak thinkingnya 40%. Peri dulu IT ya, Per?

Nah bisa tuh. Tapi kenapa tuh resign, Per? Apa, Per? Nggak kaya-kaya gue. Nggak kaya-kaya.

Nggak kaya-kaya. Jadi saya risan lebih karena memberontak, karena fitranya saya nggak dapet. Apa fitranya saya? Fitranya saya maunya merancang, maunya exploring, maunya perubahan, maunya transformasi.

Ini saya bahasa-bahasa korporat ya. Kenapa? Karena kan waktu itu saya di korporat.

Yang berhubungan dengan intuiting itu apa korporat? Transformasi. Ya perubahan.

Itu terkait dengan korporat ya. Dan itu saya nggak dapetin di pekerjaan saya. Karena pekerjaan saya adalah lakukan sesuai aturan.

Lakukan sesuai aturan. Lakukan sesuai aturan. Nggak gue banget ya. Nggak gue banget. Nah itu fitrah.

Nah fitrah itu ya, kalau saya dulu tuh begini. Sebelum umur 40 tahun, karena kan kita sama-sama tahu ya. Kalau dalam hukum Islam itu 40 tahun, the life is beggin.

Nah, sebenarnya itu kan ada ya di teori barat, the life is beggin at 40. Itu sering banget kita dengerin quote-quote itu. Tapi sebenarnya, mohon maaf karena saya Muslim, itu ada di dalam Al-Quran. Jadi, saya ya sudah usia segitu, saya sebenarnya kembali ke fitrah.

Kembali tobat profesi ya. Maka bukunya apa bukunya? Zona Profesi.

Oh, Profession for Life. Sampai lupa buku sendiri. Oke lanjut. Itu sih.

Jadi paham ya bahwa genetik itu fitrah. Dan Ayah Farid sendiri ngatakan bahwa kalau kita benar-benar selaras dengan genetik kita, itu sangat-sangat powerful. Seperti Mbak. Solver Day sekarang ini kan luar biasa.

Kemarin ke Malang, ke Banyuwangi, ke mana? Masya Allah, luar biasa. Tapi itu lebih banyak skill ya, Mas Salver Catur.

Iya, tapi memang kan transformasi. Intuitingnya dapat, intinya. Bagaimana cara menangani anak yang diam?

Tidak mau bicara sama gurunya padahal kalau di rumah. Ini anak intuiting ya, kita fokus intuiting kan? Iya, setelah tes intuiting.

Kok diam aja di sekolah, padahal dia di tes di tweeting. Oh, oke. Kalau di rumah, biasa ngobrol ayah bundanya. Baik. Oke.

Ini ya, teman-teman. Golongan darahnya apa, Bu? Tetap ya, saya akan nanya secara utuh ya.

Kita melihat semua aspek dengan rigid ya. Nggak asal jawab, mohon maaf. Saya harus tahu semua kondisinya.

Golongan darahnya apa, pertama? Kalangan darah apa Bu? Usri. Padahal O ya. Baik.

Usianya berapa? Usianya berapa? Baik.

6 tahun. 6 tahun. Kalangan darah O ya.

ibunya apa ibunya? Ini Bu Sri ada nilai test? Aset test titiknya apa?

Ibu bapaknya apa? Kalau bisa dapat ya datanya terus tidak mau ngobrol ini hanya sesekali atau anytime. Datanya harus distinktif ya teman-teman agar kita ketika ngasih masukan nggak nggak salah.

Nggak salah ya. Jadi analisanya kalau anak memang Gak mau ngobrol itu kan Akar masalahnya dimana Apakah gurunya Tidak nyaman Oh orang tuanya Sufer Karena di sekolah Itu masalah Terus akhirnya gurunya Mengatakan kayaknya ada kelainan Terus tetangganya bilang Coba aja dites dulu Disana itu ada Stephen Di pojokan Di STP Terus akhirnya dibawa ke kantor saya, dites. Hasilnya itu intuiting, tapi orang tuanya belum bisa tes. Oke, baik.

Ijinkan saya berbasis pengalaman pribadi ya Ibu ya. Baik. Basis pengalaman pribadi sebagai intuiting, karena saya intuiting gelongan darah B, saya intuiting banget.

Oke. Apalagi ini ya gelongan darahnya O. Baik begini, ingat kata kunci kuadran begini. Kalau sensing, Ingat sensing itu tugas dan hasil.

Thinking, tugas dan proses. Intuiting, proses dan kenyamanan. Feeling, kenyamanan dan hasil. Ingat kata kunci kenyamanan. Kenyamanan ini adalah sesuatu yang pada dasarnya buat orang kanan adalah sesuatu yang penting.

Nah, kalau bicara kenyamanan, saya rasa anak ini tidak nyaman. Di sekolah? Dengan di sekolahnya.

Karena saya juga begitu, Bu. Kalau saya di area-area yang saya tidak nyaman, saya tidak bisa jadi intuiting. Saya akan orang intuiting seperti apa? Dia seperti menarik diri, ingat. Asosial.

Asosial, menarik diri. Kalau yang dirasa, ruang lingkupnya itu, pertama, nggak membuatnya nyaman. Kedua, menekan. Kalau intuiting itu, kenyamanan dan proses.

