Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Saya masuk Islam pada tahun 2002 karena pertanyaan kenapa? Kenapa sih Tuhan itu harus Allah? Kenapa sih Rasul itu harus Muhammad?
Kenapa sih agama itu harus Islam? Dan kenapa sih saya harus masuk Islam? Karena saya masuk Islam dengan pertanyaan kenapa? Maka pertanyaan pertama yang saya tanyakan ketika saya masuk Islam juga kenapa? Kenapa sih Islam yang begitu hebat yang saya temukan ini, Islam yang begitu indah yang saya temukan ini, ternyata pada kejadiannya, pada faktanya, tidak seperti teorinya.
Islam yang sangat hebat, sempurna, paripurna, tidak ada tandingan, tapi ternyata pada kenyataannya, kaum muslimin dimana-mana terburuk, kaum muslimin dimana-mana terjajah, sangat mudah sekali diprovokasi, mereka punya mental yang buruk, mereka punya skill individu yang tidak baik, mereka juga tidak bisa dipercaya. Inilah yang saya jawab dalam buku saya Beyond the Inspiration, Why? Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, pujian dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena tidak ada yang layak menerima puji-pujian daripada manusia kecuali Allah SWT. Salat dan salam semoga tercurah dan terlimpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, panutan kita semuanya.
Dan semoga semua daripada kita Diakui oleh beliau SAW Ketika kita telah menghadap Kepada Allah di yaumil kiamah Di hari yang tidak ada syafaat Kecuali yang telah disampaikan oleh Allah Kepada siapapun yang dia kehendaki Dan termasuk yang mendapatkan syafaatnya Adalah mereka yang diakui oleh Rasulullah SAW Dan semoga kita semuanya termasuk Di dalam kelompok itu Alhamdulillah teman-teman sekalian InsyaAllah dirahmati Allah Kita masih menyambung dalam bab terakhir buku Beyond the Inspiration dan insya Allah kita akan bahas pada hari ini adalah masih tentang perjalanan kehidupan manusia tentang afterlife mapping, tentang bagaimana kita memetakan kehidupan kita ini Dan kita sudah bahas kemarin bahwa kehidupan manusia itu seperti seseorang yang sedang berjalan atau seseorang yang sedang melakukan sebuah perantauan. Dan kampung halamannya kita sudah tahu adalah surganya Allah, insyaAllah. Dan kita sudah tahu dalam perjalanan itu seorang manusia pasti merasa tidak nyaman. Kenapa merasa tidak nyaman? Karena itu bukan tempat kampung halamannya.
Karena itulah dia merasa nggak suka. Nggak nyaman, nggak enak Sebagaimana hadis Rasulullah SAW Ad-dunya sijnul mu'min wa jannatul kafir Sesungguhnya dunia itu seperti penjara bagi orang-orang yang mu'min Dan seperti surga bagi orang-orang yang kafir Kenapa? Karena Rasulullah mengajarkan cara pandang seorang muslim terhadap dunia Adalah dia memandang dunia ini sesuatu satu yang tidak abadi sesuatu tempat persiapan sebelum dia kembali kepada kampung halamannya dan kita juga sudah bahas teman-teman sekalian mental yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada seorang muslim dia memandang dunia ini cuma tempat singgah kalau Rasulullah katakan itu dunia kaya Lautan yang kalau Anda mencelupkan, kita mencelupkan salah satu jari kita ke dalam lautan itu, maka perhatikanlah apa yang mampu kita angkat.
Itulah dunia dan seluruh kenikmatannya. Sedangkan apa yang Allah tahan di surga bagi seorang mu'min itu laksana lautan yang dia tinggalkan daripada beberapa tetes itu. Maka kita sudah sampai bahwa Masya Allah sangat indah sekali di dalam Islam. Ketika Allah menggambarkan kenikmatan dunia itu hanya sedikit sekali, bahkan sangat tidak terhitung dibandingkan dengan kenikmatan yang Allah janjikan telah nanti di surganya Allah.
Pertanyaannya sekarang, kalau kita sudah tahu bahwa kampung halaman kita nanti adalah di surganya Allah, insya Allah, lalu di dunia ini kita merantau, dan kita sudah tahu bahwa dalam perantau itu ada beberapa ciri-ciri yang sudah kita sebutkan tadi, pertanyaan berikutnya adalah berapa lama kita merantau? Kalau seandainya kita tanya pada seorang mahasiswa, berapa lama kamu merantau dari kampungmu kemudian pergi ke kampus, lalu kuliah, lalu balik lagi? Mungkin jawabannya beragam.
