Transcript for:
Pentingnya Waktu dalam Kehidupan dan Alam

Intro Kita lahir, hidup, dan pada titik tertentu kita mati. Gagasan bahwa keberadaan kita dibatasi oleh waktu merupakan hal mendasar bagi pengalaman manusia. Kita tidak bisa melawannya dan sejujurnya, kita tidak tahu apa yang sedang kita lawan.

Sebab waktu adalah sesuatu yang universal, yang sifatnya tidak dapat dipahami oleh kita semua. Pada tingkat tertentu, waktu itu sederhana. Waktu adalah variable independent yang mengubah hal-hal lain, namun tidak dapat diubah oleh hal lain. Dan dilihat dari sudut pandang...

tersebut, keberadaan waktu dapat diartikan sebagai prasyarat yang diperlakukan bagi alam semesta. Dimana segala sesuatu mengarah pada penciptaan yang lain dan waktu juga lah yang menghentikan segala sesuatu yang terjadi dengan sekaligus. Ini mungkin terlihat sangat menyederhanakan. Tapi setidaknya ini adalah sesuatu yang bisa disetujui oleh banyak orang.

Tapi pertanyaan mendasarnya, mengapa waktu begitu penting? Baik dalam penciptaan tumbuh kemampuan semesta maupun dalam hidup manusia. Dan misteriusnya Mengapa waktu begitu merahasiakan dirinya? Manusia selalu ingin mengetahui asal-usul sesuatu, termasuk asal-usul waktu. Seperti, apa waktu selalu berjalan ke depan?

Dan, mungkinkah waktu berjalan mundur ke belakang? Atau bahkan berhenti sama sekali? Pertanyaan lainnya, apa waktu diciptakan atau ditemukan? Dan pertanyaan-pertanyaan itu terus berkembang sampai pada pertanyaan, mana yang lebih dahulu ada, waktu atau ruang, atau mereka saling ada bersamaan? Sebenarnya, kata lebih dahulu pada pertanyaan yang kita ajukan sudah merupakan konsep waktu.

Dan secara tidak langsung kita sudah berasumsi bahwa waktu sudah ada lebih dulu sebelum ruang. Alhasil pertanyaan yang kita ajukan secara tidak langsung sudah terselip suatu jawaban. Tetapi jika kita lihat lebih dalam apa itu waktu dan bagaimana waktu bekerja, kita akan mendapatkan pemahaman bahwa waktu itu tercipta karena adanya pergerakan dalam ruang.

Waktu yang kita gunakan, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, berpacu pada rotasi bumi dan revolusi bumi terhadap matahari. Lalu dengan informasi itu, kita berpikir dan berkesimpulan bahwa ruang lebih dahulu ada dibandingkan waktu. Karena pada kenyataannya, waktu berjalan mengikuti ruang. Pernyataan ini memang masuk akal untuk kita cernas sebagai manusia. Tetapi, pernyataan ini bisa dikatakan terlalu rasional.

Sementara alam semesta bisa dibilang sesuatu yang irasional. Masih banyak misteri yang tidak kita ketahui sebagai manusia. Sekarang jika pertanyaannya, apabila ruang tercipta terlebih dahulu dan waktu tercipta karena adanya ruang, Apakah proses terciptanya seluruh kehidupan di alam semesta ini tidak memiliki urutan-urutan atau tahapan-tahapan?

Padahal kita tahu, hampir semua kitab-kitab agama menyatakan bahwa penciptaan alam semesta beserta seluruh isinya tercipta dalam enam masa. Dan dari pendalilan teologi yang menyatakan bahwa saat alam semesta diciptakan, waktu sudah berjalan, secara tidak langsung membuat kita berasumsi bahwa waktu sudah ada lebih dahulu daripada ruang. Dan pada pernyataan yang kedua ini, kita sudah membuat kesimpulan yang membantah pernyataan pertama. Sekarang kita kembali bertanya, jadi mana yang lebih dahulu ada, waktu atau ruang? Dan untuk pertanyaan itu tidak ada yang mendahului mana yang lebih dahulu ada.