Saran saya untuk dites dulu orang tuanya, Bu, karena orang... 80% itu kan mempengaruhi. Jadi Bu, betul. Intuiting itu kalau nggak nyaman, sama tertekan, percaya.

Saya pernah melewati ini berapa tahun kemarin, Masya Allah. Nggak nyaman, ditekan, itu berat. Pada waktu saya megang pajak, teman-teman, kenapa saya bisa bertahan 15 tahun megang pajak, teman-teman?

Pasti teman-teman bingung kan? Sebenarnya waktu itu saya, kalaupun gak resign, juga gak ada masalah sih. Sebenarnya gak terlalu memberontak banget, karena harus realistis.

Waktu itu dua anak saya masih sekolah. Karena dari hari pertama saya kerja, dari hari pertama saya kerja, padahal megang pajak, waktu itu masih staff ya, hari pertama kerja waktu itu ya, staff. Saya tidak pernah didirect. bagaimana cara kerjanya. Itu tuh, itu iting banget.

Saya tidak pernah didirect bagaimana cara mengerjakan pajak. Saya exploring sendiri. Kebayang karena waktu itu bos saya lagi urgent nyari orang karena waktu itu harus ngejain SPT tahunan. Bayangin SPT tahunan BUMN. Dan dia mau dua hari lagi cuti istrinya melahirkan.

Jadi saya mengeksplorasi. Jadi tidak ada tekanan ya? Tidak ada tekanan. Dan kedua tanpa direction. Sampai hari terakhir saya kerja, saya tidak pernah didirect.

Saya akan datang ke bos saya kalau saya butuh nasihat. Kalau saya butuh, ya tetap kan ada alal yang sifatnya struktur ya. Nah itu saya butuh pandangan, nasihat, butuh masukan, butuh pendapat. Nah itu akan saya datang. Nah itu yang membuat saya masih bisa bertahan menggang pajak selama 15 tahun.

Jadi kalau sensing tugas dan hasil. Berarti kalau kita punya asisten in tweeting, berarti dibuat penyamanan. dibiarkan saja karena kadang-kadang itu idenya sendiri yang betul tapi diarahkan bu ada aturan besarnya ada bu aturan-aturannya ada nanti seangka PDW Bu jangan juga jangan juga harus ada rumah besarnya harus ada framework besarnya dia boleh boleh sampai dimana nanti hilang arah hai hai Harus sabar Bu Kalau itu itu harus sabar Ya siap siap Terus bagaimana ini Si anak intuiting ini minta bantuan untuk membimbing, minta bantuan untuk ngelesin gitu.

Nah sedangkan yang ngelesin disini sama-sama intuiting, kira-kira bisa masuk apa enggak? Masuk, masuk. Intuiting sama intuiting tuh guru yang baik, Bu. Ya, kalau intuiting sama intuiting, teman-teman kita kan membutuhkan coach, kita kan membutuhkan mentor, tapi kita juga membutuhkan guru. Kalau guru itu sebaiknya sama.

Sama-sama MK-nya. Sama-sama hasil tesnya. Baik, terima kasih Ibu.

Ini pertanyaan lagi dari Bu Risma Mbak Lampung. Sama-sama. Sama-sama. Mau tanya solver.

Anak saya IE, usia 13 tahun. Cowok golongan darah AB. Kurang akur, sering berantem. adu argumen dengan adiknya yang TE golongan darah B.

Anak nomor satu dan nomor tiga saya ibunya IE golongan darah B. Memang, silahkan Sobore. Oke, kurang aku sering berantem adu argumen dengan adiknya TE.

Oke. Kalau ini jawabannya rasanya Bu Risma udah tahu ya. Tahu ya penyebabnya karena apa. Beda-beda belahan otak. Ya, pertama udah pasti.

Karena kan posisinya, pertama, ini kan kita mesti tahu nih, thinking itu kan menaklukkan intuiting. Thinking itu cara berpikirnya struktur banget. Orang intuiting cara berpikirnya loncat.

Orang thinking lihat intuiting juga aneh. Tak ada PDW. Tapi ingat, thinking itu... itu adalah mentornya intuiting.

Nah, teman-teman, kalau kita meletakkan konsep Steven dengan baik, misalnya gini, waktu kita belum kenal konsep Steven, ketika kita bertemu orang thinking, itu kayaknya kesel banget. Keselnya apa? Ini orang kayak nyari kesalahan gue mulu ya.

Kenapa? Karena frame-nya masih frame salah. Tapi ketika kita berubah ke frame yang positif, maka positif kita akan mengatakan, oh, thinking itu memang mentornya saya.

Jadi ketika dia menemukan plus dan minusnya dari saya, ambillah yang positifnya. Ini masalah reprogram your mind. Jadi respon ya. Kembali ke respon dulu. Saya belum kenal konsep Steven.

Saya tertekan sama orang thinking. Kayaknya dia mau neken saya aja dulu, waktu saya terjadi Boyo Men itu ya. Kami dua di ruangan itu intuiting, kayaknya kita terus yang dicecer. Kita tuh berdua sampai gini, kenapa sih kita berduanya dicecer? Ya kan terakhir pas aku risan, aku bilang semua wajibnya Steven ya.

Karena sebelum gue pergi, gue pengen tahu gue selama ini berteman dengan siapa. Akhirnya pada mau, gitu ya. Bayar ya, tapi aku bilang gitu ya dulu. Bayar.

