Intro Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Kisah ini dialami oleh Mas Yayang Beliau tinggal di daerah Jawa Tengah Sebuah kisah yang bagiku sangatlah memilukan Sekaligus mengharukan Kisah ini diceritakan oleh Mas Yayang yang kini sudah berusia setengah abad lebih Intro Kisah yang berawal dari sebuah bengkel mobil yang dibuka oleh Mas Yayang di tengah kota di Jawa Tengah. Sebuah bengkel servis yang melayani semua jenis kendaraan itu meningkat pesat sekitar tahun 98. Yang dimana pada tahun itu krisis moneter datang menerpa dan membuat hampir semua sektor bisnis mati suri. Namun di awal tahun 2000-an, Mas Yayang melakukan kesalahan fatal yang dengan cepat merubah nasibnya. Mas Yayang pun... terpaksa harus meninggalkan kota kelahirannya.
Ia meninggalkan semua aset yang dimilikinya, karena saat itu dia adalah seorang target operasi dari pihak berwajib. Bisnis yang awalnya berjalan baik harus berakhir terakis, karena kesalahan yang seharusnya tidak dilakukannya. Namun, setelah Mas Siayang menyadari dan melakukan penyelidikan apa yang telah dilakukannya, dia mendapat kesimpulan jika ada seseorang yang sengaja menjebaknya. Semua kesialan yang dialami oleh Mas Yayang merupakan ulah dari seorang teman yang merasa iri dengan berkembangnya bengkel yang dimiliki oleh Mas Yayang.
Malam itu, Mas Yayang mendapat kabar dari Mas Topik yang menjadi kepala mekanik di bengkel miliknya. Mas Topik mengatakan bahwa Mas Yayang harus segera pergi dari rumahnya. Beberapa petugas polisi sedang mencarinya. Mendengar kabar itu, Mas Yayang langsung bergegas pergi ke sebuah tempat di pinggir sungai.
Ya... membawa semua uang yang dimilikinya serta beberapa barang berharga Mas Yayang bersembunyi di sebuah rumah kecil yang menjadi tempat tidur untuk orang-orang yang bekerja bersamanya tapi ternyata tempat itu juga sudah diketahui oleh petugas kepolisian yang mencarinya Mas Yayang pun akhirnya berlari ke arah sungai yang alirannya sangat deras ia bersembunyi di balik semat yang tumbuh di pinggir sungai tersebut selama 3 jam setelah ia rasa keadaan sudah aman Mas Yayang pun segera berjalan menuju ke jalan raya untuk mencari angkutan umum dan menuju ke terminal. Sorenya, Mas Yayang sampai di rumah seorang temannya yang bernama Wahyu. Mas Yayang lantas menceritakan apa yang telah dialaminya dan meminta untuk tinggal di rumah Wahyu sementara. Seminggu sudah, Mas Yayang berada di daerah Jogja.
Dia bersikap biasa seolah sedang tak terjadi apa-apa. Ia juga bergaul di tempat tinggal Wahyu saat itu. Hingga suatu saat, tiba-tiba saja Mas Yayang mengalami rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya. Rasa sakit itu membuat Mas Yayang beberapa kali mengeluarkan darah kental saat ia memuntahkan makanan yang telah dimakannya. Beruntung saat itu Mas Yayang dikenal sangat baik, mudah bergaul, dan juga senang membantu warga sekitar.
Ia pun akhirnya bertemu dengan Pak Bardi yang mengerti tentang hal-hal spiritual. Pak Bardi dengan ikhlas mengobati Mas Yayang, yang ternyata... Memang sedang mendapat serangan gaib Setelah kurang lebih satu minggu lamanya Ia berjuang untuk melawan Makhluk-makhluk kiriman seseorang dukun sakti Yang mau membunuh Mas Yayang itu Akhirnya Pak Berdi mendapat Sebuah pemikiran untuk merubah Penampilan Mas Yayang Makhluk-makhluk yang dikirim oleh beberapa dukun Telah mengaku kalau mereka Harus membunuh lelaki berambut panjang Dengan anting di kuping bagian kirinya Dan hampir semua makhluk gaib yang dapat dimediasi Mengatakan hal yang sama Akhirnya, Pak Bardi meminta Mas Yayang untuk mencukur rambut gondrongnya, melepas anting yang ada di telinganya, serta diminta untuk memanjakan kumis atau jenggotnya demi keselamatannya sendiri.
Sungguh aneh tapi nyata, penyakit yang dialami Mas Yayang pun perlahan menghilang ketika dia sudah memangkas rambut panjangnya dan melepas anting-antingnya. Saya akan membantu sampai yang yang sampai-sampai yang sembuh. Ujar Bardi yang merasa senang dengan pulihnya Mas Yayang.
Maturnuun Pak D, tapi kalau boleh tahu siapa yang ngirim santet ini Pak D? Tanya Mas Yayang yang merasa penasaran dengan apa yang sudah menimpanya. Sudah yang, kamu tidak perlu tahu siapa yang mengirimkan santet-santet itu. Yang penting kamu sudah sehat dan nggak diganggu lagi sama mereka.
Sekarang dengan penampilan barumu, kamu harus jadi sosok yang lebih baik. Tidak usah memikirkan siapa yang membuatmu begini dan siapa yang sudah menyakitimu. Carilah kehidupan baru, lupakan masa lalumu. Dan sepertinya, sekarang kau cocok hidup di desa ini. Ujar Pak Bardi, menasihati Mas Yayang.
Suatu saat nanti, saya akan kembali ke desa ini, Pak D. Tapi saat ini, masih ada yang harus saya lakukan di luar sana. Jawab Mas Yayang, dengan wajah tertunduk. Aku tidak dapat memaksamu untuk tetap tinggal di desa ini, Yang.
Jika kamu tetap ingin pergi, bawalah benda ini. Balas Pak Bardi, sambil memberikan sebuah keris kecil kepada Mas Yayang. Ini hanyalah benda biasa.
Jangan kamu meminta dari benda ini. Benda ini aku berikan kepadamu sebagai tanda pengingat bahwa aku masih ada bersamamu dimanapun kau berada. Dan aku masih menunggu kamu di desa ini.
Aku akan selalu berharap kamu kembali lagi ke rumah ini. Imbu Pak Bardi. Maturnuun Pak D. Jawab Masyayang sambil tersenyum pada Pak Bardi. Salah satu dari temanmu adalah orang yang tidak baik. Orang yang menginginkan kamu mati yang...
Ujar Pak Bardi memberi sedikit informasi yang entah dari mana beliau mengetahuinya. Sejenak, Mas Yayang diam dan berpikir. Ia menerka-nerka, siapakah orang yang dimaksud oleh Pak Bardi?
Jangan sampai kau masuk dalam jebakannya. Saat ini, dia terus mencari tahu di mana keberadaanmu. Imbu Pak Bardi yang membuat Mas Yayang semakin bingung. Setelah sebulan berlalu, Mas Yayang pun pergi.
Menuju ke sebuah kota dan mampir ke sebuah wartel yang ada di dekat terminal bus. Mas Yayang lalu menelpon seorang sahabatnya dan memberikan informasi mengenai keberadaannya. Ia juga menceritakan bahwa dia baru saja sembuh setelah ada orang yang mencoba menghabisi nyawanya melalui media santet. Orang yang dihubungi Mas Yayang saat itu adalah Sabto. Mas Yayang sengaja memberitahu keberadaannya pada Sabto untuk memancingnya datang ke tempat yang dimaksud oleh Mas Yayang.
Setelah menghubungi Sabto, Mas Yayang langsung menaiki bus menuju kota Bandung. untuk mencoba peruntungannya di kota kembang itu. Mas Yayang mengunjungi saudara sepupunya yang sudah lama menetap di kota itu.
Ini semua adalah rencana awal Mas Yayang untuk mencari tahu siapakah di antara sahabat-sahabatnya yang telah mengkhianatinya. Sebelum pergi ke Bandung, Mas Sabto memberikan nomor telepon rumah kepada Wahyu. Mas Yayang meminta Wahyu untuk menghubunginya jika ada tanda-tanda orang yang mencarinya. Satu hari berlalu, Dari perginya Mas Yayang ke Bandung, datanglah beberapa orang yang tidak dikenal menuju ke rumah Wahyu.
Wahyu pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan memberitahukan kemana Mas Yayang pergi. Wahyu juga menanyakan siapa mereka ini, hingga harus jauh-jauh datang dari Jawa ke daerah Jogja hanya untuk mencari seorang Mas Yayang. Awalnya, empat orang berbadan tegap itu enggan memberitahu siapa mereka.
Namun, Wahyu juga akan bungkam jika orang-orang tersebut. tidak memberitahu siapa mereka yang sebenarnya. Sekarang gini mas, saya akan memberitahu kemana Yayang pergi.
Tapi saya juga mau tahu siapa panjenengan-panjenengan ini, dari mana, dan untuk apa mencari Yayang. Ujar Wahyu dengan tegas. Asuh, awak mau gak perlu tahu siapa kami. Jawab seorang dari mereka yang berpenampilan seperti rocker. Yowis, sekarang silahkan pergi dari rumah saya.
Sebelum para pemuda di desa ini. membuat sampean-sampean ini babak belur. Gertak Wahyu dengan santainya.
Empat orang itu hanya tertawa mendengar apa yang baru saja dikatakan Wahyu sambil mengejeknya. Loh, jangankan empat orang berhandalan seperti sampean. Saat terkurang orang seperti sampean, akan kami buat hancur. Seru Wahyu sambil mengebrak kencang meja yang ada di depannya. Tak lama kemudian, teman-teman Wahyu mulai berdatangan.
memenuhi ruang tamu di rumah Wahyu. Empat orang berbadan tegap itu pun langsung diam dan tak lagi tertawa. Sekitar lima belas orang mengelilingi mereka.
Eh, ini baru sepuluh persennya. Ujar Wahyu yang kini menertawakan keempat tamunya itu. Eh mas, kok pada diam?
Tadi sampean pada cengengesan. Ibu Wahyu yang ikut riuh menertawa dari teman-temannya yang sudah berkumpul di rumahnya. Mileh ngomong jujur-wajur. Sahut Jarno yang berdiri di depan pintu masuk rumah Wahyu.
Ayo ngomong, malah pelorak-pelorok. Ujar Wahyu yang merasa sudah kesal. Kak, kami dari Jawa Tengah mas. Ujar seorang pria yang terlihat sangat tenang saat itu.
Seragam apa bebas? Tanya Wahyu kepada keempat orang itu dengan maksud menanyakan mereka ini polisi atau preman. Bebas mas, jawab orang itu lagi.
Di toke KTPmu Ucap Jarno sambil berjalan ke arah keempat orang itu Mereka lalu mengeluarkan barang-barang yang mereka bawa Setelah Jarno dan kawan-kawannya Mengancam dengan mulai mengeluarkan parang Untuk menakut-nakuti mereka Pisau lipat dan beberapa jimat mereka keluarkan Dari dalam pakaian yang mereka kenakan Juga ada kartu identitas yang menunjukkan Bahwa mereka berasal dari kota di Jawa Tengah Sobo Seng ngongkon sampean-sampean oleh Yayang. Tanya Wahyu dengan sopan. Namanya Mas Sabto, Mas. Jawab seseorang yang bernama Deddy.
Bilang sama Sabto. Yayang sudah pergi ke Bandung, ke rumah saudaranya. Aku dan teman-temanku nggak cocok sama dia. Terpaksa Yayang kami suruh pergi.
Balas Wahyu tekes. Jadi, kalau mau cari Yayang, carilah di Bandung. Setelah beberapa hari di sini.
Yayang mengaku kalau saat ini dia burun, jadi kami ngusir dia dengan halus. Imbu Wayu menjelaskan. Jadi, urusan kita selesai sampai di sini. Oke, Dap. Ucap Darno, sembarimu.
mengeluarkan tangannya untuk menyalami empat orang itu. Keempat orang suruhan Sabto pun pergi, meninggalkan daerah tempat tinggal Wahyu. Semua yang dilakukan Wahyu, memang sudah direncanakan oleh Mas Yayang. Sebelum pergi, Mas Yayang minta Wahyu, untuk mengorek informasi, dari orang-orang yang sedang mencarinya itu.
Kemudian, Wahyu segera menghubungi Mas Yayang, dan menceritakan apa yang terjadi di rumahnya. Bener mas, ternyata Sabto. Yang merencanakan untuk menghabisi sampean Ujar Wahyu dibalik telponnya Mas Yayang pun berterima kasih Atas bantuan yang dilakukan oleh Wahyu Dan dia berjanji Akan kembali menemui Wahyu Setelah semua urusannya selesai Setelah mendapat info dari Wahyu Mas Yayang pun bergegas pergi Ke daerah Banten Untuk mencari teman sekolahnya Semasa SMA dulu Mas Yayang berpesan pada saudara sepupunya Untuk mengatakan Bahwa Mas Yayang sudah pergi ke Jakarta, ke rumah pamannya yang ada di daerah Lebak Bulus.
Jika ada yang mencarinya, baik itu dari pihak kepolisian, ataupun hanya orang-orang bayaran. Setelah beberapa hari mencari alamat temannya, Mas Yayang pun tidak sengaja bertemu dengan Supri, seorang supir angkutan umum. Mobil angkutan yang dikendari oleh Supri tiba-tiba saja mogok dan tidak dapat dihidupkan.
Mas Yayang pun langsung membantu Supri. memperbaiki mobil angkutan yang ia kendarai. Setelah dapat menghidupkan kembali, Supri pun mengajak Mas Yayang untuk singgah di rumah kontrakan miliknya.
Sejak saat itulah, keduanya menjadi semakin agrab, layaknya seorang saudara. Setelah beberapa minggu bersama Supri, Mas Yayang pun akhirnya mengungkapkan tujuannya datang ke kota ini. Dia meminta tolong Supri untuk mencarikan seorang guru yang mau mengajari ilmu kebal.
Karena Supri merasa iba. Dengan apa yang dialami oleh Mas Yayang, dengan senang hati, Supri mengantarkan Mas Yayang ke sebuah padepokan kecil, tempat belajar ilmu kanurakan. Tujuan Mas Yayang saat itu sudah jelas, dia akan membalas apa yang dilakukan oleh Sabto. Singkatnya, setelah 6 bulan berada di Banten, Mas Yayang pun mulai menguasai beberapa ilmu penting untuk menjaga diri.
Selain itu, Mas Yayang juga belajar beberapa ilmu silat dari daerah setempat. Setelah dirasa cukup, Mas Yayang pun diminta oleh gurunya untuk pergi ke daerah Sukabumi Ketempat salah seorang sahabat gurunya tersebut Untuk mendalami ilmu-ilmu yang sudah dimilikinya Singkatnya, selama satu tahun Mas Yayang berada di daerah Sukabumi Mas Yayang pun kini sudah menguasai ilmu-ilmu kebatinan Selain mahir dalam gerakan ilmu bila diri silat Mas Yayang juga sudah dapat mengetahui hal-hal gaib di sekitarnya Puncaknya, Mas Yayang pun kembali ke daerah Banten Setelah gurunya menemunya dalam mimpi dan meminta Mas Siayang segera datang. Sampai di Banten, Mas Siayang dikejutkan oleh kondisi gurunya yang sedang sakit.
Tapi sang guru malah merasa sangat senang ketika Mas Siayang sudah duduk di sampingnya. Pak kamu masih ingat datang ke... Tanya guru Mas Siayang dengan nafas sedikit berat.
Masih pak, waktu itu saya meminta bapak mengangkat diri saya menjadi murid dan saya berjanji akan memenuhi apapun yang bapak minta pada saya. Jawab mas sayang sambil menundukkan wajahnya. Syukurlah kalau kamu masih mengingatnya. Sekarang aku meminta kesediaanmu untuk menerima ilmu yang kumiliki.
Karena sepertinya, hanya kamu lah orang yang tepat menerimanya. Balasangguru membuat Masya yang terkejut. Aku akan menurunkan ilmu warisan dari guruku kepada mu.
Bersedia. Imbu sang guru. Baik pak, saya bersedia. Jawab mas Yayang tanpa ragu.
Baiklah, nanti malam kita akan adakan ritual turun wah. Kau bersihkan bulu dirimu. Mintalah kembang pada ibu.
Dan gunakan kembang itu untuk... Ucap gurunya lagi. Kebingungan pun mulai menghampiri Mas Yayang ketika menemui ibu atau istri dari gurunya.
Ibu terlihat menangis sambil memberikan bunga tujuh rupa yang ada di sebuah wadah bambu. Karena penasaran, Mas Yayang pun bertanya apa yang membuat si ibu menangis. Si ibu menceritakan bahwa bapak akan menurunkan ilmu rawarontai kepada Mas Yayang.
Dan ketika ilmu itu sudah masuk ke tubuh Mas Yayang, maka sang guru pun akan meninggal. Hal itulah yang membuat istri dari guru Mas Yayang menangis. Dengan berat hati, Mas Yayang menerima bunga yang akan digunakannya untuk mandi.
Dan setelah itu, kembali lagi ke kamar sang guru, lalu duduk di sampingnya menunggu perintah selanjutnya. Ketika sudah berkumpul, guru dari Mas Yayang itu lalu menanyakan keikhlasan dari keluarganya untuk melepas kepergiannya. Semua yang ada di ruangan itu pun mulai menangis, dan suasana pun seketika berubah menjadi pilu.
Sudah waktunya bapak pergi, bapak sudah tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Ujar sang guru kepada istri dan ketiga anak perempuannya. Sebagai tanda pengingat, pak akan menun ilmu milik daya yang bencuk. Yayang untuk menikahi Lastri, anak bapak yang usianya sudah tepat untuk berumah tangga.
Ibu kurunya yang membuat Mas Yayang terkejut. Sekarang kalian akan menjadi saksi bahwa ilmu bapak akan berpindah ke tubuh Yayang. Ucar sang kudu lagi. Proses turunnya ilmu atau turun wahyu pun dimulai. Mas Yayang berbaring di sebelah gurunya dengan tangan yang memegang erat tangan sang guru.
Setelah beberapa lama, tubuh sang guru pun terasa melemah dan tubuh mas Yayang terasa sangat panas hingga matanya terbelalak. Setelah rasa panas yang dirasakan mas Yayang menghilang, tubuh sang guru pun melemas dan terlihat kaku tanpa ada lagi detak jantungnya. Pada saat bersamaan, pandangan mas Yayang terasa sangat berbeda.
Dia seperti melihat dua tempat secara bersamaan dan kadang berganti dari kamarnya ke sebuah tempat yang seperti istana. Kejadian itu membuat jantung Mas Yayang berdetak dengan kencang hingga sulit untuk menguasai dirinya. Setelah beberapa saat berlalu, Mas Yayang seperti melihat Cangguru dengan pakaian putih dan ikat kepala putih.
Ia tersenyum kepada Mas Yayang dan hilang bersama cahaya putih yang sangat menyilaukan mata. Mas Yayang tersadar ketika mendengar tarisan dari keluarga Sang Guru yang ternyata sudah meninggal dunia. Setelah terbangun, Mas Yayang merasakan sensasi berbeda ketika kakinya menapak tanah.
Dia merasa ada energi besar yang masuk ke tubuhnya dari arah bawah dengan sangat cepat dan menjalar ke seluruh bagian tubuhnya. Mas Yayang seperti memiliki kekuatan besar yang membuat tubuhnya perlahan menjadi hangat dan sangat bersemangat. Wess manjing kang, ucap Lastri yang kini berdiri di belakang Masyayang.
Iya dek, tubuhku terasa panas. Jawab Masyayang. Lastri pun mengajak Masyayang keluar dari kamar gurunya.
Hal itu dilakukan Lastri sesuai permintaan sang ibu yang sudah mengetahui seluk beluk tentang ilmu yang dimiliki ayahnya. Singkatnya, setelah 40 hari meninggalnya sang guru, Masyayang diminta oleh keluarga sang guru untuk meneruskan padepukan kecil miliknya. Namun Mas Yayang menolak karena masih mempunyai urusan yang belum terselesaikan. Setelah itu, Mas Yayang berpamitan pada ibu untuk membereskan urusan di kampung halamannya. Mas Yayang berjanji akan segera kembali dan menikahi Lastri setelah semua urusannya selesai.
Namun, keluarga Lastri menolaknya. Ia meminta Mas Yayang untuk menikahi Lastri terlebih dahulu sebelum kembali ke daerah asalnya. Pernikahan pun dilaksanakan.
Dan setelah itu, Mas Yayang berpamitan ke Jogja untuk menemui sahabatnya yang akan dimintai bantuannya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Namun sebelum itu, dia akan ke Bandung terlebih dahulu. Singkatnya, berangkatlah Mas Yayang menuju ke kota Bandung setelah sebelumnya. dia menelpon sepupunya untuk memastikan keadaan di sana sudah aman. Setelah sampai di Bandung, sepupu Mas Yayang menceritakan bahwa selama 6 bulan lebih rumahnya terus diawasi oleh orang asing yang sepertinya masih mencari Mas Yayang sampai saat ini.
Mengetahui hal itu, Mas Yayang pun segera berangkat ke Jakarta menuju ke rumah pamannya. Ternyata saat itu, sang paman sedang berada di Surabaya, di Jakarta itulah. Mas Yayang mulai menyusun rencana untuk membalaskan dendamnya kepada Sabto.
Mas Yayang pun lalu kembali menghubungi Sabto, orang yang menjadi penyebab hancurnya kehidupan Mas Yayang. Mas Yayang menceritakan kemana dia selama 2 tahun ini dan mengatakan bahwa dia sekarang ada di Jakarta. Tak lupa, Mas Yayang juga meminta nomor handphone milik Sabto agar lebih mudah menghubunginya. Karena selama ini, Mas Yayang selalu menggunakan nomor telepon rumah. Setelah itu...
Mas Yayang pergi ke daerah Lampung. Di sana, Mas Yayang kembali menghubungi Sabto ke nomor handphonenya. Hal itu, Mas Yayang lakukan untuk mengelabui Sabto.
Karena saat menghubungi nomor handphone, kode area tempat Mas Yayang akan langsung diketahui oleh Sabto. Sehingga, kemungkinan besar Sabto akan langsung mencarinya ke Lampung. Selama menghubungi Sabto, Mas Yayang bersikap biasa saja, tanpa berbicara dengan nada keras. Dan juga... Mas Yayang tetap berpura-pura tak tahu kalau Sabto lah dalang dibalik semua ini.
Dari Lampung, Mas Yayang langsung meluncur kembali ke Jogja untuk menemui Wahyu. Berkat Wahyulah, Mas Yayang dapat memastikan bahwa Sabto benar-benar musuh dalam selimut. Di Jogja, Mas Yayang disambut hangat oleh Wahyu dan pemuda yang ada di daerah itu.
Mas Yayang menceritakan bahwa selama ini ia berada di Banten dan juga suka bumi. Pada saat bersamaan, Mas Yayang kembali bertemu dengan Pak Bardi, orang yang telah menolong Mas Yayang ketika diserang santai dikiriman Sabto. Wah, awak musaikus isi yang? Ujar Pak Bardi sambil menyalami Mas Yayang. Mas Yayang pun mencium tangan Pak Bardi, karena Pak Bardi sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri.
Boten Pak D, saya masih sama seperti yang dulu. Jawab Mas Yayang sambil tersenyum. Wih siap gugat kayangan yang?
Tanya Pak Bardi. Sampun pak de, jawab mas yayang dengan suara mantap Aku bisa bantu apa yang, bilang saja, pasti tak bantu Imbu pak bardi, siap pak de Sementara ini, biar yang muda-muda dulu yang membantu saya Nanti pak de tak sisakan tugas yang spesial Jawab mas yayang, yang membuat pak bardi menganggukkan kepalanya Yayang diwangi ucah Ucar pak bardi pada wahyu, jernuh, dan seluruh pemuda yang ada bersama mas yayang Siap lah, ujar Wahyu dan teman-temannya serentak. Pak Bardi adalah seorang sesepuh yang sangat disegani di Jogja.
Beliau sangat akrab dengan pemuda di daerahnya. Hal ini membuat Pak Bardi semakin dikagumi di sana. Mas Yaya pun mulai merencanakan aksinya untuk mengembalikan nama baiknya di daerah asalnya.
Hal pertama yang ia mulai adalah mengunjungi rumah orang tuanya yang kini ditempati oleh sang adik. Sesampainya di sana, awalnya... Adik Yayang yang bernama Tommy, enggan menemuinya.
Tommy menganggap, Mas Yayang telah merusak nama baik keluarga, dan juga citranya. Sebagai pemasok ondordil kendaraan pun menjadi buruk. Tapi setelah Mas Yayang menjelaskan kepada Tommy, Tommy pun mulai mengerti.
Mobil yang dibawa Sabto ke bengkelku itu, adalah mobil resmi Tom. Aku sendiri yang ngecek nomor mesin dan nomor rangkanya. Tapi sebelum laku kejual, mobil itu dipinjam sama anak buah Sabto.
Dengan alasan mau ngantar Sabto ke Makilang, karena mobil itu memang milik Sabto, aku pun memudikannya tanpa rasa curiga. Ujar Masya yang menjelaskan pada Tommy. Setelah 2 hari Sabto pake, mobil itu dikembalikan ke bengkelku.
Dan sehari setelahnya, ada orang yang ingin beli mobil itu. Anehnya, pembeli itu gak nawar sama sekali harga yang kuajukan. Dan setelah beberapa hari, orang yang membeli mobil itu balik ke bengkelku.
dan menuduhku menjadi penadah mobil barang curian. Hal itu karena ketika si pembeli melakukan cek fisik, ia mendapatkan data yang berbeda antar surat kendaraan dengan nomor kerangka mesinnya. Aku mencoba menawarkan damai dengan akan mengembalikan uang itu sepenuhnya, tapi orang itu menolak dan membuat laporan ke polisian. Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama Topik.
Ibu Masyayang memberikan penjelasan pada sang adik. Iya, Mas. Topik dan pujol sudah cerita pada aku, jawab Tommy.
Sekarang, aku akan membungkar apa yang dilakukan Sabto dan orang-orangnya yang... Sudah menjebakku, balas Mas Yayang. Nggak gampang, Mas.
Sekarang Sabto sudah menjadi bos besar. Dia menguasai kota. Semua bisnis di kota ini ada di bawah kendalinya. Selain orang-orang biasa, Sabto juga punya orang-orang sakti yang membantu dia.
Ujar Tommy menjelaskan. Apa yang baru saja dikatakan Tommy, sepertinya akan membuat langkah Mas Yayang lebih sulit untuk balas dendam dan membongkar kejahatan Sabto. Tapi setelah Wayu memberikan ide-ide untuk mulai menghancurkan bisnis Sabto, Mas Yayang pun kembali bersemangat. Aku tahu Mas, bar yang ada di perempatan itu punya Sabto kan?
Terus, pantai pijat di belakang pasar dan Tok yang menjual minuman keras itu juga miliknya kan? Tapi sepertinya nggak hanya itu, karena sekarang sedang ramai penggunaan obat terlarang yang sepertinya juga diedarkan oleh Anak Buah Sabto. Ujar Wahyu yang selangkah lebih tahu daripada Tommy yang tinggal di kota itu. Loh, kok sampean ngerti mas? Tanya Tommy merasa heran.
Aku juga ada beberapa teman yang tinggal di sini mas, dan sering mendengar cerita-cerita dari mereka soal Sabto, yang kini memang megang wilayah ini. Jawab Wahi menjelaskan, sulit membongkar kejahatan Sabto saat ini, karena aparat penanggah hukum pun sudah berhasil ya tak lukan. Ujar Tommy, yang sepertinya tak ingin terlibat dalam masalah mas Yayang dan Sabto. Kalau kita dapat tahu di mana Sabto menyimpan obat-obat itu, kita bisa minta bantuan ke polisi daerah mas.
Balas Wahyu merasa sangat yakin. Aku gak akan melibatkan kamu dalam urusan ini, Tom. Cuma, aku butuh uang buat menjalankan rencanaku. Ujar Mas Yayang pada Tommy.
Kalau uang aku ada, tapi setelah itu pergi yang jauh dari rumah ini, Mas. Dan jangan bawa-bawa aku dalam masalah yang sedang kamu cari. Jawab Tommy dengan tegas. Setelah mendapatkan uang hasil penjualan barang-barang milik Mas Yayang dulu, Mas Yayang dan Wahyu pun mulai mencari celah. Untuk dapat masuk ke dalam lingkaran bisnis gelap yang kini sudah dikuasai Sabtoh, Mas Yayang lalu mengajak Wahyu ke rumah salah satu teman baiknya yang bernama Topik.
Dengan harapan, Topik juga dapat membantu Mas Yayang untuk membersihkan kembali nama baiknya. Tapi sepertinya, Mas Yayang dan Wahyu menemui jalan buntu untuk dapat membongkar semua bisnis gelap yang dilakukan oleh Sabtoh. Jalan satu-satunya adalah dengan menemui Sabtoh secara langsung.
Karena Topi juga mengaku takut jika untuk berurusan dengan Sabto. Mas Yayang lantas kembali lagi ke Jogja untuk mengantar Wahyu pulang. Dia tidak mau melibatkan siapapun ke dalam masalah ini.
Karena yang kini Mas Yayang hadapi bukanlah Sabto yang dulu lagi. Selama hampir 3 tahun belakangan, Sabto telah menjadi penguasa tunggal di kota tempat kelahirannya. Sesampainya di Jogja, Mas Yayang kembali bertemu dengan Pak Bardi. Beliau sepertinya tahu tentang kekelisahan di hati Mas Yayang.
Lama-kelamaan, orang akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita tidak dapat memaksakan diri untuk melawan pikiran orang banyak. Namamu baik di sini, Yang. Di daerah ini, kau dicari banyak orang. Karena keahlianmu memperbaiki kendaraan bermotor dan dengan sikap baikmu kepada siapapun itulah.
Yang sudah membuat namamu dikenal baik di sini. Jadi, kau tidak perlu membuktikan bahwa kau ini orang baik di daerahmu. Biarkan saja. Masyarakat menilai sendiri. Ujar Pak Bardi memberikan sedikit wejangan kepada Masyayang.
Masyayang hanya terdiam sambil terus memperhatikan apa yang disampaikan oleh Pak Bardi. Gendamu tidak akan membuatmu kembali ke masa jayamu dulu, Yang. Carilah tujuan lain selain dendam yang selama ini ingin kau balaskan.
Ibu Pak Bardi, tujuan lain... Bisik Mas Yayang dalam hati. Selain ingin menyingkirkan bisnismu dari kota itu, kenapa musuhmu terus mencarimu dan berusaha untuk menghabisimu yang...
Tanya Pak Bardi yang membuat Mas Yayang terkejut. Sepertinya kau adalah sebuah penghalang besar yang harus disingkirkan oleh orang itu. Tunggu.
dengan berbagai cara. Imbu Pak Bardi, yang membuat Mas Yayang semakin bingung. Saya belum tahu Pak D. Jawab Mas Yayang, dengan tatapan kosong ke arah sepeda motor yang diparkir di depannya.
Pengaruhmu terhadap orang-orang di kota itu, akan membuat musuhmu sulit menguasai kota itu yang... Ucap Pak Bardi, yang sepertinya mulai dipahami oleh Mas Yayang. Selain bengkelnya ramai di siang hari, tempat usaha Mas Yayang akan menjadi tempat anak-anak muda berkumpul dan bersenang-senang menikmati suasana kota. Dan lama-kelamaan, akan ada banyak orang yang menjadikan daerah ini sebuah tempat yang menarik. Sekitar Mas Yayang tinggal menjadi tempat berkumpul dan mencari hiburan malam.
Banyak warga asli daerah sana yang berjualan di sekitar bengkel Mas Yayang tanpa ada yang mengganggu. Dan keadaan daerah itu sangat aman ketika Mas Yayang masih berada di sana. Kau disegani orang-orang bukan karena kau memiliki kesaktian tinggi atau ilmu beladiri yang memumpuni. Tapi kau disegani orang karena kebaikanmu dan sikap bijaksanamu dalam menghadapi berbagai permasalahan. masalahnya yang ada.
Itulah yang tidak dimiliki teman yang menjadi musuhmu itu yang... Ujar Pak Bardi sambil menghisap rokok filternya dalam-dalam. Jadi, kau tidak perlu berpikir untuk mengembalikan nama baikmu dan membuktikan bahwa kau tidak bersalah.
Tapi yang perlu kau lakukan adalah menghentikan orang yang dengan kekuasaannya semakin menambah tingkat kejahatan. Ibu Pak Bardi yang membuat pikiran Masya yang terbuka. Maturnuun pak di, jawab masyayang sambil terus tersenyum menata pak bardi yang membalas dengan angkukan kepala.
Ambillah tujuan untuk kemasyalahatan orang banyak, carilah jalan untuk kebaikan banyak orang, ucap pak bardi yang mengakhiri perbincangan mereka berdua. Tapi sebelum pak bardi pergi, beliau memberikan benda yang terbungkus kain putih. Benda itu adalah tempat dari sosok jin yang kapan saja bisa dipanggil oleh masyayang jika ia terdesak. Tapi, Jin itu haruslah mendapat imbalan dari tugas yang sudah diselesaikannya.
Dia harus menghisap habis saripati dari darah korbannya. Hari itu, Masya yang sudah mengambil keputusan untuk menemui Sabto secara langsung. Dan menanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan dari Mas Yayang.
Kesokan harinya, ia pamit kepada Wahyu dan teman-temannya. Ia berkata jika ia akan kembali ke Banten karena sudah terlalu lama ia pergi. Itu semua hanyalah alasan.
Sebuah alasan yang disampaikan oleh Mas Yayang kepada teman-temannya agar mereka tak terlibat dengan permasalahan ini. Mas Wahyu pun mengantarkan Mas Yayang ke sebuah terminal bus. Ia meninggalkan Mas Yayang sendiri.
Setelah Wahyu pergi, Mas Yayang lalu mencari angkatan umum dengan tujuan ke daerah asalnya. Tanpa pikir lagi, Mas Yayang langsung pergi mengunjungi rumah Sabtok. Sebuah rumah yang dulu sering digunakannya untuk berkumpul dengan kawan-kawan.
kawannya sekedar untuk berbagi cerita dan juga melepas penat rumah milik Sabtu juga terlihat sangat cepet tanpa adanya kendaraan yang biasanya banyak terparkir di halaman rumahnya mengetahui hal itu masih yang pun pergi untuk menuju ke bengkel Sabtu yang ada di pusat kota sesampainya disana masih yang juga tidak menemui satu orang pun yang dulu dikenalnya semua anak buah Sabtu adalah orang baru dan karena tidak Tidak tahu lagi harus mencari kemana, Mas Yayang pun menanyakan keperadaan Sabto kepada salah seorang pegawainya. Namun, tidak ada satu orang pun yang mengetahui di mana busnya berada. Mas Yayang akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah Sabto dan menunggunya di sana.
Ketika sampai, ternyata Sabto sudah berada di rumah. Tanpa basa-basi, Yayang langsung mendatangi Sabto. Ketika ia dan anak buahnya sedang berkumpul, semua mata menuju ke arah Mas Yayang yang terus berjalan. ke arah orang-orang itu berkumpul.
Salah seorang yang mengenal Mas Yayang, langsung berlari ke dalam rumah, untuk memberitahu Sabto, jika Mas Yayang sudah datang. Oh alah, ini yang namanya Yayang. Monggo, duduk mas.
Ujar salah seorang anak buah Sabto, setelah temannya memberitahunya. Maturnuun mas, Pak Sabtonya ada. Tanya Mas Yayang dengan tenang.
Ada, beliau memang sedang menunggu sampean. Hahaha. Balas orang itu.
Orang itu disambut tawa orang-orang yang ada di sana. Tak lama kemudian, Sabto keluar dari dalam rumah bersama seseorang yang energinya sangat kuat. Orang itu dapat membuat orang-orang di sekitarnya tunduk hanya dengan energi yang keluar dari dalam tubuhnya, bukan hausyokunohagia.
Orang itu menatap Mas Yayang dengan tajam, seolah tak sabar ingin segera menyerang Yayang dan menghabisi Yayang saat itu juga. Dua orang yang ada di tempat itu segera menyerang Yayang. segera berdiri dan berjalan ke arah Mas Yayang.
Ketika tepat di depannya, salah satunya berbisik jika ia diminta Sabto untuk mencarikan tempat terakhir yang cocok untuk Mas Yayang. Monggo, Monggo, ini loh. Wah, sebuah kejutan besar. Kamu bisa datang ke rumahku ini yang ujar Sabto yang berdiri di depan gazebo.
Mas Yayang hanya tersenyum sambil menoleh ke arah dua orang yang berlalu pergi tadi. Mas Yayang, langsung. langsung duduk di kursi yang ada di depan gazebo.
Tanpa peduli kepada orang lain, Orang-orang yang terus memperhatikannya dengan penuh rasa benci. Duduk sini yang, Ujar Sabto, yang meminta Mas Yayang naik ke atas gazebo. Tapi jelas Mas Yayang menolak, karena dia tahu kekuatannya akan berkurang ketika kedua kakinya... Tidak menapak ke tanah Aku disini saja, sab Balas masyayang dengan tenang Sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar Oke, kalau gitu yang Kopi, teh, atau mau bir Ujar sab toh Yang menghampiri masyayang Nggak usah, sab Sepertinya Hari ini aku nggak minum air Hari ini aku haus darah Balas masyayang dengan cukup tegas Hal itu membuat Sabto dan orang-orangnya sedikit tertawa.
Belum selesai mereka tertawa, tiba-tiba orang yang memiliki kekuatan besar tadi menyerang Mas Yayang. Lahir Mas Yayang terasa seperti tercekik dari belakang. Tubuhnya tak bisa digerakkan sama sekali. Hal itu membuat Sabto tertawa terbahak-bahak. Ia langsung mengambil pisau lipat dari dalam sakunya dan dengan bersamaan ia menusuk perut Mas Yayang dengan wajah sadis dan mata penuh dendam.
Manusia goblok, datang hanya untuk setor nyawa. Ujar Sabto sambil menarik pisaunya yang sudah menancap di bagian perut Mas Yayang. Setelah itu, Sabto menendang Mas Yayang dengan sekuat tenaga hingga ia tersumpur ke belakang. Dengan kesadaran penuh, Mas Yayang melepaskan alas kakinya dan langsung bangkit lagi.
Namun, sebelum membalas serangan Sabto, Mas Yayang harus bisa memusnahkan dua jim besar yang ada di belakang tubuhnya. tubuhnya saat ini dengan membacakan ajian-ajian yang dimilikinya masih yang kini dapat melihat dengan jelas sosok yang sedari tadi menyebabkan mengunci gerak tubuhnya entah apa ajian yang masih yang gunakan namun dua jin itu dengan cepat mundur dan kembali ke majikannya darah yang keluar dari perut masih yang pun seketika berhenti dan lukanya menghilang semua orang yang ada di sana terkejut melihat apa yang terjadi pada Masyayang namun sepertinya ini bukanlah saat yang tepat untuk Untuk melawan dua makhluk sekaligus. Mas Siayang menunjuk ke arah orang yang memiliki dua peliharaan makhluk gaib tadi. Dengan maksud mengintimidasi. Mas Siayang memperhitungkan kalau ia harus segera pergi.
Karena dia akan kalah jika menghadapi semua orang itu. Namun tiba-tiba Mas Siayang mendengar suara siulan panjang. Yang biasa dilakukan oleh Wahyu. Ketika dia sedang berlatih untuk mengumpulkan teman-temannya.
Ketika sedang terjadi keadaan genting. Dan siulan panjang itu adalah tanda. tanda panggilan yang hanya diketahui oleh Wahyu dan juga kelompoknya. Namun, karena Mas Yayang sudah dianggap orang yang menjadi bagian dari daerah Wahyu, Mas Yayang pun diberitahu semua sandi yang biasa mereka gunakan.
Sosok Wahyu dan Jarno sebenarnya bukanlah sosok pemuda biasa. Mereka adalah sosok yang juga memiliki kekuasaan di daerahnya. Mereka menertibkan pasar, terminal, dan juga menjadi keamanan di daerah tempat tinggalnya. Keamanan Rukur-Rukur Besar kantoran serta pabrik-pabrik yang ada di daerah Wahyu siulan itu kembali terdengar untuk kedua kalinya tapi masih yang tak dapat bersiul dengan keras Ia pun berteriak menjawab siulan dari kelompok Wahyu asem bucah-bucah ini kok tahu aku disini ujar masih yang dalam hati ya aku disini ucap masih yang dengan lantang tak butuh waktu lama Wahyu Jarno borjo dan sikit sudah berada di samping rumah Sabto.
Ternyata mereka sudah meringkus dua anak buah Sabto yang tadi berbisik ingin mencarikan tempat peristirahat terakhir kepada Mas Yayang. Perang! Ujar Wahyu yang terlihat sangat bersemanat.
Bocah! Kemarin sore kurang ajar sekali kalian. Tak buang kalian ke laut hidup-hidup.
Balas Sabto dengan wajah yang terlihat sangat murka. Masyayang pun mundur beberapa langkah dan berdiri di balik tubuh Wayu dan Jarno. Hal itu dilakukannya untuk dapat menyerang orang sakti Yang beberapa peliharaannya mulai datang membantu Setelah memagari diri Masya yang tiba-tiba melesat ke arah Sabto Yang diikuti oleh Wahyu dan semua teman-temannya Orang-orang Sabto yang sedang tak siap pun terpaksa meladini Wahyu, Jarno, Burjo, dan juga Sigit. Serangan dari orang sakti itu mulai terlihat oleh mata Mas Yayang. Di saat bersamaan, Mas Yayang pun terus mengincar Sato yang sudah siap dengan pisau kecilnya.
Tapi... Itu bukan masalah bagi Mas Yayang. Semua luka di tubuhnya segera pulih. Dan membuat Sabto mulai ketakutan dalam menghadapi Mas Yayang.
Keempat temannya pun semakin menggila. Walau kalah jumlah, tapi dengan kondisi tubuh yang bukar. Mereka dapat menumbangkan satu persatu anak buah Sabto... yang sudah menenggak minuman beralkohol.
Untuk memecah konsentrasi orang sakti yang hanya duduk terdiam di atas gazebo, Mas Yayang memberi kode kepada Jarno untuk menyerang orang itu. Namun, bukannya langsung menghampiri si orang sakti, Jarno malah mengambil beberapa batu yang menjadi hiasan di taman rumah Sabto untuk melempari orang sakti itu. Karena beberapa kali terkena batu, orang sakti itu berdiri dengan maksud menyerang Jarno. Namun langkahnya kurang cepat, Wahyu yang mengendap-endap di bawah gazebo, Lalu menarik orang sakti itu ke belakang, hingga jatuh tersenyum. Orang sakti itu ternyata juga memiliki ilmu kebal sehingga pukulan yang dilayangkan Wahyu tidak dirasakannya.
Bisik Wahyu dalam hati dan segera meminta Barjo untuk bertukar posisi. Dengan kode siulan, lagi-lagi Wahyu memberikan tanda kepada temannya untuk membantunya. Borjo yang sudah menumpangkan dua orang bertubuh tegap pun langsung melesat ke arah Wahyu dan memberikan pukulan-pukulan keras ke arah orang sakti itu.
Sabtu Sabto mulai merasa ketakutan ketika ia menyadari jika luka-luka di tubuh Mas Siayang dapat pulih dengan sekejap mata. Baju kemeja putih yang Mas Siayang gunakan terlihat bolong di beberapa tempat serta banyak darah yang mengotorinya. Sabto mencoba lari, tapi sayangnya Mas Siayang tidak membiarkan begitu saja.
Dengan beberapa pukulan, Sabto tersungkur dan hilang kesadaran. Berjodan Wahyu yang awalnya bisa mengimbangi ilmu orang sakti yang selama ini menjadi pelindung Sabto pun harus terluka. Ketika orang sakti itu mengeluarkan ilmu kanuragan tingkat tinggi.
Mas Yayang yang mengetahui hal itu pun segera berlari ke arah mereka berdua. Yang sedang memegangi bagian tubuh mereka yang sedang terluka. Kini Mas Yayang berhadapan dengan orang sakti itu.
Sampian siapa mas? Tanya Mas Yayang. Untuk apa?
Kau mau tahu siapa aku? Jawab orang sakti itu. Aku tidak ada urusan dengan sampian.
Jadi sebaiknya kita sudahi saja semua ini. Balas Mas Yayang. Masyayang, saat ini kau sudah berurusan dengan kuyang.
Karena selama beberapa tahun terakhir, aku gagal membunuhmu. Ujar lelaki itu sambil tertawa. Jadi kau yang pernah ngirimi aku santai?
Jawab Masyayang dengan tegas. Namaku Karso. Aku tidak pernah gagal menghabisi seseorang. Baik itu dengan ilmu-ilmuku ataupun dengan pusakaku.
Orang sakti yang pernah. bernama Karso itu menggunuskan kris panjang yang berwarna hitam dengan energi yang sangat-sangat kuat. Tanpa basa-basi, Karso langsung menyerang Mas Yayang. Sementara Wahyu, Borjo, Jarno, dan juga Sigit mulai meringkus anak Sabto dan anak buahnya.
Mereka segera menyingkir dari tempat Mas Yayang dan Karso bertarung. Ujung kris beracun milik Karso sudah dapat melukai tubuh Mas Yayang. Tapi dengan ilmu yang dimilikinya, luka itu kembali pulih dengan sangat cepat.
Karso yang masih belum menyadari jika Mas Yayang... yang memiliki ilmu rawa rontek buh terus menyerang Masyayang dengan sangat ganas. Namun, karena Karso lengah, pukulan berisi energi tenaga dalam pun dapat menembus ilmu lembu sekilan yang dimiliki oleh Karso.
Karso pun tersungkur dengan darah yang mulai keluar dari sudut bibirnya. Karso lalu bersilah dan tidak memperdilikan lagi serangan yang akan dilayangkan Masyayang. Sepertinya, Karso akan menggunakan ilmu pahamungkasnya untuk mengalahkan Masyayang. Langit berubah menghitam serta tiupan air kencang menjadi tanda jika Karsok ini sudah mempersiapkan ilmu tertingginya. Hal itu juga diketahui oleh Mas Yayang dengan mata batinya.
Sosok jin bertubuh besar berkepala botak dengan daun telinga lebar kini muncul di belakang Karsok. Mas Yayang pun tak tinggal diam selain tubuhnya telah terlindungi oleh ilmu rawa rontek. Mas Yayang pun mengeluarkan semua ilmu yang dipelajarinya di daerah Sukabumi.
Jin Bertumbuh bertemu jin karso ujar Masyayang sambil terus membacakan sesuatu yang membuat udara terasa sangat panas hadirlah kau biru bisik Masyayang dalam hati memanggil sosok yang sebelumnya telah diberikan oleh Pak Bardi jin hitam dengan tubuh lebih besar dari jin milik karso pun muncul dari balik tubuh Masyayang jin bernama biru itu langsung melesat ke arah jin milik karso dan hilang dari pandangan mereka ayo selesaikan Ini Karso, bukankah kau tak pernah gagal menghabisi orang yang kau incar? Ujar Mas Yayang. Tanpa menanggapi ucapan Mas Yayang, Karso pun langsung melompat dan menyerang Mas Yayang.
Mas Yayang hanya terdiam, dia tak bergerak sedikit pun menghadapi serangan Karso. Hal itu sudah ia perhitungkan mata-mata, karena ia berencana untuk melumbuhkan musuhnya dari jarak dekat. Keris hitam dan beracun milik Karso pun berhasil menusuk bagian perut Mas Yayang. Dan dengan cepat, Karso mencabutnya, lalu menikam lagi kembali ke arah jantung. Dan ketika itulah, Masya yang menangkap tangan Karso dan mengeluarkan ilmu pengelumpuh yang sudah dikuasainya di suka bumi.
Dengan cepat, Karso tak dapat menangkapnya. sempat menggerakkan kedua kakinya ia mulai jatuh dengan posisi duduk di atas tanah Chris yang menancap di dada masih yang pun segera dicabutnya dengan wajah marah masih yang kini memperlihatkan ilmu yang dimilikinya kepada karso Karso hanya bisa terpana Melihat apa yang bisa Masya yang melakukan Mustahil Seseorang bisa tetap hidup Dengan jantung yang sudah rusak Akibat tertancap keris sakti miliknya Rawa runtek Gummah menyedengar takjub Menyadari bahwa musuhnya bukanlah orang sembarangan Setelah mencabut keris milik Karso Masya yang lalu mematahkan bilahnya Karso pun hanya bisa pasrah melihat itu Kini dia mulai melihat melawan ilmu Panglumpo yang sudah mengunci tubuhnya. Percuma, Karso. Kau tidak dapat membukanya.
Ujar Masyayang dengan senyum mengecek Karso. Aku tidak akan membunuhmu, Karso. Dan kau masih bisa hidup andai jin peliharaanmu itu dapat mengalahkan Birowo.
Tapi jika tidak, maka Birowo lah yang akan menghabisimu dan menjadikanmu budak di dalamnya. Ibu Masyayang. Setelah itu Mas Yaya menghampiri Wahyu dan Barjo untuk mengobati keduanya Dengan kemampuannya ia mampu menyembuhkan luka dalam yang dialami mereka berdua Sabto yang tersadar ketika langit sudah gelap pun dibuat terkejut ketika mengetahui Mengetahui tubuhnya sudah terikat di sebuah tempat yang tak asing baginya. Di tempat itu hanya ada dia dan juga Mas Yayang. Bik, Sab, tanya Mas Yayang pada Sabto.
Sabto tak bisa menjawab pertanyaan Mas Yayang. Ia malah meludah di depannya. Mas Yayang hanya tertawa atas apa yang dilakukan Sabto.
Dengan tenang, Mas Yayang mendekati Sabto sambil memainkan pisau kecilnya. Dengan santainya, Mas Yayang memperlihatkan kemampuan yang dimilikinya dengan menusuk. memasukkan pisau kecil itu ke arah tangannya.
Hal itu membuat Sabto merasa semakin takut dan mulai berbicara. Aku salah yang, kabeh ini salahku, ujar Sabto dengan tubuh mentar. Terus, obo woi salahmu, nanti gawe aku ilang murib, nengkuboigi, balas masyayang dengan tenang. Aku merekayasa mobil yang kau jual, aku juga sudah membayar orang yang melaporkanmu ke kepolisian, jawab Sabto, seraya menyesali perbuatannya.
bertanya. Setelah itu, saud Masyayang lagi. Aku juga sudah mengfitnahmu, meminta orang untuk menghabisimu, dan membayar orang-orang untuk menangkapmu. Ujar Sabto lagi. Jadi, semua itu benar kau yang telah melakukannya.
Dan dengan sadar, kau memang berniat menghancurkan hidupku. Tanya Masyayang sambil menyayat-nyayat bagian perutnya sendiri. Lihat ini Sab.
Ujar Masyayang sambil menusukan pisau lipat miliknya. Kelenggan kirinya sedih. sendiri Sabto yang semakin ketakutan pun segera mengakui semua perbuatannya dan tanpa ia ketahui semua perkataan Sabto sudah direkam oleh Wahyu dan juga kawan-kawannya Wahyu juga meminta salah satu oknum aparat untuk menjadi saksi atas semua pengakuan dosa dari Sabto awakmu ngerti Sab aku saiki pie tanya masih yang lagi yo yang aku salah yang ngapuroni aku yang jawab Sabto dengan tertunduk Barang haram yang kau edarkan di daerah ini kau simpan dimana? Tanya Mas Yayang yang membuat Sabto tersentak.
Ojo yang, ojo yang kue. Jawab Sabto yang tak ingin bisnis haramnya hancur. Kue milih ngaku obo tak iris-iris terus tak paka kenyang kirek.
Ujar Yayang mengancam Sabto. Ojo yang, ojo. Balas Sabto dengan wajah ketakutan.
Barang yang mengeruku sebelah kulone pasar yang kabe tak siap. simpen yang kuno. Ibu Sabto sambil menangis. Wonglanang kok nangis toh bos-bos. Celotuk seorang aparat kepolisian yang tiba-tiba muncul dari balik semak yang ada di sekitar mereka.
Ayo, gowaku nanggon kui. Ujar seorang aparat yang mengenakan jaket kulit hitam sambil menodongkan senjatanya ke arah Sabto. Mau tak mau, Sabto pun memberitahukan tempat dimana ia menjalankan bisnis itu. Semua jenis obat ada di sebuah ruko yang berketuk gudang on the deal.
Sabto pun ditangkap oleh pihak berwajib dan siap menjalani hukuman berat. Sementara itu, Karsom mati di rumah Sabto dengan kondisi tubuh kering dan mata yang berat. yang terbelalang. Sebelum pergi, Wahyu, Jarno, Burjo, dan Sikit terlebih dulu memindahkan tubuh Karso ke atas kejibung dan membersihkan darah yang keluar dari sudut bibirnya supaya tak ada dugaan pembunuhan terhadap Karso.
Setelah semua selesai, Mas Yayang pun kembali ke Banten untuk menemu istrinya dan meminta izin kepada ibu mertuanya Karena Mas Yayang ingin memperkenalkan Lastri kepada saudara-saudaranya yang berada di Jawa Tengah Setelah berada di sana, Mas Yayang menjual semua asetnya dan membeli tanah di daerah Jogja Hal itu dilakukannya atas kesepakatan bersama istrinya Kabar bahwa Sabtu telah mendapatkan hukuman atas semua kejahatan yang sudah dilakukannya pun Sampai ketelinga Mas Yayang Mas Yayang. Mas Yayang yakin jika Sabto akan membalas apa yang sudah Mas Yayang lakukan padanya. Dan setelah Sabto bebas, Mas Yayang pun membawa kembali istri dan dua anaknya ke daerah Banten. Karena Mas Yayang sudah mendapat informasi apa yang akan dilakukan oleh Sabto.
Sekian, terima kasih kepada Mas Untung Prasetyo yang telah mengirimkan kisah ini. Semoga di dalam kisah ini bisa menghibur teman-teman dan juga ada pesan yang terkandung di dalamnya. Sekian dan wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh