Intro Halo, selamat sore Indonesia. Apa kabar sahabat Erlangga? Kita jumpa lagi dalam Erlangga Classroom.
Erlangga Classroom merupakan tayangan persembahan dari penerbit Erlangga untuk membantu sahabat Erlangga belajar di rumah melalui beragam video pembelajaran inspiratif. Nah, pada sore ini sahabat Erlangga akan diajak untuk belajar materi sejarah. Materi ini dipersembahkan untuk Sahabat Erlangga Jinjang SMA kelas 10. Bersama saya Ibu Hesti Diorahmawati, kita akan belajar materi pengantar ilmu sejarah.
Nah bagaimana Sahabat Erlangga? Sudah siap semuanya? Yuk kita simak bersama ya. Nah Sahabat Erlangga. Materi pengantar ilmu sejarah merupakan materi awal yang akan membantu sahabat Erhangga untuk lebih memahami konsep dasar manusia ruang dan waktu, konsep berpikir diakronis dan sinkronis, guna sejarah, sejarah dan teori sosial, metode penelitian sejarah, serta sejarah lokal.
Nah, ada pun beberapa materi yang akan dibahas diantaranya, konsep dasar manusia ruang dan waktu, konsep berpikir diakronis dan sintronis, guna sejarah, sejarah dan teori sosial, metode penelitian sejarah, dan sejarah lokal. Sahabat Erlangga tak kenal maka tak sayang. Nah disini ini ingin mengajak kalian untuk mengingat kembali pengertian dari sejarah.
Apa sih sebenarnya sejarah itu? Nah disini disampaikan bahwa sejarah itu berasal dari bahasa Arab Sejaratun. atau sejarah yang artinya adalah pohon. Nah pasti sahabat Erlanga bertanya-tanya, kenapa sejarah dikaitkan dengan pohon?
Nah ternyata sejarah itu sering dihubungkan dengan yang namanya silsila atau riwayat keluarga. Dan ketika kita membuat skema dari silsila ini, maka bentuknya akan menyerupai seperti sebuah pohon. Nah antara silsila dengan sejarah itu memiliki persamaan. Keduanya sama-sama mengalami perkembangan Tapi perkembangannya itu ke masa lalu.
Berikutnya kita lihat beberapa definisi dari tokoh sejarawan. Nah di sini ada Kunto Wijoyo. Kunto Wijoyo mengungkapkan bahwa sejarah itu adalah sebuah ilmu. Ilmu tentang manusia. Jadi mempelajari segala sesuatu tentang manusia.
Sedangkan menurut Sartono Kartobirjo, sejarah itu adalah berbagai bentuk penggambaran dari pengalaman kolektif di masa lampau. Pengalaman dari sekelompok manusia, bukan individu per individu, jadi pengalaman kolektif, masyarakat atau bangsa. Sedangkan menurut Muhammad Ali, sejarah itu adalah keseluruhan perubahan kejadian-kejadian yang benar-benar telah terjadi atau ilmu yang menelidiki perubahan-perubahan yang benar-benar telah terjadi di masa lampau.
Jadi di sini dijelaskan bahwa sejarah itu berasal dari peristiwa-peristiwa di masa lampau. yang bukan hasil rekayasa atau imajinasi, harus betul-betul terjadi dan dapat dibuktikan. Sedangkan menurut Ruslan Abdul Ghani, sejarah itu adalah sebuah ilmu. Ilmu yang memelidiki secara sistematis tentang perkembangan masyarakat dan manusia di masa lalu. Nah berikutnya ada Heredotus.
Sahabat Erlangga masih ingat siapa Heredotus? Ya betul, Heredotus adalah bapak ilmu sejarah. Menurut Heredotus, sejarah itu tidak berkembang ke arah depan.
serta dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia. Jadi membentuk satu pola tertentu, tinggi rendah berulang. Nah misalnya pola peristiwa ini kita lihat pada masa kerajaan-kerajaan. Kalau sahabat Erlangga perhatikan, berdiri satu kerajaan akan diikuti oleh masa kejayaan, kemudian mengalami kehancuran atau keruntuhan.