Ya masa bayar sih deh? Katanya Allah pengen kenal kita udah 15 tahun. Bayar.

Akhirnya baru tahu. Oh selama ini kita dicicur sama tinggi. Kita berdua doang intuiting. Itu adalah konsep dari lihat belahan otak ya, Sofer. Tapi kalau bisa, kita harus tetap tautkan hati kita dengan Allah.

Itu, teman. Sekali lagi kenapa saya bilang bijak kembali ke agama. Balik ke apa sih tugas kita ini.

Tugas kita ini adalah Bagaimana nawal kalubu kita ini biar bertauhid pada Allah. Maka bertemanlah dengan orang-orang soleh. Ketika pikiran kita jadi positif. Jadi sekarang kalau saya ketemu orang thinking, karena program ini sudah dipindahkan ke zona yang reprogram yang lebih baik, jadi ketika ada orang thinking, ngasih tahu lebih kurang saya, bawanya nyicer saya, ya sekarang jadi positif.

Oke, makasih. Kalau dulu marah ya Sekarang Marah sih enggak Aku batak palsu Gak ada galak-galaknya Ini Bu juga gini Ini Bu Risma ya Kalau bisa Sebelum Ngomong sama anak Kita tidak boleh terpengaruh Anak Jadi Energi kita sebagai ibu harus tenang, harus damai. Kalau kita tak berpengaruh ya nanti energinya jadi... Berantakan semua Jadi pastikan ibu Tangki spiritualnya harus bagus Supaya apapun yang terjadi Tidak mempengaruhi ibu Sebagai seorang ibu yang sabar Yang penyantun Yang sayang anak Nah itu minta tolong pada Allah ya Supaya dijaga terus Sama Allah dan memang berantem Itu ya sunatullah namanya anak Cuma bagaimana respon kita Supaya tetap dingin Bahkan bisa membuat mereka saling akur lagi. Gitu ya.

Insya Allah seperti itu. Ini pertanyaannya hebat-hebat ini. Saya punya saudara intuiting, estrofat. Sebelumnya saya pikir dia punya kelainan dari kecil, dilarang ini.

Setelah itu masuk persahabatan 3 bulan kena bullying. Sekarang susah untuk memotivasi dia. Kayak nggak punya mimpi.

Ya Allah. Makasih buat Ika. Saya bisa merasakan apa yang dialami anak ini. Karena saya pernah di fase ini jadi Nanti ada intuiting, ingat ya. Intuiting, kalau di benar-benar intuiting di level yang beneran apa, istilahnya kalau di solver itu ya ada bulis, ada apa, satu lagi?

Beris. Apa? Bulis, beris, syukur, sabar aja.

Oh iya. Bulis, beris itu ya sama teman-teman. Nanti kayak bahasa trading kalau publis-publis.

Ya, oke itu bahasa trading itu ya. Bahasa ini aja, bahasa syukur dan sabar. Syukur dan sabar aja, baik.

Nah, teman-teman, saya pernah ada di fase ini dan juga cukup lama, kemarin tiga tahun, lama sekali, dan belum pernah saya mengalami fase ini seumur hidup saya, tapi akhirnya saya melewati fase ini, nggak punya mimpi. Tahun 2020 sampai 2000 berapa kemarin ya. 2022 lah ya.

Nggak punya mimpi, nangis aja kerjanya setiap hari. Masya Allah. Jadi saya bisa merasakan perasaan anak ini, nggak punya mimpi.

Oke, teman-teman. Memang ketika seseorang melewati fase serendah-rendahnya dirinya, apalagi kalau ini kita bicara di tweeting, nggak punya mimpi. mimpi ya maka yang bisa kita lakukan adalah pertama kasih teman-teman apalagi kalau bukan kembali ke Allah itu dulu ya itu dulu itu dulu mau pakai teori apapun itu dulu kembali ke Allah minta yang punya mimpi yang punya hati yang punya jiwa tolong Tolong agar dibangunin lagi mimpinya.

Ya, pertama itu. Kedua, teman-teman, caranya tetap kalau intuiting, intuiting itu kan gini, dia perlu wawasan-wawasan baru untuk membuka mimpi-mimpi baru. Kemarin saya tiga tahun itu kayak nggak punya wawasan apa lagi.

Karena mimpinya udah, saya nggak bisa dipungkiri, waktu itu teman-teman, jujur, saya mimpinya waktu itu cuma di-stikin. Sudah titik, tidak pakai koma. Jadi ketika saya harus membangun mimpi baru, waktu itu sudah kayak tidak punya wawasan. Karena sudah terbalansi dengan perasaannya, sudah campur adu.

Alhamdulillah ya terlewati walaupun cukup lama. Nah, ini Bu, anaknya coba ditambah wawasan-wawasan lagi. Karena untuk membangun mimpi tetap harus berbasis wawasan.

Gimana mau bikin mimpi? Dia nggak punya wawasan. Nah, sedangkan anaknya ini umur berapa ya? Nggak tahu nih pesantrennya umur berapa. Ya, Assalamualaikum Bu.

Dia umurnya 16 tahun. 16? Dia nggak lanjut sekolah.

Ya, 16 tahun tapi dia nggak lanjut sekolah. Nggak lanjut sekolah 16 tahun ya? Berarti usia SMP ya? SMA ya?