Sebab dalam sejarah penciptanya itu sendiri, waktu dan ruang tidak terlepas dari sejarah alam semesta. Ruang dan waktu terbentuk bersamaan dengan pembentukan alam semesta. Tidak ada ruang di luar alam semesta dan tidak ada waktu sebelum ada alam semesta. Namun dalam kajian fisika definisi, waktu sudah tidak lagi menjadi seperti pemahaman kita sekarang.

Waktu menjadi pemahaman yang tidak lagi manusiawi. alhasil menjadi sulit dipahami dengan nalar awam. Jadi, jika kita bertanya adakah waktu, tentu kita akan langsung menjawabnya dengan tentu ada. Lihat saja kalender dan jam.

Jawaban ini tidak cukup memuaskan rasa penasaran kita. Dan dari segala ketidaktahuan dan kebingungan kita pada alam semesta, dan penciptaan dengan segala ruang dan waktunya, akal dan rasa penasaran kita selalu ingin terus mendapatkan jawaban pastinya. Berbagai hasil pengamatan yang telah dianalisis dengan dukungan teori-teori fisika untuk mengungkapkan asal-usul alam semesta. Menyatakan bahwa alam semasa ini bermula dari ledakan besar atau Big Bang sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu.

Semua materi dan energi yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi, yang berkerepatan tak berhingga. Tetapi ini jangan dibayangkan seolah-olah titik itu berada di suatu tempat di alam yang kita kenal sekarang ini. Yang benar, baik materi, energi, maupun ruang yang ditempatinya seluruhnya bervolum amat kecil.

bahkan hanya satu titik tak berdimensi. Tidak ada satu titik pun di alam semesta yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain, ledakan besar alam semesta tidak seperti ledakan bom yang meledakan dari satu titik kemudian menyebar ke segenap penjuru. Mengapa tidak sesederhana itu untuk bisa kita bayangkan?

Karena pada hakikatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan itu. Lebih tepatnya, seluruh alam semesta mengembang tiba-tiba secara serentak dan bersamaan. Dengan itulah mulai terbentuk materi, ruang, dan waktu. Materi alam semesta yang pertama terbentuk adalah hidrogen, yang menjadi bahan dasar bintang dan galaksi generasi pertama.

Dari reaksi fusi nuklir yang berada dalam bintang, kemudian terbentuklah unsur-unsur berat seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan besi. Kandungan unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang itu, dapat kita bilang merupakan salah satu akte lahir dari bintang. Kemudian, bintang-bintang yang mengandung banyak unsur berat itulah, yang kemudian menjadi bintang generasi muda, yang memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi pembentuk bumi pun diakini berasal dari debu dan gas antar bintang, yang berasal dari ledakan bintang di masa lalu.

Jadi, sisi alam ini memang berasal dari satu kesatuan, dan itu terjadi miliaran tahun yang lalu, jika kita menghitungnya dalam skala waktu. Bukti-bukti pengamatan lainnya menunjukkan bahwa alam semesta mengembang. Spektrum galaksi-galaksi yang jauh sebagian besar menunjukkan bergeser ke redshift, atau bergeseran merah yang karena panjang gelombangnya bertambah, karena alam mengembang. Untuk tambahan informasi, redshift adalah gejala ketika frekuensi cahaya, yang diamati lebih rendah daripada frekuensi lainnya.

Dan itu merupakan petunjuk bahwa galaksi-galaksi itu seperti saling menjauh. Namun apa yang sebenarnya terjadi adalah pengembangan ruang. Galaksi-galaksi itu dalam ukuran alam semesta hanya dianggap seperti partikel-partikel yang dapat menjauhkan ruang.

Seperti katakan menempati kedudukan yang tetap dalam ruang, dan ruang itu sendiri yang sedang berekspansi atau menjadi lebih besar atau luas. Dan dalam hal ini harus kita pahami bahwa kita tidak mengenal adanya ruang di luar alam ini. Oleh karenanya ketika kita menanyakan ada apa di luar alam semesta ini, barangkali itu bentuk pertanyaan yang keliru.

Karena alam semesta tidak memiliki celah-celah ruang, tidak memiliki beberapa dimensi seperti belakang, depan, atas, bawah, dalam ataupun luar. Hal ini dikarenakan Alam semesta ini adalah ruang yang penuh dan menyatu. Secara sederhana, keadaan awal alam semesta dan pengembangannya itu dapat diilustrasikan dengan pembuatan roti.