Tapi pasti jawabannya ya tergantung berapa lama kuliah. Kalau kuliahnya normal, ya sekitar 4 tahun, 4,5 tahun. Kalau agak lama, ya 5 tahun, 6 tahun. Kalau maksimal, ya 7 tahun.
Kalau 7 tahun nggak bisa lulus, itu ya di drop out gitu ya. Tapi berapa lama manusia itu safar atau merantau di dunia? Ya selama hidup, jawabannya. Pertanyaannya, hidupnya manusia berapa lama? Hidupnya manusia itu menurut...
beberapa ini ya penelitian tentang kehidupan manusia zaman sekarang rata-rata itu manusia meninggal umurnya 70 tahun 60 70 tahun dan itu bertepatan dengan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang menyampaikan bahwa umur umatku ini ya tidak lebih dan tidak kurang sama seperti nabinya kalau Nabi Adam itu umurnya panjang lebih panjang daripada umur manusia sekarang maka sebegitulah umur manusia pada zaman dulu Kalau Nuh berdakwah di tengah-tengah kaumnya itu sembilan ratusan tahun, maka sebegitulah umur orang-orang pada zaman dulu. Tapi umur Nabi Muhammad itu sekitar 63 tahun. Maka Rasulullah menyampaikan umur umatku itu akan ada dalam rentang 60-70 tahun. Jadi antara 60-70 tahun itulah umur umatnya, atau umur manusia-manusia pada zaman-zaman yang terakhir.
Pertanyaannya, 60 sampai 70 tahun Itu lama atau enggak sih? Jawabannya relatif Betul Jadi kalau memang ditanya tentang waktu itu Jawabannya relatif Relatif berdasarkan apa? Ya berdasarkan pengalaman kita Tapi yang perlu kita lihat teman-teman sekalian Hidup manusia itu pasti cuma itu-itu saja Ada polanya Apa polanya?
Diperhatiin ya teman-teman sekalian Pola hidup manusia itu Dia senantiasa mulai dari titik 0 kemudian dia naik sampai pada satu titik yang tidak bisa dia lampaui kemudian dia akan turun lagi balik lagi ke titik 0 jadi kayak sebuah parabol gitu jadi kayak parabola jadi dari titik 0 lalu kemudian naik sampai satu titik yang dia tidak bisa lampaui lagi kemudian dia akan turun lagi sampai lagi ke titik 0 makanya kalau kita anggap manusia itu hidupnya antara 60 sampai 70 tahun bisa kita sampaikan dari 0 nih lalu kemudian titik ujungnya adalah 60 maka pikk itu ada di 30 sampai 35 oke lah taruh lah 35 karena 70 itu anggaplah yang terakhir ya, jadi 0 sampai dengan 35, lalu kemudian turun lagi sampai 70 maka keadaan manusia kalau teman-teman bisa gambarin parabola kayak gitu ya, jadi parabola 0 70, lalu 0, 35, lalu kemudian 70 kalau teman-teman bisa gambarin kayak gitu berarti usia 0 itu sama dengan 70, sama-sama gak ada berarti Usia 10 itu kira-kira sama polanya dengan usia 60. Usia 20 itu sama dengan kira-kira usia 50. Usia 30 itu sama seperti usia kira-kira 40. Nah, contoh kayak gini ya. Orang bilang, manusia itu dari nggak bisa apa-apa balik lagi ke nggak bisa apa-apa. Di tengah-tengahnya dia bisa semuanya. Nah, jadi dia dari nggak bisa apa-apa.
Lalu kemudian bisa semuanya sampai titik puncak itu, lalu kemudian dia balik lagi jadi nggak bisa apa-apa. Dan kata orang, pengalaman, semakin orang itu tua, maka semakin dia mirip kayak anak kecil. Itu betul. Makanya orang-orang yang sudah tua, yang sudah punya cucu, itu lebih akrab sama cucunya dibandingkan sama anaknya.
Kenapa? Karena frekuensinya sama. Jadi sama-sama mau main, sama-sama punya pikiran yang tidak terbatas, dan seterusnya.