Iya, sekarang udah 16. Masa 16, 17 tahun. Ini berarti nggak lanjut sekolah? Nggak. Karena semenjak dia kepesantren, itu kayak aneh gitu lah, Bu. Kayak ngomong sendiri, pengomong sendiri.

Padahal ini maksudnya ya nggak masakal kita gitu kan. Ya, oke. Baik, Bu, sementara kalau saran dari saya, karena ini saya juga pernah mengalami pas itu dan baru lama.

Coba berikan exploring-exploring wawasan-wawasan baru. Cuma wawasan baru ini, nah ini dia. Wawasan baru ini pengen di industri apa? Kalau saya akhirnya waktu itu wawasan barunya intinya dunia people development. Kalau saya akhirnya sudah di dunia people development.

Cuma cari wawasan baru lainnya apa. Nah ini masalahnya masih SMA kan, jadi wawasannya mau di mana? Kan kita juga mesti ngatur strateginya kan. Wawasan itu kan banyak ya.

Nah ini masih dicari nih, masih ditanya. Kira-kira dia tertarik. Anaknya laki-laki apa perempuan?

Anaknya perempuan. Dia laki-laki, Bu. Masalahnya saya domisi di Madinah. Saya waktu pulang tuh saya tes gitu kan. Ternyata dia itu, intuiting, extrovert.

Emang kan kayak gitu gitu kan. Saya pikir pernah juga dibawa ke sekiater gitu. Ini kelapa gitu, semenjak dapat bullying.

Oke, oke, oke. Nanti dilanjut di Anuensia, Salvar. Karena ini harus ini harus ini banget, soal detail. Tapi boleh kalau sementara ya orang intuiting dia exploring dengan sesuatu yang baru ya.

Ketika dia ngedrop belum lama juga saya lagi agak sedikit turbulensi dengan perasaan. Tapi saya apa yang saya lakukan? Saya tahu-tahu banget orang intuiting. Orang intuiting itu yang bikin dia bersemangat dan bersemangat lagi adalah bisa melakukan sesuatu yang baru.

Itu sih kalau saya selalu. Ketemu nih sesuatu yang baru. Oh lah semangat lagi.

Eh ketemu nih sesuatu yang baru. Nah itu dia ketemu sesuatu yang baru itu yang semua orang lingkungannya beda. Itu.

80%-nya itu yang masih kita cari tahu. Di mana kita bisa injek sesuatu yang baru buat dia. Merasa dia nyaman, dia senang, apa kira-kira Bu?

Itu coba kita fasilitasi. Sehingga dia memiliki mimpi lagi. Karena kalau tidak ada mimpi itu, ya tidak ada gairahnya Bu.

Ciptakanlah mimpi. Nanti saya aja ya Bu. Nanti kita lanjut lagi Bu.

Karena ini perlu lama ini. Oke, sama. Terima kasih Bu, Sopo.

Solver izin bertanya Berdasarkan penjelasan Ibu Solver Mungkinkah atau adakah Seseorang yang tidak nyaman menolak Dengan fitrah mesin kecerdasannya Tidak terima dia Kalau bicara mungkin iya Kenapa? Karena bisa tadi Orang punya belief dan value Yang berbeda Ya Kita nggak usah langsung switching belief orang. Itu perlu proses. Karena belief itu sudah tertanam lama bisa jadi.

Dan membangun belief baru. Dengan konsep stevening tentunya itu perlu waktu. Tidak nyaman atau menolak dengan fitrah. Ini mesti cari tahu yang bikin dia nggak nyaman apa dulu. Dan mesin kecerdasan apa dulu.

Setiap penjelasan dibeda-beda ya. Kalau beda, cara pendekatannya beda-beda lagi. Kalau thinking, ya harus data, fakta. Kalau sensing, contoh.

Kalau feeling, kemampuan kita menggunakan pendekatan personal engagement. Tapi ingat, teman-teman, bisa jadi, kan tadi, yang mempengaruhi perilaku seseorang antaranya salah satunya knowledge. knowledge-nya dia bisa jadi sudah banyak, misalnya nih contoh kalau di Stephen kan psikolog, karena knowledge-nya sudah too much ya, kalau gelas itu kalau kata Papa Is gelas itu sudah penuh gitu ya jadi ketika menerima ilmu baru bisa jadi nolak, itu kalau dari sisi itu, tapi kalau dia nolak dari sisi konsep Stephen-nya nggak ada masalah kalau saya tangkap nih konsep Stephen-nya nggak ada masalah ya Tapi fitra mesin kecerdasannya yang dia tolak. Dilihat dulu kenapa tidak sesuai dengan hasil tesnya.

Kalau bisa teman-teman ketika bertanya detail banget ya biar kita juga mencacanya enak gitu. Oke, ini berikutnya Solver. Begini Solver, kemarin saya menjelaskan tentang personality klak.

pelayan, misalnya intuiting banyak ide gak suka detail refreshing dengan tidur berkualitas, namun yang bersangkutan menyampaikan bukan gue banget Dia menyampaikannya suka nerima arahan, males. Teman-teman, ketika menjelaskan konsep Steven, ingat teman-teman, bilang kalimat pertama adalah, oke, selamat ya, hasil test Stevennya adalah intuiting misalnya, yang memiliki potensi. Kalimat awal harus ada potensi. Karena bisa jadi ada respon yang begini. Enggak.

