Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim. Wassalatu wassalamu ala rasulillah. Muhammad ibni Abdullah wa ala alihi wa sahbihi wa maw'ala.
Pada pertemuan sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa Diperkirakan pada 1200-an, persisnya 1258 Masehi, Daulat Basya itu sudah jatuh karena serangan bangsa Mongol. Sehingga... Pasca jatuhnya Bagdad yang menyebabkan para ulama bergerak kemana-mana, migrasi ke berbagai lokasi, dunia Islam masuk ke dalam masa kemunduran yaitu 1250. sampai 1500 Masehi adalah periode kemunduran dunia Islam dan kemajuannya mulai bergerak pada zaman Turki Usmani yaitu sekitar 1500-an.
sampai 1800-an. Itu kerajaan Usmani, Turki Usmani, bergerak di wilayah hampir seluruh dunia Islam dikuasai oleh Turki Usmani. Bahkan kalau kita menuju Mekah, itu pengairan atau saluran air di Bukit Mina, itu sisa-sisa dari peninggalan. kerajaan Turki Usmani ini.
Bahkan Turki Usmani, raja-rajanya sempat berkirim surat kepada raja-raja yang ada di Indonesia termasuk kepada kerajaan Yogyakarta itu. Nah tapi yang menarik ketika Daulah Abbasya ini jatuh pada tahun 1258 rupanya persebaran para ulama akibat kejatuhan Daulah Abbasya. Basia ini menyebabkan Islam terbawa ke berbagai penjuru dunia.
Dan kita mencatat pada abad ke-13 Islam sudah mulai masuk ke Nusantara. Masuk ke Samudera Pasai. Itu sudah masuk pada 1300-an.
Wali Songo itu di Tanah Jawa mulai masuk pada tahun 1400-an, 1500-an. Jadi, Jadi kalau mau diambil hikmahnya, dari kekalahan umat Islam melawan bangsa Mongol, bahkan nanti kekalahan di dalam perang salib, para ulama bergerak ke berbagai negeri-negeri yang lain. yang lain dampak positifnya adalah Islam kemudian bergerak ke berbagai negeri, salah satunya ke Indonesia, itu pada abad ke-13.
Walaupun para ulama, para peneliti sebagian meragukan dan menyatakan sebenarnya Islam sudah masuk ke Nusantara tidak pada abad ke-13, tapi pada tahun-tahun atau abad-abad sebelumnya. Pendapat ini tentu saja agak sulit untuk diverifikasi Ada yang menyatakan pada zaman Daulah Umawiyah Umat Islam sudah masuk ke Indonesia Tapi bukti-bukti kesejarahan yang ditulis oleh para sejarawan Menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia itu baru pada abad ke-13 Imam Ghazali itu meninggalnya 1111 Ketika di Nusantara itu masih kuat kerajaan Hindu dan Buddha. Ada kerajaan Majapahit, ada kerajaan Sriwijaya.
Nah masuknya Islam pada abad ke-13 di dalam fase... kejayaan raja-raja Hindu dan Buddha itu. Makanya menarik dakwah yang dikembangkan oleh para ulama Nusantara saat itu adalah dakwah Bilmau'idhatil Hasanah.
bukan dengan perang. Kalau masuknya Islam ke negeri-negeri yang lain, itu sering diakibatkan atau terjadi peperangan, maka masuknya Islam ke Nusantara itu tidak mengakibatkan atau tidak menimbulkan peperangan. Bahkan migrasi orang Hindu-Buddha ke dalam Islam itu tidak berakibat perang juga, karena para ulama-ulama kita yang sebagiannya dari Yaman, mungkin jejak-jejak dari pengusiran orang-orang ulama-ulama Islam di Bagdad itu, akhirnya bergerak menuju Yaman, baru kemudian masuk ke Indonesia. Abad ke-13.
Sudah masuk Islam tapi Turki Usmani baru berdiri 1500-an. Dan Turki Usmani itu berakhir pada tahun 1924. Nah di Indonesia menjelang 1924 itu sudah berdiri sejumlah organisasi-organisasi keislaman. Seperti Muhammadiyah misalnya sudah berdiri. Ada syarikat. dagang Islam sudah berdiri.
