Transcript for:
AHCP-20250506 - Ust Afdholi - Kiat-Kiat Menjaga Kenikmatan Ibadah

Illahirabbil alamin. Allahumma sholli ala nabina Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi ajmain. Rabbi zidna ilma waqna bisolihin. Subhanaka la ilma lana illa ma alamtana innaka antal alimul hakim. Rbanaftah bainana waina qumina fil haqqi wa anta khairul fatihin. Amma ba'd. Bapak, Ibu jemaah sekalian yang dirahmati Allah. Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah karena berkat izin dan iradah-Nya kita masih diberikan nikmat sehat, nikmat panjang umur oleh Allah Subhanahu wa taala. Mudah-mudahan nikmat sehat dan panjang umur ini bisa kita manfaatkan untuk memperbaiki diri kita, memperbanyak ibadah, mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa taala. Amin ya rabbal alamin. Selawat ma salam sama-sama kita sampaikan kepada panutan abadi kita Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Semoga kita termasuk umat yang mencintai Nabi dan mudah-mudahan Nabi mencintai kita. Amin ya rabbal alamin. Baik, jemaah sekalian yang dirahmati Allah, kita akan melanjutkan kajian tadabur Al-Qur'an, yaitu renungan-renungan di bawah naungan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Kali ini kita akan mengangkat satu tema, yaitu kiat-kiat menjaga kenikmatan dalam beribadah. Untuk mengawali kajian ini, kita akan membuka Al-Qur'an yaitu surah Al-Haj, surah 22 ayat yang ke-11. Auzubillahiminasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Waminanasi ya'budullaha ala haraf fain asobahu khairunmaan. asahu fitnatunqalaba aa wajhih khasirad dunya wal akhirah dzalika huwal khusronul mubin sadaqallahul adzim Jemaah sekalian dirahmati Allah. Ada empat cara agar kita merasakan nikmatnya dalam beribadah. Ini saya ambil dari kitab yang dikarang oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab al-ikhya. Beliau mengatakan, "Man arod ayqobbalallahu amalahu faaihi bil ilmi." Barang siapa yang mau diterima ibadahnya atau mau merasakan nikmatnya beribadah, faaihi bil ilmi, maka syaratnya ibadah itu harus disertai dengan ilmu, Pak. Ini kunci pertama ya. Apapun ibadah kita itu akan tergantung kepada ilmu. Ketika kita menjalani ibadah tanpa disertai dengan ilmu atau ibadah hanya karena ikut-ikutan atau karena latah, maka amal ibadah itu akan tertolak di sisi Allah. Ya, Imam Ibnu Ruslan berkalam, wau maniri ilmin yamalu mardudatun. Semua amal yang dilakukan tidak didasari dengan ilmu maka amaluhu mardudah, maka amal itu akan tertolak. Dan ini dikuatkan dalam firman Allah ada dalam surah al-Isra surah ke-17 ayat yang ke-36. Auzubillahiminasyaitanirrajim. Wala takfu ma laisa laka bihi ilm. Innasama wal bashoro wal fuad kullu ulaika anhu masula. Jangan kita melakukan sesuatu yang tidak didasari dengan ilmu. Ya, ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu, Pak. Ya. Maka kenapa kita diwajibkan oleh Allah untuk selalu menimba ilmu, untuk selalu mencari ilmu. Ya, tujuan mencari ilmu bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, tapi supaya menambah ya wawasan kita ya. Maka kenapa di dalam Al-Qur'an surah yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi dari 114 surat yang diturunkan pertama kali adalah surah Al-Alaq. Dan coba kita lihat surah al-alaq itu. Surah al-alaq itu diawali ayat pertamanya apa? Iqra. Apa kata iqra? Apa makna iqra? Iqra artinya kita disuruh membaca. Kenapa kita disuruh membaca? Karena membaca itu jendela ilmu. Jadi kalau ada istilah sekarang ee membaca jendela dunia itu baru belakangan, Pak. 15 abad yang lalu sudah ada dalam Al-Qur'an itu. Karena dengan kita banyak membaca pasti akan luas pemahaman kita ya. qatuhu itasa ilmuhu ilmuhu itasauhu wauna adabuhu. Ya, ulama berkalam kalau orang itu banyak bacaannya pasti akan ee tambah luas ilmunya. Dan barang siapa yang luas ilmunya ittasaodruhu maka akan luas dadanya. Maksud luas dadanya itu apa? Dia akan luas literasi pemahamannya. tidak kaku, Pak. Ya. Dan kalau orang itu luas ilmunya, maka wahasuna adabuhu, maka pasti akan baik adabnya atau budi pekerti. Ya, ee inilah bukti bahwa ee betapa Al-Qur'an, betapa Islam itu sangat memberikan apresiasi ya, memberikan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan, Pak. Bahkan di Al-Qur'an secara spesifik