Nanti ada lagi kerajaan berdiri, kemudian mengalami kejayaan, dan kemudian mengalami keruntukan. Ini akan membentuk pola peristiwa. Pola peristiwa yang dapat saja berulang, tapi peristiwanya hanya satu kali terjadi.
Nah, sahabat Erlangga, dari beragam definisi ini kita bisa menyimpulkan bahwa sejarah itu dapat berbentuk sebagai peristiwa, dapat juga sebagai sebuah ilmu, dapat juga sebagai sebuah kisah. atau sebagai seni. Tapi dalam pembahasan kali ini kita akan fokus pada sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai ilmu. Selanjutnya di sini kita akan melihat bahwa manusia memiliki konsep tersendiri dalam pustuwa sejarah. Nah sebelumnya dalam pustuwa definisi-definisi yang disampaikan itu disebutkan adanya manusia yang mempengaruhi atau manusia yang diselidiki.
Nah ternyata manusia itu memiliki peran penting yaitu sebagai subjek ataupun sebagai objek. Nah sebagai subjek manusia adalah pelaku. yang akan melakukan penelitian terhadap berbagai peristiwa sejarah.
Nah ketika kita menyebut peristiwa sejarah, ini di dalamnya ada manusia juga yang menjadi objek penelitian. Berlaku manusia di masa lampau, itu bisa menyebabkan terjadinya perkembangan ataupun perubahan-perubahan dari suatu peristiwa. Bagaimana dengan konsep ruang dan waktu?
Nah konsep ruang ini berkaitan dengan tempat terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan waktu berkaitan dengan kapan terjadinya peristiwa tersebut. Konsep waktu sendiri ini sebenarnya ada tiga, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Nah sahabat Erlangga, karena kita membahas tentang sejarah maka kita akan bicara tentang masa lalu. Tapi jangan salah, peristiwa-peristiwa di masa lalu ini bisa mempengaruhi peristiwa masa kini. dan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
Dalam peristiwa sejarah, manusia ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan. Setiap peristiwa sejarah pasti akan merubahkan manusia sebagai peneliti dan pelaku dalam peristiwa sejarah. Sementara peristiwa sejarah itu sendiri terjadi dalam suatu tempat dan waktu tertentu.
Konsep ruang dan waktu itu memberikan kesempatan kepada manusia untuk berperilaku, berkreativitas. Nah, selanjutnya kita lihat di sini, sahabat Erlangga masih ingat? Ada konsep 5W1H. Masih ingat isinya apa saja? What, peristiwa sejarah apa yang terjadi?
Kemudian, when, apa terjadinya peristiwa itu? Where, di mana terjadinya peristiwa itu? Who, siapa saja yang terlibat? Dan why? Nah, di sini kita lihat.
Konsep manusia ruang dan waktu itu merupakan bagian dari konsep 5W plus 1H. Di sini ada how, bagaimana jalannya peristiwa tersebut. Jadi memang tidak dapat dipisahkan ketika kita akan menganalisis peristiwa sejarah, kita menggunakan konsep 5W plus 1H, maka di dalam itu akan ada konsep manusia ruang dan waktu. Nah sahabat Erlangga, kita akan masuk pada materi berikutnya yaitu Konsep berpikir sinkronik dan diakronik. Nah, ketika kita melihat satu peristiwa sejarah, kita bisa menggunakan konsep berpikir sinkronik atau diakronik.
Apa sih sebenarnya bedanya? Nah, di sini disebutkan kalau sinkronik ini bersifat vertikal atau menyempit dalam waktu. Kita ambil contoh misalnya dalam satu peristiwa ya.
Nah, di sini ada beberapa peristiwa A, peristiwa B, peristiwa C. Dalam konsep berpikir sinkronik, kita akan meneliti satu peristiwa yang sempit. Jadi hanya satu peristiwa misalnya, sempit dalam waktu. Tapi ini betul-betul akan kita kaji secara sistematis, struktural, dan spesifik. Kita tidak lagi melihat peristiwa ini atau peristiwa ini.