Saya senangnya nerima arahan tuh. Jadi potensi. Kenapa dia jawabnya begini?

Karena bisa jadi. Tadi lingkungannya tidak selaras. Karena satu ya, ingat kalau materi WSL 2. Selaras konsep Steven ini adalah bicara. menyelaras keselarasan.

Nah, kalau antara nature and nurture yang nggak selaras, ya bisa terjadi memang seperti ini. Pertama, ini ya teman-teman ya, lingkungan ya. Oke.

Kedua, teman-teman, ya, selain lingkungan, lihat efek bolongan darah. Itu juga kan ada kurang lebihnya. Terus ketiga, teman-teman, Gini loh teman-teman, kan kalau di konsepsi ini, kalau misalnya bagaimana, ini potensi yang paling terakhir banget biasanya yang akan saya lihat. Setelah penggalian yang panjang terhadap lingkungan yang 80%-nya, itu dulu kita selesain. Nanti di situ akan ketemu biasanya, nggak perlu jauh-jauh di 80%-nya akan ketemu.

Biasanya ya emang 80%-nya nggak kegali. Nah, di ujungnya kalau dibilang nggak. Ini udah begini, udah begini, ujungnya teman-teman.

Kalau saya begini biasanya. Ini ujung banget ya kalau udah mentok terakhir ya. Bisa jadi, di dalam konsep Steven itu kan, kalau terjadi dalam satu keluarga, adik kakak hasil test Stevennya sama.

Nah, hasil test Stevennya sama itu kan akan terjadi protagonis-antagonis. Nah ini ujung banget nih biasanya saya nih, WO terakhir. Saya akan minta, boleh nggak anggota keluarganya yang adik atau kakaknya di tes juga?

Karena terjadi, bisa jadi protagonis, antagonis, kenapa ada dalam satu darah terjadi adik kakak sama-sama intuiting. Sehingga seakan-akan intuiting yang satu akan seperti nggak intuiting. Contoh saya ya teman-teman, saya adik saya intuiting introvert, saya intuiting extrovert. perbedaan yang mencolok kami itu adalah dari sisi adik saya kalau bicara uang hematnya kayak sensing sedangkan saya kalau bicara keuangan intuiting sekali tapi adik saya yang ii itu bergaya sangat sensing kenapa?

karena terjadi protagonis antagonis bisa jadi seperti itu makanya sekali lagi ini penggalian 80%nya beresin dulu Nanti di akhir, baru kita way out terakhir adalah, kalau bisa kakak adiknya dia itu semua di testing. Biar ketahuan ada nggak sama-sama yang tweeting. Jadi memang benar ya, kata Solverday itu kalau bisa, testnya itu tidak hanya satu, tapi orang tuanya kita sarankan test, atau sekeluarga ya, sekeluarga, sehingga kita bisa membuat arahan atau semacam langkah-langkah strategis bagaimana membuat parent yang jadi kepala leader parentnya siapa itu sangat penting sekali, ini nanti di Stephen Parenting itu bisa dimudahkan untuk mengatur bagaimana kondisi rumah kondisi rumah, bagaimana belajarnya, segala macam itu semuanya bisa kita atur dengan konsep Stephen, tapi kalau hanya satu kemudian Yang lain tidak, itu nanti nerka-nerka, salah lagi.

Yang kaitannya dengan orang yang tidak mau atau belum mengakui dirinya, itu memang ada proses. Ada proses, sehingga, oh iya ya. Dan pada tingkat tertentu, Mbak Solverde, pada tingkat tertentu, orang yang sudah memiliki makom yang sangat bagus, itu dia bisa semuanya. Karena Allah sudah kasih ilham. Seperti ulama dulu sudah kasih tahu.

Ini begini, ini begini. Itu sudah semua. Tapi makomnya sudah makom tawar dengan dunia. Sehingga dia sudah tidak bisa membuka hal-hal gaib yang dikasih tahu sama Allah. Itu memang perlu ada waktu dan riazohnya.

Dan setiap seorang memang dan mesin kecerdasan memang seperti itu. Itu ya. Jadi ini pertanyaannya sangat banyak sekali.

Nah ini, siapa yang share nih? Solver ya? Oke, silahkan. Oke, ini ada pertanyaan-pertanyaan lagi.

Tapi karena kita bicaranya tweeting cerdas, tidak cerdas, boleh yang kita bahas. Berarti ini kan ya, harusnya. Iya.

Oke, izinin teman-teman ya kita fokus ke materi utamanya dulu. Nah, karena kan yang teman-teman pahami adalah... Intuicing cerdas tidak terjahat, cerdas yang ini ya berarti solvernya. Benar nggak?

Benar, benar. Silahkan. Baik, teman-teman. Nah, teman-teman, pertama saya challenge dari teman-teman agar kita nggak panjang ya. Mana area yang teman-teman agak sulit mencerna definisi dari masing-masing yang kiri maupun yang kanan.

Silahkan. Yang mana yang teman-teman butuh penjelasan. Maksudnya seperti apa sih?

Jelaskan aja Sober Kasih aja ya Karena kita bicara entwitting cerdas Kita fokusnya ke cerdas aja ya Atau gimana dua-duanya Semuanya, ini kan semuanya cerdas Cerdas, organisasi cerdas Teknik cerdas, target cerdas Nah baik Tapi izinkan saya menggunakan dengan contoh Karena biar teman-teman lebih mudah Mencernanya ya Oke Oke Di sini misalnya intuiting penuh alasan. Pemimpi buta, kacamata kuda, takut konflik dan tantangan. Tentu yang sebelah kanan saya pernah mengalami semua, teman-teman. Pernah melewati fase ini.