ya kalau kita buka di surat ee apa itu Al-Isra surah 17 ayat 36 ya ee di surah sori almujadalah ya almujadalah itu surat 58 ayat yang ke-11 Allah berfirman yarfaillahulladzina amanu minkum walladina utul ilma darjat wallahu bima tamaluna khjatnya orang yang beriman dan yang berilmu. Iman sama ilmu dibarengkan, Pak. Jadi kalau iman itu penting, maka ilmu itu juga enggak kalah pentingnya. Ya. Jadi kalau dalam Al-Qur'an ada dua s dua hal yang dibarengkan oleh Allah itu artinya dua-duanya itu sama sama pentingnya ya. Kemudian di surah at-Taubah surah 9 ayat 122 di pertengahan ayat itu, falaula nafaro min kulli firqotin liatfaqohu fiddin rojau sampai akhir ayat. Hendaknya setiap umat Islam itu menuntut ilmu agama. Ini secara khusus, Pak ya. Supaya kita belajar ilmu agama ya. Kenapa kok kita ditekankan untuk belajar tentang ilmu agama? Karena agama itu pondasi ya. Ibarat ini bangunan masjid atau bangunan gedung, Pak. Dikatakan indah itu kan bukan hanya desainnya. Yang menentukan apa pondasinya. Desainnya bagus tapi kalau pondasinya rapuh, kena goncangan dikit pasti roboh. Betapa pentingnya pondasi dalam sebuah bangunan. Dan ternyata pondasi hidup manusia bukan pada fisiknya, Pak. Karena fisik kita ini akan berubah sesuai dengan pergeseran massa. Enggak ada orang tambah tua, tambah kuat itu, Pak. Ya, waman nuamirhu nunakisu fil khqi afala yaqilun. Itu surah 36 surat Yasin ayat 68. Barang siapa yang dipanjangkan usia pasti akan dikurangi fisik. Nah, berarti kalau kita mau mau kuat dalam menghadapi goncangan-goncangan hidup yang harus kita kuatkan apa? Bukan fisik kita. Karena fisik kita pasti berubah, Pak. Maka kekuatan ee hidup manusia itu ada dalam pondasi. Ah, pondasi hidup manusia itu apa? Ada dalam keimanannya, ada dalam agamanya. Maka kalau orang itu agamanya baik, imannya baik, orang itu enggak akan cengeng dalam menghadapi ujian hidup. Jadi, parameter orang itu dikatakan imannya baik, imannya kuat, Pak. Enggak cukup hanya dilihat dari ibadahnya saja, tapi akan dilihat sejauh mana dia surve dalam menghadapi kehidupan. Nah, maka orang kalau agamanya baik, imannya baik, ya, maka agama atau keimanan itu akan menjadi way out, jalan keluar dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup manusia. Jadi kalau ada orang ngaku punya agama, sudah rajin salat, rajin ibadah, tapi hidupnya kok masih galau, hidupnya masih stres, hidupnya masih terombang-ambing oleh keadaan itu pasti pasti masalahnya itu ada di agamanya itu ya, bukan pada masalahnya. Karena enggak mungkin orang hidup enggak ada masalah. Di mana pun kita berada, Pak, kita pasti akan dihadapkan dengan berbagai macam masalah ya. Nah, maka orang yang paling baik adalah bagaimana orang itu mampu melewati masalah. Enggak usah takut menghadapi masalah. Lewati masalah dengan apa? Yaitu dengan kita ee hadapi persoalan-persoalan hidup itu dengan kekuatan agama, dengan kekuatan iman kita. Maka agama diturunkan oleh Allah kepada manusia itu bukan untuk membebani hidup manusia. Makanya sangat tidak pas kalau ada orang dalam menjalani agama kok terasa berat. Kan berarti beban gitu. Ya, harusnya agama itu bukan beban, tapi agama adalah jalan hidup. Agama adalah solusi hidup. Kalau Al-Ghazali e sori Ibnu Athaillah ya dalam kitab Alhikam itu mengatakan adin agama itu seperti air buat si ikan. Ya sudah bisa kita pahami kan itu agama seperti air buat si ikan. Akan ada enggak ikan enggak tenang di air, Pak? Itu maksudnya. Ada enggak ikan enggak kerasan di air? Ya, ada ikan masuk ke wajan. Nah, itu sudah pasti mati itu. Ya, jadi ikan tu pasti tenang di dalam air. Dan ternyata agama itu adalah sumber ketenangannya manusia. Kalau ada ikan enggak kerasa di air pasti mau mati gitu. Begitu juga kalau ada orang kok enggak tenang dalam dalam menjalankan agamanya. Bukan orangnya mau mati, Pak. Jangan-jangan imannya yang mau mati itu ya. Harus dikuatkan, harus di dicas lagi itu. Dan salah satu cara untuk mengecas keimanan itu apa? Ya, dengan ilmu agama, gitu. Jadi, salah satu cara untuk menguatkan iman itu dengan ilmu agama ya. Ee itulah ee apa pentingnya ilmu tadi ya. Lalu yang kedua agar kita merasakan lezatnya atau nikmatnya beribadah selain ibadah itu disertai dengan ilmu. Yang kedua, apa ibadah itu? Ya man arod