Kita hanya fokus pada peristiwa ini saja. Tapi kita mengkaji ini dari berbagai aspek. Makanya disebutkan dalam konsep berpikir sinkronik. Kita memerlukan ilmu bantu atau disini kita katakan bersifat multidimensional.
Ilmu bantunya apa saja? Ada psikologi, ekonomi, sosiologi, politik, dan geografi. Salah satu karya penelitian yang tentang konsep BVP sinkronik yang luar biasa ini adalah karya Sartono Kartodirjo yang bertuduh Pemberontakan Petani Banten tahun 1888. Pemberontakan di sini ternyata bukan hanya bersifat politis Tapi begitu kita kaji dengan ilmu sosial Ternyata juga merupakan satu gerakan sosial Yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu Ada juga misalnya ketika kita akan mengkaji Peristiwa 17 Agustus 1945 Nah sahabat Erlangga bisa menggunakan pendekatan ilmu politik misalnya Peristiwa 17 Agustus 1945 merupakan Peristiwa lahirnya atau munculnya negara merdeka baru di dunia yaitu Indonesia.
Sedangkan kalau dilihat dari sudut pandang ilmu geografi. Munculnya negara merdeka ini tentu saja memiliki wilayah. Ada batasan-batasan wilayahnya. Ini bisa kita kainsi menggunakan ilmu biografi. Sedangkan dalam ilmu sosiologi, lahirnya negara baru tentu saja disertai dengan munculnya tatanan masyarakat baru juga.
Dari yang sebelumnya masyarakat terjejak menjadi masyarakat merdeka. Nah itu adalah contoh konsep berpikir sinkroni. Ada lagi konsep berpikir diakronik.
Nah, di sini disebutkan kalau konsep berpikir diakronik ini bersifat horizontal. Kita ambil contoh, misalnya kita ambil garis lagi. Di sini ada peristiwa A, B, C, D, E. Nah, dalam konsep berpikir diakronik itu kurun waktunya panjang.
Misalnya dari mulai peristiwa A sampai ke peristiwa E. Nah, sepanjang ini itu adalah... menjadi bahan kajian dalam konsep berpikir diakroni. Nah tentu saja di dalamnya berarti ada banyak peristiwa-peristiwa sejarah lainnya. Ada peristiwa B, peristiwa C, peristiwa D.
Nah dalam konsep berpikir diakroni, ini pembahasannya bersifat deskriptif, narratif. Nah di sini kita akan mencari penyebab peristiwa tersebut, kemudian mencari prosesnya seperti apa sih, dan pengaruhnya seperti apa. Nah disini sifatnya adalah historis dengan menggunakan konsep 5W plus 1H.
Sahabat Erlangga, karena dalam konsep berpikir diakronik ini kurun waktunya panjang, maka kita bisa melihat perubahan perkembangan yang terjadi. Misalnya dari peristiwa B ke peristiwa C, ada perubahan apa nih? Dari peristiwa C ke peristiwa D, ada perkembangan apa yang terjadi?
Nah ini dimungkinkan karena kurun waktunya panjang. Kalau tadi kan disinkronik hanya satu peristiwanya. Waktunya sempit sehingga kita tidak bisa melihat adanya satu perubahan.
Nah kita ambil contoh lagi misalnya ini. Periode pergerakan nasional. Di sini dituliskan mulai tahun 1908 sampai 1945. Nah ini kan perun waktunya panjang. Kita bisa melihat apakah ada perubahan yang terjadi selama periode tersebut. Nah tentu sahabat eraga masih ingat ya dalam periode ini ketika di awal masa pergerakan itu Organisasi yang terbentuk adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.
Tujuannya adalah memajukan pendidikan dan ekonomi. Kemudian di pertengahan itu sudah mulai ada organisasi yang bersifat politik. Tapi politiknya ini masih malu-malu.