Jadi di Nusantara menjelang runtuhnya Turki Usmani sudah maju berbagai macam jenis organisasi keislaman. Karena ulama-ulama yang ada sebelumnya, yaitu pada abad ke-18 1700-an itu sudah muncul ulama-ulama seperti Yusuf Al-Makassari. Nanti kemudian muncul ulama-ulama seperti Sheikh Al-Minangkabawi, Abdussamad Al-Palinbani, Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fansuri misalnya, Sheikh Abdul Karim, Nafis. al-Banjari itu semua abad ke 18 mau masuk ke abad 19 makin banyak lagi jadi kita ini sebenarnya pada abad-abad itu sudah mulai surplus para ulama-ulama besar. Memang sebagian ulama-ulama yang muncul di Nusantara ini masih menjadikan hijaz sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Kita tidak menemukan bukti misalnya bahwa ulama-ulama Nusantara, kalau kita menyebut Nusantara jangan bayangkan Indonesia. Nusantara saat itu kita bayangkan karena ada kerajaan Malaka yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia, itu adalah Nusantara. Jadi Nusantara zaman dulu itu meliputi Indonesia hari ini, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, mungkin juga Thailand Selatan. Kita sudah ada kontak ilmu pengetahuan dengan negara-negara di Timur Tengah.
Makanya pada perkembangan berikutnya ada ulama seperti Sheikh Mahfud At-Tirmasi. Yang memiliki kitab-kitab di bidang ilmu hadis, beliau menulis kitab seperti Manhajizawin Nazar di bidang ilmu mustalakul hadis. Tentu yang ulama sangat produktif adalah Sheikh Nawawi Banten yang diperkirakan lahir 1815. Sheikh Nawawi Banten karyanya cukup besar pengaruhnya di Indonesia.
Kalau kita perhatikan ada sekitar 20-an kitab dari Sheikh Nawawi Banten yang ditulis, yang diajarkan di pondok-pondok pesantren terutama di daerah Jawa dan Madura. Itu ulama yang cukup besar pengaruhnya di dalam kemajuan peradaban ilmu pengetahuan di Nusantara. Karena ulama-ulama yang sebelumnya tidak seproduktif dari, tidak seproduktif Sheikh Nawawi Banten. Habis itu Sheikh Mahfud termas. Tapi yang menarik di dalam periode abad ke-18 ini, sebenarnya abad ke-19 sudah, abad ke-19 ini, di Indonesia ada Sheikh Nawaz.
ada Sheikh Mahfud Termas, ada Qiyai Khalil Banggalan. Kalau kita bergerak menuju Mesir, kita akan tahu pada abad ke-19 itu ada yang disebut sebagai para pembaharu. Tokoh-tokohnya seperti Jamaluddin Al-Afghani misalnya. Muhammad Abdu, Rashid Ridho.
Bahkan sebelumnya di daerah Syam, sudah ada tokoh-tokoh seperti Ibn Ashur yang memiliki karya cukup besar sekali. Tahrir wa Tanwir di bidang tafsir. Nah, yang belum disentuh oleh tangan sejarah adalah relasi ulama-ulama Nusantara bukan dengan Hijaz, tapi dengan Mesir. Apakah ada kontak pembaharuan di situ?
Nah, nanti sebagian butir-butir yang tercantum di dalam buku sejarah ternyata pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan itu sudah membaca atau membawa kemana-mana ketika naik kereta majalah Al-Urwatul-Husqa yang dibikin oleh Jamaluddin Al-Afghani. Karena itu Muhammadiyah adalah menjadi sayap pembaruan pemikiran Islam sebagai kepanjangan tangan dari para pembaharu yang ada di daerah Mesir. Tapi Nahdlatul Ulama yang berdiri pada tahun 1926, Agak belakangan ketimbang Muhammadiyah, berpusat atau menggerakkan dakwahnya bukan pada pembaruan pemikiran Islam, tapi lebih kepada bagaimana mengkonservasi pikiran-pikiran lama, pikiran-pikiran keislaman itu sehingga bisa diserap oleh umat Islam yang ada di Indonesia.