ay taqobbalallahu amalahu faalaihi bil istiqomah. Ini yang kedua, Pak ya. Kalau kita mau merasakan lezatnya beribadah, maka ibadah itu harus dijalani dengan istiqamah. Apa istiqamah itu? Yaitu ibadah dengan ajeg, ibadah dengan kontinue. Jadi ibadah itu tidak tergantung mood gitu loh, Pak. Kan ada orang kan ibadah itu tergantung keadaan. Kalau mood-nya lagi baik, semangat ibadah. Kalau mood-nya lagi enggak baik, turun semangat ibadah. Kan ada yang model begitu gitu. Kok tumben Mas biasanya kalau habis zuhur ngaji kok sekarang enggak ngaji lagi enggak mood nih ya. Enggak istikamah itu ya. Jadi kalau ibadah itu mau diterima oleh Allah, ibadah itu mau kita rasakan nikmatnya, ibadah itu harus dijalani dengan ajeg dulu, Pak. Istikomah dulu. Sampai Nabi mengatakan inna kiral amal adwamuha wainqa. Sebaik-baik amal tuh istikamahnya, langgengnya walaupun sedikit. Jadi Allah tidak melihat amal manusia itu hanya jadi jumlah banyaknya. Jumlah itu kuantitas dan istikamah itu kualitasnya. Ya, makanya kalau ada orang umpamanya nih, Pak, ada orang yang mampu salat malam, katakanlah ini, "Pak Ustaz, aku mampu salat malam cuma dua rakaat." Jalani aja dua rakaat. "Pak Ustaz, aku mampu salat malam itu 8 rakaat, 11 rakaat." Jalani itu ya. Jangankan yang sampai 8 rakaat, 11 rakaat, andai dua rakaat kita lakukan setiap malam tapi ajek itu lebih disukai Allah. Katimbang ada orang satu malam dia salat tahajud semalam suntuk, besok-besoknya lagi enggak salat lagi. Allah enggak suka yang begitu. Karena ibadah yang terlalu over, Pak. Nah, ibadah over aja enggak baik, Pak. Apalagi sudah dosa pakai over lagi, gitu. Ya, berbuat baik saja kalau berlebihan enggak baik, gitu. Apa kata anak sekarang tuh kalau berlebih-lebihan bahasa anak sekarang apa? Lebai ya? Tahu bahasa lebai ya? Begituah. Dan biasanya kalau ibadah itu berlebih-lebihan ya maka biasanya ibadah itu enggak akan bertahan lama. Maka sampai Al-Qur'an mengatakan apa? Fattaqulahahum. Bertakwalah kepada Allah sesuai dengan kapasitas kita. Inna kiral umur ausatuha. Sebaik-baik urusan itu kalau pertengahannya tidak terlalu rajin tapi juga tidak terlalu malas, Pak. Pertengahan saja, sedang-sedang saja itu ya. Kalau terlalu rajin juga enggak baik juga. Biasanya itu rentan diguda sama setan. Ya, saking rajinnya salat, Pak. Zuhur jam 12.00, jam 09.00 sudah salat itu ya gimana kira-kira itu ya? Salat duha benar-benar itu. Salat duha itu ya salat duha gitu. Jadi apapun ibadah kalau terlalu berlebih-lebihan enggak bisa istikamah, Pak. Ya, makanya ibadah yang baik itu kontinue, langgeng. Setiap malam bangun dua rakaat tahajud. Mungkin habis itu, aduh, besok saya kerja baru jam . Tidur lagi. Ah, gitu kan. Besok malam lagi bangun dua rakaat tidur lagi. Ya, itu jug lebih sukai Allah, gitu loh. Timbang apa? Semalam suntuk, Pak. Enggak tidur-tidur ya. setelah itu tidak dilakukan kembali ya. Maka di apa namanya di Quran yang saya sebutkan di awal tadi Bapak Ibu bisa buka di surah ee Al-Haj surah 22 ayat yang ke-11 tadi. Waminanasi may ya'budullaha ala harf. Ini Allah menyindir kita ini, Pak. Sebagian manusia ada yang mengibadahi Allah itu bertepi. Ya, mudah-mudahan enggak termasuk kita ini. Maksudnya ibadah bertepi itu apa? Ibadah yang setengah-setengah. Ibadah yang tidak totalitas, ibadah yang masih luntur oleh keadaan. Ketika diberikan kenikmatan baru dia apa? Itmaan naabih. Tenang hatinya. Ketika tenang hatinya apa? Semangat ibadahnya meningkat. Dia puji-puji Allah. Enggak percuma ya kalau saya rajin sedekah, kalau rezekiku langsung mengalir kayak air keran gitu, berarti Allah ini adil ya. Gitu, Pak. Berarti enggak percuma saya ini berdoa kalau semua hajatku dikabulkan sama Allah. Tapi gitu. Wa asobahu fitnatunaba ala wajh. Ketika kenikmatan itu dicabut oleh Allah, diganti dengan kesulitan, dengan ujian, maka inqaba ala wajh. Dia membelakangi Allah. Allah dinomor kesekiankan. Bahkan dia sampai berani loh, Pak, mencaci maki Allah. Ya, dia bilang apa? Allah enggak adil nih. Masa saya sudah rajin salat, rajin ngaji, hidupku banyak masalah. Mendingan dulu. Dulu saya masih brengsek malah lancar, enggak ada masalah. Berarti Allah enggak adil. Percuma saya ibadah. Nah, orang yang kayak begini nih walaupun dia ibadah, ibadahnya itu masih