Politiknya masih belum berani untuk menyampaikan atau menuliskan dalam tujuan organisasi politiknya adalah untuk mencapai Indonesia yang berdekat. Baru kemudian dalam akhir. periode pergerakan nasional itu mulai muncul organisasi-organisasi politik yang sifatnya radikal sudah berani menyampaikan bahwa tujuan organisasinya adalah untuk mencapai Indonesia merdeka. Nah, perubahan-perubahan dalam satu periode ini bisa kita lihat karena kurun waktunya panjang sehingga kita bisa menuliskan ada perubahan apa yang terjadi dari setiap periode. Paham bedanya ya?
Antara sinkronik dengan diakronik. Jadi kalau yang sinkronik waktunya singkat, kalau yang diakronik waktunya panjang, kalau yang sinkronik waktunya singkat. Kalau yang sinkronik itu membahas secara menyeluruh dari berbagai aspek, kalau yang diakronik itu pembahasannya bersifat deskriptif naratif seputar penyebab, proses, dan pengaruhnya seperti apa. Kalau dalam sinkronik, karena bersifat menyeluruh dari berbagai aspek, maka membutuhkan ilmu bantu sejarah. Sedangkan kalau dalam diakroni karena kurun waktunya panjang, maka kita bisa melihat perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam periode tersebut.
Nah, sahabat Erlangga, ini kita akan melihat sedikit tentang teori sosial dalam sejarah. Nah, ini ada dalam konsep berpikir sinkronik. Yang tadi disebutkan bersifat multidimensional. Kita menggunakan ilmu bantu.
Anda dapat mengkaji dengan lebih spesifik, jelas, dan mendalam. Teori-teori sosial kita gunakan untuk menjelaskan beragam fenomena dalam peristiwa sejarah. Seperti misalnya teori konflik untuk menjelaskan pergolakan masyarakat. Di dunia juga ada teori psikologis untuk menjelaskan perubahan berlaku seseorang.
Nah, selanjutnya kita akan melihat guna sejarah. Nah, sahabat Erlanger pernah nggak sih bertanya kita belajar sejarah itu untuk apa? Ternyata di sini ada beberapa guna kita untuk belajar sejarah. Yang pertama di sini adalah edukatif. Edukatif di sini, sejarah itu mampu memberikan...
pembelajaran atau pengajaran kepada kita dari peristiwa-peristiwa masa lampau. Jadi kita bisa belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lampau untuk diperbaiki dan tidak mengulanginya lagi. Kemudian di sini ada guna inspiratif. Nah ini biasanya berkaitan dengan tokoh.
Kita menganggumi tokoh, kemudian kita melihat ada karakter positif yang muncul dari tokoh tersebut. Kita kemudian ingin menjadi seperti tokoh tersebut. Maka kita mengikuti karakter-karakter positif yang ada dari tokoh tersebut. Misalnya kita mengakui sosok Presiden Soekarno yang gagah dan berani.
Maka kita ingin seperti beliau. Kita menjadi sosok yang gagah berani, pantang menyerah dalam bekerja dan belajar. Ada lagi guna rekreatif, guna rekreasi. Nah, sahabat Erano pernah nggak ketika membaca satu buku sejarah kemudian merasa seakan-akan? Kita berada pada peristiwa yang diseritakan dalam buku tersebut.
Nah itu juga boleh masuk dalam peristiwa atau guna sejarah rekreatif. Jadi memberikan kesenangan. Kesenangan kepada kita ketika kita membaca buku sejarah.
Atau bisa juga misalnya ketika kita sedang menonton film sejarah. Membuat seakan-akan kita berada pada masa itu. Membuat seakan-akan kita berada pada saat peristiwa itu terjadi.
Nah yang terakhir disini ada guna ekstruktif. Ini adalah guna sejarah untuk membantu melengkapi proses pembelajaran atau keterampilan. Jadi misalnya sahabat perangga ingin belajar tentang sistem pemerintahan di Indonesia, maka sahabat perangga perlu belajar tentang sejarah pemerintahan di Indonesia.