Dan saya sendiri mengalami. Itu saya pernah ketemu dengan orang yang sudah agak tua gitu ya Umurnya sudah 70an tahun Tiba-tiba dia bilang gini Eh saya mau beli mobil Ikap dong, mau nyetir. Ini kadang-kadang anak-anaknya juga lucu. Dan memang yang menganggap orang tuanya ya, memang sudah mungkin balik lagi ke anak kecil. Mungkin mereka mikirnya sudah tanpa konsekuensi, dan seterusnya seringkali ketawa sendiri, seringkali nangis sendiri, kayak anak kecil, karena memang sudah nggak punya konsekuensi lagi.
Dan contoh lagi misalnya ya, kalau umur 10 itu sama kayak umur 60, lalu kemudian umur 15, berarti itu sama kayak umur 55. Umur 15 misalnya kan orang puber ya, orang sudah mulai remaja, dia sudah mulai naksir cewek dan segala macem, yang cowok naksir cewek, yang cewek naksir cowok Nah itu persis kayak orang umur 55 katanya, saya nggak tau karena saya belum sampai umur situ Jadi 55 itu katanya puber kedua gitu ya, jadi puber kedua karena memang ya itu polanya sama Kan tadi ya saya sudah bilang kayak sebuah parabol 0 sama dengan 70, kalau 70 itu adalah kita andaikan umur manusia, 10 sama dengan 60 Loh? 15 sama dengan 55. Jadi, puber kedua. Nah, kalau dia umur 20, itu kayak umur 50. Oh, itu lagi gagah-gagahnya gitu ya.
Nah, sekarang saya umur berapa? Saya umur 37. Jadi, sudah turun dari peak gitu kan. Sudah turun dari puncak.
Manusia mulai dari nggak ada apa-apa. Dia lahir nangis. Mendekati kematiannya, dia cuma bisa nangis juga.
Dia cuma bisa nangis. Dia cuma bisa... Ya, apapun dia nggak bisa ngomong lagi. Manusia lahir...
Cuma nangis doang, dia gak bisa ngomong, dia gak bisa ngapa-ngapain, itu juga sama. Pengeliatannya belum jelas, suaranya belum jelas, sebelum mati pun juga. Nggak akan sama. Gitu ya. Lalu kemudian dia belajar untuk jalan.
Jalannya masih agak susah. Sebelum mendekat hikmatnya juga akan gitu. Jadi ya, coba lihat manusia.
Manusia tuh cuma akan sampai pada satu titik yang paling puncak. Dan dia akan balik lagi ke garis nol lagi. Jadi dia lahir, belajar kemudian jalan.
Belajar kemudian lari. Belajar ngomong, lalu bisa melakukan apapun sendiri, mulai bisa makan sendiri, mulai bisa jalan sendiri, mengambil keputusan sendiri, sampai titik puncak seolah-olah dia bisa segala-galanya. Tapi pelan-pelan ketika dia balik lagi ke titik nol itu, dia mulai akan kehilangan semuanya satu per satu lagi. Dia mulai akan kehilangan rambutnya lagi seperti dia kayak bayi. Dia mulai nggak bisa makan lagi seperti dia kayak bayi.
Gigi-giginya mulai hilang lagi. Awalnya nggak ada, balik lagi nggak ada giginya. Lalu kemudian dia kehilangan lagi kemampuan sendi-sendinya. Dia kehilangan kemampuan dirinya.
Badannya mulai lagi kayak sakit-sakitan, rentah dan rapuh, dan seterusnya. Maka manusia itu akan sadar pada suatu titik, dia mikir gini, kalau dulu saya nggak bisa lari, sekarang saya balik lagi nggak bisa lari. Dulu saya nggak bisa mandi sendiri, lalu saya bisa melakukan semuanya sendiri, lalu saya balik lagi harus dimandiin. maka secara logis setiap manusia mendekati kemudian hari-hari tuanya akan berpikir secara yakin banget bahwa saya pasti akan mati. Saya pasti akan balik lagi dalam kondisi sebelum saya lahir.
Kalau saya dulu nggak bisa apa-apa, maka saya akan balik lagi nggak bisa apa-apa. Maka sangat wajar banget kalau seandainya seorang yang sudah tua itu mulai berpikir dengan akhirat. Wajar banget.
Kenapa? Karena dia tahu dia kembali kehilangan kemampuannya satu persatu. Dia kehilangan kebisaannya satu persatu. Dan dia akan tahu bahwa dia akan balik lagi ke titik nol lagi. Sebagaimana dulunya.
