Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Hai ukulah bid'ahatil dalalah ukulah dalalatin finna ayuballikhuwah salam-salam yang saya muliakan dan saya hormati pertama-tama saya menguji Allah Jalla wa'ala atas ni'mat yang sangat besar yang Allah berikan kepada saya Nihmat iman dan islah Dan yang kedua Kitab bersyukur Atas ni'mat Allah Yang telah mempertemukan kita Pada hari ini Untuk Satu pembahasan Ilmiah Mengenai Manhaj Cara atau sikap beragama yang akan membentuk, membawa dan mengarahkan bagaimana cara beragama kita, apakah benar atau salah. Sungguh saya mendapat kehormatan dari organisasi atau perguruan persis yang telah memberikan kesempatan kepada saya bersama kawan-kawan untuk hadir di majlis yang mulia ini untuk memberikan penjelasan mengenai manhaj salafunas salah ridwanallah alaihim jami'an kita langsung saja saya akan memberikan pembahasan ini pertama-tama perlu kita dudukkan terlebih dahulu bahwa yang kita bahas adalah maubu dari manhat saraf pembicaraan kita mengenai manhat saraf tidak mengenai afrat atau orang per orangnya yang menyandarkan dirinya kepada manhat yang hakim karena kalau kita bicarakan hal yang seperti ini tidak ada habis-habisnya Orang di luar Islam ingin mengenal Islam, kalau dia melihat kepada orang-orang Islam, maka dia akan menolak Islam. Lihat orang Islam berpecah belah, lihat orang Islam mengebom sana, ngebom sini, lihat orang Islam begini dan begitu, saling cacimaki, saling bunuh, dan seterusnya. Yang harus mereka lihat, Islam sebagai ajaran yang benar, Islam sebagai agama yang hak. Baru kemudian orang penganutnya yang mengamalkan Islam yang hak.
Nah kalau kita melihat, tadi seperti dibicarakan, ada orang yang mengatakan salaf Yamani, salaf Haroki, entah salaf-salaf yang mana lagi, ini tidak akan ada habisnya. Seperti kita kenal juga ada Persis Bandung, ada Persis Bangil. ada persis Jakarta, ada persis Garut, entah persis-persis yang mana lagi.
Ini kita tidak dengarkan. Tapi asas persis yang kita tahu, kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Demikian juga Muhammadiyahiyah, ada ini, ada seterusnya. Tidak ada habisnya. Nah kalau kita bicarakan ini, tidak akan ada habisnya.
Yang kita bicarakan adalah manhat salaf. Apa itu manhat salaf? Ada pun orang-orangnya banyak menisbahkan diri kepada ajaran salaf.
Kalau kita berjalan dari Anjir dan seluruh sampai ujung Jawa, maka kita akan dapati sederet pesantren dengan nama pesantren salafi, pesantren salafiyah. Apakah pengamalan ini sesuai dengan salaf dan salafiyah? Sangat jauh sekali.
Mereka pengagum kubur, menyembah kuburan, tawasul, dan lain sebagainya. Tetapi namanya pesantren salafiyah. Sebagaimana orang-orang munafiqun menyandarkan Aamanna billahi wa bilyawmil akhir Kami beriman kepada Allah dan hari akhir Wa ma'hum bi mu'minin Dan mereka bukanlah orang-orang yang beriman Mari kita batasi pembahasan mengenai manhat yang hak ini Sebagai hujah alasan dasar yang ketiga atau tidak Dengan tidak melihat kepada afratnya Sebab akan berlanjut terus dan akan terkena kepada diri kita Yang kedua, Bapakak Ketua yang saya muliakan dan saya hormati mengutip dari salah seorang penulis menurut ya ini Abu Abdullah Al-Talibi dengan pembagian salaf Iyamani dan salaf Haraki, ini adalah pendapatnya.
yang menurut kami tidak mempunyai dasar dan hujah karena kami tidak mengenal adanya salaf yamani dan salaf haraki atau salaf-salaf yang lain salaf hanya satu mengikuti manhat para sahabat dan tabi'in dan tabi'ut tabi'in dan orang-orang yang mengikuti perjalanan mereka yang merupakan kebenaran mutlak dalam memahami, dalam kembali kepada kitab Allah dan sunnah Rasulnyaullah fi sallallahu alaihi wa alaihi wa sallam seseorang boleh saja berpendapat apa saja tetapi pendapatnya perlu diuji perlu ada mizan, timbangan ilmiah burhanun, syara'iyun, wa akliyun yang ketiga kesimpulan dari ini Bapakak Ketua yang saya muliakan, saya cintai Bahwa kita tidak menemukan dalil yang sarih, jelas Yang menetapkan manhat saraf, salih sebagai dasar ketiga Seraal Quran dan Sunnah Maka ini tidak jadi hujah Karena orang yang mengetahui memiliki hujah Kepada orang yang tidak tahu Yang berkata demikian adalah para ulama kita. Perkataan kalau kita tidak mengetahui dalil, tidak menunjukkan bahwa dalil itu tidak ada. Seperti seorang ditanya sesuatu hadis, dan dikatakan saya tidak menemukan.
Tidak berarti hadis itu tidak ada. Karena la yukallifullahu nafsan illa wusa'a. Orang yang mengetahui memiliki hujah kepada orang yang tidak tahu. Oleh karena itu nanti sejumlah dalil akan saya coba menjelaskan dari keterangan para ulama yang patut kita pikirkan dan kita pelajari.
Demikian juga hal-hal yang lainnya. Sebagaimana tadi telah diterangkan bahwa Arti dari salaf, salafi, salafiyah, salafiyun berasal dari kata dasar asraf yang artinya sesuai dengan arti bahasa adalah orang-orang yang mendahului kita orang-orang yang terdahulu dari kita, yang telah mendahului kita secara iman keutamaan, amal, dan umur adapun, salafiyun salafiyun merupakan nisbah kepada orang yang mengikuti manhat para sahabat yang tidak ada beda orang yang dikatakan sunniyun kalau kita tidak boleh dikatakan Tidak boleh menyandarkan pada salaf dengan salafiyun Maka dengan silindirnya kita tidak boleh menyandarkan sekitar sebagai sunniyun Karena ahal sunnah juga yang terdahulu Ikhwanan salah-salah segalian yang saya muliakan Bahwa as-salaf, ma'ruf, telah dikenal dari dahulu. Namanya bukan nama yang beda'ah atau yang baru dikenal.
Tetapi karena asingnya Islam pada zaman kita sekarang ini, seolah-olah orang baru mengenal nama itu. Padahal, Hal itu telah berulang kali disebut oleh para ulamak dari zaman ke zaman karena secara istilah as-salaf adalah atau disandarkan kepada orang yang menisbahkan dirinya mengikuti salaf salafiyun pertama diitelakkan kepada perjalanan para sahabat perjalanan para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dari zaman ke zaman sampai pada hari ini dan seterusnya dan ini telah dijelaskan oleh para ulama Contohnya oleh Imamm Al-Ghazali misalnya dikatakan bahwa kalimat salaf madhabu sahabat wa tabi'in madhabnya para sahabat dan tabi'in demikian juga dengan yang lainnya Imamm Bukhari di kitab sahihnya di bagian kitabul jihad bab kelima puluh berkatah kala al-bukhari kala rashid bin saad kala rashid bin saad rashid bin saad salam tabi'in dimatakan kanal salaf kanal salaf yastahibbuna alfukulata lianaha ajra wa ajasalu adalah kaum salaf nah, siapa yang dimaksud dengan kaum salaf oleh Rashid bin Sa'ad kalau bukan sahabat dan hal ini menunjukkan bahwa mereka mengikuti kaum salaf karena yang berkata adalah tabi'in karena itu, Ibn Hapan di kitabnya Fathul Bari dalam bab yang sama mencerahkan bahwa yang dimaksud adalah ay minas sahabah dari para sahabat dan orang yang sesudah mereka karena yang berkata adalah Rashid bin Sa'ad orang-orang salaf menyukai menunggang atau mengendarai kuda yang jantan kemudian Al-Limam Bukhari di kitab sahihnya Di bagian kitab Al-At'imah, bab ke-27, memberikan bab seperti ini, Bab ma'aqana as-salaf, yad-dakhiruna fi buyutihim wa asfarihim minat ta'am wa lahmi wa ghairihi. Berkata Imamm Bukhari, Bapak, apa yang dilakukan oleh kaum salaf? Mereka menyediakan perbekalan di rumah-rumah mereka dan ketika mereka melakukan safar berupa makanan, daging, dan lain-lain.