Atau misalnya kita akan membahas tentang sistem tanam paksa di Indonesia, maka kita perlu juga belajar tentang gerakan sosial atau gejolak sosial yang terjadi di masyarakat pada saat sistem tanpa paksa itu terjadi. Jadi di sini sejarah itu akan menungkapi sehingga kajiannya akan lebih luas lagi, akan lebih mendalam lagi. Nah ini juga sejarah sahabat Erlanda bisa melihat juga sejarah manakah yang paling sahabat Erlanda rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari ini. Apakah inspiratif, apakah editatif, apakah rekreatif. atau juga institutif kita proses pembelajaran.
Yang manapun semuanya adalah baik. Kita bisa sama-sama belajar sejarah. Berikutnya kita akan masuk pada metode penelitian sejarah. Nah, sahabat erangga, tadi disebutkan kalau sejarah itu juga sebagai ilmu. Ilmu yang akan menyelidiki.
Nah, ketika menyelidiki maka kita akan masuk pada metode penelitian sejarah. Langkah-langkah yang akan kita tempuh untuk... menyelidiki satu peristiwa sejarah.
Ada heuristik, kritik atau verifikasi, interpretasi dan historiografi. Tapi sebelum kita masuk ke dalam langkah ini, kita harus menentukan terlebih dahulu tema. Tema yang akan dibahas dalam penelitian ini apa atau peristiwa sejarah apa yang akan diteliti. Baru setelah kita menentukan tema, kita akan masuk pada tahap heuristik.
Tahap heuristik itu adalah tahap mengumpulkan sumber sejarah yang akan menjadi bahan penelitian kita. Di mana kita bisa mengumpulkan sumber? Misalnya di perpustakaan, atau di kantor arsip, atau bisa juga misalnya sahabat erlangga mencari di internet.
Dan yang terakhir disini kita lihat gambar sahabat erlangga melakukan wawancara. Atau disini disebutnya sejarah wisana. Nah ini ada beberapa sumber sejarah dari bentuk dan sifatnya. Dari bentuk kita lihat di sini ada sumber benda, misalnya candi, arca.
Ada sumber tertulis, misalnya pasasti atau buku, artikel. Banyak sekali sumber tertulis. Ada juga sumber lisan. Nah untuk sumber lisan ini harus hati-hati. Kita harus mencari narasumber yang benar-benar kompeten mengetahui peristiwa yang ingin ditanyakan.
Dan narasumber ini juga harus mau dan mampu untuk menceritakan peristiwanya. Jadi kalau misalnya ada narasumber yang mau menceritakan tapi sebenarnya dia tidak mampu atau tidak kompeten, maka itu tidak dapat kita jadikan narasumber. Begitu juga sebaliknya, misalnya ada narasumber yang kompeten, dia mampu. mampu menceritakan peristiwa tersebut, tapi dia tidak mau mencerita. Maka ini juga tidak dapat kita jadikan narasumber, akan sulit.
Nah, dari sifatnya, sumber sejarah itu dapat kita bagi jadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer ini adalah sumber yang berasal dari pelaku sejarah atau saksi sejarah. Atau dengan kata lain berasal dari zamannya. Sehingga bisa menceritakan dengan jelas apa yang terjadi pada masa itu.
Sedangkan sumber sekunder ini adalah sumber bukan dari pelaku atau saksi atau bukan dari zamannya. Misalnya apa? Tadi saya sebutkan buku, artikel, jurnal. yang terbit pada masa sekarang. Kalau sumber primer ini bisa orang atau bisa juga bisa terbitkan sejaman orang yang terbit pada masa itu.
Paham ya, sahabat yang langgan? Jadi ternyata sumber sejarah itu juga ada beragam. Kita harus bisa menentukan mana sumber yang tepat untuk kita gunakan dalam penelitian kita. Berikutnya kita akan masuk pada tahap kritik atau verifikasi.
Nah disini ada dua kegiatannya yaitu eksteren dan interen. Eksteren ini artinya kita akan mengecek keaslian sumber berdasarkan tampilan fisiknya. Misalnya apa?
Bahan, kemudian juga tinta. Jadi kalau misalnya sahabat Erlangga bertemu dengan orang yang mengatakan bahwa dia punya buku tentang kerajaan Kutai. Nah sahabat Erlangga itu harus mengecek apakah pada masa kerajaan Kutai itu sudah ada bahan. kertas, tulis, apakah sudah ada tinta.
Kalau ternyata belum, berarti sumber itu tidak bisa dipercaya. Bisa jadi sumber itu palsu. Ada lagi secara internet.
Ini untuk mengecek kredibilitas kepercayaan sumber berdasarkan isinya. Isinya itu dilihat dari materinya. Betul nggak nih apa yang disampaikan dalam sumber tersebut. Kemudian bisa juga dari segi gaya bahasa.
Setiap zaman itu punya gaya bahasa masing-masing. Atau juga ejaan ya. Nah ketika misalnya ada buku yang menceritakan atau dikatakan buku ini berasal dari zaman perang kemerdekaan. Tapi ketika kita baca ternyata gaya bahasanya menggunakan gaya bahasa sekarang.
Nah itu bisa dipastikan kita harus ngecek dulu. Karena gaya bahasa yang berbeda ini. Kemudian juga kita lihat materinya sesuai kita. Jadi betul-betul harus hati-hati.
Tahap kritik atau verifikasi sumber sejarah merupakan tahap untuk mengecek asian dan kebenaran sumber yang sudah kita kumpulkan. Jadi artinya tidak semua sumber yang kita kumpulkan itu akan dapat kita pakai. Nanti setelah melalui tahap kritik ini, maka kita akan memilah-milah mana sumber yang bisa kita pakai, mana sumber yang tidak dapat kita pakai.
Nah selanjutnya sumber yang sudah kita pakai ini akan kita bawa pada tahap interpretasi. atau penafsiran. Di sini ada dua kegiatannya, yaitu analisis dan sintesis.
Pada tahap analisis, kita akan menganalisis, mengguraikan setiap fakta sejarah yang sudah ditemukan dalam sumber sejarah tersebut. Mana yang betul, mana faktanya, mana yang sesuai, mana yang dapat kita gunakan untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Sedangkan sintesis di sini adalah tahap ketika kita akan membuat kesimpulan dari berbagai fakta sejarah tersebut. Jadi kumpulan fakta itu akan kita susun, akan kita rekonstruksi menjadi satu peristiwa sejarah.
Nah kemudian kita akan membuat kesimpulan dari berbagai fakta yang sudah kita susun itu. Nah pada tahap interpretasi ini ada yang penting untuk diingat oleh sahabat Erlangga. Bahwa seorang peneliti sejarah itu harus berhati-hati dalam menginterpretasikan berbagai fakta sejarah yang sudah ditemukannya akan tetap objektif.
Karena apa? Karena dalam tahap interpretasi ini, rentan sekali dengan yang namanya subjektivitas. Ketika kita melakukan penafsiran, kita jangan sampai terbawa suasana.
Kita terbawa pandangan kita masuk ke dalam interpretasi yang kita buat. Subjektivitas ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya latar belakang pendidikan. Ada juga misalnya disebabkan ala perbedaan sudut pandang.
Setiap orang kan punya sudut pandang yang berbeda ya. Perbedaan pandangan. Kemudian bisa juga karena lingkungan. Nah ini harus hati-hati. Setiap orang memiliki tingkat subjektifitasnya pasang masing.
Namun yang jelas ketika kita sedang melakukan penelitian ilmiah, kita harus membuat penaksirannya berdasarkan fakta. Bukan berdasarkan pada pendapat kita pribadi. Selanjutnya kita akan masuk pada tahap historiografi.
Nah historiografi ini artinya penulisan sejarah. Jadi setelah kita berhasil mengekipitasikan beragam fakta sejarah yang terkumpul, maka kita akan dapat mulai menulis hasil penelitian sejarah kita sesuai dengan keindahan ilmiah. Nah ini harus kita perhatikan, misalnya sistematika penulisan, gaya penulisan, penggunaan konsep teori yang sesuai sehingga mampu menghasilkan tulisan sejarah yang mudah dipahami, menarik dan sesuai dengan tujuan keilmuannya.
Jadi ketika kita misalnya menjadi seorang penulis, Kemudian kita menulis untuk targetnya siapa? Masyarakat umum kah? Anak sekolah kah?
Anak sekolah juga anak SMA kah? Atau ke anak SD? Nah itu akan berbeda pada tahap penulisannya.
Kita harus menyesuaikan. Sehingga hasil tulisan kita itu akan mudah dipahami. Nah sahabat Erlangga, di sini ada bentuk atau hasil historiografi. Salah satunya adalah sejarah lokal.
Sejarah lokal ini merupakan sejarah yang berasal dari daerah tertentu. Bentuk penulisan sejarah lokal dapat beragam. Misalnya sahabat Erlangga dapat bercerita atau menulis tentang peristiwa perjuangan masyarakat daerah tersebut. Atau misalnya jika di daerah tersebut ada pokok, kita juga bisa membuat biografi tokoh daerah.
Atau segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat di daerah tersebut, maka kita sebut sejarah lokal. Nah ini adalah bentuk historiografi berdasarkan ruang lingkup wilayah. Biarpun sebenarnya selain dari sejarah lokal ini, ada juga misalnya sejarah nasional.
Kemudian juga ada sejarah dunia. Ini berdasarkan ruang lingkup. Tapi jika kita ingin menulis berdasarkan bidangnya, Maka ini bisa juga kita akan menghasilkan beberapa historiografi, misalnya sejarah sosial, kemudian ada juga misalnya sejarah politik, ada lagi misalnya sejarah ekonomi.
Nah kalau ini dilihat berdasarkan bidang kajiannya, jadi kita akan membahas politika, ekonomi, sosial. Itu akan tercermin dalam historiografi yang kita tuliskan. Nah, sahabat Erlangga, sejarah lokal ini luar biasa. Kenapa kita tekankan di sini sejarah lokal? Karena ini merupakan bagian dari kearifan lokal.
Kearifan lokal yang harus kita pertahankan dan kita wariskan. Kita listarikan, kita wariskan untuk generasi berikutnya. Jangan sampai seiring dengan perkembangan zaman yang namanya sejarah lokal ini kemudian hilang secara perlahan. Jadi saat ini betul-betul diharapkan generasi muda mulai memahami sejarah lokal daerahnya. Bahkan jangan ragu untuk mulai menuliskan sejarah lokal di setiap daerah masing-masing.
Sehingga sejarah lokal ini bisa kembali kita kenal oleh setiap generasi yang ada. Nah misalnya kita lihat di sini. Ini ada beberapa karya tulis sejarah lokal, jadi disebutkan sejarah lokal itu bisa tentang biografi.
Di sini ada profil Raja-Raja Goa, kemudian juga sejarah lokal Jawa Barat, sejarah lokal Surakarta, sejarah lokal di Indonesia. Ini ceritakan tentang kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Nah, sahabat Erlangga bisa mulai melihat di daerah sahabat Erlangga, tira-tira sejarah lokal apa yang bisa kita angkat.
dan jaga ragu untuk melakukan penelitian sejarah tentang sejarah lokal tersebut. Sehingga sejarah lokal ini bisa menjadi satu ajang untuk sahabat Erlangga mempraktekkan metode penelitian ilmiah. Oke, sahabat Erlangga, kita sudah selesai materi kita, yaitu tentang pengantar ilmu sejarah.
Nah, bagaimana sahabat Erlangga? Apakah sudah paham? Materi kita kali ini, materi yang disajikan untuk sahabat Erlangga jenjang SMA kelas 10. Nah jangan lupa sahabat Erlangga untuk selalu mengikuti dan mengaktifkan notifikasi pada channel ini. Sehingga sahabat Erlangga tidak akan ketinggalan ketika nanti akan ada tayangan video pembelajaran berikutnya.
Nantikan terus Erlangga Classroom berikutnya dan jangan lupa untuk mengajak teman-teman kalian menyaksikan tayangan video-video pembelajaran di channel ini. Sahabat Erlangga tetap semangat untuk belajar, jaga kesehatan selalu. Salam Indonesia. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sampai jumpa.