Materi pembentukan roti itu semula terkumpul dalam gumpalan kecil, kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain, ruang, roti sedang mengembang. Butir-butir partikel di dalam roti itu yang bisa kita analogikan dengan galaksi dalam semesta.

Saling menjauh sejalan dengan pengembangan roti itu yang bisa kita analogikan dengan alam semesta itu sendiri. Dalam ilustrasi tersebut, Kita berada di salah satu partikel di dalam roti itu. Di luar roti, kita tidak mengenal adanya ruang lain. Karena pengetahuan kita yang berada di dalam roti itu terbatas hanya pada ruang roti itu sendiri.

Demikian pula lah, kita tidak mengenal alam fisik lain di luar dimensi ruang waktu yang kita kenal. Penyair Amerika, Delmore Schwartz pernah menulis, Waktu adalah api yang di dalamnya kita terbakar. Kita lahir, hidup, dan mati.

Namun sepanjang sejarah, kita selalu terpesona dengan kemungkinan mengelak dari waktu. Dahulu, manusia menganggap waktu itu konstan alias kaku. Sedetik itu pasti selalu seperti itu ukuran durasinya. Pada abad ke-17 misalnya, Isaac Newton mengibaratkan waktu sebagai anak panah yang ditembakkan dari busur. Berjalan dalam garis lurus dan tidak pernah menyimpang dari jalurnya.

Bagi Newton, satu detik di bumi sama lamanya dengan detik di Mars, Jupiter, atau di luar angkasa. Newton percaya gerak absolut tidak dapat dideteksi, yang berarti tidak ada sesuatu pun di alam semesta yang memiliki kecepatan konstan, bahkan cahaya. Waktu harus berdetak dari satu detik ke detik berikutnya, tanpa perbedaan antara dua titik waktu yang dilaluinya. Gagasan lama para ilmuwan juga mengira bahwa ruang dan waktu terpisah, dan bahwa alam semesta hanyalah sekumpulan benda kosmik yang tersusun dalam tiga dimensi.

Pada awal abad ke-20, fisikawan mempunyai masalah. Kecepatan cahaya selalu sama dengan kecepatan cahaya. Jika Anda melempar bola bisbol keluar dari kereta dengan kecepatan 32 km per jam, kecepatan pelemparannya akan ditempuh 20 km per jam, sesuai dengan prediksi hukum Newton.

Namun, jika Anda mengerahkan senter keluar kereta yang melaju dengan kecepatan 20 mil per jam, cahayanya akan bergerak dengan kecepatan cahaya. Tidak lebih, tidak kurang, tidak peduli sudut pandang Anda. Dan menurut gambaran Newton tentang alam semesta, hal itu tidak masuk akal. Namun, seiring kemajuan temuan fisika, para peneliti menyebut waktu tidak konstan.

dan tidak sesederhana kelihatannya. Dan pada bulan November tahun 1915, hal ini terbukti benar ketika Albert Einstein, dalam serangkaian kuliahnya di Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia, memaparkan teori relatifitas yang akan merevolusi cara kita memandang alam semesta, gravitasi, bahkan fisika itu sendiri. Titik awal Einstein untuk relatifitas umum adalah teori relatifitas khusus yang diterbitkan pada tahun 1905. Teori tersebut antara lain menggabungkan ruang dan waktu menjadi satu kesatuan yang disebutnya ruang-waktu.

Teori ini menjelaskan cara merubuskan hukum fisika tanpa adanya gravitasi. Inti dari kedua teori ini adalah deskripsi ruang dan waktu yang berbeda dari apa yang disarankan oleh common sense, yang berarti pengetahuan umum yang sudah dianggap benar dengan tidak perlu dibuktikan lebih dahulu kebenarannya. Teori-teori tersebut menjelaskan bagaimana menafsirkan gerak antara tempat-tempat berbeda.

yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap satu sama lain, bukan relatif terhadap semacam ether absolut seperti yang diasumsikan Newton. Meskipun hukum fisika bersifat universal, namun subjek yang berbeda akan melihat waktu kejadian secara berbeda tergantung pada seberapa cepat mereka melakukan perjalanan. Sebuah peristiwa yang tampaknya memakan waktu seribu tahun, jika dilihat dari bumi mungkin tampak hanya memakan waktu satu detik bagi seseorang yang berada di pesawat ruang angkasa yang melakukan perjalanan dengan kecepatan tinggi.