Siapa yang dimaksud oleh Imamm Bukhari dengan kanas salaf? Kalau bukan sahabat dan tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Karena Imamm Bukhari lahir sesudah tabi'ut tabi'in. Beliau berada di tabakah keempat dan tabakah kelima. Berarti yang dimaksud oleh Bukhari karena salaf adalah sahabat dan tabi'in dan tabi'ut tabi'in.
Hal ini menjelaskan bahwa kalimat salaf, baik secara lubah maupun istilah, telah ma'ruf dikenal di kalangan kaum muslimin, di kalangan para ulama, bahwa mereka adalah sahabat dan tabi'in dan tabi'ut tabi'in. Kemudian alimam muslim di mukaddimah sahihnya meriwayatkan sebuah athar dari jalan Muhammadiyah bin Abdullahlah dia berkata sami'atu a'li ibn shakik Yaqul, saya pernah mendengar Ali bin Shatik berkata Samiktu Abdullahlah bin Mubarak Yaqul, ala ruusin nas Saya pernah mendengar Abdullahlah bin Mubarak Berkata di hadapan manusia Abdullahlah bin Mubarak Sarang tabi'ut tabi'in Da'u haditha Amr bin Thabit Tinggalkanlah hadithnya, riwayatnya Amr bin Thabit Fa'innahu Karena Yesubbu Salaf Karena sesungguhnya Dia telah mencacimaki kaum Salaf Ini Abdullahlah bin Bapak berkata di hadapan umum, di hadapan manusia jangan kalian pakai hadisnya, riwayatnya Amr bin Thabit sebabnya apa? فَإِنَّهُ كَانَ يَسُبُّ يَسُبُّ السَّلَافِ karena sesungguhnya dia telah mencacimaki kaum salaf hal ini menunjukkan bahwa man khat salaf menjadi pembeda antara yang hak dengan yang batin siapa yang mencacimaki perjalanan kaum salaf meninggalkan perjalanan kaum salaf ditinggalkan riwayatnya, ditinggalkan hadisnya dijarah oleh para ulema diantaranya Abdullahlah bin Mubarak dan riwayat seperti ini ma'ruf sekali di kitab kita di kitab para ulema kita khususnya kalau seorang seorang meneliti kitab-kitab Syekhul Islam binti Biyah oleh Allah Ta'ala di majmuk fatawahnya misalnya atau yang ditulis oleh muridnya Limah Ibn Qayyim dan lain-lain atau kitab-kitab yang sebelum beliau maksud saya disini ingin menjelaskan bahwa lafaz salaf menurut lubah dan istilah ma'ruf dikenal di kalangan kaum muslimin, di kalangan para ulama bahwa yang dimaksud oleh salaf secara mutlak adalah para sahabat kemudian orang-orang yang mengikuti mereka dari tabiin dan tabi'un tabi'i dan seterusnya dari zaman ke zaman dan salafi, salafiun nisbah sebagaimana sunni Karena Ahlus Sunnah wal Jamaah mempunyai beberapa nama syar'iyah Dinamakan Ahlus Sunnah wal Jamaah Dinamakan juga dengan Al-Firqah al-Najiyah Dinamakan juga dengan Al-Ta'ifah al-Mansurah Dinamakan juga dengan Al-Salaf Semuanya ini adalah nama-nama Syara'iyah, nama-nama yang mempunyai dasar secara syara'i, berbeda dengan nama-nama yang lain yang diberikan oleh manusia.
Imam sesuai dengan nama pendirinya, atas nama pendirinya, seperti Ash'ariyah, disandarkan kepada Limah Abdullah Hapan al-Ash'ari. Atau dari bid'ah terbit dari bid'ah mereka sendiri Seperti Khawarid, seperti Mu'tazilah, dan lain-lain Tetapi nama-nama Ahlus Sunnah syariah Ahlus Sunnah wal-Jamaah terambil dari hadis Herbat bin Syariah diantaranya Kemudian Al-Firbah al-Najiyah terambil dari hadis Iftiraf al-Ummah Kemudian Al-Al-Taifah Al-Mansurah terambil dari Hakim Al-Taifah Al-Mansurah yang derajat dan mutawatir. Kemudian Al-Salaf, nama yang ma'ruf yang dikenal di kalangan para ulama'dari mulai tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan seterusnya.
Ikhwan sekalian, saya... akan menjelaskan sebagian dari hujah atau dalil-dalil tentang kebenaran man hadsalah berdasarkan nas al-kitab dan sunnah dan ijma'ulema'padahal ma'ruf bagi kita bahwa ijma'jadi dasar hukum yang ketiga setelah alkitab dan sunnah rasulullah sallallahu alaihi wa alaihi wasallam dalil yang pertama Filma Allah Ta'ala yang dari telah dibacakan oleh Bapakak Ketua yang saya cintai وَالسَّبِقُونَ الْعَوَّلُونَ مِنَ الْمُحَاجِرِينَ وَالْعَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُهُمْ بِأَحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُ عَنْهُ Al-Ayah Surah At-Tawbah ayat 100 Ayat ini Dijadikan dasar oleh para ulema tentang kewajiban mengikuti manhat cara beragamanya para sahabat kembali kepada alkitab dan sunnah alafahmi salafil ummah mengikuti pemahaman salafil ummah mengikuti pemahaman para sahabat karena Rabbun Azwajal mengatakan Orang-orang yang terdahulu yang pertama itu, Al-Muhajirin wal-Ansar, tidak syak lagi, Al-Muhajirin wal-Ansar, alam para sahabat, Ridwalallah alihim, jami'an secara keseluruhannya, mutlak. Allah memuji para sahabat, memuliakan para sahabat dengan keredoannya, dan tidak cukup sampai di situ.
Allah subhanahu wa ta'ala, Meredai orang-orang yang mengikuti perjalanan al-Muhajirin wal-Ansar. Wal-ladhina tab'uhum bi-akhsan. Radiyallahu anhum wa-radu'an. Mabhumnya. Jadi mabhum mukhalafah.
Bahwa orang-orang yang tidak mengikuti perjalanan Al-Muhajirin wal-Ansar Dia akan memperoleh keredoan Allah Ta'ala Ridho, bahasa Arab Arti Ridho dalam bahasa Arab adalah Meredhoi, menyukai, menyenangi apa yang dilakukan oleh orang yang kita redhoi Saya redho kepada engkau Berarti kita menyukai apa yang dia lakukan, apa yang dia kerjakan Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan, dikerjakan oleh Al-Mu'ajirin wal-Ansar Telah mendapat keredoan Allah Berupa i'tiqadnya, perkataannya, perbuatannya Dan cara beragamanya dan seterusnya Kalau Allah katakan Radiyallahu anhum Apa tidak jelas Orang-orang yang mengikuti mereka Mengikuti apa? tentu mengikuti al-faham, pemahaman, ilmu, amal mereka dan yang sebesar-besar dari perbuatan mereka adalah iktiqad, akidah mereka, keyakinan mereka, manfaat dan cara beragama mereka karena itu al-imam Ibn Qayyim RA di kitabnya I'lamul Muwakkiin Ar-Rab Ali Jilid yang keempat dari mulai halaman 118 dan selanjutnya menjelaskan, diantara beliau menjelaskan tentang ayat yang mulia itu menjadi daryil, bahkan sebesar-besar daryil yang menunjukkan akan kehujahan menahat salaf kemudian Dalil yang kedua, firman Allah Ta'ala Qul hadihi sabili ad'un ilallah ala basiratin ana wa man ittaba'i Al-ayah surah Yusuf ayat 108 Katakan, inilah jalanku Ini jalanku yang lurus Ya Allah SWT perintahkan Nabi dan Rasulnya yang mulia Untuk mengatakan kepada seluruh manusia Hal ini menunjukkan bahwa Da'wah beliau ala niyatan Terang-terangan, jelas, nyata, terang Dan demikian juga da'wah Para sahabat Ridwalallah alihim jami'an Dan da'wah salafiyah, da'wah salaf Ada terang, tidak tersembunyi, jelas, dan nyata Hai haditsa Mirin aja lanku adzimu ilallah abu ajak Jalan Allah ala basiratin Ana wa man ittebaani Aku ajak, ad-da'awailallah, ala basiratin, atas dasar basira, basiratin ada khilaf diantara ulama'al-ilmu, bahkan al-hafiz ibn Kathir, menafsirkan di kitab tafsirnya, dalam menafsirkan ayat ini, al-ilmu, burhanun syar'iyun wa'akliyun, burhan, yang dimpliki khujjah. Secara syarai dan akal, kalau kita ditanya siapa orang yang pertama kali mengikuti Rasulnyaullah dalam da'wahnya atas dasar ilmu? Tidak ada khilaf diantara kita untuk mengatakan adalah para sahabat. Allah, Karubar, Usman, dan seterusnya.