Saya rasa wajar ketika kita melewati tidak cerdas, karena namanya bertumbuh ya harus lewat dulu yang buruknya. Bukan harus sih ya. Ini kan...

part of process ya. Part of process ya. Pemimpi buta, misalnya.

Saya pernah mengalami fase pemimpi buta. Waktu saya masih sangat fokus dengan Stephen, saya berkarya membabi buta. Stephen Studio. Setiap hari buat berapa video itu?

pokoknya luar biasa di tahun-tahun itu di beberapa tahun itu tapi buat saya setelah saya saat ini dalam keadaan sudah netral itu adalah pemimpin buta, saya memang pernah lewatin fase itu tapi baru bisa dicerna setelah ada di fase netral karena tadi ingat sahwat dan godok di dalam jasad manusia itu tarik menarik. Nah, kacamata kuda. Kacamata kuda yaudah. Kacamata kuda ini teman-teman kalau buat saya golongan darah itu ada pengaruh ya. Golongan darah saya itu B.

Jadi potensi untuk kacamata kudanya agak besar. Tapi kalau teman-teman punya golongan darah A, B, teman-teman mungkin akan menggunakan belaan otak kirinya lebih banyak. Dipikirin dulu kalau A-nya.

Kalau A, B, coba dihitung-hitung dulu. Tapi karena saya golongan darah B, saya juga pernah melewati fase kacamata kuda. Yaudah, hampir in line sama pemimpin butanya.

Takut konflik dan tantangan. Oh ini juga. Pernah melewati fase seperti ini.

Kenapa takut konflik? Sebenarnya kecenderungannya ini ada irisan dengan kenyamanan. Karena kita butuh kenyamanan, maka kita menghindari konflik.

Contohnya misalnya, saya agak lupa ya kesnya, tapi saya pernah melewati semua fase ini. oke, lawannya adalah pantai bersenergi, nah ini saat ini, Alhamdulillah hampir semua kegiatan saya hampir semua kegiatan saya, saya melakukan konsep kolaborasi Misalnya, tahun lalu saya materi design thinking for innovation untuk anak perusahaan Bukit Asam. Saya dapat proyek itu.

Dan challenging-nya adalah level BOD minus one. Karena level BOD minus one, saya tahu, oh ini design thinking. Saya lalu mengganding siapa? Mengganding orang thinking. untuk mendelivery design thinking for innovation untuk BOD minus one di salah satu anak perusahaannya Bukit Asam.

Saya bersinergi. Kemarin pun ketika saya ngocing anak perusahaan Antam, itu saya bersinergi sama orang thinking. Tapi teman-teman, ketika teman-teman bersinergi sebagai intuiting, teman-teman sekali lagi. Ada banyak hal yang teman-teman harus turunin sebagai seorang itu. Harga diri, ide-idenya.

Menyelaraskan, teman-teman. Menyelaraskan dengan mesin-mesin kecedasan lain. Dan menyelaraskan untuk hal-hal yang sifatnya besar dibandingin yang sifatnya diri kita.

Sudah bicara nggak, nggak diri kita lagi. Kalau bersinergi itu. Udah bicaranya adalah di level morality.

Hal besar apa yang akan kita bisa bangun, kita bisa bersinergi dengan orang lain. Itu yang harus dikedepankan. Level morality-nya kita-kita.

Kalau mau masuk ke level ini, teman-teman, pandai bersinergi, itu udah bicaranya level morality. Apalagi buat saya yang golongan darah B. Itu challenge.

Tapi alhamdulillah. Sampai saat ini terakhir saya bersinergi dengan sensing Dan insya Allah yang sensing ini menjadi partner yang tetap insya Allah doakan Oke, menyelesaikan peta jalan telah dibuat ya teman-teman Peta jalan telah dibuat, oke Jadi sebagai seorang intuiting harusnya kita membuat roadmap Roadmap yang kita tarik dari Goal ujung mimpinya seorang intuiting. Misalnya, di sekarang ini yang saya bangun namanya zona profesi. Teman-teman bisa buka zonaprofesi.com. Ini fokusnya adalah ke corporate.

Nah, itu peta jalannya. Jujur sekarang baru saya beneran detail buat. Kenapa? Karena setelah ketemu partner dulu. Karena saya butuh partner yang bener-beneran membuka.

Ini yaitu sensing, baru peta jalannya kita bikin bareng-bareng. Oke, terus kreatif picisan. Oke, teman-teman.

Teman-teman, saya punya karya yaitu namanya Pancarona Board Game. Ini enggak kreatif picisan sebenarnya, tapi ada hubungannya dengan pemimpi buta waktu itu. Dan waktu itu kan saya ketika berkarya di Steven itu kan saya beneran baru jadi intuiting ya, teman-teman. Beneran baru fase mengeksploring intuiting saya habis-habisan.

Kekurangan dari proses pembuatan board game pancarona ini adalah penting banget kita melihat pasarnya, Steven. Ternyata board game ini memang lebih dipakai oleh korporat. Sedangkan saya ingin dipakai oleh promotor. Terbalik kita di pro, Steven, ini kan masih pengotak-engotakan cabang.