Inti dari teori Einstein adalah fakta, bahwa kecepatan cahaya tidak bergantung pada gerak pengamat yang mengukur kecepatannya. Ini aneh, karena akal sehat berpendapat, bahwa jika Anda duduk di dalam mobil di sepanjang rel kereta api, kereta yang lewat akan tampak bergerak jauh lebih cepat dibandingkan jika Anda mengikutinya ke arah yang sama. Namun, jika Anda duduk dan melihat seberkas cahaya lewat, ia akan bergerak sama cepatnya terlepas dari apakah Anda mengikutinya atau tidak. Dalam hal ini, ada indikasi jelas bahwa ada sesuatu yang salah dengan common sense. Dan implikasi dari teori ini adalah ketika kita harus melepaskan gagasan bahwa ada waktu universal dan menerima bahwa waktu yang dicatat oleh sebuah jam bergantung pada lintasannya saat bergerak melintasi alam semesta.

Ini juga berarti bahwa waktu berlalu lebih lambat ketika kita bergerak cepat. Yang berarti, jika saudara kembar yang pergi keluar angkasa akan menua lebih lambat dibandingkan saudara mereka di bumi. Dan ini disebut sebagai Twin Paradox atau Paradox Kembar. Twin Paradox yang berkaitan dengan dilatasi waktu atau pelebaran waktu ini.

telah dibuktikan dengan berbagai eksperimen dan observasi. Salah satu yang paling tepat untuk menggabarkan dilatasi waktu adalah film Interstellar Garapan Christopher Nolan yang dirilis pada tahun 2014. Pada film tersebut menceritakan seorang astronot yang memiliki seorang putri yang masih kecil. Seorang ayah yang bernama Cooper dalam misi pencarian planet baru yang memaksanya harus meninggalkan putrinya yang bernama Murphy di bumi.

Singkat cerita, ketika kembali ke bumi, Cooper menemui putrinya yang ternyata telah menjadi nenek-nenek. Usia Murphy melebih usia sang ayah. Inilah dilatasi waktu.

Seseorang yang tinggal di bumi dan di luar angkasa mengalami perbedaan selang waktu. Waktu di bumi berjalan lebih lambat, sedangkan di luar angkasa berjalan lebih cepat. Dilatasi waktu yang terjadi merupakan salah satu dampak dari relatifitas Einstein. Waktu menjadi relatif tergantung pada gerak relatif antara pengamat dan kejadian yang diamati.

Efeknya, sebuah jam yang bergerak terhadap pengamat berdetak lebih lambat daripada jam yang diam. Hal ini mengakibatkan seluruh proses kehidupan terjadi lebih lambat bagi pengamat. ketika mereka berada dalam kerangka acuan inersia yang berbeda. Durasi antara dua kejadian sedang terjadi pada kerangka inersia pengamat disebut dengan waktu yang sesungguhnya. Namun, ketika diamati oleh pengamat yang memiliki kerangka inersia berbeda, durasi waktu tersebut seolah-olah menjadi lebih lama daripada waktu sesungguhnya.

Efek pemekaran waktu inilah yang dinamakan dengan dilatasi waktu. Untuk tambahan informasi, inersia dapat dijelaskan sebagai sifat benda melawan perubahan keadaan gerak. Kendati demikian.

Relativitas khusus hanya berlaku untuk kerangka inersi yang bergerak relatif satu sama lain jika bergerak dengan kecepatan konstan. Relativitas khusus tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi jika kerangka tersebut mengalami percepatan. Dan dalam hal ini, Einstein bertanya-tanya, bagaimana mengembangkannya agar mencakup pencepatan tersebut dan memungkinkan adanya gravitasi yang menyebabkan percepatan dan bagaimanapun juga, di bumi gravitasi ada di mana-mana. Einstein menyadari bahwa efek gravitasi akan hilang jika seseorang tidak berusaha mengatasinya. Ensign membayangkan orang-orang di dalam lift yang kabelnya putus saat jatuh bebas dan mengetahui bahwa karena benda-benda tersebut akan melayang tanpa bergerak atau dengan kecepatan konstan.