Kemudian orang-orang yang mengikuti mereka, karena mereka mengambil ilmu dari mana? Tabi'in mengambil ilmu dari mana? Dari sahabat.
Siapa yang menyebarkan Quran dan hadis kepada tabi'in dan memberikan pemahaman kepada tabi'in? Sahabat Apa tabi'in mengambil Quran sendiri? Tidak mungkin karena dia tidak bersama Rasulnyaullah SAW. Karena itu riwayat tabi'in mursal.
Dari mana tabi'un tabi'in mengambil ilmu? Dari tabi'in yang mengambil ilmu dari sahabat. Sahabat mengambil ilmu dari Rasulnyaullah SAW. Rasulnyaullah mengambil ilmu dari Rabbul Adabin.
Jadi katakan, adu'u ilallah ala basiratin ana wa man itaba'ani Aku ajak kejalanan Allah atas dasar basirat Aku bersama orang-orang yang mengikutiku Sebagaimana firman Allah SWT Muhammadiyahur Rasulnyaullah Waladzina ma'ahum Ashidda walil kuffar Ru'hamau baynuhum Muhammadiyah, Rasulnyaullah, dan orang-orang yang menyertainya, yang bersamanya. Siapa yang bersama Rasulnyaullah SAW kalau bukan para sahabat? Ridwalallah alaihim jami'an. Apakah Allah semata-mata hanya memuji para sahabat lalu tidak memerintahkan kita untuk mengikuti pahamnya? Ini adalah taktil menghilangkan faedah dari ayat Al-Quranul Karim.
Dalil yang lain, yang ketiga, firman Allah Ta'ala, Ya yuhadlazina amanuttaqullaha waqudu ma'assadiqin Hai orang-orang yang beriman, bertakwala kepada Allah, dan jadilah kamu bersama orang-orang yang sadiqin. Siapa yang orang-orang yang sadikin pada umat ini? Tentu para sahabat yang pertama kali. Ayat ini dalam surat At-Tawbah, ayat 119. Allah telah memerintahkan kepada kita, Qunu ma'as sajakihin.
Orang-orang yang sadik yang pertama kali adalah para sahabat. Ridwalallah alihim jami'an. Allah perintahkan kita untuk mengikuti mereka.
Qunu ma'a sadiqin Ayat ini dijadikan dasar oleh para ulema tentang kebenaran manhat salaf kebenaran manhat para sahabat dan kewajiban kaum muslimin mengikuti manhat para sahabat sikap dan cara beragama mereka kembali kepada Al-Quranul Kirim menurut pemahaman mereka menurut metode ilmu yang telah mereka sebarkan dan ajarkan kepada umat Karena mereka adalah orang-orang yang pertama kali membenarkan Rasulnyaullah SAW Dalil yang keempat Firman Allah SWT Kuluh, amanna billahi wama unzil ilayna wama unzil ila Ibrahim wa Islam wa Isa wa Ya'qub wal Asbaq wama utiya Musa wa Islam wama utiya al-Nabiyyun man rabbihim la nufarriq bayna ahadim minhum wa nahnu lahu muslimun fa in amanu bimithli ma amanthum bihi wa qad ihtalaw وَإِن تَوَلَّوا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقَ Allah subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita, orang-orang mu'min tapi hitab pertama tentu Allah tunjukkan kepada para sahabat, katakan oleh kalian kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami yaitu Al-Quran dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Islam dan Isa dan Ya'kub dan Asbad dan Dan apa yang diberikan kepada Musa dan Islam. Dan apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rab mereka. Kami tidak membedakan seorang pun diantara mereka. Dan kami kepada Allah Muslim menyerahkan diri. Ini yang menarik.
Fain amanu bimisli ma'amantum bih. Maka jika mereka domirhum, mereka kembali kepada siapa? Ahlul kitab.
Silahkan diteliti di kitab-kitab tafsir semuanya. فَإِنْ آمَنُوا مَكَ جِيكَ أَحْلُ الْكِتَابِ بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ Dengan keimanan yang ada pada kamu, seperti keimanan kamu, siapa tum antum di sini kalau bukan para sahabat, rizwanallah alaihim jami'an, pada waktu itu. Dan orang-orang yang mengikuti manhat para sahabat. Sehingga para ulema mengatakan bahwa manhat para sahabat, tafriqan, pembeda, to'al furqan, diantara manhat cara beragama yang benar dan cara beragama yang salah.
Karena orang-orang Ahlul Kitabb diperintah untuk beriman. فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِهْ تَدَوْا Jika mereka, Ahlul Kitabb, beriman, seperti yang kamu imani, maka mereka akan memperoleh hidayah. Mempunyai.
Kalau keimanan kita tidak mengikuti keimanan para sahabat, manakah cara beragamanya? Maksud saya, tentu keimanan antara seorang dengan orang yang lain tidak sama. Tetapi cara keimanan, manakah cara beragama?
Akidahnya sama. Maka jauh dari hidayah. Allah katakan, فَقَدْ اِهْتَدَوْا فَإِنْ تَوَلَّوْا Maka jika mereka berpaling, فَإِنَّمَا هُمْ فِي الشِّقَاقِ maka sesungguhnya mereka akan berada di dalam kesesatan, perpecahan ayat yang mulia ini setegas-tegas dalil yang menjelaskan kewajiban kaum muslimin mengikuti man'at para sahabat sama dengan ayat di awal-awal surat al-baqarah وَإِذَا كِيلَ لَكُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسِ قَالُوا أَنُؤْمِنُوا كَمَا آمَنَ السُّفْحَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفْحَاءُ وَلَكِنَّ يَعْلَمُونَ Dan apabila dikatakan kepada mereka, siapa mereka ini?
Tidak ada khilaf diantara ulama bahwa mereka ini adalah orang-orang munafikun. Alamin kama amanan nas. Berimanlah kalian sebagaimana manusia telah beriman. Siapa manusia yang ada pada waktu itu yang telah beriman pada Allah dan Rasulnyanya kalau bukan para sahabat?
Ridwalallah alihim jami'an. Diperintah orang-orang munafikun agar beriman. Sebagaimana keimanannya para sahabat?
Lalu mereka mengatakan, أَنُؤْمِنُوا كَمَا أَمَنَ السُّبْحَاءِ Apakah kita akan beriman? Sebagaimana keimanannya orang-orang yang bodoh? السُّبْحَاء Ada orang yang lemah akalnya, yang daif, yang tidak mengetahui mana yang maslahat dan mana yang mutarat.
Sebagaimana diterangkan di beberapa kitab tafsir, di antara di tafsir, di lima bin kathir dan lain-lain. Maka Allah subhanahu wa ta'ala membela para sahabat, أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّبْحَاءِ Mereka yang subaha, para sahabat tidak. Kemudian, kujjah yang lain, Allah SWT telah berfirman dalam kitabnya yang mulia, dihadirkan serata mustaqim.
Surat al-Ladhina an'amta alaihim qayril maqdubi alaihim walad-dhalin Tunjukilah kami jalan yang lurus, surat al-mustaqim Para ulamak berbeda lafaz salaf menafsirkan, para ulamak salaf tapi maknanya sama Di sini saya ingin menggaris bawahi apa yang dikatakan oleh ketua, bahwa para sahabat pernah berbeda dalam menafsirkan ayat Al-Quran. Perbedaan tentu ada. Tetapi dalam tafsir Al-Quran sangat sedikit sekali diantara para sahabat yang berbeda. Sedikit sekali perbedaan diantara mereka dalam memahami kitab Allah.
Kalau tadi ada riwayat, Ibn Abbas mengatakan tafsir awlamas, itu jima, Ibn Mas'ud mengatakan itu bukan jima. Riwayat Ibn Mas'ud, taif. Riwayat Ibn Abbas, sahih. Tentu kita bagikan riwayat yang sahih dari yang taif. Kadang-kadang berbeda lafaz Bahasa Arab luas sekali Perbedaan lafaz, tapi maknanya satu Karena di saat al-mustaqim ada yang menafsirkan Al-Islam, ada yang menafsirkan Al-Quran Al-Kitabb, ada yang menafsirkan ketaatan kepada Allah Dan Rasulnyanya, ada yang menafsirkan Huwa al-Nabiyu Wa Abu Bakar wa Umar Dia adalah Nabi dan Abu Bakar Dan Umar, lafaz berbeda Maknanya satu Ya ini Islam yang dibawa oleh Rasulnyaullah SAW, yang diajarkan oleh Rasulnyaullah Kepada siapa Rasulnyaullah SAW mengajarkan pertama kali, kalau bukan kepada para sahabat Siapa ketuanya para sahabat, Tahu Bakaran Umar Yang di Al-Khulafa, Al-Rashidin, Al-Ma'diyin Yang mewakili sekalian para sahabat, Ridulullah alaihim jami'an Karena itu ma'ana alaihi wa ashabi, mutlak para sahabat Atau al-jama'a, tafsir dari ma'ana alaihi liya'um wa ashabi, tafsir dari al-jama'a Al-Khulafah Ar-Rashidin Al-Mahdiyin A'ubakar Umar Usman Ali Ini tidak diterangkan langsung oleh Rasulnyaullah Karena ma'ruf Karena para ulama tidak ada khilafah Al-Khulafah Ar-Rashidin Al-Mahdiyin A'ubakar Umar Usman Ali Saya kira hal ini tidak tersembunyi Maka saya agak heran juga hal ini tersembunyi bagi sebagian dari antara kita.
Ini ma'ruf. Nah khulafah yang sesudahnya, yang mengikuti manahat mereka, masuk ke dalamnya. Nah tentu Islam yang dibawa oleh Rasulnyaullah SAW, yang didakwakan dan diajarkan oleh beliau.
Dan ini pembeda antara... Islam dengan ahlul kitab, Al-Yahud dan Al-Nasara, Gairil maqdubi alihim walad-dhalin, Ditapsirkan langsung oleh Rasulnyaullah SAW, Al-Maqdub, Jadi Al-Yahud, Al-Dhalin, Al-Al-Nasara, Karena itu, Kalau kita membaca beberapa kitab tafsir, hal ini menjelaskan, ayat ini menjelaskan tentang kedudukan manhat para sahabat dan kewajiban kita mengikuti manhat para sahabat. Allah katakan, إِذِنَا صَرَاطَ الْمُسْتَقِيمِ سَرَاطَ الَّذِينَ أَنْ أَمْتَ عَلَيْهِمْ Dijelaskan oleh para ulam, dijelaskan oleh ayat yang lain.
Dan sejumlah dalil dalam Al-Quran Al-Karim banyak sekali Karena waktu yang membatasi kita Hadis Rasulnyaullah SAW jelas sekali Khairun nasqarani thumman ladhina yalunagum Apakah Rasulnyaullah SAW sekedar memuji saja Bahwa kaum salaf itu tinggal kenangan Cukup dipuji saja, dimuliakan tanpa diperintah kita mengikutinya Ini adalah pemahaman yang sangat salah sekali Kelima ...menba'adi ma tabayana lahu lhuda, wa yattabi'gaira sabili lmu'minin, nualiki ma tawalla wa nuslihi ja'annam wa sa'ad masira. Ini sangat mudah, sahal dipahami. Nabi lmu'minin, as sahabah.
Dan orang-orang yang mengikuti orang-orang mu'min, orang-orang yang mengikuti para sahabat. Karena ketika turun ajad yang mulia ini, tidak ada orang mu'min di permukaan bumi, kecuali para sahabat. Apa yang kita mau katakan?
Kitab belum lahir. Karena itu tidak ada khilaf diantara ulama'Kalau siapa yang dimaksud Al-mu'minin Itu kan tafsir Nabil mu'min, jalan diorang-orang mu'min Ia ini beragama dengan agama Allah al-Islam Ketaatan kepada Allah dan Rasulnyanya Dan seterusnya, dan seterusnya Tapi kalau tanya siapa orang mu'min di ayat yang mulia itu Tidak ada khilaf Silahkan selalu baca Kitabb Naqdul Mantiq al-Alima Musyuti Katakan Al-Sahaba Ibn Taimiyah mengatakan, as-sahabah Tetapi ayat itu kan tidak membatas hanya sahabat, mu'minin, seluruh orang mu'min Dengan syarat mengikuti perjalanan orang-orang mu'min yang pertama Jadi ayat yang mulia itu sebesar-besar dalil, setegas-tegas dalil yang menunjukkan Kewajiban kita bermanhat dengan manhat salat Ridwal Allah alihim jami'an Saya cukupkan pembicaraan saya karena ada sisa waktu untuk Ustadz lanjutkan topokan masyarakat Alhamdulillah Hai eh saya sebenarnya sangat menyambut baiklah diskusi ini karena judulnya juga sudah jelas membahasa gitu jadi mungkin enggak satu kali dan tidak perlu di hotel di suatu waktu di masjid saja gitu ini kan lebih enak kalau sambil buka buku gitu ya rasanya Hai ada enggak kelompok umat Islam sekarang khusus yang memiliki ormas-ormas paling tidak yang tidak menggunakan majahamsalaf gitu ketika saya terlintih ternyata itu mulai dari al-irshad Muhammadiyahiyah kemudian disambung dengan versi itu menggunakan juga man hadshala buktinya apa gitu itu kan minta bukti juga itu punya kitab tuh ada dari Imamm Malik itu ada Imamm Syafi'ah itu metode gitu ya jadi metode masa silam begitu metodenya hai hai Hai sahabat bagaimana dilanjutkan oleh tabiin seperti yang lain ditambah lanjutkan oleh Imamm Malik tabi-tabi dilanjutkan lima mesyafi'i Ahmad bin Jabal kemudian jadi saya jadi apa namanya rada Hai kenapa Mesti ada semacam perbedaan mencolok bahwa salafi yang ini bukan salafi. Padahal setahu saya itu dalam penelitian saya waktu itu, ulama-ulama selalu mencari. sekarang juga menggunakan manhaj salaf bagaimana saya tahu ulumul Quran ulumul hadis, kawaidul tafsir kawaidul hadis kalau tidak dari mereka, itu betul dan ada bukunya peninggalan mereka, ada risalah ada apa namanya al-ma'rifah kemudian dari al-gazali juga ada bukunya seperti itu bukhori muslim sudah jelas itu kan salaf Ayo kita menggunakan kritik sanan kritik matan itu juga salam juga gitu digunakan oleh mereka ya Jadi ini mesti didiskusikan ya ya kalau bedan Viki yang enggak pernah ada Hai satu yang sama sebenarnya jadi ada memang produk-produk istihad dari salafusol itu yang berbeda buktinya apa sejak kapan memang ada izmah juga mereka ya dikan itu kan imam syafi'i malah ada call jadi data call kodim kemudian imam hai hai Hai Mali kemudian Imamm itu madhab yang patut karena berbeda berbeda dari sisi kurandari sesama istiqbat hukumnya metode yang mereka pegang contoh ini menggunakan isan ya Istisan sebut saja Padahal itu digunakan oleh Imamm Malik Istisan itu seperti itu Masalah Mursalah digunakan oleh Imamm Malik itu Tapi Imamm Syafi'i sampai mengatakan Wa manista sana fokon sharafah manis waman syarafa konko Faro Nah ini dimana gitu mungkin ada perbedaan konsep ini istisannya Imamm syafi'i dengan istisannya Imamm Ali maslaham ursalahnya syafi'i nanti dengan model maslaham ursalahnya Imamm Malik dan juga imam Jadi saya kira ini pengembangan berpikir ini dan kalau perlu membahas ini ya tidak dalam biar ya kalau secara khusus jadi kita punya itu. Jadi ini maksud saya, bahwa persis rasanya sudah menggunakan manhaj sholam.
Mana bisa istimewa, kita kan ambil dari Imamm Syafi'i, risalah disitu ada al-Mustasva, ada Irshadul Fuhol disitu. Kemudian nah ini, jadi sudah pakai juga sebenarnya, cuma produk istihannya yang berbeda nanti. Hai nah itu jadi kalau jadi mungkin saya nggak paham nih nanti mau jawaban aja kenapa seolah yang merasa salafi itu aku gitu yang lain bukan salafi itu bersalahnya terus terang saja ya gitu pengen abdiwung kondisi lapid yang tidak bisa mengakses ini itu kan jadi harus dicatat bahwa hai hai Hai mama dia itu al-irsyad setahu saya ini kemudian persis PUI melanmu maaf nih Puyo yang salah itu intinya harakatul islah itu intinya perbaikan itu perbaikan islapa islaul akidah islaul ibadah islaul mu'amalah nah ini persoalan nah selalu muamalah apa ini dia sekarang yang paling repot selalu muamalah misalnya Hai apa Republik ini benar apa tidak Pak kerajaan jadi menurut saya sendiri ini bagus kalau diskusi itu terus di apa dilakukan walaupun tidak banyak orangnya terbatas itu sebab tuker ilmu sudah ada dari dulu itu kalau saya jadi supaya ke mahal yang hari umumnya jam 10 di masjid sebelum sholat duhur bubahasa fikir Nah di sini masalahnya Viki Hai di pikir ini yang itu Jadi kalau tadi bicara macam salamnya ya saya tidak berterusan saja kami terus paham seperti itu dalam arti kita menggunakan metode mereka juga istimewa tumpukan dari sana diproduksi tidak pernah ada yang sama sekali Mia film ya wafiqun ada arahihi wa intaji pikir tidak pernah ada mohon maaf di situ ada al-farq al-qur'uq fikir pun terjadi saya dalam selanjutnya kami persilahkan Ustadz Yuyuh Wahyu dari Itasik Bismillahirrahmanirrahim, terima kasih pada kesempatannya Saya langsung menyoroti dari apa yang disampaikan oleh Ustadz Abu Qatada tentang 3 poin tadi Secara prinsip pada dasarnya yang berkaitan dengan perujukan dalam Islam Yakni Al-Quran, Sunnah, Hizmah, dan Qiyas Ini di Persis juga sama prinsipnya seperti itu Hanya ada satu hal yang perlu saya tanyakan di sini, pertama berkaitan dengan izmah, yang dimaksud dengan izmah model ustad itu apakah izmahnya izmah ulama atau izmah sahabat?
Izmah sahabat. Izmah sahabat. Nah kemudian kalau misalnya izmah sahabat juga termasuk di dalam, izmah ulama juga termasuk di dalamnya.
Hai yang akan saya tanyakan disini adalah siapa yang dimaksud dengan ulama menurut menurut salafi gitu Apakah seperti ulama-ulama kayak Muhammadiyah Abdullah kemudian eh sehrazidrido dan yang lain-lainnya itu juga termasuk dalam kategori ulama apa tidak gitu dalam hal ini mungkin yang saya tanyakan itu lebih cenderung kepada kriteria ulama nya sendiri itu menurut Ustadz seperti apa itu yang pertama kemudian yang kedua Ada poin yang tadi ditanyakan berkaitan dengan apakah setiap yang menggunakan Quran dan Sunnah itu pasti tidak akan sesat selamanya. Kalau saya yang ditanya itu pasti jawabannya iya. Kenapa? Saya melihatnya pada isarat-isarat ini sebenarnya sudah ada baik di dalam Kitabbullah, di dalam Sunnah Rasulnya. Seperti misalnya dalam hadis juga Rasulnyaullah sudah mengisaratkan taruk tutikum amro ini.
Ma'in dama saktum bihima palantadilu abadah kitabullah wa sunnatan nabiyyih Nah itu jadi itu sudah ada isarat sebenarnya Selama kita berpegang teguh menggunakan Al-Quran dan Sunnah Rasulnyaullah tidak pakai embel-embel apa-apa Langsung menggunakan kalimat tidak akan sesat selama-lamanya Nah kalau Ustadz tadi masih diancam dengan kesesatan Apabila pertama tidak mengetahui terhadap dalil sara Ya itu namanya tidak menggunakan teak nukit-nukit Hai kemudian yang kedua tidak memahami terhadap metodologi sebenarnya isyarat-isyarat terhadap penggunaan metodologi di dalam Quran dan sunnah itu sudah ada bahwa untuk memahami memahami kitabullah dan sunnah Rasulnya kita mesti menggunakan metodologi itu jadi artinya kalau tidak menggunakan metodologi seperti apa misalnya menafsirkan Quran tafsir biwayahnya tafsir bidiroyahnya itu termasuk dalam metodologi yang digunakan dalam menafsirkan Quran Selama metodologi itu tidak dipakai, artinya tidak mungkin juga kitabullah bisa digunakan dalam tatanan praktisnya. Jadi sesuai dengan disarat tadi, ma'intama saktum bihi ma'apalanta dilu'abada, kalau tidak memahami perangkat-perangkat metodologi itu namanya belum menggunakan kitabullah dan sunatinabiyihi. Sehingga sesat itu terjadi. Kemudian dalam menyikapi perbedaan-perbedaan itu sendiri, kita melihat. Meskipun tadi Ustadz mengatakan perbedaan hanya sedikit, tapi setidak-tidaknya ini bisa digarisbawahi.
Kenapa perbedaan itu mesti bisa muncul? Nah, kalau saya lebih memahami kepada, melihat kepada satu kaidah al-hukmu yadurum al-ilah, misalnya hukum itu berjalan sesuai dengan ilat, dengan sabab, dengan tempat juga itu mempengaruhi. Maka dalam hal ini kita mengambil juga patwa ulama.
Hanya kita lebih cenderung melihat ketika ulama A mengeluarkan sebuah patwa, kita lihat kenapa ulama ini mengeluarkan patwa seperti ini. Jadi sebenarnya kita juga pakai metodologi dengan cara mengambil apa yang disampaikan para ulama salam. Hanya kita cenderung tidak hanya melihat kepada produk jadinya saja, tapi dari sisi metodologi kenapa juga mesti mengeluarkan produk semacam ini. Nah ini juga kita jadikan sebagai bahan kajian. Nah nampaknya gaya di Persis seperti itu.
Jadi mengambil patwa ulama itu tidak hanya menelan produk-produk jadi itu, tapi dilihat pula kenapa ulama-ulama ini bisa menghasilkan produk-produk. Di singkat saja, tidak dijelaskan lagi. Ya itu ajalah barangkali yang saya tanyakan.
Mudah-mudahan maafkan, terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih atas waktu yang berjalan.
Saya membaca temanya mengungkap berakan salapi di Indonesia Dengan demikian penjelasan dari Ustadz tadi bahwa Ternyata salapi itu bermacam-macam Tentu kami pun perlu mengetahui Kurang jelas, susah, tak payah. Oh iya. Kurang keras. Kurang keras, kurang keras.