Maka dia akan lebih banyak memikirkan akhirat. Dia akan lebih banyak perhatian pada amal-amal yang akan dia bawa. Makanya kalau misalnya orang bilang.
Kalau ada orang tua, dia sadar itu wajar. Kalau ada orang sudah tua, dia nggak sadar-sadar itu kurang ajar. Kenapa?
Karena harusnya tanda-tanda yang ada dalam tubuh dia sendiri sudah benar-benar bisa meyakinkan dia bahwa sebentar lagi dia akan selesai. Tapi kalau ada orang muda yang sudah mulai sadar, maka itu adalah orang-orang yang istimewa. Kenapa? Karena dia mengorbankan segala sesuatunya karena berpikir lebih jauh bahwasannya dia pasti akan sampai pada titik itu.
Makanya kan dalam beberapa puitisasi hikmah dikatakan bahwa Allah itu suka dengan orang yang bertaubat. Tapi lebih suka dengan hamba Allah yang muda yang bertaubat. Allah benci dengan orang muda yang bermaksiat. Tapi Allah lebih benci dengan orang yang sudah tua yang bermaksiat. Kenapa?
Karena kalau dia sudah tua, harusnya dia sudah sadar. Karena apapun yang ada pada dirinya sudah menunjukkan pada satu titik yang pasti ngarahnya ke situ. Dulunya nggak punya gigi, balik nggak punya gigi.
Dulu matanya rabun, balik lagi matanya rabun. Dulu misalnya dia nggak bisa makan, sekarang balik lagi nggak bisa makan. Dicabutnya kenikmatan satu persatu oleh Allah.
Sebelumnya, ketika bayi, kenikmatan itu nggak ada. Lalu diberikan Allah sampai titik yang maksimal. Dan dicabut lagi satu persatu, sampai kemudian itu berkurang terus-menerus, harusnya menjadi tanda-tanda yang paling jelas bagi dia untuk segera bertaubat kepada Allah SWT.
Berarti, ya hidup manusia polanya gitu aja. Pertanyaannya, 60-70 tahun ini lama atau nggak sih? Pertanyaan kan gitu ya, 60-70 tahun, sampai manusia sampai pada satu siklus yang paling tinggal, lalu balik lagi lama atau nggak sih?
Kalau ditanya pada saya, saya jawab, bentar banget. Kayaknya baru kemarin kita nikah. Saya selalu bilang begitu sama istri saya, kayaknya baru kemarin kita nikah. Ngeliatin foto-foto anak saya, ya Allah, Gozi tuh baru kemarin ya mukanya kayak gini.
Baru kemarin ya koko tuh kayak gini. Yang paling nyata tuh Alila. Saya tuh Masya Allah, tiba-tiba anak saya tuh sudah balik.
Saya tuh kadang-kadang tuh di pojokan, agak stres gitu kan ya. Mikirin anak saya, kenapa? Ya Allah, saya tuh nggak pernah kebayang gitu ya. Anak saya tuh udah jadi gede kayak gini. Kadang-kadang saya kira saya manggil ibunya, saya salah manggil dia.
Kadang-kadang saya bilang, contoh misalnya dia lagi naik tangga. Saya cuma ngeliat dari atas, saya bilang, Umi ambilin minum. Ternyata dia gitu kan. Anak saya tuh...
Ya Allah, saya tuh kayak stress gitu ketika melihat anak saya tuh Tiba-tiba udah gede kayak gini Saya ngeliat foto dia pas masih kecil Ketika dia lagi perlu saya banget Apa-apa minta saya, apa-apa manggil saya Apa-apa mau sama abinya dan segala macem Dan seolah sekarang tuh Kayak itu menjauh gitu maksudnya Outreach gitu ya Gak bisa diambil lagi gitu maksudnya Ya karena memang dia punya kehidupan Karena dia memang harus dewasa gitu Memang dia harus ya harus gede gitu maksudnya Tapi kayak gak terima aja Kayak baru kemarin gitu maksudnya Abi itu masih bisa meluk kamu Abi itu masih bisa gendong kamu Saya selalu bilang gitu Ya kayak gak percaya aja karena bagi saya semua itu singkat banget Kayaknya baru kemarin Lalu dia itu masuk pesantren Tiba-tiba sekarang sudah mau kelas Tiga, gitu kan. Ini kan adalah sesuatu yang membuat saya depresi, membuat saya stres. Kenapa?