Orang-orang tersebut tidak akan merasakan gravitasi. Namun saat ini kita tahu bahwa ini benar karena kita telah melihatnya sendiri pada orang-orang di stasiun luar angkasa. Jika Newton memandang gravitasi sebagai gaya yang merampat di antara benda-benda, Ensign menggambarkannya sebagai gaya semu yang dialami karena seluruh jalinan ruang dan waktu membengkok di sekitar benda masif. Para ilmuwan menggambarkannya seperti trampolin. Jika kita letakkan bola berat di tengahnya, maka bola-bola kecil yang diletakkan di sekitar akan memutarinya dan akan berbelok seakan tertarik mengitari bola besar.

Ini yang disebut gravitasi versi Einstein. Hal ini juga lah yang membuat planet-planet mengitari matahari dan berlaku untuk seluruh alam semesta. Lalu, apa hubungannya dengan waktu?

Waktu tidak dapat dibisarkan dari ruang. Itulah mengapa disebut space-time atau ruang waktu dalam trampolin tadi. Karet trampolin mewakili lembaran ruang sekaligus waktu.

Artinya, waktu seperti karet yang dapat merenggang akibat hadirnya benda bermasa besar seperti matahari. Bersama dengan itu, Einstein pun mengibaratkan waktu lebih seperti... di sungai, pasang surut, tergantung pada efek gravitasi dan ruang waktu.

Waktu akan dipercepat dan diperlambat di sekitar benda kosmologis dengan masa dan kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, satu detik di bumi bukanlah durasi waktu yang sama dimanapun di alam semesta. Semuanya dimulai dengan konsep kerangka acuan yang berbeda. Bagaimana seseorang mengalami dunia bergantung pada kerangka acuan masing-masing? Dua orang yang berdiri bersama di atas kereta yang sedang bergerak akan menganggap satu sama lain tidak bergerak.

Namun seorang pengamat yang berdiri di luar kereta akan melihat kedua orang tersebut sedang bergerak, melaju dengan kecepatan kereta. Perkecil lebih jauh lagi, dan pengamat lain yang melayan di luar angkasa akan melihat orang yang berdiri di luar kereta juga sedang bergerak, berputar bersama bumi saat mengorbit mengelilingi matahari, yang kemudian terbang melintasi galaksi. Apa yang Einstein sadari adalah hal serupa terjadi seiring berjalannya waktu.

Orang yang berbeda akan mengalami perjalanan waktu yang berbeda, bergantung pada kerangka acuannya. Kunci untuk memahami cara kerjanya adalah kecepatan cahaya universal. Bayangkan sebuah kuantum cahaya, sebuah foton atau kumpulan energi elektromagnetik Memantul ke atas dan ke bawah di antara dua cermin yang saling berhadapan Bergerak dengan kecepatan cahaya, foton akan memantul secara berkala Seperti jam yang terus berdetak Seseorang yang berdiri di atas kereta yang bergerak dengan jam foton ini Akan melihat foton bergerak naik turun dalam satu garis Namun, bagi seseorang yang berdiri di luar kereta yang bergerak di peron Foton akan tampak bergerak dengan cara yang berbeda Foton tidak hanya akan memantul ke atas dan ke bawah, tetapi juga akan bergerak maju bersama kereta. Dari satu kerang kacuan yang berada di kereta, foton mengikuti jalur terpendek yang mungkin, yaitu garis lurus. Sedangkan dari yang lain, yang berada di peron, foton mengikuti jalur zigzag yang terbentang.

Teka-teki yang dihadapi Einstein menjadi jelas, jika Anda membayangkan dua jam foton, yang satu diem di peron, dan yang lainnya melaju kencang di dalam kereta. Jika kecepatan cahaya konstan terlepas dari kerang kacuannya, maka bagi orang di kereta, Jam foton di sebelahnya akan berdetak lebih cepat, sedangkan bagi orang di peron, jam yang sama di kereta akan berdetak perlahan-lahan. Efek ini disebut dilatasi waktu atau pelembaran waktu.

Eksperimen pemikiran serupa dalam jam foton dimiringkan ke samping menunjukkan bahwa objek menjadi lebih kompak sepanjang arah pergerakan kereta, sebuah efek yang disebut kontraksi panjang. Begitu Ensign menemukan relatifitas umum, Ensign menyadari bahwa teori ini menjelaskan kegagalan teori Newton dalam menjelaskan orbit Merkurius. Orbitnya tidak terlalu melingkar artinya ada titik yang paling dekat dengan matahari.

Teori Newton memperkirakan bahwa titik ini tetap. Pengamatan menunjukkan bahwa titik ini berputar perlahan mengelilingi matahari. Dan Einstein menemukan bahwa relatifitas umum menggambarkan rotasi dengan cepat. Sejak itu, relatifitas umum telah melawati banyak uji observasi dengan cemerlang.

Dan yang tidak Anda sadari saat menggunakan relatifitas umum adalah setiap kali Anda menggunakan sistem GPS untuk mengetahui posisi Anda di permukaan bumi. Sistem tersebut. Memancarkan sinyal radio dari 24 satelit dan penerima GPS di ponsel atau mobil Anda. Analisis 3, lebih sinyal ini mengetahui posisi Anda menggunakan relatifitas umum. Pada bulan Oktober di tahun 1971, setelah beberapa tahun kematian Einstein, fisikawan Joseph Heffel dan Richard Keating menguji teori Einstein dengan menempatkan 4 jam atom cesium di pesawat terbang yang terbang 2 kali keliling dunia.

Pertama memulainya dari arah timur, dan kedua memulainya dari arah barat. Mereka kemudian membandingkan jam atom di pesawat dengan jam atom lain sebagai referensi. Dan kedua fisikawan itu mendapati bahwa waktunya tidak sama.

Dalam makalah mereka yang diterbitkan pada tahun 1972 di jurnal Science, Heavily dan Keating melaporkan jam udara sekitar 59 nanodetik lebih lambat dari jam atom berbasis darat saat bergerak ke arah timur, dan 273 nanodetik lebih cepat daripada jam darat saat bergerak ke arah barat. Hasil dari uji coba tersebut mendukung teori Einstein, bahwa waktu berfluktuasi di seluruh alam semesta. Meskipun Newton dan Einstein mengemukakan teori-teori yang saling bertentangan soal waktu, kedua jenius itu sepakat bahwa waktu hanya bergerak maju. Sebab sampai saat ini, tidak ada bukti fisik bahwa ada entitas di alam semesta yang dapat menghindari waktu, bergerak mundur, atau melompat ke masa depan. Para ilmuwan tidak sepenuhnya yakin alasannya, tetapi mereka memiliki beberapa teori.

Teori pertama bergantung pada hukum kedua, termodinamika. Hukum ini menyatakan bahwa segala hal yang terjadi di alam semesta ini, hal di alam semesta cenderung bergerak dari entropi atau keacakan rendah ketinggi, dari keseragaman ke ketidakteraturan. Dan contoh yang menjelaskan ini tidak lain adalah dari Big Bang. gerak kesusunan galaksi dan pengundinya yang hampir acak di masa sekarang. Dan gerak maju waktu ini kemudian dikenal sebagai panah waktu, yang diciptakan oleh astronom Inggris Arthur Eddington pada tahun 1928. Teori lain menunjukkan bahwa berlalunya waktu disebabkan oleh alam semesta kita yang mengembang pasca ledakan besar Big Bang.

Saat alam semesta mengembang, ia menarik waktu bersamanya, karena ruang dan waktu terhubung menjadi satu. Namun dari penjelasan itu ada pertanyaan yang ikut datang. Jika waktu dimulai ketika alam semesta mengembang, mulai tercipta. Apakah jika alam semesta berakhir, maka waktu akan ikut berakhir?