Jadi temanya mengungkap gerakan salapi di Indonesia. Dengan demikian tadi ada penjelasan bahwa salapi itu berbeda-beda. Kemudian bagi kami, agar bisa jadi pegangan, andaikan kami melihat ada perbedaan, seperti yang diungkapkan tadi. Bahwa saya kalau tidak salah menangkap tidak akan dinyatakan sebagai salafi yang sebenarnya Apabila memahami Quran dan Sunnah tanpa mengikuti manhaj sahabat dalam memahami Quran dan Sunnah itu Kemudian terjadi perbedaan seperti tadi yang diungkapkan Abu Bakar dan Umar tidak melaksanakan adhan Qabla Jum'ah Tetapi ketika Usman Bin Affan melaksanakan pertanyaan saya, bagaimana sikap Salafi yang sebenarnya untuk mengikuti paham dari yang kedua kudanya adalah sahabat.
Apakah mengikuti Usman Bin Affan atau mengikuti Abu Bakar dan Umar. Lalu yang kedua pertanyaan saya. Apakah yang mengikuti Abu Bakar dan Umar itulah yang menjadi ciri Salafus Salihir atau yang mengikuti cara Usman bin Affan? Itulah diantaranya yang saya pertanyakan.
Kemudian yang terakhir, apakah kita bisa menetapkan dan menentukan bahwa selamatnya firqoh itu apabila kita mengikuti? Paham pendapat dari sahabat yang ternyata apabila terjadi perbedaan kita harus bersikap diam, seperti tadi tidak menambahkan, apakah kita bersikap diam itu yang dimaksud tidak mengikuti kepada salah satu atau tidak menambah ini mengikuti salah satu. Itulah diantaranya mungkin cukup. Terima kasih, barangkali sudah dapat dipahami. Kesempatan pertama, Ustadz dimohon untuk menangkapi atau menjahat.
Alhamdulillah Rab Ali. Wasallam wassalamu ala nabiyyil kareem. Wa ala alihi wa ashabihi. Wa maritaba'um bihsallayum biddin wa ba'ad. Dari...
Tiga penanya, maka izinkan saya untuk membuat kesimpulan. Ternyata ketiga penanya tidak dapat membedakan pembicaraan kita pada hari ini. Inti daripada pembicaraan kita pada hari ini. mengenai as-salaf mengenai manhat salaf dan orang-orang yang menisbahkan diri kepada manhat salaf bukan permasalahan fikhiya, ijtihadiyah yang memang Islam memberikan keluasan seperti ditanyakan bagaimana kisah sikap salaf Ya'ani antara Affan, Usman, dan A Bakar Ini pertanyaannya sangat lucu Karena tidak masuk ke masalah manhaj Demikian juga permasalahan fikih yang lain Dimana para sahabat beristihad satu dengan yang lain Contohnya dalam bab faraid Itu sangat luas sekali Khilaf para sahabat Tetapi dalam manhaj sikap dan cara beragama dan akidah tidak ada khilaf diantara mereka.
Pertama, semuanya percaya bahwa azab kubur haqqun. Tidak ada yang mengatakan bahwa ada azab kubur, yang satu mengatakan tidak ada azab kubur. Takdir, hak ada. Usaha manusia pun hak. Kalau ditanya, A'inallah, di mana Allah?
Ar-Rahman, di atas arus, dia bersemayam. Allah memiliki wajah? Iya. وَيَبْقَ وَجْهُ رَبِّكَ ذُلْجَنَانِ وَالْإِقْرَامِ Yang tidak selupa dengan wajah makhluknya, yang sesuai dengan kebesaran dan kemuliaannya, tidak ada khilaf diantara ulamah, diantara para sahabat. Pengambilan dasar hukum Al-Kitabb dan Sunnah, mereka sangat membenci bid'ah.
Dan seterusnya, ini permasalahan-permasalahan fikriyah. yang juga terjadi khilaf diantara para sahabat bahkan terjadi khilaf yang lebih daripada itu sampai terjadi perang diantara mereka dalam perang jama'dan perang sifin tetapi apakah mereka bertafarruq iftirak dalam manha'tidak karena itu apa yang dikatakan ahlus sunnah wal jama'ah tentang perselisihan para sahabat ketika itu sampai terjadi pertumbuhan darah masalah ijtihadiyah Yang benar dapat dua ganjaran, yang salah dapat satu ganjaran. Kecuali kaum roh, fi boh.
Jadi kita harus membedakan. Ini yang saya khawatirkan terjadi. Jangan-jangan kawan-kawan kita ini nanti memperluas ke masalah fikihnya. Ini tidak adakan habisnya. Ini manhaj.
Kewajiban kita bermanhaj dengan manhaj salaf. Yang kedua, orang yang berdalil dengan Al-Kitabb dan Sunnah belum tentu dia berada di dalam kebenaran. Harap kita berdilakan Al-Quran dan Sunnah haqqun. Tetapi orang yang membawakannya berdalil dengannya, mengeluarkan pahamnya belum tentu haq dan pahamnya belum tentu benar.
Karena semua, tidak ada satu pun firqah di antara firqah-firqah dan kelompok-kelompok dalam Islam yang mengatakan Saya tidak berdalil dengan Al-Quran dan Sunnah dan hadis. Semuanya mengatakan kami pegang Al-Quran dan Sunnah. Bahkan saya pernah berdialog, berdebat di rumah saya dengan kaum batiniyah. Sudah tentu tahu kaum batiniyah. Lebih banyak guru itu membawakan ayat Al-Quran dari saya.
Kami ini adalah pengikut Al-Quran dan Sunnah. Bersamaan dengan itu dia meragukan tentang kebangkitan pada hari kiamat. Ini sama dengan reinkarnasi. Kalaupun ada kebangkitan, bukan dengan jasad, tapi dengan ruh. Sorga dan neraka merupakan gambaran.
Dalilnya mana? Ayat Al-Quran. Dalilnya mana?
Hadis yang dia tafsirkan seenak. Bahkan Ahmad Al-Qadian berdari dengan ayat Al-Quran dan sunnah. Orang-orang syia berdari dengan Al-Quran. L-D-I-I. Islam jamaah yang kita kenal dahulu, dalilnya apa?
Ayat Al-Quran, hadis-hadis. Bahkan khawarid dalilnya Al-Quran, idil hukmu ilalillah. Apa kata Ali? Kalimatuh haqqin uridabihal batil. Ketika khawarid mengatakan tidak ada hukum melainkan hukum Allah, Ali menjawab, itu kalimat yang haqq.
Kalimat yang haqq. Tetapi yang dikehendaki oleh mereka batil. Jadi yang disalahkan Ali apa?
Ayatnya apa? Pemahaman. Persis Muhammadiyahiyah dan lain-lain berdalil.
Pegang Al-Quran dan Sunnah. Pemahaman yang manhatnya belum tentu manhat syaraf. Dalilnya sama. Ini secara umum. Bukan saya menghakimi persis dan lain-lain.
Saya kenal baik dengan organisasi ini semua. Tapi yang salah di sini adalah al-fahamu. Jadi kembali kepada manhat syaraf. Kan dikatakan oleh ulama'al-ruju Ila al-kitab wa sunnah Ala fahmi salafil umma Kembali kepada al-kitab dan sunnah Menurut pemahaman salafil umma Berbeda dengan Mu'tazilah Mu'tazilah senantiasa mempertentangkan Ayat Al-Quran dengan hadis Hadis ini bertentangan dengan Quran Seolah-olah dia lebih tahu Quran dari Nabi yang mulia Man had salaf tidak demikian Seluruh hadis diterima apabila telah sah datangnya Tidak ada yang dikatakan bertentangan dengan Al-Quran Nah kalau persis Muhammadiyahiyah Seperti itu dia mengikuti paham salam Kalau tidak maka pahamnya Terserpet paham mu'tazilah Demikian juga dengan kami Mengukurnya seperti itu Itu diantara manhat salam Dalam memahami kitab Allah Dan sunnah Rasulnyaullah SAW Karena kedua-duanya Wahyu melrabbel alamin Dan Musazila punya kaedah. Hadis yang bertentangan dengan Al-Quran, tolak.
Karena hadis lebih tinggi, Al-Quran lebih tinggi dari Al-Quran. Seenak ini bertentangan. Azab kubur ditolak.