Jadi, ya itu dia. Kreatif. Picisan jadinya ya. Produksi obsesi. Produksi obsesi.

Jadi ketika saya melihat ini, saya ketawa gitu. Ketawa ini pada diri. Obsesi terhadap produk.

Yes. Obsesi terhadap produk. Tapi nggak sadar itu belum tepat di... Belum ada pasarnya.

Belum tepat pasar tepatnya. Karena ini lebih cocok dipakai orang-orang korporat. Sedangkan... Promoter Steven itu levelnya terlalu, ruangnya terlalu besar.

Kenapa? Karena yang jadi promoter Steven itu kan nggak harus trainer, nggak harus psikolog. Yang dunia memang people development ada di corporate. Yang jadi promoter Steven kan bisa seorang ibu, bisa siapa aja, asal mau belajar, kan begitu kan syaratnya.

Yang jadi promoter Steven kan nggak ada ketentuan syarat minimal dia seorang. Trainer, atau dia seorang coach, atau dia seorang, nggak ada kan? Siapapun yang memang itu bisa jadi promotor.

Nah itu, saya tidak melihat itu. Makanya saya anggap... produksi saya adalah produksi obsesi. Jadi board game saya itu, sampai sekarang masih saya meninggalkan putangnya di situ, alhamdulillah masih saya coba cicil. Saya kenapa?

Karena saya langsung produksi seribu board game. Ternyata saya baru paham, oh Mas Indrawan aja bikin board game itu. di produksinya enggak dikit-dikit gitu ya. Ya itulah produksi obsesi karena waktu itu saya masih baru ya teman-teman.

Terlalu bernafsu. Betul. Sawat dan godep karena pemimpi buta. Pimpinya karena cinta. Oke, so far ini waktunya kurang lima menit lagi.

Nanti kapan-kapan kita bahas lagi ya. Jadi closing statement aja. Nanti bagi teman-teman yang belum selesai. Boleh nanya-nanya ya.

Kita akan jawab di kolom solver menjawab. Mungkin solver closing statement untuk bagaimana biar teman-teman keluarga kita di Stephen ini semakin semangat bahwa intuiting itu mempunyai cahaya. Silahkan. Teman-teman, kalau ketemu klien Stephen intuiting, ketemu klien yang anaknya klien intuiting, Masya Allah banyak banget yang saya dengar terkait intuiting ya teman-teman.

Tapi kembali percaya ya Allah ini udah nitipin kita sebuah fitrah yang baik. Fokuslah pada apa yang menjadi kelebihan. Itu ternyata memang benar apa adanya.

Fokus pada apa yang menjadi kelebihanmu. Karena waktu cuma 24 jam, teman-teman. Dan umur kita terus bertambah.

Kalau kita nanti berfokus pada kekurangan yang ada, kita akan jadi drop. Apalagi tweetingnya. Akan jadi drop, hilang mimpi.

Ini pengalaman pribadi saya juga. Jadi saya lama berfokus pada kekurangan. Nah, akhirnya lupa. Ada kelebihan yang itu perlu waktu.

Perlu uang untuk diinvestasikan. Jadi buatin tweeting, semangat, temukan mimpimu. Terus bagaimana dengan kekurangan? Teman-teman, ingat waktu kita duduk di antara dua sujud, ayatnya gimana soal percaturan?

Robby Firly. Duduk di antara dua sujud. Bentar.

Kalau jadi pertama. Apa? Teman-teman.

Itu artinya apa? Ya Allah. Ampuni sayang.

Kasihani aku. Teman-teman. Ada nih satu kata yang beneran buat saya itu.

Sekarang saya jadi beneran meresapi banget. Kalau duduk di antara dua sujud. Tutupilah kekurangan.

Di sini kita minta sama Allah. Ya Allah, tutupilah kekurangan. Karena yang punya jiwa ini Allah. Yuk, jadi terakhir adalah yuk sama-sama yuk kita kembali yuk presence khusyuk mendegarkan sholat kita.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ini ada pertanyaan Rishen dari buku Rishnawati.

Mau bertanya atau gimana, Bu? Iya, boleh. Miss Nideh, ya Allah.

Kangen ya. Waktu itu, Miss Nideh ini yang isi waktu COVID. Sama, saya Risma.

Saya IE, golongan darabim. Ya, gimana dulu? Kangen juga ya.

Pertanyaannya, saya sekarang memang, iya, alhamdulillah banyak di lapangan yang saya temukan memang banyak. intuiting-intuiting yang tidak diberi ruang, kasihan ya. Benar-benar. Jadi seolah-olah orang tua itu banyak tidak berguna gitu lah.

Hanya kerjaannya diam, nonton TV, main game, makan, udah tidur. Ya Allah. Maksudnya banyak di luar sana seperti itu, dan dimana ada yang tipe memang orang tua yang kiri ya kan.