Ya, karena semakin dekat waktu saya untuk bisa bersama dia, dan semakin dekat waktu saya untuk berpisah dengan dia. Gitu maksudnya. Dalam arti ya, mau nggak mau kan, suatu saat nanti dia harus dinikahkan. Kan gitu.
Ya artinya, bagi saya semua tuh kayak terlalu cepat bagi saya ya. Artinya, ya Allah kemarin kayak baru umur berapa ya, baru masih Islam umur... Terima kasih. 17 tahun, eh ya 18 tahun, saya maksudnya sekarang udah 37 tahun Kok kayaknya cepet banget ya, apalagi Ramadan kali ini, ya Allah rasanya Udah setengah Ramadan, kayak ya Allah kok cepet banget Dan ada pasti dalam hidup Kita, kita berpikir bahwa kayaknya kok semua ini kok cepet banget. Walaupun mungkin kita merasanya gak gitu.
Tapi kok ya gitu. Gimana cara menceritakannya? Seolah-olah hidup itu berjalan begitu cepat.
Kalau kata orang Barat itu time flies. Time flies itu apa sih? Time itu waktu.
Flies itu lalat. Waktu itu lalat. Time flies.
Waktu itu berjalan begitu cepat. Time goes by, gitu kan ya. Waktu itu lari begitu cepat.
Kenapa? Karena ya kita itu merasa bahwa kita masih punya banyak waktu, tapi tiba-tiba kita sudah kehilangan waktu. Kita sudah kehabisan waktu. Hidup itu memang relatif. Relatifnya berdasarkan apa?
Kalau seandainya relativitas waktu itu gini ya, kalau seandainya 2 menit itu dipakai untuk nungguin bis, itu lama. Kapan bisnya datang? Kok udah gak datang-datang gitu kan ya?
Di Istanbul atau di Jepang, pelat naik... MRT, telat naik tram, itu 2 menit aja, itu kita udah rasa, kok ini lama banget sih? Kok ini lama banget sih ini telatnya?
Apalagi kalau telatnya sampai 5 menit, apalagi telatnya sampai 10 menit. Jadi 10 menit atau 2 menit untuk nungguin angkutan umum itu kayaknya lama banget. Tapi kalau 10 menit atau 2 menit untuk surfing atau untuk main game, itu kayaknya berlalu begitu cepat. Kenapa?
Karena waktu itu relatif. Waktu itu memperlakukan orang itu berbeda-beda. Tergantung apa?
Tergantung bandingannya. Kalau bandingannya itu adalah, contoh ya, kalau bandingannya itu misalnya per detik seperti lomba Formula 1, ya satu detik itu sudah sangat lama sekali. Pitch stop itu beda satu detik dengan lima detik itu jauh banget udah bedanya.
gitu maksudnya tapi kalau itu adalah contoh ya kayak misalnya kayak orang lagi nungguin nungguin pesawat misalnya ya satu detik dua detik nggak terlalu banyak artinya gitu kan kalau orang nungguin pesawat ya itungannya ya per jam jadi sebenarnya tergantung berapa lama bandingannya tapi okelah kita coba step aside daripada pembahasan Dari menurut perasaan kita, berapa lama kita itu hidup di dunia. Berapa lama perantauan kita. Andaikan kita mati umur 60 atau umur 70. Bagi saya sih udah kayak cepet banget. Karena sekarang aja saya udah jadi 37, udah kayak cepet banget. Bentar lagi 40. Sudah masuk 40, bentar lagi 50. Bentar lagi 50, 60, nunggu mati.