Semua ditolak, semua ditolak dengan dia. Itu madhab Musahasila. Ahal sunnah tidak demikian. Pada sahabat tidak ada yang seperti itu.
Kaidah yang ma'ruf di kalangan kita, khususnya para pelajar dan ahli ilmu. Apa kata para ulema? Lau kana khayran, la sabakuna ilaihi.
Kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentu para sahabat telah mendahului kita dalam mengamalkannya. Kaedah ini dibuat oleh para ulama bahwa kita tidak boleh meyakini satu keyakinan, mengerjakan satupun perbuatan, mengatakan satupun perkataan yang berkaitan dengan dinul Islam tanpa didahului oleh para sahabat. Sebab kalau perbuatan itu baik, tentu para sahabat telah mendahului kita. Saya ambil contoh misalnya Al-Hafidh Ibn Kathir RA dalam menafsirkan ayat وَأَلَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى Ia membawakan perkataan Imamm Al-Shafi'i وَإِمَامُ شَفِئِي Berdasarkan ayat yang mulia ini beristimbat mengeluarkan hukum bahwa bacaan Quran tidak sampai kepada pahalanya tidak sampai kepada mayid dan seterusnya.
Kemudian diteratkan karena Masalah pembacaan Quran kepada mayid itu tidak pernah dinukir oleh Rasulnyaullah. Tidak pernah dinukir oleh Rasulnyaullah s.a.w. Tidak pernah dianjurkan oleh beliau. Tidak pernah dikatakan oleh seorang pun sahabat. Kemudian beliau membawakan kaidah ini.
Saya telah menulis satu kitab Yang ini merupakan barangkali makalah saya dalam majlis yang mulia ini Dengan judul Tapi kitab ini saya bawa satu Nanti akan saya hadiahkan kepada Bapakak Ketua Untuk dibaca Kemudian yang kedua perkataan Syekhul Islam Ibn Taimiyah RA yang mewakili perkataan para ulama yang lain Man adala an madahibis sahabah wa tabi'in wa tafsirihim ila ma yukhalifu thalik kala mukhtian fi thalik bal mubtadi'an yang artinya barang siapa yang berpaling dari madhab sahabat dan tabiin dan tafsir mereka kepada yang menjelisihinya maka dia telah salah bahkan sebagai ahli bida'ah Kalau dia sebagai mujtahid, maka akan diampuni kesalahannya. Dan kita mengetahui, sesungguhnya Al-Quran telah dibaca oleh para sahabat dan tabiin. yang mengikuti mereka, yaitu tabi'un tabi'in dan sesungguhnya mereka lebih mengetahui tentang tafsir Al-Quran dan makna-maknanya sebagaimana mereka lebih tahu tentang kebenaran yang Allah telah mengutus Rasulnyanya dengan membawa kebenaran tersebut Yang ketiga masalah ijma'Ijma'sahabat dan ijma'ulama'Dalam disiplin ilmu masing-masing Seperti ijma'ahli hadis Bahwa riwayat Ikhtilafu ummatirrahma la'aslalahu Tidak ada asal-usulnya Ini ijma'ahli hadis Tidak masuk ijma'nya para fukoha Ijma para ahli luka Itu ijma tidak khusus Ijma sahabat Dan ijma ahli ilmu Ulama dari zaman ke zaman Dan seterusnya sesuai dengan disiplin Ilmu masing-masing Ijma ini ahli hadis tidak mungkin ahli fikir berbicara tentang hadis Rasulnyaullah SAW sebagaimana sebagian orang berbicara bahwa hadis ma'ana alaihi wa sahabi wa ta'if hadis iftirakul ummah wa ta'if pada para ulama al hadis lain cuma bahwa hadis itu sahih bahkan sampai kepada derajat mutawatil barangkali ini Allah ala'l-Azhar terima kasih ada pertanyaan tadi mengenai Usman bin Hapan mengadakan hadan awal Lalu ditanyakan dengan pertanyaan seperti itu Ustadz menjawab itu pertanyaan yang lucu Saya akan melanjutkan kelujuan ini Pertama, sepakat bahwa Tidak ada sahabat yang menetapkan sesuatu kecuali ada dalam Quran dan Sunnah Begitukan Nah sekarang saya tanya, Usman bin Apan mengadakan adan awal, itu dalilnya apa? Itu dulu. Untuk yang kedua, Ustadz Usturu, Ustadz yang di belakang itu yang Ustadz Ibn, siap-siap saja supaya menghemat waktu sebelah sana.
Terima kasih atas waktunya. Kawan-kawan kita tadi sudah mengungkapkan mengenai Uproad-uproad yang harus dijadikan pegangan Untuk memahami manhaj salafus salih Kalau orang yang ber-Quran dan bersunnah saja Tidak ala fahmis salafus salih Begitu atau ala fahmis sahabah Itu bisa tersesat Maka saya bisa menyatakan bahwa orang yang mengikuti manhaj sahabat pun bisa tersesat. Karena fahmus sahabat pun ditulis ataupun barangkali diungkapkan dalam bentuk bahasa Arab. Harus mengetahui bagaimana bahasa Arab itu.
Untuk memahami manhaj sahabat saja perlu pemahaman. Nah barangkali pemahaman yang bagaimana untuk memahami faham manhasilat Sehingga satu sama lain tidak mengklaim saya paling salafi, saya lah yang salafi, saya lah yang alafahmi sohabat Bagaimana? Oleh karena itu bisa saja dicatakan sesat apabila itu tidak didudukan terlebih dahulu Sehingga perlu kita mengetahui mana apakah manhasilat ini sumber atau metodologi Tidak perlu diulang sudah dapat yang kedua ya karena tadi sudah Oh ya itu katakan bahwa kita ini tidak paham jadi memang barangkali terhadap upload-upload ini barangkali Ustadz pun tidak paham kemudian dengan cara apa begitu ya memahami paham itu yang kedua ketika Musa bin Jabal diutus ke negeri Yaman oleh Rasulnyaullah Salah Allah Wasallam waktu itu kemudian beliau itu mengatakan Bahwa apabila tidak ada dalam Al-Quran bagaimana?
Ya sampai kepada tingkat ya Bikri-Bikri Kitabb, kemudian Biksunah, kemudian yang terakhir Ajitahidu Birra'i. Tadi mengatakan bahwa Umar dan Abu Bakar itu lebih didahulukan ketimbang yang lain. Musa bin Jabal pada waktu itu tidak mengatakan Ajitahidu ataupun aku mengikuti pemahaman Abu Bakar dan Umar.
Hai tapi langsung beliau mengatakan Ajitah hidup birokni itu yang pertama dan memang tadi kita sangat menunggu-nunggu Bagaimana sebetulnya manhaj salat itu ternyata kaedah-kaedah yang Ustadz katakan barusan itu tidak ada bedanya dengan yang kami pakai sehingga tentu saja manhaj salat tidak bisa dijadikan trademark oleh siapapun kecuali memang apa namanya ya kecuali terus dengan Pemahaman yang benar terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Kemudian para sahabat itu kan ada tobakotnya, ada kibarus sohabah, ada suhorus sohabah. Mana yang mesti didahulukan?
Nah dalam persoalan ini pun perlu mendapatkan kejelasan. Kalau tadi Ustadz yang sebelah sana mengatakan bahwa Quran, Sunnah dengan manhaj salafus sholih, sebenarnya Ustadz juga berbeda ini. Ada yang ijma kiasnya malah lebih dipertajam oleh Ustadz yang kedua itu.
di sini juga mungkin ada perbedaan jangan-jangan dalam produk istihad pun bisa saja ada perbedaan terima kasih Terima kasih atas waktunya. Mudah-mudahan pertanyaan saya ini disini tidak menyimpan dari pembahasan. Karena tadi disebutkan oleh Ustadz Abu Qatada bahwa manhat salafi itu universal mencakup berbagai aspek. Nah, karena tadi Al-Ghazala Bukutada mengatakan bahwa manhaj salafi atau ahlus sunnah atau firqah najiyah itu universal mencakup berbagai aspek dan sendi kehidupan yang menyentuh manusia. Di antaranya adalah akidah, syariah, akhlak, dan lain sebagainya.
