suruh kebalik padahal anda juga tahu bahwa terlalu melekati itu berbanding lurus dengan ketakutan kekhawatiran kekurangan tapi anda kesulitan untuk mengakui bahwa anda tidak hidup pada penempatan diri yang semestinya salam sejati rahayu Intro Oke, langsung gas Lingkungan di sekeliling kita mencerminkan jenis anggapan dan sikap mental kita Jika kita menjalani hidup dalam kecukupan, tentunya dengan sadar, kita tidak akan khawatir pada sumber energi yang kita butuhkan. Entah itu energi kemakmuran atau energi apa, semacam itulah. Dan sebangsanya.
Jadi tidak ada kekhawatiran akan itu. Orang yang hidup makmur cenderung hidup tanpa hasrat yang menggebu-gebu. Hasrat yang menggebu-gebu untuk mengejar harta dunia. Ia tidak akan pernah khawatir kekurangan.
Kenapa? Karena kebutuhannya selalu terpenuhi. Mungkin anda pernah bertemu orang yang menganggap bahwa uang itu tidak penting.
Dalam arti, bukan yang utama. Atau jangan-jangan Anda juga menganggap demikian? Jika iya, tentunya Anda bukan orang sembarangan.
Dan yang pasti, Anda punya alasan cantik untuk itu. Ya? Untuk memulai usaha atau membangun kerajaan bisnis, modal uang sangat penting. Tapi kalau penggunaannya berdasarkan keserakahan atau motivasi yang egois, ini jadi tidak pada tempatnya.
Kita adalah makhluk spiritual yang semestinya bukan mengejar materi. Ya, semestinya bukan mengejar materi. Justru materilah yang antri untuk bisa kita fungsikan sebagaimana adanya.
Semestinya demikian. Kalau terbalik, artinya kita tidak hidup pada penempatan diri yang semestinya. Namun, ketidaksemestian ini semakin kesini menjadi hal yang lumrah. Karena materi jauh lebih berperan daripada imateri. Kita bisa lihat bagaimana segala sesuatu di dunia materi ini bisa diatur dengan uang.
Ini merupakan degradasi kesadaran yang diiyakan dan dihayati beramai-ramai. Yang tanpa sadar, konsekuensinya adalah dinamikan nasib yang fluktuatif. Siapa suruh kebalik?
Coba deh cek anggapan anda sendiri Di frekuensi mana anda bertengger? Padahal anda juga tahu bahwa terlalu melekati, ngebet, atau bahkan tergila-gila pada harta benda Itu berbanding lurus dengan ketakutan, kekhawatiran, kekurangan Iya kan? Anda juga tahu itu.
Tapi anda kesulitan untuk mengakui bahwa anda tidak hidup pada penempatan diri yang semestinya. Anda kesulitan untuk mengakui itu. Bagaimana tidak?
Seperti yang sudah kita telanjangi bersama. Bahwa anggapan sebelumnya yang sudah mateng itu akan memblok anggapan asing yang datang. Tidak peduli anggapan sebelumnya itu tadi benar atau salah. Tidak ada benar atau salah di kamus bawah sadar. Tidak peduli itu anggapan mematikan atau menghidupi.
Kalau sudah mateng, maka menjadi karakter. Bagaimana bisa Anda melawan arus anggapan Anda sendiri? Intro Antara gila harta dan kekisminan berasal dari ketidaksemestian mendasar yang sama. Kenyataannya, sumber dari sumber energi kemakmuran adalah yang tak terpikirkan.
Karena tak terpikirkan, maka tidak terbatas. Batasan ada di kesiapan si penerima. Ini sudah clear ya, batasan ada di kesiapan si penerima. Sedangkan sumber dari sumber energi kemakmuran itu sendiri karena berasal dari yang tak terpikirkan, maka tidak terbatas. Maka siapapun yang menyadari kenyataan ini, konsekuensinya adalah tidak akan punya kekhawatiran tentang kekisminan atau kekurangan.
Siapapun dia, siapapun dia yang memahami kenyataan tentang sumber energi ini, konsekuensinya adalah tidak akan mementingkan kegayaan materi atau menggenggamnya terlalu erat. Dengan kata lain, ya katakan saja tidak punya hasrat untuk mengejar atau memuja kekayaan materi. Karena untuk apa mengejar kekayaan materi kalau sumber energi kemakmuran selalu terjamin?
Untuk apa punya hasrat seperti itu? Orang tergila-gila akan uang atau harta benda itu kan karena kekurangan Iya kan? Dan mendambakannya karena menganggap bahwa dengan itu Akan menghilangkan ketakutan-ketakutan berkekurangan itu tadi Kalau orang-orang demikian mengerti bahwa segala yang dibutuhkan akan selalu tersedia orang-orang demikian tidak lagi gila harta benda apalagi sampai rebutan kekayaan.
Segala sesuatu akan tiba pada saatnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing sesuai kapasitas dan kesiapan tentu saja. Yang gak siap, ya harus bisa menerima kenyataan dong. Ya gak? Poin kali ini adalah bahwa sumber dari sumber energi kemakmuran adalah sesuatu yang tak terpikirkan, yang hadir secara spontan, jujur, polos apa adanya lewat media-media penghantar. Media penghantar ini macam-macam ya, ada media penghantar yang enak atau media penghantar yang gak enak.
Media penghantar hidup, media penghantar kemampuan. muram, kekuasaan, kedudukan, kemuliaan, dan sebagainya. Nah, untuk mendapatkan bagian dari dayanya, kita harus mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan memberikan sesuatu dari hidup kita.
berupa kemauan dan kemampuan terkait fungsi kita di dunia materi ini. Kita harus memberi dulu, baru menerima. Dan apa yang kita berikan semestinya adalah apa yang dibutuhkan dunia ini. Setidaknya dalam wujud tindakan pelayanan. Sesuai kapasitas yang sifatnya juga memakmurkan.
Nah, rahasia unlimited resource ini adalah dengan menyadari adanya kelimpahan yang tak terbatas. Iya, menyadari. Dan tentu saja menjalani hidup dalam kesadaran itu. Kan ada realisasi.
Nah, anda akan kecewa dan frustasi kalau anda berpikir bahwa kelimpahan datang langsung di depan anda mak betudu tanpa kesiapan fisik, kesiapan perasaan, kesiapan mental. Anda akan kecewa dan frustasi kalau anda berpikir demikian. Keberlimpahan diperoleh dengan kesiapan yang didukung 4 pilar hidup.
Semoga anda makin bingung. Kalau anda bingung, maka anda akan mulai bergerak mencari. Kalau anda bergerak mencari, setidaknya anda memperbesar kemungkinan anda untuk menemukan. Ya kan?
Setidaknya demikian. Ya, tergantung sejauh mana anda mempersiapkan diri anda untuk itu. Kalau tidak, ya itu pilihan anda. Hei, ini masih wilayah akal-akalan yang syarat dengan tujuan.
Gak usah jauh-jauh mikirnya sampai ke wilayah asal-asalan yang tanpa tujuan. Bahkan tanpa aku. Ada ruang tersendiri untuk mengupas itu.
Ya? Semoga Anda mendapatkan tuntunan. Tuntunan dari Yang Kuasa.
Salam hangat dan sukses selalu. Salam Sejati.