Pada tahun 1998, para ilmuwan mengetahui bahwa alam semesta berkembang lebih cepat, tetapi kita masih belum tahu mengapa ini terjadi. Mungkin ada hubungannya dengan energi ruang hampa. Ini mungkin jenis medan energi baru, atau itu mungkin suatu bentuk fisika yang sama sekali baru. Untuk melambangkan ketidaktauan ilmuwan, para ilmuwan menyebut fenomena baru tersebut dark energy atau energi gelap. Dalam astronomi, bahasa universal adalah cat.

cahaya atau lebih umumnya gelombang elektromagnetik, termasuk sinar X, sinar ultraviolet, sinar inframerah, dan gelombang radio. Semua benda langit bercerita tentang dirinya dengan pancaran gelombang elektromagnetik. Dan untuk membahasakan gelombang tersebut, fisika dan matematika menjadi juru bahasanya.

Objek yang sangat panas, seperti pada peristiwa tumbukan materi yang sangat kuat akibat tarikan black hole, bercerita tentang dirinya dengan pancaran sinar X, dan dengan fisika kita dapat menafsirkan bahwa objek itu sangat panas. panas dan dapat dikaji apa yang mungkin menyebabkannya. Objek-objek yang sangat dingin, seperti embryo, protostar, atau bintang, bercerita banyak kepada astronom dengan pancaran sinar inframerah dan gelombang radio. Galaksi-galaksi yang sedang berlari menjauh memberikan pesan lewat spektrum cahayanya yang bergeser ke redshift. Namun sayangnya, sebagian besar materi di alam semesta tidak memancarkan gelombang elektromagnetik tersebut, dan materi-materi yang belum terbahasakan itu dinamakan dark matter, atau materi gelap.

Materi gelap ini mencakup objek raksasa meruntuh ke dalam intinya. Misalnya black hole yang menyerap semua cahaya, objek seperti bintang namun bermasa kecil hingga tak mampu memantik reaksi nuklir di dalamnya, dan partikel-partikel sub-elementer. Penemuan di penghujung tahun 1900-an bahkan lebih mengagetkan karena tidak terduga sebelumnya. bahkan oleh para pakar kosmologi itu sendiri. Selepas setelah penelitian yang terus dilakukan dengan serius dan oleh manusia-manusia tercerdas yang pernah ada ternyata disimpulkan bahwa hanya 4% isi alam semesta yang baru bisa kita kenali materinya.

Seperti materi baryonik. terbuat dari proton dan neutron. Selebihnya, 23% materi gelap non-baryonic dan 73% berupa dark energy. Istilah baru dalam kosmologi modern yang berarti energi gelap yang sampai saat ini belum kita pahami dan mengerti. Materi gelap ini ibarat orang bisu.

Kita tidak dapat mendengar kisah mereka, tetapi kita yakin mereka ada di hadapan kita. Kita hanya bisa menangkap isyarat-isyarat yang diberikannya. Isyarat-isyarat tak langsung itulah yang ditangkap oleh astrofisikawan untuk mendengar kisah materi gelap. Isyarat-isyarat. Terserat itu bisa berupa pancaran sinar X dari bintang yang berpasangan dengan black hole atau dari efek gravitasi pada objek di dekatnya.

Untuk mempermudah, ketika kita tahu ada black hole adalah karena black hole bercerita bahwa dirinya ada dengan pancaran sinar X yang kuat dan dari situ kita bisa memahami dan membahasakan bahwa di sana ada objek yang sangat panas. Dengan telah fisika kemudian diketahui bahwa panas itu terjadi karena ada materi dari suatu bintang yang sedang disedot oleh benda yang kecil bermasa sangat besar yang menjadi pasangannya. yaitu pada bidang yang sempit di sekitar benda penyedot itulah yang menimbulkan panas yang sangat tinggi yang akhirnya memancarkan sinar X.

Dari isyarat-isyarat lainnya pun, kemudian dapat disimpulkan bahwa penyebab perpindahan materi itu adalah sebuah black hole yang sedang menyedot materi dari bintang pasangannya, seperti teramati pada objek signus X1 atau sumber sinar X pertama dikonstelasi signus dan merupakan sumber pertama yang diterima secara luas sebagai black hole dan salah satu sumber sinar X yang paling banyak dipelajari. Yang paling membingungkan dan terus memberikan pengetahuan adalah bahwa penyebab ini tidak terlalu banyak. kita rasa penasaran dengan kemisteriwisan alam semesta dengan ruang waktunya adalah karena di awal abad 21 materi gelap itu ternyata makin gelap lagi dan jika energi gelap tidak terlalu kuat dibutuhkan waktu yang tidak terbatas bagi alam semesta untuk mengembang keukuran yang tidak terbatas tidak terbatas berarti tidak pernah berakhir dan dalam hal ini, waktu tidak akan pernah berakhir namun jika dark energy terlalu kuat itu akan menyebabkan alam semesta mengembang begitu cepat, sehingga semua yang ada di dalamnya, bahkan atom kecil yang merupakan blok bangunan untuk setiap hal yang ada akan dihancurkan.

Dalam skenario Big Rip ini, alam semesta tidak akan mengembang selamanya. Sebaliknya, alam semesta akan mengembang sangat cepat sehingga akan mencapai ukuran yang sangat besar pada saat tertentu. Kejadian itu ketika alam semesta sangat besar dan semua materi telah terkoyak dan akan berakhir.

Alhasil, alam semesta tidak akan ada lagi dan waktu akan ikut berakhir. Namun, ada cara lain yang dapat menyebabkan alam semesta bisa berakhir. Ini disebut remukan besar atau Big Crunch.

Dalam skenario ini, alam semesta pada titik tertentu akan berhenti mengembang dan mulai menyusut lagi. Alam semesta akan semakin mengecil, galaksi-galaksi akan saling bertabrakan, dan semua materi di alam semesta akan mengerut bersama. Ketika alam semesta sekali lagi akan menyusut ke dalam ruang yang sangat kecil, waktu akan berakhir. Beberapa fisikawan berpikir bahwa Big Crunch mungkin bukan akhir dari alam semesta Tetapi hanya di tengah-tengah sebelum kebinasaannya Menurut pendanaian ini, alam semesta awalnya memiliki ukuran yang besarnya tidak terhingga Yang kemudian akan menyusut dalam waktu yang lamanya tidak terhingga sampai dia dimanfaatkan lagi jadi sekecil mungkin.

Ketika itu terjadi, alih-alih berakhir, Big Bang muncul dan alam semesta mulai mengembang. Dalam skenario Big Bunch ini, ada waktu tidak terbatas sebelum alam semesta menjadi mengerut ke dalam ruang sekecil mungkin, dan jumlah waktu yang tidak terbatas saat mengembang sesudahnya. Dan dalam hal ini, andainya adalah waktu tidak memiliki awal dan akhir. Namun dalam beberapa model Big Bunch, alam semesta hanya memantul sekali. Di tempat lain, ia melewati beberapa periode Big Bunch dalam jumlah tidak terbatas, terus berkembang dan menyusut, seperti akordeon yang tidak pernah berhenti bermain.

Namun dari semua skenario ini menunjukkan kepada kita, apa yang mungkin, belum tentu apa yang benar. Tetapi perkembangan dalam fisika menunjukkan, bahwa tidak adanya waktu adalah merupakan suatu kemungkinan, dan merupakan salah satu yang harus kita anggap serius. Bagaimana itu bisa terjadi, dan apa artinya? Menjelaskannya akan membutuhkan sedikit waktu, tetapi jangan khawatir, bahkan jika waktu tidak ada, hidup kita akan berjalan seperti biasa. Untuk satu hal, para ilmuwan masih masih terus mencari tahu apa itu energi gelap dan waktu.

Sebab tidak ada jaminan bahwa pemahaman kita saat ini tentang cara kerja alam semesta dan waktu adalah benar. Suatu hari, mungkin 100 tahun, atau hanya beberapa minggu dari sekarang, seseorang mungkin salah satu dari kita, atau anak cucu kita, akan menemukan teori yang lebih baik untuk menggambarkan cara kerja alam semesta beserta waktu di dalamnya. Dan setelah kepastian itu ditemukan, mungkin kedepannya kita akan tahu apakah waktu benar-benar dapat berakhir, atau jangan-jangan waktu tidak pernah ada.

Atau mungkin teori baru akan memiliki konsep waktu yang sangat berbeda? Tidak ada yang tahu.