dibilang setengah-setengah, belum istikamah. Karena ibadahnya masih terkontaminasi oleh keadaannya, Pak. Kalau orang yang benar-benar istikamah, dia enggak peduli, Pak. Mau senang, mau susah. Sekali dia ibadah sampai mati dia beribadah. Sekali dia ke masjid sampai disalatkan jenazah di masjid itu dia enggak pernah luntur semangat ibadahnya. Itulah tanda orang yang isti istikamah. Tapi kalau orang itu ya ibadahnya masih tergantung masih terkontaminasi oleh keadaan ya berarti tergantung apa? Tergantung waktu dan keadaan ya. Contoh seperti bulan Ramadan kemarin Pak kan Ramadan kemarin semangat ibadah kita meningkat kan. Rata-rata ee umat Islam kalau Ramadan itu, Pak, semangat ibadahnya meningkat. Ya, enggak pernah ke masjid-ke masjid sampai orangnya belum ke masjid, sajadahnya sudah ada di masjid, Pak. Ya, enggak tahu kalau di sini gitu ya. Nah, orangnya enggak ke masjid akhirnya akhirnya masuk surga apanya? Sah dadanya gitu ya. Saking semangatnya itu saat Ramadan yang enggak pernah tadarus Quran, baca Quran bahkan sampai khatam ada yang sekali, ada dua kali 30 juz. Itu bagus enggak? Bagus. Tapi kalau selesai Ramadan, selesai semuanya, di mana istikamahnya? Ya Allah enggak suka yang ibadah yang modelnya seperti itu, Pak. Kenapa kita semangat ibadah kok hanya di bulan Ramadan saja? Itu pertanyaannya ya, kenapa kita semangat ibadah di bulan Ramadan saja? Jawabannya apa, Pak? Ya, coba tanyakan ke diri kita masing-masing. Hei, Diri, kenapa kamu rajin ke masjid di bulan Ramadan? Tadarus Quran bulan Ramadan. Terus tanyain lagi, apakah Allah hanya ada di Ramadan? Gitu ya. Apakah Allah hanya ada di Ramadan? Apakah surga hanya ada di Ramadan? Allah ada kapan saja, Pak? Nah, kalau orang itu ibadahnya hanya karena waktu, hanya karena Ramadan, ya semangatnya hanya dalam 1 bulan. Selesai 1 bulan, selesai semuanya. Padahal ibadah kita kan karena Allah. Kalau karena Allah ada enggak? Allah tidak hanya cuma ada di Ramadan. Allah ada kapan saja. Jadi kalau orang itu benar-benar istikamah, ibadahnya tidak akan luntur oleh waktu. Ya, dia enggak peduli, Pak, mau Ramadan enggak Ramadan sekali dia ibadah. Eah, apa kata gaspol gitu ya. Selalu gaspol ya. selalu ibadah kepada Allah subhanahu wa taala. Nah, itulah pentingnya apa? Istikamah. Kita bisa lihat di surah Fussilat surah 41 ayat 30 sampai 32 ya. Auzubillahiminasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Innalladzina qalu rabbunallahu tummaqamu tatanazzalu alaihimul malaikah. Alla takhafu wala tahzanu wa absyiru bil jannah. Wa absyiru bil jannatillati kuntum tuadun. Nahnu auliyaukum fil hayatid dunya wafil akhirah. Waakum fiha maa tastahi anfusukum. Waakum fiha maa tatta'un. Nzulam min ghaofur rahim. Sadaqallahulim. itu fusilat surat 41 30 sampai 32. Apa manfaat dari istikamah itu? Paling tidak ada empat keutamaan istikomah. Innalladzina qolu rbunallah tummastaqomu. Orang-orang yang berkata, "Tuhanku adalah Allah." Berarti siapa ini? Orang beriman. Lalu setelah dia beriman summastaqomu. Kemudian dia istiqamah dalam imannya. Sekali dia mengucapkan kalimah lailahaillallah sampai mati lailahaillallah. Sekali dia ibadah sampai kapan pun dia ibadah. Maka orang yang istikamah seperti ini Allah akan berikan empat kebaikan. Apa empat kebaikan itu? Pertama tatanazzalu alaihimul malaikah. Allah akan turunkan para malaikat untuk mendampingi orang itu. Backingnya malaikat, Pak. Dan kalau malaikat itu turun ke bumi, wzalat alaihimurahmah. Enggak mungkin malaikat turun itu lenggang kangkung. Pasti setiap malaikat itu turun ke bumi akan bersama rahmat-rahmatnya Allah. Yang pertama. Yang kedua apa? Alla takofu wala tahzanu. Orang yang ibadahnya istikamah dalam hidupnya tidak akan dihantui ketakutan. Jangankan menghadapi hidup, orang yang istikamah dalam ibadahnya, Pak, dia tidak akan takut menghadapi kematian. Kenapa? Karena hidup mati itu satu paket yang harus kita jalani. Masa hidup mau mati enggak mau gitu ya. Kalau dengan kematian aja enggak takut, apalagi dengan kehidupan. Ya, maka orang-orang yang istikamah dalam dalam apa? Dalam ibadahnya, Pak, setiap kali persoalan yang dihadapinya, Allah cepat menurunkan jalan keluarnya sehingga dia tidak larut dalam kesedihan. Kalaupun sedih ya sewajarnya, kalaupun takut ya sewajarnya