Dan kita lihat, itu pun kalau matinya 60. Coba kalau nggak gitu kan misalnya Nah itu lebih cepat lagi Oke lah bagi saya ini cepat Mungkin bagi yang lain hidup dia terlalu lama Sampai dia mau mengambil hidupnya dengan cara bunuh diri Walau lah misal Tapi coba kita lihat Bagaimana pandangan Al-Quran Secara bahasan Allah SWT Tentang kehidupan manusia Di dalam Al-Quran sendiri, Allah pernah bertanya, bukan Allah pernah bertanya, Allah menuliskan di dalam Al-Quran bahwa Allah menanyakan pada orang-orang yang dibangkitkan di Yawmi'l-Kiyamah, lalu Allah tanya pada mereka Kam labistum fil ardi adadassinin Wahai manusia yang barusan dibangkitkan, kalian itu sebenarnya berapa lama sih hidup di dunia? Kam labistum fil ardi adadassinin, berapa tahun kalian hidup di dunia? Ternyata jawaban orang itu di dalam Al-Quran, dikatakan Jadi Kami hidup di dunia ini Ya Allah Rasa-rasa kami itu Sekitar satu hari Kalau nggak setengah hari Coba perhatikan tentu sekalian Di dalam Al-Quran Allah tanyanya adalah Berapa tahun Jadi hitungan tahun Berapa tahun kalian tinggal di dunia Kalau kayak pelajaran matematik ya Kalau pertanyaannya berapa meter Maka jawabannya harusnya segini meter Kalau pertanyaannya berapa senti, harusnya jawabannya segini senti.
Kalau pertanyaannya berapa kilo, ya jawabannya berapa, harus dalam hitungan kilo. Kalau misalnya jawabannya masih gram, ya harus dikonversi dulu. Kalau berapa lusin, jawabannya bukan berapa jam.
Jawabannya pasti dalam lusin juga. Kalau tidak dalam lusin, harus dikonversi. Maka Allah seolah menunjukkan pada manusia, dengan pertanyaan tadi, Kam labistum fil adi'a dadasinin.
Seolah-olah Allah katakan kalian tuh merasa kalau kalian tuh hidup sudah bertahun-tahun kan Ada yang diantara kalian merasa merasa hidup puluhan tahun, ada yang kalian diantara kalian merasa hidup sudah apa namanya, 20, 30, 40, 50, atau bahkan ada yang 100 tapi Allah tanya itu pada orang-orang yang baru dibangkitkan maka mereka jawab, bukan hitungan tahun, bahkan kami gak merasa hitungan tahun ya Allah mereka menjawab, labisna, kami hidup di dunia ini, kami tinggal di dunia ini yauman au ba'du yaumin kami cuma tinggal disitu cuma sehari, kalau gak sehari, kayaknya cuma setengah hari deh, kami gak yakin sehari kalau gak setengah hari Dalam pembahasan yang lain, dikatakan oleh Allah di dalam Al-Quran, ketika manusia dibangkitkan, mereka ditanya dengan pertanyaan yang sama, berapa lama kalian tinggal di dunia? Maka mereka menjawab, bahwa kami tinggal di dunia cuma sekitar di pagi hari atau di sore hari. sore hari atau di pagi hari kalau sore hari seperti yang sekarang teman-teman lihat saya ini ya paling sekitar jam berapa? paling sekitar jam dari jam 3 sampai jam 6 atau jam 7, paling 3 atau 4 jam pagi hari jam berapa? paling jam 7 atau jam 6 lah taruh lah dan jam 6 sampai jam berapa?
sampai jam 10 pagi hari 4 jam atau ya 3 atau 4 jam atau 5 jam 4 jam 5 jam Dalam ayat yang lain seperti di siang hari. Siang hari berapa lama sih? Jam 10 sampai jam 2 atau jam 3?
4 atau 5 jam? Sama. Pertanyaannya kok bisa begitu? Iya. Karena bandingan kita pada saat itu.
Standar kita pada saat itu adalah yaumil kiamah. Dan di yaumil kiamah. Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita. Wahai manusia.
Gimana perasaan kalian? Kira-kira gimana keadaan kalian? Ketika kalian dikumpulkan pada satu tempat. Seperti berkumpulnya anak panah dalam wadahnya. Dalam hadis yang lain, seperti dikumpulkannya kalian seperti berdesak-desakan.
Dan kalian dalam keadaan tidak berpakaian, dalam keadaan kalian itu tidak dihikmitan. Dalam keadaan itu kemudian Aisyah bertanya pada Rasulullah Ya Rasulullah kalau kami dikumpulkan dalam keadaan kayak gitu Apakah kami gak merasa malu satu sama lain ya Rasulullah? Rasulullah katakan, jangankan kalian ngurusin malu kalian sendiri Jangankan kalian mikirin awrot kalian sendiri Kalian sudah sibuk dengan urusan kalian masing-masing Kenapa?