Maka kemudian kita menyaksikan Nahdlatul Ulama, para kiai, para ulama banyak mendirikan pondok-pondok pesantren. Dan kita tahu Pondok pesantren itu berdiri jauh sebelum Nahdlatul Ulama berdiri. Makanya ada pesantren-pesantren sangat tua yang berdiri pada abad ke-18 misalnya. Seperti pesantren Sidugiri Jawa Timur.
itu pasuruan, berdiri 1700-an. Ada pesantren Buntek, Cirebon, berdiri tahun 1700-an. Begitu juga pesantren Babakan, Cirebon, itu berdiri 1700-an. Jadi dunia Islam, termasuk Indonesia, pada zaman Turki Usmani itu sudah banyak mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sementara Turki Usmani sendiri, agenda dari pemerintahan Turki Usmani, Turki Usmani ini tidak terkonsentrasi kepada pengembangan ilmu pengetahuan, tapi justru kepada penataan organisasi pemerintahan. Menata politiknya. Tapi daerah-daerah pinggiran justru mengembangkan ilmu pengetahuan. Yang kita saksikan adalah seperti berdirinya pondok-pondok pesantren itu. Tapi pertanyaannya, karena pada tahun 1600-an, Abad ke-16, VOC sudah masuk ke Indonesia, masuk ke Nusantara, maka kemudian pondok-pondok pesantren tidak bisa berdiri di kota.
Akhirnya ilmu pengetahuan basisnya dari desa, terutama ilmu pengetahuan agama, agama Islam. Ini berbeda dengan bentuk-bentuk pengembangan ilmu pengetahuan di daerah Persia, di daerah Andalus, di daerah Syia. Syam dan di daerah Hijaz yang pusatnya adalah di kota. Karena faktor penjajahan kolonial inilah maka kemudian pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam tidak berlangsung di kota tapi berlangsung di desa yang dibuktikan dengan berdirinya pondok-pondok pesantren mungkin diperkirakan sejak tahun 1700an jadi pada abad ke-18 diperkirakan sudah.
masuk di situ, pondok-pondok pesantren. Tapi kitab-kitab yang diajarkan memang sangat beragam sekalipun saya tadi menegaskan masih banyak buku-buku yang ditulis oleh Sheikh Nawawi itu perkembangan belakangan. Tapi kalau kita lihat referensi yang dipakai pada abad ke-18 itu pasti bukan buku dari Sheikh Nawawi Banten karena Sheikh Nawawi Banten belum lahir.
Itu pasti buku-buku yang ditulis oleh oleh para ulama-ulama sebelumnya. Misalnya seperti buku-buku dari Al-Imam, Al-Ghazali, bahkan ditemukan sebuah manuskrip di daerah Cirebon, karya dari Ibnu Arab itu sudah masuk ke daerah Cirebon. Jadi kita dari sudut itu sangat kaya sekali terhadap sentra-sentra ilmu pengetahuan keagamaan. Tapi masuk ke abad 20, organisasi keislaman sudah mulai tumbuh besar banyak sekali.
Di satu sisi ada kebanggaan terhadap pengembangan ilmu pada tahun sebelumnya, tapi masuk abad ke-20 kita disibukkan dengan perang. Di mana-mana akhirnya pondok pesantren terlibat di dalam melawan kekuasaan, melawan penjajahan. Bahkan hampir dunia Islam yang sebagian besarnya dijajah oleh negara-negara Eropa seperti Perancis.
Inggris dan Belanda itu sibuk kemudian melawan penjajah dari luar itu. Turki Usmani mulai melemah. Negara-negara Eropa merangsik masuk ke negeri-negeri muslim ini, maka kemudian mereka sibuk melakukan perlawanan. Akhirnya dimenangkan oleh orang-orang pribumi sendiri, tapi konsekuensi yang kita hadapi, yang disebut dengan khilafah itu akhirnya tumbang.