takut gitu. Tapi tidak dihantui ketakutan yang berlebihan. Lalu yang ketiga apa? Wa absyiru bil jannah. Orang yang istikamah itu akan diberikan kegembiraan berupa jannah, berupa surga. Lalu yang keempat, nahnu auliyaukum fil hayatid dunya wafil akhirah. Lalu dikatakan, "Kami adalah pelindung-pelindungmu, Pak. Kami di sini itu apa?" Malaikat Allah. Ya, kita dilindungi sama orang saja, Pak, merasa nyaman. Apalagi kalau pelindung kita adalah Allah. Apalagi pelindung kita adalah para malaikat-malaikat Allah. Seorang anak kecil saja kalau hidup di degapan ibunya, dia merasa tenang karena merasa dilindungi oleh ibunya. Itu contoh anak kecil dekat ibunya tenang, Pak. Gimana kalau seorang hamba hidup dalam dekapan Tuhannya? Masok enggak lebih tenang? Ya. Lalu apalagi tadi itu? Ee empat ya, empat ee kebaikan yang Allah berikan kepada orang yang istikamah. Pertama apa tadi? Allah akan turunkan malaikat. Kedua, orang itu tidak akan dihantui ketakutan dalam menghadapi hidup dan tidak larut dalam kesedihan. Yang ketiga, mereka akan mendapatkan jannah e kelak. Lalu mereka akan dalam perlindungan Allah Subhanahu wa taala. Maka beramal itu tidak mudah, tapi lebih susah kita menjaga istikamah dalam beramal. Ya, beribadah itu berat, Pak. Tapi istiqamah dalam ibadah itu lebih berat. Maka dikatakan apa? Al istiqomatu khairun min alfi karomah. Istiqomah dalam satu amalan, dalam satu ibadah itu lebih baik daripada karamahnya para wali. Jadi kalau mau jadi wali-walinya Allah, kekasihnya Allah, itu salah satu amalan para wali itu istikamah, Pak. Ya, makanya ulama-ulama ahli tasawuf itu kan mengajarkan ya dalam ee ilmu tasawuf. Kalau kita mau ee mengamalkan amalan para wali, amalkanlah ibadah itu, Pak. Minimal 40 hari. 40 hari awal itu salat berjamaah 40 hari awal. Jangan putus ya. Atau baca Quran 40 hari jangan putus. Nanti kalau 40 hari itu kita ee bisa mudah, insyaallah ke sananya itu tinggal ngikut saja. Biasanya antara 40 hari itu, Pak. Ah, itu ujiannya macam-macam ya. 40 hari. Oke. Kemudian yang ketiga, kalau kita mau mendapatkan lezatnya ibadah tadi yang pertama apa? Dengan ilmu istikamah. Lalu yang ketiga apa? Man arod ayataqobbalallahu amalahu faaihi biikhlasin niah. Hendaknya ibadah itu dijalani dengan ikhlas karena Allah, Pak. Ya. Karena apa? Karena sah dan tidaknya amal, sah dan tidaknya ibadah itu akan kembali kepada niat kita. Innamal a'malu fin niat. Ya. Dan kalau bicara tentang niat, niat itu ada di mana, Pak? Ada di hati. Berarti kalau kita mau ikhlas ya dalam beribadah kepada Allah, berarti wadah niatnya itu harus bersih dulu. Berarti hati kita kita bersih dulu. Gimana kita mau mau ikhlas kalau wadahnya ikhlasnya masih kotor, Pak? Ya. Jadi kalau bicara tentang ikhlas itu bicara dua hal. Satu hati. Kedua, keimanan. Ya, iman itu kan diumpamakan seperti pohon. Buahnya itu ikhlas. Maka kalau ada orang kok susah ikhlas, yang diperbaiki harusnya imannya dan membersihkan hatinya. Ya, attaqwa hahuna kata Nabi, takwa itu ada di sini. Faasyar ilodri. Nabi sambil memegang dadanya dan Nabi ber ee berkalam bahwa takwa itu ada di sini. Iman itu ada di hati kita. Maka di sinilah pentingnya kita membersihkan hati kita ya. Apa sih yang mengotori hati? Dikatakan ee min qoswatil qulub min qasrzunub. Penyebab hati itu kotor itu ketika kita sering berbuat dosa. Maka idza adnabal abdu dan nuknatan sauda fi qolbi waqosa qolbuh. Kalau orang itu berdosa, satu dosa, Pak. Dosa itu akan menghitamkan hati. Lah kalau banyak dosa gimana? Hati akhirnya hitam. Selama-lama gelap. Setelah hati itu gelap enggak akan bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah. Dan kalau hati itu sudah gelap, akhirnya mengeras. Dan setelah mengeras bisa mati hati itu, Pak. Tapi sebelum sebelum mati hati itu mengeras. Dan kalau hati sudah keras maka susah untuk menerima kebenaran. Walaupun datang ke pengajian cuma hanya dengerin telinganya saja dengerin hatinya enggak enggak menerima, Pak. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Ya, jangan-jangan hati kita itu penuh sampah itu dan salah satu yang membuat sampahnya hati itu apa? Ming kasrati zunub. Karena banyaknya kita berbuat dosa itu. Jadi dosa itu menjadi sampah di dalam hati kita. Ya. Kemudian kalau kita buka di surat Assam, surah ke-91 ayat 8 9 10. Faalhamaha fujuroha wa taqwaha. Qod aflaha man zakkaha waqod khsaha. Allah telah menetapkan kepada manusia dua sifat. Ya, sepanjang kita ini masih hidup di dunia ini, Pak, kita enggak akan lepas dari dua sifat itu. Apa sifat dua itu? Pertama adalah fujuroha. Sifat fujur. Apa sifat fujur? Itu sifat yang kecenderungannya mengajak kita untuk berbuat dosa. Dan biasanya sifat fujur itu ditunggangi oleh hawa nafsu yang dijadikan kendaraan setan untuk mengelabui manusia. Maka kalau hidup ini kita selalu mengikuti kata nafsu, Pak, maka hidup itu tidak akan pernah bersyukur. Karena nafsu itu berdasarkan keinginan, tidak berdasarkan kebutuhan. Dan keinginan itu enggak akan pernah habis sepanjang hidup kita. Ya, maka jangan kita dengarin kata nafsu, tapi dengerin yang yang kedua apa? Watqwaha. Dengarin kata takwa. Dan kata takwa itu ada di hati kita. Maka dulu orang tua kita kalau pesan ke anaknya apa, Pak? pesan ke kita, "Nak, hati-hati itu maksudnya hati-hati itu apa? Dengarkan kata hati, jangan dengarkan kata nafsu." Karena hati itu selalu terbimbing, Pak. Ya. Hati itu akan selalu memberikan petunjuk. Hati itu jujur. Hati itu tidak bisa dibohongi. Kita bisa membohongi orang lain, enggak bisa kita membohongi diri sendiri. Ya, seorang koruptor tidak ada yang berdoa supaya anak cucunya jadi koruptor karena hatinya sudah ngasih tahu itu dosa. Cuma kenapa sudah tahu dosa kok masih berbuat dosa? Berarti orang itu tidak mendengarkan kata hatinya yang didengarkan kata nafsunya gitu ya. Qod aflaha man zakaha waqod khoba man tasa. Maka beruntung orang yang hari-hari selalu membersihkan hati dan celaka yang mengotorinya. Yaumala yangfau maalun wala banun illa man atallaha biqolbin salim. Itu surat Asyuara surah 26 88 sampai 89. Nanti pada hari kiamat tak berguna harta benda kita. Jangankan hari kiamat, Pak. Kadang di dunia masih hidup orangnya, belum tentu harta itu bisa memberikan manfaat untuk dirinya. Ya kan ada orang, Pak, hartanya melimpah di mana-mana, coba dikasih sakit aja, Pak. Bisa enggak dia menikmati hartanya? Itu orangnya masih ada, hartanya masih ada. Enggak bisa. Harta itu memberi manfaat. Gimana kalau suatu saat sudah kembali kepada Allah, apa yang dibawa? Ya, jangankan di hari kiamat meninggal dunia yang mengantar ke kuburannya hanya tiga. Dua balik ke rumahnya satu yang menemani dalam alam kuburnya. Apa dua yang balik ke rumahnya lagi? Anak keluarga. Setelah anak cucu kita menguruk tanah kuburan ke badan kita, Pak. Mereka meninggalkan kita. Kita sendirian. Enggak bisa kita pesan supaya mereka menemani kita. Enggak bisa. Ya. Lalu kendaraan kendaraan harta benda pulang lagi ke rumah nanti buat rebutan tuh ahli waris kita yang kita bawa cuma hanya kain kafan melekat di badan kita apalagi nanti di akhirat yang kita bawa bukan harta benda, bukan jabatan. yang akan kita bawa kepada Allah nanti adalah illa man atallaha biqolbin salim. Yaitu orang-orang yang menemui Allah dengan membawa hati yang bersih. Ya ayyatuhan nafsul mutmainnah. Irji'i ilaiki rodam mardhi fadkhuli fi ibadi wadkhuli jannati. Wahai orang-orang yang mempunyai hati yang bersih, jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu. Engkau mendapat rida dan diridai. Dan masuklah ke dalam kelompok hambaku, masuklah ke dalam jannahku, ke surgaku. Ya, inilah pentingnya apa tadi? Membersihkan hati. Jadi, apapun ibadah kita, Pak, itu akan kembali kepada niat ikhlas kita. Dan kalau bicara ikhlas ya hubungannya dengan keimanan dan hubungannya dengan kebersihan hati. hati kita ya. Maka agak unik ya Al-Qur'an itu Pak Al-Qur'an itu ada surat namanya surat apa? Al-Ikhlas tapi isinya enggak ada perintah ikhlas. I kan kalau di surat-surat yang lain, Pak umpamanya surah Albaqarah artinya sapi kan. Di dalamnya ada historis ada sejarah tentang sapi di masa Bani Israil. Kalau surat Almukminun orang beriman di dalamnya ada perintah tanda-tanda keimanan. Ya, kalau surat Ali Imran, keluarganya Pak Imron ya diceritakan siapa keluarga Pak Imron itu. Oh, ada Nabi Isa, ada Ibunda Maryam gitu ya. Tapi begitu kita lihat surah Al-Ikhlas, namanya aja ikhlas, Pak. Tapi di dalamnya tidak ada perintah ikhlas. Tapi di dalamnya apa? Surat Al-Ikhlas itu bicara tentang tauhid, bicara tentang keimanan. Ini menjadi bukti bahwa kalau kita mau ikhlas karena Allah, kuatkan iman kita. Qul huallahu ahad. Allahus somad. Masukkan iman itu ke dalam hati kita, maka di situ akan lahirlah keik keikhlasan. Jadi ikhlas itu hubungannya dengan keimanan. Kalau iman kita baik, maka buah dari iman yang baik itu ikhlas. Jadi kalau ada orang kok dalam hidupnya kok susah ikhlas, baik dalam beramal dia kepengin dipuji orang, dalam hidup dia enggak tahan uji. Dia stres kalau menghadapi ujian. Enggak ikhlas dalam menjalani hidup. Masalahnya pasti di imannya itu ya. Ah, imannya harus di dicas gitu ya. Nah, salah satu mengecas iman ya mengaji kayak begini nih, Pak. Ya kan sama aja kita punya handphone, Pak. Kalau lobet, Pak, kadang sinyalnya kan putus sambung, putus nyambung kan ya. Dan kalau iman kita lobet enggak connect sama Allah, mudah stres kita, Pak. Ya, maka perlu dicas dan mengecas iman itu ya dengan ilmu ya. ee niatkan ya di sela-sela kita bekerja itu zuhur kalau enggak ada kegiatan yang mendesak ke masjid ya. Alhamdulillah loh Pak kata-kantor dekat masjid kemudian ada kegiatan-kegiatan agama kayak gini. Jadi artinya apa? Kita bisa bekerja tapi kita juga enggak lupa ya untuk cari bekal akhirat kita. Masok dunia kita kejar habis-habisan akhirat malah di nomor kesekian. Kan enggak cerdas kita ya. Kalau orang cerdas itu, Pak, dia enggak akan milih hidup jangka pendek. Dia akan milih hidup jangka panjang. Ya. Nah, jemaah sekalian yang dirahmati Allah. Kemudian kenapa kita disuruh ikhlas karena Allah? Karena setan itu tidak takut dengan orang yang ahli ibadah. Tapi setan itu takut dengan orang yang ikhlas dalam ibadah. Jadi, yang ditakuti setan bukan ibadah kita, Pak. Tapi keikhlasan. Berarti kalau kita mau terhindar dari godaan setan, kita harus ikhlas ibadah kita. Jangan ibadah karena kepengin dipuji oleh manusia. Jangan. Ya, kalau kita ee melakukan sesuatu atau kita mengerjakan kebaikan, harapannya kepengin dibalas oleh manusia, endingnya pasti kecewa kita. Iya. Karena enggak mungkin manusia itu bisa memuaskan kita. Ini salah satu contoh nih, Pak. Ada orang tua berbuat baik ke anak. Baik enggak, Mas? Baik. Tapi tujuannya enggak ikhlas. Tujuannya apa? Biar anakku balas baik nanti. Pertanyaannya, kalau anak balas baik, puas enggak tuh orang tua? Puas. Tapi kalau anak enggak balas baik, orang tua pasti kecewa. Dan biasanya orang tua kecewa, yang disalahkan pasti anaknya. Padahal kesalahan bukan dari anaknya. Kenapa orang tua itu kecewa? itu karena orang tua berbuat baik kepada anak belum sepenuhnya ikhlas karena Allah. Dia masih bergantung kepada manusia. Tapi kan banyak orang tuanya lain anak kan. Padahal setiap perbuatan orang tua kepada anak dibalas baik atau tidak oleh anak, kebaikan orang tua itu tidak akan disia-siakan oleh Allah. Ya, tapi kalau tujuan kita ah aku berbuat baik ke anak biar nanti anakku balas baik kalau aku sudah tua biar nanti anakku yang menjamin baik lah. Kalau anak kita durhaka sama kita, gimana? Kan enggak ada jaminan kan, Pak? Anak kita nih pasti saleh-saleh semuanya. Jangankan sekelas kita yang manusia biasa, sekelas Nabi Nuh aja anaknya kafir kepada Allah. Coba kalau orang tua itu berbuat baik kepada anak bukan karena Allah, apa enggak kecewa itu, Pak? Jadi kekecewaan itu bukan datang dari orang lain. Kekecewaan itu karena kita salah bergantung, Pak. Hidup kita hari-hari ini masih banyak bergantung pada manusia. Itu yang sering membuat kecewa. Tapi ketika hidup ini kita gantungkan kepada Allah, Allah enggak akan mengecewakan hambanya. Innallaha la yatlimu misqolar wain taqu hasanat yudifha. Annisa ayat 40. Allah tidak akan pernah mengecewakan hambanya. Sekecil apapun perbuatan baik kita, pasti Allah akan catat sebagai kebaikan. Tapi kita berbuat baik untuk manusia, Pak. Gak enggak ada jaminan manusia membalas kebaikan kita, gitu ya. Lalu yang terakhir, man aroda ayataqobbalallahu amalahu faaihi bqwa. Barang siapa yang mau merasakan nikmatnya beribadah, maka ibadah itu harus membawa efek takwa. Maksudnya apa itu? Ibadahnya itu bukan sebatas ibadah, tapi ibadahnya itu mampu membawa perbaikan-perbaikan diri kita. Ya. Jadi, kalau Bapak Ibu sekarang sudah salat nih, maka nilai salat Bapak Ibu bukan dilihat hanya dari salatnya, tapi akan dilihat pengaruh salat itu mampu enggak membawa perbaikan-perbaikan diri kita. Berarti parameternya gimana? Kalau kita kepengin tahu apakah salat itu bisa membawa nilai di hadapan Allah atau jangan-jangan salat itu hanya menggugurkan kewajiban. Parameternya di mana, Pak? Parameternya lihat saja sebelum dan setelah salat ada enggak perubahan-perubahan diri kita. Itu indikatornya di situ. Kalau sebelum salat masih senang korupsi, setelah salat malah tambah korupsi, itu yang salat baru fisiknya, belum hatinya. Itu ya. Kalau ada orang sering datang ke pengajian tapi tetap masih senang berbuat dosa, ya jangan-jangan datang ke pengajian baru fisiknya, belum hatinya. Hatinya masih ditunggangi setan di luar sana. Karena pengaruh, karena nilai dari pengajian, nilai dari salat, nilai dari ibadah. Bukan hanya dilihat dari ibadahnya, tapi akan dilihat efeknya, Pak. Maka kalau kita buka di Quran surah Al-Ankabut surah 29 ayat 45. Innasata tanha anil fahsya wal munkar. Salat yang baik itu akan membawa efek mencegah perbuatan dosa. Ya. Jadi kalau kita kepengin tahu kualitas salat kita, jangan tetangga yang ditanya, Pak. Kita tanya ke diri kita, "Saya sudah salat nih selama 20 tahun. Saya mau lihat, ah sebelum saya salat sama setelah salat masih sama saja enggak saya? Kalau sama saja, naudubillah minzalik. Perlu kita tingkatkan, Pak. Karena Allah menilai ibadah bukan hanya dari ibadah itu saja, tapi Allah melihat efeknya. Ya, makanya kalau kita buka di Quran, setiap ada perintah salat mesti dibarengkan sama perintah yang lain kan. Aqimus shauz zakah. Itu efek. Orang kalau salatnya baik, Pak, enggak akan kikir dia akan zakat, dia akan sedekah. Ini salatnya udah enggak kehitung, Pak. Meditnya 6.000 setan. Ya, artinya apa? Salatnya ya belum membawa efek itu salat di ayat yang lain dibarikan dengan sabar. Istainu bisobri wasah. Salat sama sabar. Berarti efek salat harusnya membuat diri kita semakin sabar. Ini salatnya enggak pernah ketinggalan. sujud sampai 3 jam tidur kali itu. Tapi hari-hari kalau enggak marah-marah mulutnya gatal katanya. Enggak sabar menghadapi persoalan ya kan. Jadi salat itu harusnya membawa pengaruh dalam perbaikan-perbaikan diri kita. Mudah-mudahan kajian hari ini memberikan pencerahan kepada kita dan semoga ibadah-ibadah yang kita lakukan ini tidak hanya kita lakukan sebatas seremonial, tidak hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Mudah-mudahan ibadah yang kita lakukan ini membawa efek, membawa pengaruh dalam ee kesalehan pribadi dan kesalehan sosial kita. Amin ya Allah ya rabbal alamin. Baik, saya kira itu kajian kita hari ini. Ee sebelum ditutup doa, ada yang mau bertanya? Masih ada waktu sedikit tuh ya. Masih ada waktu 1 jam insyaallah. Ya. Baik, cukup ya. Kalau enggak ada bertanya kita langsung doa saja. Semoga doa-doa kita diijabah oleh Allah subhanahu wa taala. Auzubillahiminasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahiabbil alamin. Allahumma sholli ala Muhammad wa ala alihi wasohbihi wabarik wasallim ajmain. Ya Allah berikan keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani sisa-sisa hidup ini. Ya Allah jadikan sisa-sisa hidup kami ini menjadi hidup yang jauh lebih baik. Hidup yang lebih berkah. Hidup yang penuh ibadah. Hidup yang selalu mampu memperbaiki diri. Ya Allah, kami bukan orang yang suci dari dosa. Ya Allah, kami bukan orang yang suci dari kesalahan. Kami menyadari banyak dosa-dosa dari masa lalu hingga saat ini. Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami. Ya Allah, jangan kau balas dosa-dosa kami dengan kemurkaan-Mu. Ya Allah, jangan kau balas dosa-dosa kami dengan musibah-musibah yang selalu menghampiri hidup kami. Ya Allah. Ya Allah, bila hidup ke depan kami ini masih membawa kebaikan-kebaikan buat kami, mohon ya Allah berkahi dan panjangkan usia kami. Berikan kesehatan jasmani, rohani kami. Ya Allah, angkat seluruh penyakit-penyakit kami, baik penyakit fisik maupun penyakit hati yang kadang susah diobati. Wasallallahu ala nabina Muhammadin wa ala alihi wasohbihi wasallam. Walhamdulillahiabbil alamin. Subhanakallahumma wabihamdika ashadu alla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik. Mohon maaf lahir batin. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.