Dalam hadis yang lain diceritakan lagi Karena matahari didekatkan satu mil di atas kepala kalian Dan kalian pada saat itu merasa kepanasan luar biasa Dan kalian merasa waktu itu urusan kalian lebih besar daripada apapun Dan mereka semua saking khawatirnya Mereka berkeringat sampai keringat itu Ada yang menggenangi seseorang diantara kalian sampai batas lututnya Ada yang menggenangi seseorang daripada kalian sampai batas perutnya Ada yang menggenangi seseorang daripada kalian sampai dia sampai batas hidungnya Sampai dia tenggelam dalam lautan keringatnya sendiri Karena saking dahsyatnya waktu itu Dimana kata Rasulullah di hari itu kalian dikumpulkan seperti berkumpulnya anak-anak panah dalam wadahnya berhimpit-himpitan satu sama lain dalam keadaan panas dan dalam keadaan khawatir dan kalian dikumpulkan disana dalamkan 50.000 tahun sementara Allah tidak memperhatikan kalian sedikit itu kata Rasulullah SAW 50.000 tahun dalam keadaan tidak diperhatikan dalam keadaan berdiri seperti itu itulah Yaumil Qiyamah bayangannya seperti itu maka seseorang di antara kita yang hidup 20 tahun, 30 tahun, 50 tahun 60 tahun, 70 tahun, pada saat itu mereka akan merasa, Duhai kehidupan yang sangat singkat bila dibandingkan dengan Yaumil Kiyama. 50 ribu tahun kita kemudian ada di situ, menunggu pada saat itu dengan amal kita yang kita nggak ngerti akan menghasilkan kita seperti apa. Kalau kita bandingkan teman-teman sekalian, coba bandingin kayak gini ya. Kalau kita hidup 70 tahun di dunia, Dan sementara pada saat itu kita harus menghabiskan 50 ribu tahun untuk menunggu pada saat itu sebagaimana hadis Rasulullah SAW, walau ambil soal seperti apa tafsirnya, tapi kalau ambillah letterlaks 70 tahun di dunia dibandingkan dengan 50 ribu tahun, maka seolah-olah kalau kita hitung dengan matematika, kita hidup di dunia itu.
Kalau saatnya 50 ribu tahun itu adalah satu hari, maka 70 tahun itu berapa lama? Kalau 50 ribu tahun itu adalah satu hari, maka konversinya pada saat itu, 70 tahun itu cuma sekitar 2 menit 1 detik. 2 menit 1 detik.
Kok cuma 2 menit 1 detik? Bukannya tadi dikatakan orang-orang yang dibangkitkan akan mengatakan bahwa kami cuma kayak di sore hari, atau kami kayak di pagi hari, atau kami kayak di siang hari. Mungkin itu ditambah dengan di kuburan.
Kita di dunia 70 tahun, tapi siapa tahu kita di kuburan berapa lama. Kita dikuburan sampai menunggu Yomil Qiyamah Sebelum kita dibangkitkan Walalamisob Tapi yang jelas 70 tahun hidup di dunia itu Kalau dikonversikan Kalau 70 ribu tahun sama dengan 1 hari Maka 70 tahun Sorry Kalau 50 ribu tahun sama dengan 1 hari Maka 70 tahun sama dengan 2 menit 1 detik Maka pada saat itu Setiap orang yang berbuat buruk Berbuat maksiat Berbuat kejahatan dia sudah kenyang di dunia dengan seluruh keburukan-keburukan dia dan memang gak ketahuan dan gak pernah dibalas dia di dunia dengan keburukan-keburukan itu maka dia akan berkata Ya Allah ya Allah Saya membeli kenikmatan dengan harga cuma 2 menit 1 detik dan saya bayar dengan kesengsaraan selama 50 ribu tahun. Dia nggak tahu.
Disitulah kemudian orang-orang berkata, ini perdagangan yang sangat merugikan. Ya Allah, andaikan saya cuma sekedar tanah aja yang nggak harus kemudian bertanggung jawab terhadap semua ini. Dan pada hari itu teman-teman sekalian, orang-orang yang sabar, dia sabar untuk sholat selama hidup dia, dia sabar untuk bisa nutup aurot selama hidup dia, dia sabar untuk dicaci maki, dia sabar untuk bisa mendakwahkan. Islam, dia sabar untuk bisa bersedekah, dia sabar untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit amal soleh kepada Allah SWT dia sabar untuk bisa mengurusi ayah dan ibunya, dia sabar untuk bisa ngurusin anak-anaknya, pada saat itu dia berkata, ya Allah, Alhamdulillah ya Allah, saya itu cuma beli kesengsaraan selama 2 menit 1 detik, itu pun kalau sengsara dan gak mungkin seumur hidup dia sengsara, cuma 2 menit 1 detik, ya Allah saya sabar sholat, ya Allah saya sabar untuk nutup aurat, ya Allah Saya sabar untuk bisa menaati setiap syariatmu ya Allah. Walaupun kerongkongan saya itu sakit ya Allah.