Khilafah Islamia itu berakhir pada tahun 1924 dengan bubarnya Turki Usmani dan dunia Islam kemudian berdiri dengan kotak-kotak yang disebut dengan negara bangsa. Maka ada kerajaan Arab Saudi, Mesir berdiri sendiri, negara-negara di Afrika Utara itu terpecah-pecah menjadi beberapa negara, begitu juga negeri Syam terpecah-pecah menjadi beberapa negara, termasuk saya kira juga adalah di perairan Nusantara. Ada Mindanao, karena mestinya kalau dari tradisi kebiasaannya masuk ke Indonesia.
Tapi oleh karena daerah-daerah itu dipecah-pecah berdasarkan siapa yang mencari. maka kemudian negeri-negeri ini terbelah-belah berdasarkan ikatan yang disebut dengan negara bangsa. Sejak itulah sejumlah negara dinyatakan merdeka, ada yang melawan.
pada penjajah ada yang merupakan pemberian dari penjajah. Nah Indonesia ini kemerdekaannya bukan karena dikasih, tapi karena melawan terhadap penjajah. Selesai masa penjajahan itu, 1945 Indonesia menyatakan kemerdekaannya, berdiri partai-partai politik termasuk partai politik Islam, tapi para ulama mulai konsentrasi lagi untuk untuk menjadikan pondok pesantren sebagai sentra-sentra keilmuan.
Maka dikirim lagi ulama-ulama dari tanah air ini menuju Indonesia, menuju negeri-negeri yang ada di Timur Tengah. Makanya ada yang dikirim ke Mesir, ada yang dikirim ke... Saudi Arabia, ada yang dikirim ke Persia, dan begitu seterusnya.
Masuk ke dalam orde baru, orde reformasi. Sekarang kita memiliki para pelajar Islam, yang belajar Islam di negeri-negeri lain. lain tidak lagi beda dengan sebelumnya tidak lagi menjadikan Timur Tengah sebagai tempat mencari ilmu pengetahuan masuk ke dalam order-order berikutnya ini gelombangnya juga bergerak menuju Ada yang ke Eropa, ke Amerika, ke Australia, ke Jepang, ke Cina. Di samping sebagian juga ada yang belajar menuju Arab Saudi, Mesir, Maroko, Tunis, Al-Jazair, Sudan, dan seterusnya. Bisa kita bayangkan kalau setiap tahun ada ribuan para pelajar Islam yang pulang dari barat dan timur menuju Indonesia Apa yang akan terjadi di Indonesia?
Itulah yang kita perhatikan pentingnya membangun nasionalisme Cinta tanah air, yang belajar dari timur tengah itu, yang dibawa adalah ilmunya, bukan tradisinya. Karena kita punya tradisi sendiri di Indonesia. yang dari luar dibawa ke sini makanya akan terjadi adalah benturan sesama anak bangsa.
Kita beruntung punya ulama-ulama besar yang bisa mendirikan negara Indonesia ini sekalipun bukan negara Islam, tapi dasarnya adalah Pancasila dan kalau kita lihat Pancasila tidak kita temukan satu silapun di dalam Pancasila yang bertentangan dengan Islam bahkan Pancasila itu sesuai dengan Islam kalau lebih jauh lagi Pancasila itu adalah Islam itu sendiri kenapa begitu? ketuhanan yang Maha Esa itu adalah Ejauh wantah dari kuluh Wallahu Ahad. Kemanusiaan yang adil dan berada, pentingnya memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, bukankah itu adalah isi dari pidato Nabi pada hajiwada, di bukit Arafah, Nabi bersabda, Inna dima'akum wa amwalakum. وَأَعْرَضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَخُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا Jauh sebelum negara-negara barat bicara mengenai khasasi manusia, Nabi sudah berbicara pentingnya penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tidak boleh ada darah yang tumpah dengan alasan apapun.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia, sekalipun kita ini mayoritas, tapi kita bersedia untuk hidup bersama dengan umat yang lain. Di Indonesia ditakdirkan oleh Allah untuk ada agama Hindu dan Buddha yang sudah lebih awal hidup di Indonesia. Ada Kristen, ada Protestan, belum lagi agama-agama lokal yang tumbuh di Indonesia.