Ya memang sih. Orang tua banyak kan memang belum tes. Ya, seperti itu sih. Iya, iya.

tugas kita sebagai promotor memang kan tugasnya memang harus semua dites ya termasuk saya pribadi juga memang mengenal Steven itu 2017 tapi setelah saya jadi promotor baru saya mengerti Oh itu saya ini ya gitu kan ya Terus saya juga memang berada dalam keluarga saya tiga cewek kakakku intuiting extrovert saat kakakku lagi ii saya intuiting extrovert sama-sama golongan darah B pantesan ya adek kakakku yang satu kayak sensing ya pelit banget sama duit ya sama kakakku yang satu lagi saya pikir dulu teh kok ini banget ya apa namanya protektif banget sama saya sedangkan saya yang unik yang bebas jadi saya dirubah di rumah kalem di luar saya galak ganas menjadi menjadi wong ya bu insya Allah ya sudah berarti Miside bagaimana ya? Saya kadang banyak mengalah. Artinya tuh yaudah daripada ribut lah. Ya sudah lah.

Gue maunya surga aja lah. Ngapain sih ribut? Gitu saya. Betul itu. Betul bu.

Ya surga. Buang-buang waktu. Buang-buang energi. Buang-buang waktu tinggal sempit nih.

Udah bau tanah gitu. Betul. Betul. Sumpah bu.

Betul. Sementara saya belum bisa ngasih jawaban. Karena tergantung konteks apa. Tapi memang secara keseluruhan.

Yang saya rasakan. Saya sebagai impliting juga banyak yang mengalah. Jadi intuiting itu kan seperti Kalau ayah Farid bilang itu seperti Ali bin Abi Talib Pintunya ilmu Jadi subhanallah dengan ilmunya yang banyak itu Allah berikan keberkahan Jadi ujung dari semua itu kata Pak Farid adalah surga Jadikan semua yang kita miliki ini untuk surga Oleh karena itu Bapak Ibu Ya nanti Semoga program Solver Talk ini Tetap berjalan Karena Pak Ferry sudah Memanti-manti kalau tidak ada manfaatnya Kita bubarkan saja Ini bermanfaat tidak sih? Coba di chat, kalau di chat bermanfaat tidak?

Terima kasih Pak, waktunya sempit amat Ini pertanyaannya masih banyak Teman-teman boleh WA saya Di 0812 13 51 32 82 Terutama pertanyaan Tadi sampai harus ke psikiater, psikolog. Ya Allah, saya sedih dengarnya. Sol percatur?

Ya. Kalau sol percatur ada waktu, kita tambah. Kalau si D mau, sejam lagi.

Oh, jangan hari ini tapi? Oke, baik ya. Karena hari ini begini ceritanya.

Saya tadi pagi, saya ini kan punya guru senam orang thinking. Luar biasa kalau guru senam orang thinking. gerak dikit aja salah udah dikoreksi terus. Jadi pinggang saya malah sakit.

Ya, sudah. Insya Allah, kita waktunya belajar satu jam ya. Jangan lama-lama. Karena teorinya itu belajar kalau lama-lama nanti gak masuk.

Satu jam tapi fokus, insya Allah masuk. Boleh. Tapi gak ada ini fair. Pinggang gue sakit.

Fair. Siap ya. Jadi insya Allah. Yang belum terjawab akan dijawab oleh Solverday di paket video boleh atau paket tulisan boleh.

Insya Allah nanti akan dipublikasikan di YouTube di channelnya Solverdrop. Begitunya, Solverberry. Yang pertama yang tadi ya, yang arti temu psikolog, psikiater itu ada.

Yang insting belum kelar, Solverchatku. Oh iya, belum kelar. Solverday-nya. Belum kelar ya?

Masih proses. Masih proses. Oh, on process.

Oke, siap. Ini, eh... gini ya solver D udah tau belum konsep yang solver menjawab itu belum kan belum kok tau sih nah gini, ntar ntar lo kami kirimin yang semua pertanyaan-pertanyaan ini nah dari masing-masing pertanyaan dijawab, boleh tertulis Itu ada di mana?

Ntar gue yang kirim, Le. Oke, baik. Gue alis dulu.

Ntar habis itu jawabnya boleh tiga. Tiga media. Boleh tulisan. Boleh audio.

Boleh juga video. Terserah mana yang gampang aja. Oke, baik.

Nggak penting berkualitas. Yang penting terjawab. Oke.

Jadi kalau video kelamaan kan? Iya. Terlalu banyak Mungkin kayak audio pun boleh Sekedar audio boleh Kayak solverdenya kemarin kan buat audio tuh yang udah kita share satu itu jauh lebih simpel kan ya oke itu tarik dikirim ke grup ke grup BPH aja atau asosiasi solver ya oke lu jawab kita atau jawab solver dari pertanyaan yang ada di sini kan berarti ya ya ada chatnya ini kan bisa diambil jadi tanggung jawabnya si Baik Bapak Ibu, karena sudah malam Kita harus istirahat Karena besok pagi harus bangun lebih awal Karena sepertiga malam terakhir Kita ketemu rob kita Kita curhat sama Allah Apapun persoalannya Coba dicurhatkan di sepertiga malam terakhir Karena Allah turun di langit Ke dunia, siapa yang mendoa Akan dikabulkan Siapa yang mohon ampun akan diampuni Apapun persoalannya curhatlah pada Allah demikian ya dari kami terima kasih atas waktu dan kesempatannya semoga Sofondri tetap sehat dan keluarga ku semua Stephen tetap sehat, bahagia keluarganya Sakinah ya anak-anaknya soleh dan solehkah dijadikan ahlul Quran semuanya amin ya rabbal alamin terima kasih sampai ketemu lagi di video selanjutnya yang akan datang