Maka pertanyaan saya pun akan berkaitan dengan hal-hal yang tadi. Yang pertama terkait dengan akidah. Tadi saya mendengar dari Ustadz Abdullah Hakim, Hakim Abdullah, bahwa masalah furu'iyah, ikhtilaf di kalangan para sahabat itu pernah terjadi. Sedangkan di dalam masalah akidah atau tauhid, itu semuanya sama, sepakat semuanya.
Nah yang saya tanyakan, ikhtilaf itu ada asbabnya. dan sumbernya, dan diantaranya adalah nas itu sendiri di dalam ayat Al-Quran banyak nas-nas yang menjadi buati pemahaman yang berbeda termasuk diantaranya adalah masalah tawhid masalah akidah seperti umpamanya Ya Allah ma'ajama'ah dan lain sebagainya nah yang saya tanyakan sejauh mana dalam menetapkan kaidah bahasa untuk memahami Nas-nas yang terkait dengan Tauhid Mumpamanya seperti apakah bisa memakai majas atau tidak Itu diantaranya, yang pertama Kemudian yang kedua Ustadz Abu Qatada tadi menyentuh masalah fikih Yang beliau katakan bahwa Al-adilatul ahkam asyara'nya al-mutafak alaih arba'Bahwa dali-dali hukum syari'yang sepakat itu ada empat Pertama adalah Al-Quran, Al-Sunnah, Sahabat, kemudian Izma, Al-Sahabah, Al-Sahihah, Wal-Qiyasi Sahihah. Nah yang ditanyakan bagaimana manhaj Ahlu Sunnah, Wal-Jamaah, atau Salafi, atau Firqah An-Najiyah mengenai yang enam itu, Al-Muhtalaf Alayh, contohnya seperti Al-Maslahatul Mursalah, dan sebagainya. Karena itu terkait dengan kondisi tempat zaman.
dan adat istiadah menurut para penyusun kitab usul fikih, itu yang kedua. Kemudian yang ketiga ini terkait dengan fikih wakil. Ini harus dibatasi waktunya, jadi disimpan saja pertanyaan. Barangkali ini yang terakhir barangkali ya, yang terakhir.
Bagaimana manhasil salaf tentang kepemimpinan, tentang khilafah, tentang umar, konsepnya begitu? Dan bagaimana kedudukan ormas-ormas yang ada di Indonesia ini menurut pandangan Man Salah? Barangkali itu yang saya sampaikan. Terima kasih dan saya mohon maaf jika banyak kesalahan.
Aku lupa lihat dan wassalamualaikum. 12 dan ini pertanyaannya sampai pukul 12 ini sangat semangat. Kitab sepakati. Tuntas tidak tuntas, 10 menit.
Ya, kami persilakan. Alhamdulillah, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian yang begitu besar dari seorang-seorang sekalian. Pertama, bahwa berdasarkan Al-Kitabb, Sunnah, dan Ijma' Dan ini pembahasan yang sangat luas sekali, yang memerlukan waktu yang cukup panjang dan tadabur yang baik, dan membahas kutubul ulama'bahwa manhat salaf adalah manhat yang hak, la ra'iba fihi wajib atas setiap muslim bermanhat dengan manhat salaf Jadi menahat satu metode untuk cara beragama Dan kembali kepada Alkitab dan Sunnah Karena Rasulnyaullah SAW Di banyak hadisnya Telah menjelaskan tentang Manhat Sa'adah Saya ambil contoh Silahkan salah-salah Membuka kitab Sahih Muslim di bagian kitab Zakat Di situ ada bab khusus mengenai pembicaraan dengan khawarij Dimana sejumlah hadis-hadis Rasulnyaullah Bahkan sebagian ulama mengatakan hadis-hadis yang mutawatir Sebagai firqah yang pertama kali muncul dalam Islam yang sangat sesat dan menyesatkan bahkan Rasulnyaullah SAW mengancam akan memeranginya, membunuhnya kalau beliau menjumpai zaman mereka yang ternyata keluar pada zaman Ali dan diperangi oleh Ali bin Abu Dari Di dalam lafaz-lafaz hadis-hadis khawarid, maka dikatakan bahwa para sahabat, beliau bersabda kepada para sahabat, sholat kamu dibandingkan dengan sholat mereka, siam kamu dibandingkan dengan siam mereka, kamu akan meremehkan sholat kamu dan siam kamu. Jadi mengandung pelajaran yang sangat tinggi dimana Rasulnyaullah SAW membedakan mana manhat yang hak dan mana manhat yang batil. Sepakat kita bahwa khawarid adalah balut mutil.
Sesat dan menyesatkan. Di banyak hadis Rasulnyaullah SAW dijelaskan. Dan ciri-ciri khawarid jelas sekali. Dan Rasulnyaullah SAW membuat satu perbandingan, tefrik, perbedaan mana manahat yang hak, mana manahat yang batil dengan diukurnya antara khawarid dengan sahabat dibandingkannya antara sahabat dengan khawarid khawarid sepakat kita tidak ada seorang pun muslim yang mengatakan bahwa khawarid itu berada dalam kebenaran gak ada hatta rafidah yang menjadi musuh utama khawarid Ini yang harus kita perhatikan dan pelajari. Dan khawaris mempunyai jarih dari Al-Quran dan hadisani s.a.w. Walaupun mereka tidak memakai seluruh hadis s.a.w. Yang kedua, bahwa...
Man had salaf tidaklah mengatakan bahwa para sahabat itu afrodnya maksum, tidak. Tidak ada yang mengatakan. Bahwa para sahabat bebas dari kesalahan dan dosa, tidak.
Kalau afrod, orang pro orang, pendapat diantara mereka bisa salah dan bisa benar. Kalau bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah, tentu diambil Al-Quran dan Sunnah. Kenapa sebabnya barangkali belum sampai keterangan kepada mereka dan ini diterangkan dengan luas sekali oleh para ulama. Di antaranya silahkan saudara membaca di Majmuk Fatah wa Syekhul Islam, saya kira di perpustakaan persis ada kitab ini.
Di bagian kitab Usul Fikih oleh Syekhul Islam, disitu ada judul Rauful Malam Anil A'immatil A'alam. Dan kitab ini pernah diterjemahkan kalau tidak salah oleh salah satu guru persis juga kalau saya tidak salah ingat. Di situ dijelaskan perkataan-perkataan perbuatan sahabat yang belum sampai kepada mereka hadis Rasulnyaullah SAW.
Al-Karitul Imamm Ahmad, usulnya berpegang dengan Al-Kitabb dan Sunnah dan berpegang dengan fatwa para sahabat kecuali kalau diantara mereka terjadi khilaf, maka diambil yang akrab, yang lebih dekat kepada Al-Kitabb dan Sunnah Rasulnyaullah s.a.w. Tetapi ijma'mereka yang kita bicarakan satu man'at secara keseluruhan mengenai perjalanan kehidupan para sahabat di dalam beragama dimana Rasulnyaullah SAW mengatakan ma'an a'adaihi liyaum wa ashabi ini yang kita bicarakan intinya ijma'orang itu saya tanyakan para sahabat tidak pernah berselisih dalam cara beragama Tidak pernah berselisih dalam asma, sifat nama, dan sifat Allah. Tidak pernah berselisih. Tidak pernah berselisih tentang masalah-masalah akhaid, kecuali keterangan yang belum sampai kepada mereka.
Berbeda dengan yang ini yang kita bicarakan secara keseluruhan. Bukan afratnya, ijtihad masing-masing diantara mereka. Itu telah terjadi khilaf. Kalau terjadi demikian kan sudah jelas bagi kita. فَإِن تَنَزَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ Namun apabila ada dua pendapat diantara para sahabat, maka kita tidak boleh menciptakan pendapat yang ketiga.
Ini ijma ulama yang diwakili oleh para ulama seperti Imamm Al-Shafi dan lain-lain. Karena kebenaran tidak keluar dari situ. Salah satunya ada yang benar.