Itu semua diikat dengan argumen persatuan Indonesia. Apakah nasionalisme itu tidak punya argumen? Argumen teologis? Sebenarnya ada.
Ketika Rasulullah itu pulang dari luar kota, begitu melihat bukit-bukit di Madinah, Karena kota Madinah itu salah satu cirinya adalah dikelilingi bukit-bukit kecil. Itu dulu adalah gunung-gunung yang aktif, kemudian merdas sehingga tidak aktif lagi. Begitu melihat bukit Madinah, Nabi itu segera mempercepat jalannya.
Karena kata Nabi, Ya Allah, tumbuhkanlah kecintaanku pada Madinah sebagaimana di Madinah mencintaiku. Itu doa Nabi. Bahkan kata Nabi, Allahumma barik fi muddihah Ya Allah berkati Setiap takaran-takaran Orang-orang yang berjual beli di pasar-pasar itu Itu bentuk kecintaan Nabi kepada kota Madinah Jadi kalau kita mendoakan Indonesia Itu sangat hadithi sesuai dengan hadis Nabi Sila yang keempat adalah Mushawara Mushawara itu jantung dari kehidupan kita bermasyarakat Wasyawirhum fil amri wa amruhum syura bayinahu. Perintah untuk bermusyawara. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bukankah keadilan itu juga perintah dari Al-Quran, perintah dari hadis Nabi? Bahkan kalau kita perhatikan, hingga pasal-pasal di dalam Undang-Undang Dasar 45, sebagiannya merupakan cerminan dari hadis Nabi. Kalau di dalam Undang-Undang Dasar 45 dinyatakan, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, 1500 tahun yang lalu baginda Nabi sudah bersabda. An-nasu syuraka ufi thalath. Manusia bersekutu pada tiga hal.
Filma'i pada sumber daya air. Wan-nari pada energi. Wal-kala'i padang rumput. Karena itu air seharusnya tidak disuastanisasi.
Itu menjadi milik daripada publik. Itu sangat sesuai dengan hadis. Energi juga begitu.
harus dimiliki oleh negara untuk dipergunakan buat sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Memang Indonesia bukan negara Islam, tapi terlampau banyak nilai-nilai di dalam dasar negara kita, di dalam konstitusi negara kita yang didasarkan kepada nilai-nilai Islam. Dan memang tidak bertentangan juga dengan syariat Islam. Karena itu negara bangsa ini memang tidak ada dalilnya di dalam Quran dan hadis.
Tidak adanya dalil untuk mendirikan negara bangsa itu menyebabkan negara bangsa ini bersifat syari. Itu bedanya antara bidang muhammala dengan... dengan bidang ibadah.
Kalau di bidang ibadah, adanya dalil itu menjadi penting. Kalau di bidang mu'amalah, di bidang politik, tidak ada dalil yang melarang itu, sudah cukup untuk menunjukkan, bahwa sesuatu itu adalah syari. Ini yang saya kira bisa saya sampaikan pada materi sejarah peradaban Islam yang kedua yang membentang sejak terjadinya disintegrasi politik pada tahun 1258. masuk kepada kerajaan atau Turki Usmani dan kaitannya dengan negara kita, negara kesatuan Republik Indonesia hingga di dalam era Orde Reformasi ini. Negara bangsa memang tidak ada dalilnya di dalam Quran dan hadis, tapi tidak ada dalil itu menunjukkan bahwa negara bangsa itu adalah syari. Demikian kita mendiskusikan materi ini secara lebih dalam.
Mudah-mudahan ada guna, ada manfaatnya. Kurang lebihnya mohon maaf. Dan Allah wa'ayyakum ajma'in. Wallahu'l-mufiq ila'qumin tariq. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Intro Intro