Walaupun saya aus banget. Saya masih mau membaca ayat-ayatmu ya Allah di bulan Ramadan. Walaupun saya lapar dan saya capek.
Tapi saya masih mau berdiri untuk di malam hari. Untuk bisa mengambil sedikit. Siapa tau engkau rido dengan saya ya Allah. Dan saya dapat kenikmatan selama 50 ribu tahun.
Cuma modal 2 menit 1 detik. Sabar. Dan kemudian dia dapat. Dapat semua yang Allah janjikan pada saat itu berupa kenikmatan di Yawmi Lekiamah.
Itulah kemudian ketika orang-orang di surga, orang-orang mu'min ketika sudah melalui semua itu, apa kata orang-orang di surga, bukan kata orang-orang, apa kata malaikat-malaikat di surga, Salamun alaikum bima sobartum. Selamat ya, Anda sudah sabar. Sabar berapa lama?
Cuma 2 menit 1 detik. Cuma 2 menit 1 detik. Maka wajar ketika Umar bin Khotob berkata, senikmat-nikmatnya maksiat Anda.
Ingat maksiat Anda akan berakhir. se-nggak ketawan-nggak ketawanya anda bermaksiat pada Allah seenak-enaknya, senikmat-nikmatnya anda bermaksiat pada Allah mungkin anda berzina dan gak ketawan mungkin anda menyakiti orang-orang muslim dan anda gak ketawan mungkin anda menghilangkan nyawa orang muslim dan anda gak ketawan bisa jadi di dunia anda gak ketawan tapi itu semua kata Umar bin Khotob seluruh kenikmatan itu terbatas dan pasti akan berakhir Umar bin Khotob mengatakan Kenikmatan bermasyiat itu akan berakhir Tapi yang sudah tetap adalah siksaan Allah Yang sudah diakibatkan oleh itu Dan kemudian beliau mengatakan Kesulitan ketika menaati Allah Itu ada dan akan berakhir Lelah itu ada ketika untuk lillah Dan itu akan berakhir Tapi pahalanya sudah tetap tercatat oleh Allah SWT Berapa lama kita hidup di dunia? 60-70 tahun. Terbatas. Dan setiap hari, hari demi hari, waktu demi waktu, kita mendekati ajal kita.
Yang sudah tertulis jelas di Lahut Mahfuz. Yang jelas kita mendekati kematian itu sudah pasti. Yang belum pasti adalah... Apa yang sudah kita siapkan selama 2 menit 1 detik ini... Selama 70 tahun ini, untuk sesuatu yang sepanjang 50 ribu tahun di Yaumil Kiyama, atau satu hari di situ, atau 50 ribu tahun dalam pandangan kalau bandingannya 70 sama 50 ribu tahun, dan itu bukan akhir.
Tapi itu hanyalah penghitungan sebelum kita nanti berada di hadapan Allah ketika dibuka semua rahasia-rahasia. Dan dihitung setiap amal-amal. Dan kemudian ditentukan apakah kampung halaman kita di surga atau kampung halaman kita di dunia. bukan disitu, Allahumma sallallahu alaihi wa sallam mudah-mudahan kita bisa lanjut lagi, lalu bagaimana yang kita perlu persiapkan, dan bagaimana setelah kita tahu waktu perantauan kita sangat singkat sekali, selama 2 menit 1 detik dibandingkan 1 hari nanti di umil kiamah maka ketika kita sudah mengetahui semua itu apa yang harus kita perbuat, mudah-mudahan kita bisa lanjutkan, dan Allah masih memberikan kita waktu sebelum 2 menit 1 detik ini, Allah akhiri, dan kita harus kembali kepada Allah, suka ataupun tidak suka, dalam keadaan maksyiat atau dalam keadaan taat, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh