Transcript for:
Refleksi Hidup dan Harapan Keluarga

Hai Pak obatnya sejak dulu Masih kan Obat sudah habis sejak kemarin Jangan nunggu gue terkumpul dulu, nanti tak berikan lagi. As, si Bangu tolong ambilkan tujuan. Iya.

Itu juga gara-gara... Bapak semalam itu begadang Lalu kemalang dengan Pak Marto Membicarakan apa tuh sebenarnya Banyak hal Dia bercerita Tentang berita-berita yang ada Di televisi Tentang Kejahatan sosial yang semakin hari semakin bertambah Provokasi-provokasi yang akan memecah belak persatuan Untung saja televisi kita rusak Jadi dalam beberapa bulan ini Aku tidak melihat berita-berita pusuk itu Terima kasih Sudah ditagih bayar SPP, sudah nunggu hampir satu semester. Apa sebaiknya asli berhenti sekolah saja, biar bisa bantu ibu.

Apa? Jangan pernah berpikir kamu itu untuk mandek sekolah. Seharusnya kamu itu pikirkan untuk lulus sekolah, kuliah, baru cari kerja. Lulusan sarjana saja sekarang bukan jaminan dapat kerja enak. Lah kok kamu berpikiran mau mandek sekolah?

Maafkan aku ya, San. Sekarang aku di rumah ini hanya menjadi bebanmu saja. Aku juga sangat menyesalkan Pardoh anakku, yang seharusnya bisa menjadi kepala rumah tangga kalian yang baik.

Maaf pergi tanpa kabar. Kalau saja fisiku masih kuat, pasti aku akan membantumu untuk memenuhi kebutuhan hidup ini. Pada waktu muda, fisik si mbak begitu kuat, tak tidak benar mbak menggotong tanggung jenderal si Jerman semasa bergelia.

Kami itu bergelah pandu, bergantian menggotong tanggung Pak Jerman. Rasa lelah dan lapar kami tergantian. oleh kebanggaan kami menggotong tandu sampang lima besar. Beliau telah mengajarkan banyak hal kepada Simba tentang semangat hidup, cinta tanah air, dan persaudaraan dan masih banyak lagi yang bisa kami tadani dari beliau zaman sudah bergembang pesat pak kita sudah tergilas oleh zaman nasib bapak dan keluarga bapak ini sekarang itu jauh terpuruk daripada orang-orang yang tidak ada jasanya sama sekali terhadap bangsa ini dan bapak sudah terlupakan oleh waktu dengan sendirinya iya aku juga sangkan akan hal itu Tapi apakah persoalan ini akan selesai dengan hanya kita menyalahkan orang lain? Bapak masih ingat betul Tetap aduh lomba putrimu sangat senang saat diberikan jari oleh Jendrasudirman Pak Dirman juga memberikan salung pada simbamu ini Mungkin itulah memberian satu-satunya dan terakhir dari...

Pak Firman kepada Simba Tapi ibalan terbesarnya adalah Tentang semangat hidup Dan perjuangan dari beliau Jalan-jalan keluar Tidak baik bagi kesehatan Simba Kalau hanya duduk Dan merenungi keadaan Pak Firman Hai Nanti, gimana kak Nanti? Eh leh, kakak gak dibukakan pintu kok Mau kak buju, maaf bu, tadi saya menyesuaikan tiga anjing tanggung, takutnya hatiku sombuk Alah, terserah lah apa lasan, kak juga ada anak-anakmu kok Wess, sudah siapkan tau uangnya? Ini batas terakhir dari janji-janji kamu Sebenu...

Hai tapi maaf untuk kali ini saya juga belum bisa bayar Mbak Sandi aku sebenarnya enggak tega kalau harus nafas terus aku kasihan sama sekarang tinggal tanda Surat ini, sertifikat atas tanah dan rumah ini menjadi hak diriku. Tanah dan rumah ini tidak akan aku serahkan padamu. Ini harta satu-satunya yang kami miliki. Eh mbak, kalian gak mau tak agil?

Ya lu nasi utangnya mbak. Aduh, bila? Alhamdulillah kami bu.

Ibu masih banyak tanggungan yang harus dibikirkan untuk memenuhi kebutuhan kami. Saya akan bekerja keras untuk menonasi hutang ibu saya. Saya janji.

Ini urusan orang tua. Anak kecil tidak boleh ikut campur. Ini adalah barang berharga yang paling berharga Mudah-mudahan bisa melunasi semua hutang-hutang kami Apa ini mbak?

Nanti ini kutempel! Kamu jangan sembarangan! Ini adalah sarung dan kain cari pemberian dari Cedrasutirman. Barang itu mungkin berharga, tapi tidak sama sekali berharga.

Dan tetap saja kalian tidak dapat menggunakan hutang padaku. Berarti kamu ingin membuat kami menjadi gelandangan. Aku itu perlu berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini.

Agar kalian bisa hidup enak, tapi kok ya kalian masih tega-teganya menyianyikan orang seperti kami. Isbah, saya tidak mau berdebat lebih lama lagi. Tak hanya sekarang jauh kalian tidak dapat terselesaikan, maka kalian sertifikat atas tak. Dan rumah ini menjadi hak milikku.

Silahkan kalian cari dalam keluar sendiri. Wah, kita mau tinggal di mana? Maafkan aku, Pak. Sudah tidak ada jalan selain meminjam kepadamu, Jemilah.

Nasi sudah menjadi bumbu. Sekarang kali inilah alur kehidupan yang harus kita jalani. Bagiku tidak masalah, walaupun aku harus hidup di jalanan. Karena di masa mudaku, aku sudah terbiasa ditempa hidup keras.

Berjuang untuk kemerdekaan. Meskipun tidak secara langsung aku memegang senjata. Tapi mengabdi pada jenderal besar menjadi kebanggaan tersendiri dalam hidupku. Beliau telah mengajarkanku untuk kuat dan iblis menjalankan hidup ini.

Aku akan kuat, Jendral. Tapi aku tidak akan kuat apabila harus menyaksikan anak dan cucuku hidup di jalanan. Aku sudah terbiasa dengan kerasnya hidup.

Mimpi ketika Tapi aku tidak bakal buang Apabila harus menjaksikan keseluruhan di masa depan Anak dan cucuku Untuk kemerdekaan Dan kebebasan yang nyata Aku patikan setiap Kenangan jadi berarti