Pemandangan yang biasa bagi Aristo di Seattle, Amerika Serikat. Papan iklan dan toko ganja bertebaran di mana-mana. Seperti Alamart dan Indomart di Indonesia.
American Mary, toko ganja dekat sekolah. Kalau habis pelajaran pengen langsung dimeng. Aristo mengunjungi toko-toko ini bukan untuk rekreasi, namun adalah bagian dari penulisan karya ilmiahnya.
Nama gue Aristo Pangaribuan, gue dosen di Fakultas Hukum UI dan sekarang gue lagi 2D PhD di University of Washington, Seattle. Konsentrasi gue adalah hukum acara pidana dan akhir-akhir ini gue sangat tertarik dengan criminalization of vice. Vice itu artinya adalah tindakan kriminal atau kejahatan yang tidak universal, tergantung dengan kultur budayanya masing-masing di suatu tempat tersebut.
Contohnya judi. LGBT, pornografi, dan drugs. Gue sekarang di University of Washington, di mana gue sekarang lagi studi PhD gue, dan disinilah gue penasaran, karena gue lihat di Washington ini, toko ganja itu udah kayak Alphamart sama Indomart, kalau di Jakarta. di Indonesia, kok gue lihat pemerintah kita begitu agresif dan membabi buta, kayaknya orang yang pilih ganja itu jahat banget disinilah gue jadi penasaran dan gue mulai mau tahu sebenarnya apa sih yang terjadi di balik kebijakan ganja bukan hanya di Indonesia, tapi juga di Amerika Selama studinya di Amerika, Aristo menulis karya ilmiah di bidang hukum Tentang kriminalisasi atas ganja di Indonesia Yang berjudul Causes and Consequences of the War on Marijuana in Indonesia Karya ilmiah dan hasil riset Aristo ini Kemudian menjadi landasan bagi kami dalam memproduksi film ini selama lebih dari 2 tahun Terima kasih Di kota Seattle tempat Aristo tinggal, perusahaan-perusahaan ganja bahkan ada yang terdaftar menjadi public listed company atau perusahaan terbuka yang masuk ke pasar saham. Sedangkan di Indonesia hampir setiap hari ada berita pengguna ganja ditangkap.
Selebriti dan public figure yang memakai ganja diberitakan seolah-olah mereka seperti orang yang jahat sekali. Masalah tentang ganja ini bukan hanya di alami Indonesia. Di Amerika pun, hal ini pernah terjadi juga.
Dari sinilah asal mula bagaimana ganja dianggap sebagai barang jahat. Pada tahun 1930-an di Amerika, ganja dianggap sebagai barang ilegal. Banyak penelitian dan sumber declassified oleh pemerintah Amerika yang menunjukkan politik penegakan hukum terhadap ganja. Dalam war on drugs atau perang terhadap narkoba adalah masalah sosial yang struktural.
Pada waktu itu, pemakai ganja didominasi kaum imigran. Diskriminasi dan rasisme menjadi bagian dari persoalan ganja. Saat itu penjara di Amerika juga penuh karena ganja. Orang-orang yang memakai ganja dianggap sebagai penjahat. Di tahun 2022, pengguna ganja di Indonesia masih diperlakukan seperti di Amerika tahun 1930-an.
Diperlakukan bagaikan kriminal. Seperti orang yang jahat sekali, penegakan hukumnya sangat agresif. Banyak sekali anak bangsa berprestasi yang menjadi korban kriminalisasi. Mulai dari musisi-musisi kawakan seperti Iwake, Anji, Ardhito Pramono, aktor Jeffrey Nicole, sutradara Robert Tanto, pelukis Tommy Tanggara, dan saya sendiri.
Polisi mengadakan konferensi pers. Lalu mereka dipajang, dipermalukan. Bahkan di beberapa kejadian ada juga yang diarak-arak warga dan diperlakukan seperti sampah masyarakat.
Film ini adalah kisah perjalanan kami sejak 2019 dalam menelusuri isu kriminalisasi ganja di Indonesia. Intro Perjalanan Aristo dimulai di Yogyakarta Gue mau nemuin seorang seniman visual Yang top, yang tinggal di Jogja, Mas Angki Urbandono. Nah, Mas Angki ini punya pengalaman dia ditangkep karena kepemilikan ganja.
Dan gue mau tahu bagaimana sih pandangan dia sebelum penangkapan, pasca penangkapan, apakah itu membuat hidup dia berubah? Dan bagaimana sebenarnya efek ganja itu dalam hidupnya? Angki Purbandono adalah seniman visual pertama yang menembus balai lelang seni terkemuka di dunia Sotheby's dan Christie's lewat karya-karyanya yang unik dan eksentrik.
Angki pernah dipenjara di tahun 2013 karena kepemilikan ganja. Di kantor polisi masih. Jadi sempat aku ada kamera. Aku juga prosesnya itu panjang kan, bukan langsung ke ganja kan.
Maksudnya selain ganja juga kan kita berproses yang lain. Ganya-ganja awalnya enggak? Enggak.
Karena kan orang yang paling, argumen yang paling kuat kan katanya ganja itu gateway. Itu berbah. Iya tembakau itu gateway. Gila.
Kalau kita bicara gateway semua. Rumor-rumor. Umur-umur merah sapi itu pas kuliah memang.
Merah sapi. 25 ya, 25. Merah sapi itu apa? Tahu enaknya?
Tahu fungsinya. Oh. Kalau nyusun proposal apa nyusun konsep, wah nyimeng dulu. Terus kalau presentasi apa, ngobat dulu, whisky.
Jadi ceritanya, wah. Kalau aku obat jadi nggak sehat gitu loh. Bangun siang.
Meleek gitu ya? Bangun siang, terus badan sakit. Nggak sehat deh pokoknya. Oh.
Kalau Nyima itu pilihan makanan beres, ya kan? Terus bercandaannya beres. Terus kreatifnya jalan, masuk kuliah.
Maksudnya oke gitu loh. Kalau obat, hampir. Obat Cima SMA.
Jadi bukan jadi daya tarik untuk imajinasi, karena imajinasi itu saya sudah berbakat. Tapi ketika dengan Ganja, Saya dapat kenyamanan untuk bicara sama orang lebih terbuka, lebih cair. Angki tidak pernah merasa perbuatannya dalam mengkonsumsi ganja sebagai sebuah tindakan yang jahat.
Dia tidak pernah merasa dirinya sebagai seorang kriminal. Dia memakai ganja untuk dirinya sendiri. Buku harianku yang waktu di penjara, yang catet-catet beberapa catet. Bahkan saat dia berada di dalam penjara tanpa pengaruh ganja, Angki tetap berkarya dan menciptakan prison art program.
Aku bikin konsep fotografi untuk bisa dia memotret jendela besi ini. Itu yang namanya anugrah ya, menemukan hal-hal yang aku bisa sebut itu prison art, itu seni penjara. Masa tahanan Angki berakhir dalam enam bulan.
Namun dia memutuskan untuk tinggal di penjara hingga setahun untuk menyelesaikan prison art. Jadi juga itu membuktikan bahwa ini bukan karena keadaan. kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan kan Salah satu karyanya yang merupakan bentuk protes dari kriminalisasi ganja di Indonesia berjudul Atas Nama Daun. Seperti kestaraan warna kulit kan dulu kan juga justru menjadi satu kenangan pahit gitu loh.
Bahkan anaknya diberi nama Daun Bumi. Angki kemudian bergabung dengan lingkar ganja Nusantara dan aktif dalam perjuangan legalisasi ganja di Indonesia. Sebuah upaya yang tidak mudah karena berseberangan dengan norma hukum.
Jadi satu tahun ini bisa dibilang ya lebih oke lah. Dari merchandise kita di yayasan kita sekarang udah punya dua karyawan. Bayangin, yayasan kita cuma punya dua karyawan.
Yang selebihnya, selebihnya relawan. Mungkin dulu orang ngeliat, LGH ini gue bisa percaya apa enggak ya? Ini LGH ini, dia beneran mau ngelegalin gajah atau orang cuma pengen nyimeng-nyimeng aja ya gitu kan? Sekali datang Jadi dulu sebenarnya Waktu aku mulai gerakan lingkar ganja Nusantara tuh Gak terlalu aware lah sama alam Memang cuman seneng aja gitu sama ganja pengen ngulik Tapi begitu makin kesini makin kesini Itu makin Dan sadar kalau kita cuma membawa isu, tapi kita tidak paham tanaman itu sendiri, sama tempat di mana dia hidup, itu masih ada yang kurang. Tiba-tiba punya pemikiran dan kekhawatiran kalau nanti dia legal, dan kita digerakkan tidak mengerti bagaimana cara mengelola tanaman ganja ini, ya akhirnya kita disetir juga bagaimana cara mengelola tanaman ganja ini.
Terus sampai di satu titik, itu gue merasa bahwa gue gak ngerti tanaman ganja karena gue gak bisa menanam. Gue gak ngerti yang namanya tanaman ganja, tanaman tuh maksud gue, tanaman tuh cara nanam, cara merawat tuh gue gak ada, gak ada, gak ada. Suka alam tuh ternyata bukan berarti kita mengerti cara mengelola alam, itu ternyata dua hal.
Hal yang berbeda tuh. Kan selama ini kalau kita memperjuangkan hak-hak orang yang tertindas karena memanfaatkan ganja kan. Tapi kita gak pernah memahami haknya tanaman ganja tuh apa gitu. Nah akhirnya gue beruntung di Jogja ketemu permakultur waktu itu.
Waktu itu di bumi langit. Secara singkat, mengolah alam secara permakultur artinya bekerja selaras dengan alam. Merawat bumi, manusia, dan dengan asas keadilan bagi semua makhluk. Anjrit, di situ belalang aja dipikirin haknya. Cacing dipikirin haknya gitu.
Ada tanaman bolong karena dimakan sama belalang. Dia bilang, ya itu haknya belalang gitu. Kalau lu tanam satu kebun satu kali satu meter, ya mungkin hak buat lu, buat manusia, ya cuma setengahnya gitu, setengahnya hak.
Makhluk hidup lainnya, itu kan, itu sesuatu yang nggak pernah kita dapatkan. Sesuatu yang nggak pernah ada di dalam kesadaran kita. Hari ini, Aristo akan berdiskusi seru tentang ganja dari Seattle dengan Dira.
Pertama kali nyoba, nggak punya ekspektasi apa-apa loh waktu itu. Nyoba tuh dikasih temen kayak yang, coba ini ada cimeng. Gue bilangnya cimeng. Gak ada efeknya aku coba, sama sekali gak ada efeknya. Berapa jam kemudian, jam 2 malam, 3 malam, kita lapar nyari makan.
Selesai makan, ya udah tidur. Udah, that's it. Efek pertama gue sama pengalaman gue sama Ganja. Abis itu, baru mulai nikmat.
Itu di zaman-zaman kuliah itu. Sampai mulai sadar itu ilegal. Kuliah kan undang-undang belum 2009, Mas Aristo. Ya, 97. Iya kan?
Ganja nikmat sih. Jadi gue punya keyakinan......bahwa ini bukan sesuatu yang buruk gitu lah. Karena gue udah pernah nyoba.
sendiri memang ganja ini manfaatnya apa sih selain rekreasi itu kan kalau untuk obat masih banyak bahwa farmasi yang bisa mendevelop obat lain ide list paling sederhana Fidelis dulu yang udah kejadian dia kan udah bilang kalau aku udah coba banyak banget obat tapi kok hasilnya maksimal gitu ya udah aku mau ini ada ada ada pengetahuan tentang ganja yang bisa dimanfaatin untuk pengobatan istriku gitu aku coba dan ada hasilnya gitu bahkan buat beberapa orang orang itu sesederhana memberikan nafsu makan gitu banyak obat nafsu makan yang lainnya gitu tapi ketika itu enggak berhasil dan punya efek samping mestinya ini bisa jadi opsi gitu aja emang gajah ada negatifnya ngasih apa positif semua enggak ada tetapi lagi-lagi itu bukan maksudku seburuk buruknya orang kayak gitu dia nggak nyelakain orang lain itu yang pertama Iya dia tidur di rumah ya kan paling temennya yang repot Udah, dia gak kayak korupsi gitu. Atau gak kayak pembabatan hutan gitu loh. Yang efeknya tuh masif gitu loh, Mas. Dan itu bisa terjadi dengan substance yang lain juga.
Pasti. Aku pikir... Masalah penyalahgunaan ini harusnya gak ada urusannya sama pidana.
Sulitnya juga karena ini udah kadung ilegal itu loh. Ilegalnya tuh bukan cuma ilegal di level hukum, tapi sampai ada yang menganggap ini haram, ini dosa. Jadi udah sampai kayak mendara daging ini sesuatu.
sesuatu yang kalau anak lu sampai ngelakuin ini itu lebih lu malu keluarga lu gitu loh aktivis-aktivis LGN sendiri ada yang pernah akhirnya ketangkep mencurigai banyak-banyak kebanyakan karena make cuman nyimpennya kebanyakan Nah itu tuh Indonesia tuh kalau lo nyimpennya banyak dikit hai hai kategori bandar padahal kan ada kan ibu-ibu yang belanja bulanan gitu mas aku kalo yang penting kulkas penuh ya kan awal bulan nah itu hitungannya bandar tuh walaupun makanya buat 1 bulan 2 bulan ke depan udah Kalau udah kacau deh, kalau penegakan hukum di Indonesia, mas, sedih kalau kita masuk penjara itu. Kalau nengok orang tuh, saking penuhnya tuh kita mau jalan juga. Jalannya juga pelan-pelan nyebrang sana-sini karena padat gitu loh.
96 persen lapas. Kita kan isinya narkotika. Iya, dan kebanyakan ganja.
Aku nggak pakai riset nih ya, tapi orang-orang yang pernah dipidana karena ganja, emang mereka jerah? Selama tanaman ganja belum punya hak buat hidup di muka bumi ini, kita masih akan terus berjuang. Selama masih ada orang yang ditindas karena memanfaatkan ganja, itu kita akan terus berjuang. Dan selama peradaban ini nggak bisa dibangun bersama tanaman ganja, kita juga akan terus berjuang. Gitu aja.
Dan pasti legal pada waktunya. Amin. Hari ini Yayasan Satifanusantara merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia dengan slogan Karena kebebasan adalah hak segala bangsa Aristo berkesempatan hadir di acara ini Ini kenapa di Kledah, Mas?
Ini supaya orang nggak bawa ganja ya? Dan ini emparan yang... Supaya nggak identik dengan orang yang main emparan di sini.
Thank you, Mas. Dari koran pra-republik Indonesia, artinya pra-kemerdekaan, ganja disebut dengan berbagai nama. Jadi keluar sebagai iklan gitu loh, untuk obat, macam-macam. Kopi biasa.
Kopi biasa. Nggak ada THC atau CBD-nya. ya menarik kalau lihat dari buku ini yang memang sejujurnya spektrum itu ya seperti langkah kutip membabi buta membabi buta Bagaimana supaya gargai di negarkan karena bagaimanapun ganja itu tetap kontroversial pertama di Amerika ya karena mereka sumbernya ilmu pengetahuan dan sumber kenapa ganja dikriminalisasi pertama di Amerika pun orang masih berdebat soal manfaat ini Ya, riset belum konklusi. Apa bedanya ketika kita meminum segelas kopi dengan segelas air putih?
Efeknya di tubuh kita, kenapa beda? Karena ternyata di dalam tubuh kita ada reseptor kafein. Jadi biosemiotika ini sebenarnya ilmu kuno. Jadi bagaimana kita bisa menjalin komunikasi dengan makhluk Tuhan yang lain? Melakukan edukasinya harus pelan-pelan.
Kalau langsung melakukan edukasinya membabi kutam, maka resistensi akan tinggi nanti. Kenapa kami notot? supaya dilakukan riset ya, supaya kita bisa menempatkan undang-undang sebagai sarana supaya kita bisa menciptakan kosmos, keteraturan, bukan chaos gitu. Di dalam Red Public yang kita cintai, yang hari ini berulang tahun. Peter Dantovski adalah ketua Yayasan Satipan Sentara.
Saking cintanya dengan ganja, Peter Danto pernah dipenjara sampai tiga kali akibat semua eksperimennya tentang ganja. Peter Danto, makasih waktunya. Hingga akhirnya dia...
Karena rekreasi kemarin itu kan orang butuh rekreasi karena dia menderita stres. Berarti kan ini masalah kesehatan sebetulnya. Orang butuh rekreasi.
Karena orang stres itu kalau orang stres terus ya nyatanya dia hidupnya jadi tidak produktif. Jadi beban negara juga akhirnya. Adiksi itu kan...
Ketergantungan, Pak. Kalau saya kecanduan. Apa bedanya? Beda.
Kalau kecanduan, sama seperti ketika kita kecanduan baca buku, sama seperti kita kecanduan menukang, sama seperti kecanduan melukis, menulis, dan sebagainya. Kalau adiksi? Kalau adiksi kan harus bertambah terus. Toleransinya tambah.
Tambah, tambah, tambah. Tapi kalau, sorry saya potong, tapi kalau craving sehingga tahu itu melawan hukum tapi tetap dibawa, bukankah itu juga kecanduan secara psikologis? Adiksi secara psikologis? Bukan. Dalam saya loh, karena saya bisa bersikap kan sebagai manusia.
Sikap saya ketika itu bukan karena saya craving. Saya melawan undang-undang yang dibuat tidak pakai otak. Oh, gitu loh kan.
Di tempat rehat itu banyak yang diganja juga? Yang gajah hanya saya. Oh, cuma satu?
Paling banyak apa? Sabu? Paling banyak itu sabu, terus pelikoplo, sama game online. Game online?
Sama ada memang pemerintah suveraini. Karena pemerintah juga menganggap pemerintah ini melindungi... rakyatnya dari zat-zat yang dapat membuat mereka tidak produktif. Upaya melindungi masyarakat supaya ganja tidak merusakkan itu. Tidak apa-apa.
Kalau misalnya memang itu keyakinannya BNN tidak apa-apa. Tetapi keyakinan itu harus dibungkirkan dengan riset gitu loh. Sejujurnya itu sih kalau saya.
Selama ini, perang terhadap narkotika itu sama dengan perang terhadap pengguna narkotika dan itu gagal total. Peradilan itu hakim. Raksa polisi main, enggak mau bayar pasal ini. Bisa itu industri hukum.
Lapas ini mengalami tingkat overcapacity mencapai 650 persen. Overcapacitas lapas sudah menjadi masalah berulang yang tidak selesai. Hal ini bahkan sudah pernah menjadi perhatian dan kritik dari Menteri Hukum dan HAM beberapa tahun lalu.
Ini juga harus ada perubahan mindset khusus narkoba. Kalau misalnya narkoba ini jangan dikirim ke penjara. kalau pemakai yang direhabilitasi ini akan mengurangi jumlah yang sangat besar sehingga ruang buat kita membuat satu lapas yang lebih manusiawi buat yang lain. Itu bisa terjadi. Untuk melengkapi risetnya, Aristo butuh perspektif dari pihak penegak hukum.
Hari ini, ia akan berbincang dengan salah satu kenalan lamanya Kombes Sulis Tiandriat Moko, juru bicara BNN tahun 2017-2019. yang kebetulan sedang mengambil studi doktoral hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Kualitas lebih bagus di Indonesia daripada luar negeri. Luar negeri Indonesia diekspor, iya. Tapi mengimport ganja nggak mungkin.
Nggak pernah, karena ada kasus pengungkapan ganja import, nggak pernah. Dulu zaman Belanda pun, ganja kita itu sudah melanglang buana kemana-mana. Hari Bapak mengatakan bahwa dulu zamannya Belanda juga Belanda mempromosikan.
Ganja Indonesia, kemudian di Aceh juga menjadi penyedap makanan, kemudian ada ladang ganja juga di Aceh, di Indonesia tanamannya subur. Nah, bisa nggak Pak diceritakan perjalanannya dari dulunya boleh, kemudian jadi nggak boleh? Dulu juga nggak boleh. Dulu juga dilarang sejak Indonesia meratifikasi single convention. Ganja menjadi ilegal di dunia sejak kesepakatan PBB di tahun 1961. Indonesia kemudian mengkopinya menjadi Undang-Undang Narkotika.
Sedangkan pada tahun 2020, kesepakatan tersebut sudah direvisi. Ini gimana sih Pak penegakan hukumnya terutama terhadap penggunanya? Sebenarnya menurut BNN itu arah kebijakannya gimana Pak? Berantas masukin atau edukasi rehabilitasi?
Pasal 112 itu bunyinya, mereka yang menyimpan, memiliki, menguasai, atau menyediakan, tidak menyebut jumlahnya. Itu sudah kena ancaman minimal 4 tahun, maksimal 12 tahun. Denda minimal 800 juta, maksimal 8 miliar.
Formulasi pasalnya seperti itu, dengan pasal itu diterapkan quote-unquote, terjadilah kriminalisasi terhadap penyalahguna. Sepanjang pasal itu belum dirubah, maka tetap yang seperti itu bisa dimasukkan penjara. Oleh karena itu, pasal itu dululah yang harus dibenahi, sehingga menutup peluang atau ruang penyidik untuk menerapkan pasal itu.
Tapi Bapak sendiri melihat nggak, tadi kan kita ngobrol soal undang-undangnya, Bapak melihat ada persoalan nggak Pak di dalam undang-undang narkotika itu? Perlu diperbaiki nggak undang-undang narkotika kita? Ketentuan kita itu penuh narapidana dari kasus narkoba.
Penyebab utamanya adalah Undang-Undang Narkotika. Kriminalisasi yang terjadi karena adanya pasal 112. Pasal itu tuh sebetulnya implementasinya tidak letterlock ansih seperti itu gitu loh. Tapi menarik Pak, akhirnya mau gak Indonesia?
Saya gak bilang bahwa Indonesia harus mencontoh, tapi negara-negara yang tadinya regulasinya ketat, terus kemudian LP-nya overkapasitas, seperti Amerika. Amerika dulu Pak, dari tahun 30-an sampai 2... California pertama 96, decriminalized, kemudian Washington 2012, akhirnya nyerah. Ah udahlah, kecapean kita memberantas, nangkep-nangkepin, akhirnya dia nyerah nih.
Mempelajari pola itu gak Pak? Ada gak kepikiran seperti itu? Apakah lagi balik ke compliance Indonesia belum siap untuk itu? Untuk semua obat atau untuk ganja saja?
Ganja aja, ini saya bicara ganja. Karena tadi saya katakan semua obat gak ada Pak yang kayak begitu, hanya ganja aja yang begitu. Perusahaan terbuka, TBK, ganja pertama di dunia Amerika Pak.
Tapi menuju Yuh, ke situ Amerika juga nangkepin orang, nggak karu-karuan, Pak. Nangkepin-nangkepin Hispanik, Black. Jadi makanya ini kontroversi kalau kita bicara di Amerika. Ada soal racial bias, kemudian akhirnya capek nangkepin-nangkepin, nggak menang-menang dulu zamannya Nixon.
Akhirnya sampai, ya udahlah. Walaupun di federal law masih illegal, ya. Tidak bisa dibandingkan dengan di Belanda, tidak bisa dibandingkan dengan di Amerika. Regulasi sedemikian efektifnya mereka untuk menangkap orang-orang.
untuk dipatuhi. Komplain terhadap regulasi di mereka itu sudah bagus sekali. Kalau di Indonesia, alangkah tidak masuk akalnya, menurut akal sehat saya, kalau itu diregulasi lebih kendor.
Apa jadinya penanaman ganja itu? Potensi penanaman ganja di Indonesia itu besar sekali. Ya, tropis Pak. Di Aceh dari dulu. Bagaimana mengawasi itu?
Saya tidak bisa. Bisa habis pikir bagaimana mengawasi yang dikatakan oke lah dilokalisir. Bagaimana mengawasi itu.
Bagaimana mengawasi bahwa distribusinya itu terkendali. Kemudian pemrosesannya, kemudian pemakainya terkendali. Saya dalam kondisi saat ini, saya belum bisa berpikir.
Masyarakat belum siap, infrastruktur untuk mengendalikan belum siap, atau ini masalah moral? Masyarakat belum siap dalam tanda kutip. Kalau kita makmur, masyarakat sudah disibukan. dengan hal yang lebih positif yang lainnya, banyak hal yang lebih menarik lainnya daripada menggunakan.
Tapi kalau dia tidak punya choice untuk menikmati yang lain itu, adanya itu, karena itu mendatangkan kenikmatan, relax, fly on itu, karena dia akan bisa dibayangkan sampai ke kampung-kampung akan orang menikmati itu. Karena dia bisa berkhayal, berhalusinasi, gitu. Apa jadinya, gitu. Gak ada choice yang lain. dia menikmati kesuka citaan yang lain di lainnya itu gak ada kan tidak ada ongkos untuk itu gitu loh contoh yang kongres aja putus pacar ketika dia pakai ganja dia bisa membayangkan aku bisa dapat pacar yang artis yang lebih cantik daripada yang pacar memutuskan gue itu.
Halusinasinya halusinasinya itu. Tapi ketika itu hilang, dia inget lagi. Oh ternyata saya diputus.
Cari barang lagi dia. Ketika sifat halusinasinya itu hilang kan jadi realistis lagi. Sedih lagi.
Oh ternyata saya diputus gitu. Nyari barang lagi supaya bisa mendapatkan itu lagi. Terima kasih Pak Sulis udah waktunya, ilmunya, bincang-bincangnya.
Hasil pembicaraan gue dengan mereka berdua memperkaya perspektif gue. Klaim Peter Danto Sedikit ada benarnya, paling enggak soal klaim dia tentang budaya kita yang lekat dengan ganja. Dan mereka merasa ganja memiliki manfaat buat mereka masing-masing tanpa harus merasa menjadi penjahat ketika mengkonsumsi ganja. Di sisi lain, saat gue ngobrol dengan Pak Sun, Gue ngerti juga melihat dengan kacamata dia sebagai penegak hukum.
Apapun alasannya, di dalam undang-undang narkotika kita, ganja itu masih termasuk golongan satu yang sama bahayanya dengan sabu dan heroin. Harus diketahui, sebenarnya penggolongan itu dimulai oleh Amerika Serikat, yang sekarang bahkan negara-negara bagiannya sudah meninjau ulang hukumnya tentang marihuana. Setidaknya 11 negara bagian di Amerika sudah melegalkan ganja secara full, bahkan untuk penggunaan recreational.
Dan negara bagian pertama itu salah satunya adalah Washington State, tempat di mana gue belajar. Sisanya, mereka sudah melegalkan ganja untuk keperluan medis, atau setidak-tidaknya sudah menganggap ganja bukan perbuatan kriminal. Pada akhirnya, permasalahan mengenai ganja ini memang sebuah kontroversi yang sudah berlangsung lama, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Paling tidak, kita bisa berkaca dari pengalaman-pengalaman negara-negara yang menghadapi perdebatan soal ini.
Satu yang pasti, penegakan hukum yang membabi buta terhadap pengguna ganja, menurut gua akan berefek lebih besar dan lebih parah daripada penggunaan ganja itu sendiri. Jangan menyesal kalau penyalahgunaan itu dipenjarakan karena kondisi hukumnya memang memungkinkan. Kalau nanti hukumnya ini sudah direvisi, situasinya sudah beda entah itu 10 tahun, 20 tahun ke depan. Satu ketika di hutan itu ada kebakaran besar sekali. Semua binatang lari putang panting.
Gajah, macang, bunah-bunah itu lari semua. Tapi ada seekor burung kolibri. Burung ini sibuk sekali, Pak.
Dia dari danau, ngambil air dengan parutnya yang kecil itu terbang ke atas kuburan api, diteteskan. Lakukan terus, lakukan terus. Gajah itu lama-lama kan lihat itu, ini ngapain si kolibri ini?
Itu dia teriak, eh kolibri kamu ngapain? Kamu gila kalau kamu ingin memadamkan api dengan paruhmu yang sekecil itu. Jangankan memadamkan itu keluar dari paruhmu aja udah langsung hilang airnya. Si kolibri bilang, aku tidak berusaha memadamkan kebakaran. Aku hanya melakukan satu-satunya hal yang aku tahu.
Ya memang dari semenjak ya mungkin ya pandangan pertama dari semenjak ketemu itu yang udah suka sama-sama suka gitu kan. Oh ada ya kita pada peluang. Ya realnya ya begitu lah. Masuk perkuliahan, waktu orientasi sekolah itu kan kegiatannya padat banget ya. Nah dari situ ceritanya berlanjut terus.
Jadi memang pada saat ketemu itu memang udah, rasanya udah cocok aja gitu. Karena kita kan lalu... Jurusannya beda ya, saya mekatronika, D teknik.
Kalau Yeni itu, waktu itu ngambil di ekonomi pendidikan dunia usaha. Jadi ketemunya juga paling seminggu sekali pas kita hari Minggu ke gereja. Jadi ke gereja bareng gitu, berjanjian. Lalu saya bilang ingin kembali ke Kalimantan, nggak mau ditinggal.
Jadi dia juga memutuskan untuk mengikut saya. Waktu itu kita menikah di Jogja. Baru ke sini.
Kita berencana untuk punya anak kedua. Waktu mulai hamil ya kita senang. Akhirnya yang kita inginkan tuh dikabulkan kan.
Namun sayangnya ya waktu kehamilan umur kita, Umur 5 bulan, ternyata marhum ini sakit. Seperti demam gitu, tapi kondisinya aneh lah. Itu hanya separuh badan sebelah kanan.
Sebelah kirinya itu normal, sebelah kanannya yang demam. Kadang berkeringat sampai basah gitu. Sementara sebelah kirinya normal.
Dibawa ke rumah sakit, dicek. Waktu itu dokter hanya bilang, kalau itu mungkin bawaan hamil ya mungkin ya. Jadi hanya dikasih vitamin, disuruh istirahat.
Sakit lagi seperti itu dan semakin parah menjelang. Bahkan sampai tangan sebelah kirinya itu nggak bisa digerakin juga. Separuh ke bawah tidak bisa.
gak bisa digerakin. Sampai waktu itu dokter juga gak memutuskan apa sih sebenarnya penyakitnya itu. Kita udah ke Pontianak, di Sanggau udah gak bisa di Pontianak, bahkan sempat dirujuk ke Singkawang.
Sampai sempat dua kali kita lakukan MRI, balik lagi, pokoknya bolak-balik ke rumah sakit. Akhirnya diketahui, Yeni mengidap Syeringo Meldia, satu bentuk kelainan sistem sarap pusat, akibat kista yang tumbuh di tulang belakang. Kita jarang keluar ya kemana, karena segala sesuatu itu lebih menyenangkan di rumah gitu ya. Jadi kita masak, hari ini mau masak apa yuk, yaudah bareng kita masak apa, ngerjain apa itu bareng, bersih-bersih apa segala macam. Yang penting kita sama-sama itu udah menyenangkan gitu kok.
Kalau pengen punya sesuatu, ya kita nabung. Bangun rumah, ya nabung. Dikit-dikit, ya nggak langsung jadi.
Makanya segala sesuatunya pelan-pelan. Waktu sebelum orang-orang itu sakit, sebenarnya kita udah rencana mau bikin, memang mau nge-chat rumah. Karena dari awal bikin itu memang belum pernah di-chat.
Kita sudah kumpulkan uang, sudah macam-macam, terus mau nambah dapur itu dirapikan lagi. Tapi karena alam-alam sakit, ya lalu semuanya kandas. Karena tabungan kita habis terkuras untuk pengobatan dan segala macam. Menurut Fidelis, tidak ada perkembangan yang berarti di rumah sakit.
Sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan merawat Yeni di rumah. Sementara Fidelis terus mencari pengobatan alternatif lain untuk istrinya. Sebelum saya memutuskan menggunakan ganja itu, saya sudah cari-cari di literatur dulu, banyak baca buku, termasuk saya waktu itu sempat dapat akun gratis di perpustakaan terbukanya pun.
punya Harvard University ya, jadi saya punya banyak buku. Karena ketika waktu saya diberitahu bahwa obatnya itu ganja, saya tuh bingung, kok bisa jadi obat? Dari literatur buku di Indonesia itu enggak ada.
Fidelis belajar teknik budidaya ganja secara online dari komunitas pemerhati kanabis di luar Indonesia. Dia juga bertemu dan berbagi cerita dengan sesama penyintas Siringo Maelia. Sampai saya benar-benar yakin bahwa inilah satu-satunya alternatif.
Karena saya juga mencari yang dibutuhkan alam maruhnya ini adalah kanabinoid. Saya... ternyata tidak ada bahan lain di dunia ini yang mengandungkan albinoid selain di ganja.
Hanya di ganja gitu kan. Jadi ya memang gak ada alternatif lain waktu itu. Ya di...
dengan kondisi alam semakin memburuk, akhirnya ya udah saya putuskan ganja. Dari ilmu yang saya dapatkan dari kontak-kontak sama mereka di dunia ini. Saya mulai membela sendiri dan memberikannya kepada Allah. Menurut Fidelis eksperimennya berhasil dan kondisi ini turut membaik. Waktu itu saya sudah menggunakan K-Almoro itu kurang lebih 6 bulan.
Luar biasa. Dia sudah mulai banyak cerita lagi. Jadi kalau dia bilang kalau sembuh nanti, mau ke jalan-jalan, mau ke Jawa. mau refreising dulu, mau ngajak ke jalan-jalan. Banyak rencana-rencana dia mau pakai motor lagi ke sekolah.
Semenjak dia menggunakan itu, rasa nyerinya, kondisi kelumpuhannya memang... dia memang tidak pernah itu lagi, tidak kembali lagi, tidak seperti dulu. Dia sudah bisa beraktivitas, sudah bisa kembali bekerja, terus mengasuh anak-anak, kegiatan rumah tangga, sudah bisa kembali normal. Tapi dioperasi juga?
Enggak, enggak, enggak dioperasi. Oh jadi kalau misalnya dioperasi bisa? Bisa tapi nanti akan kembali lagi.
Kalau pakai ganja? Enggak perlu operasi. Oh iya? Iya.
Fidelis membutuhkan ekstrak ganja, yang tidak sedikit untuk mengobati Yeni. Dia butuh untuk menanam lebih banyak lagi tanaman ganja. Kini dia tidak bisa lagi sembunyi-sembunyi menanam di dalam rumah.
Dia butuh menanam secara terbuka agar bisa mendapat panen yang lebih banyak untuk dibuat menjadi ekstrak. Putus asa, Fidelis kemudian mengajukan dispensasi kepada BNN Kabupaten Sangkau untuk menanam ganja. Namun Fidelis tidak mendapatkan dispensasi dan kemudian ditahan.
Tiga hari setelah di rumah sakit, tidak mendapatkan ganja, kondisi ngedropnya itu jauh drastis. Dan mereka bilang ngedrop sekali, mukanya langsung pucat, cerianya itu sudah hilang. Udah ditahan di BNN.
Ya, saya bilang sama penyidik, ya itu buktinya seperti itu bahwa saya memang menggunakan itu atau obat. Tapi mereka mana peduli kan. Yang mereka bilang, yang mereka tangani ini proses hukum, bukan nyembuhkan orang sakit. Mereka nggak ada urusan sama nyembuhkan orang sakit. Yang ditangani itu proses hukum.
Yaudah, saya mau bilang apa. Dari situ yaudah, saya ditahan, tidak ada yang bisa merawat almarhum, bahkan dibawa ke rumah sakit kondisinya makin memburuk. Akhirnya kurang lebih 25 hari kemudian almarhum meninggal.
Besoknya saya diizinkan kembali untuk mengikuti upacara pemakaman dengan pengawalan yang ekstra ketat sampai alam maham dikebumikan. Kenapa bisa jalanin hukuman? Ya jalan hukuman, udah diputuskan, yaudah jalanin hukuman.
Karena saya berpikir, ya saya masih punya dua orang anak yang harus saya rawat, saya besarkan. Jadi kalau umpamanya saya terus bertahan, misalnya saya banding atau gimana ya, semakin lama saya bertemu dengan anak saya, semakin lama proses hukum, ketidakpastian hukumnya, jadi saya memutuskan yaudah. Saya lebih memilih ke anak.
Atau almarhum juga sudah tidak bisa kembalikan, tidak bisa diselamatkan lagi. Tapi saya masih punya kedua anak yang harus saya perjuangkan masa depannya. Mama, Papa minta maaf karena hanya bisa berterus terang melalui surat ini. Kita tidak lagi bisa bersama di dunia ini.
Kita tidak lagi bisa berpincang tentang hidup ini. Atau bertengkar tentang rencana hari esok. Sesaat sebelum peti jelas Mama ditutup, betapa Papa harus menguatkan diri.
Karena tidak lagi bisa mendengar hembusan apa sama Mama. Kebersamaan dan cinta kasih kita selama ini akan menjadi harta karun yang tak ternilai untuk papa. Selamat jalan, wahai istriku.
Doa dan cintaku akan selalu menyertaimu. Terima kasih. Itu kan bulet begini, gak ada yang segitiga yang dibilang orang yang paling tinggi predator, gak ada. Bulet, ntar predator juga yang makan juga mikroba. Diure lagi, dimakan lagi sama tubuhan, tubuhan lagi dimakan sama herbivore, herbivore pangkal lagi, terus begitu bulet.
Jadi kalau dibikin-pikir semua ikut kan. Kita bilang tanaman itu makhluk yang paling rendah ya tanaman itu. Kita nggak ngerti loh mereka bisa mikir apa, mereka punya plan apa. Buktinya kita dimakan sama mereka kok, kok jadi kompos. Makanya itu di-respectful kalau aku sih ke segala hal yang di seliling kita.
Karena itu aku tidak melihat hama, aku tidak melihat gurma, aku tidak melihat hama, nggak melihat penyakit. Semua itu ekosistem, punya fungsi masing-masing. Ini kayak naf, ini emang mirip kan ya?
Pertakaan gede ini, orang pada ribut tuh. Tapi setelah keluar bunganya baru ketahuan itu hibiscus ya. Beda ya. Kalau hem itu kan sudah masukkan abis sih. Bunganya jauh berbeda soalnya.
Bunganya dia kayak bunga waru. Sejenis bunga sepatu dia. Dwi Pertiwi adalah seorang petani dan guru permakultur.
Sehari-hari Dwi menjalani peran ganda untuk merawat ibu Bumi sebagai seorang petani permakultur dan sebagai seorang ibu tunggal yang baru saja kehilangan mendiang anaknya. Aku lebih sering memanggilnya sebagai ibu karena dia yang nurcuring kita. Dia yang memelihara kita, Bumi itu.
Memang ibu. Kita aja anak-anaknya pada bandel. Tapi ibu-ibu itu kalau marah, marahnya juga luar biasa mengerikan. Dibunuhin semua tuh.
Angin ribut, ada yang landslide, yang macem-macem. Itu kan cara dia menyeimbangkan semua anak-anaknya, termasuk tumbuhan, tanaman, manusia, mikroba. Karena nggak seimbang, yaudah yuk aku seimbangin dulu.
Yuk, kalian beberapa dimatiin ya, supaya jadi makanan buat yang lain. Kejam banget, tapi juga pelas asih. Sasono Loyo, Loyo itu kematian, Sasono itu rumah, rumah kematian.
Belum genap satu tahun Musa, anak Tunggal Dwi meninggal dunia. Musa meninggal di umur 16 tahun. Akibat komplikasi selebral palsi, yang dideritanya sejak bayi. Aku mau kok, yuk, tak ajak keliling ke beberapa tempat tuh, beberapa tempat di Gunung Kidul, di mana-di mana, yang orang tua yang tidak punya pilihan lain selain meninggalkan anaknya sendirian di rumah.
Sekarang mereka harus kerja. Dan tidak mampu untuk membayar seorang neni, seorang pengasuh. Nah akhirnya sering kali anak-anak ini meninggal tanpa ditunggu orang tuanya.
Tau-tau di rumah sudah meninggal aja. Gimana coba perasaan? Aku aja yang anakku meninggal di pangkuanku aja, aku get overnya itu lima bulanan. Baru aku bisa let go. Jadi sebelum itu ya bener-bener saat-saat yang paling berat dalam hidupku.
Aku menghadapi apapun itu kuat banget. Begitu kehilangan Musa, itu kayak kehilangan engker, kayak kehilangan apa, aku kayak limbung kemana-mana gitu. Salah satu momoknya dari orang tua dengan anak punya serebel palsi itu adalah Kejang.
Karena itu kan mereka kayak kena stroke tapi di usia dini. Kalau orang tua kena stroke, dia sudah pernah jalan, tangan sudah pernah buat makan, buat nulis. Kalau mau jalan tuh kakekku diginiin. Nah kalau bayi kan nggak ada referensi.
Nah itulah pembina terapi. Diingatkan otaknya itu kayak dikasih referensi gitu loh. Digerakkan begini-begini, terus dijalankan.
Gini loh kalau jalan tuh, gini kalau merangkak tuh, gini kalau duduk tuh. Itu memberikan referensi ke otak. Nah, tapi ketika itu kejang, referensi itu hilang semuanya.
Balik ke awal lagi. Nah, bayangkan kalau setiap bulan kejang, kerja keras kita, uang yang kita keluarkan yang nggak disupport pemerintah itu, itu sia-sia. Mombok kita selalu kejang.
Dan setiap kali kejang, sel-sel otaknya ada yang mati. Jadi kemampuan pun semakin menurun. Musa dulu... Kayak anak normal aja juga dia waduduk bisa, tapi lama-lama ya udah kayak bayi beneran karena Musa hampir setiap minggu dulu kejangnya. Tahun 2016 adalah tahun pertama Australia melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan medis dan riset.
Bertepatan di tahun yang sama, Dewey membawa Musa ke Australia untuk menjalani intensif sweet therapy. Dan untuk pertama kalinya, mencoba menggunakan ganja sebagai salah satu alat terapi untuk Musa. Aku buat kayak semacam insens aja, kasih charcoal.
Kasih di atasnya, aku smoke aja kamarnya Musa. Musa pun lebih enak tidurnya. Biasanya Musa tuh semalam itu bisa 2-3 kali bangun.
Kalau pakai itu dia sampai pagi. Terus juga muscle tones-nya yang kaku, kan kaku banget tuh. Itu lebih relax juga, diterapinya enak. Terus lungs-nya dia kan penuh dengan salun produksi ria.
Dia kalau nggak pakai cannabis, batuk itu susah. Tapi dengan karena abis, itu sudah keluar. Bagi pengidap selebral palsi, hal kecil seperti tidak mampu patuk bisa berakibat fatal, bahkan kematian. Karena dahak yang terkumpul bisa menghalangi saluran pernafasan. Pika itu mulai teka.
Jadi sampai teka, dia itu very active girl. Ibu-ibu atau bapak-bapak yang sudah melihat anaknya sudah pernah aktif ya, itu gimana coba patah hatinya? Bentar, Hus. Ini susunya mbak Pika dulu ya.
Sini mbak Pika minum susu yuk. Hai, selamat sore. Selamat sore, selamat sore, Mbak Pika. Pika tidak mengidap selebar palsi sejak lahir. Masa kecilnya yang aktif kontras dengan kondisi Pika saat ini.
Dia kan belum bisa nyedot, tapi tetap tak latih pakai pipet gini biar... Santi sangat aktif mencari berbagai jenis terapi dan peralatan medis untuk kenyamanan hidup Bika. Di tahun 2020, Dwi, Santi, dan beberapa ibu lain menuntut Mahkamah Konstitusi melegalkan ganja medis untuk pengobatan anak-anak mereka. Waktu itu aku malah belum paham pengobatan apa. Aku malah belum paham.
Waktu itu kita ngobrol lewat Skype atau apa. Belum ini dulu. Dan dikirim botolnya.
Sampai di negara aku, aku sekarang di London. Di negara aku dipakai ini untuk mengobatin epilepsy. Itu dari Malaysia, itu dari sana.
Aku dikirim sama ibunya Mahes. Ibunya Mahes? Bahkan, ternyata ibu-ibu itu juga atensi ke perjuangan kita. Awalnya agak-agak ini sih, agak-agak apatis gitu loh. Karena kan ganja itu kan ada stigma ya.
Stigma haram lah, stigma ini, stigma itu. Hai cantik! Eh buddha datang loh. Baru tidur ya, eh bangun tidur ya.
Oh ini tinggi banget nih. Keluarin, keluarin. Jadi setelah kena pneumonia itu kan kemarin pasti ada daya-daya yang susah keluar. Kalau dia susah keluar, kita kasih VCO.
VCO kan licin, jadi langsung masuk, langsung keluar. Jadi aku harus modelnya ada VCO di rumah. Karena kita punya anak seperti itu, hanya kan kita ngulik. Kalau dibilang kita nggak tahu, aku yakin kita lebih tahu dari mereka.
Yang ngomong kita gak ngerti apa-apa itu. Kok kadang-kadang megang terapi, misalnya terapi anak gitu. Apa namanya? Kita tuh ngelihat terapi, megang itu kita bisa tahu kok. Ini terapinya bagus apa enggak.
Jadi dulu pernah, pikain tuh mau dipakein afu. Mbaknya tuh ngukak-ngukak, gak bisa pakein. Kalo pakein afu kan harus kakinya kan...
Harus napa. Harus napa terus 90 derajat. Apa ini? Iya betul tungkainya tuh kan terus gini tuh gini terus ngakak-ngakak gini-gini lo makainya terlalu sengaja makainya gini lomba ini Dan kali ini, Aris itu berkesempatan untuk berbincang dengan Dwi tentang jalannya persidangan.
Ceritanya gimana mbak, sampai kok mau ke Mahkamah Konstitusi? Ini kan udah di tengah-tengah ya, aku denger kan ahli kemarin dari Thailand. juga, sidangnya gimana? impresi mbak dulu deh, impresi mbak kan ada jawaban-jawaban dari pemerintah reaksi hakim gitu wah pemerintah sih nyebelin pemerintah apa sebenarnya nyebelin pemerintah, yang aku bikin sebel itu Mas, itu ketika pemerintah ngomong, orang tua ini tahu apa sih tentang ganja, side effect-nya juga nggak ngerti apa gitu, ujuk-ujuk, make aja gitu kan.
Apakah mereka tahu side effect-nya obat-obat modern yang saya kasih ke anak saya? Nggak ngerti. Jadi, kita yang meratakan, karena kita yang memelihara anak kita dari kecil, kita lihat bagaimana perubahan-perubahan ketika menggunakan obat. obat-obat ini. Yang aku tahu itu ada side effect dari obat-obat ini.
Yang aku belum lihat itu side effect dari ganja. Mereka gak punya hak ngomong seperti itu. Karena mereka belum mengalami punya anak seperti Musa.
Aku tuh sampai begini loh diraku, sampai dalam hatiku ketika mendengar ibu itu ngomong. Aku doakan kamu punya seseorang yang seperti Musa. Jadi kamu bisa merasakan.
Saking sebelnya. Kalau kalau Berarti jawaban pemerintah itu kan Oh ada kok obat-obat kira-kira kan gini, ada kok obat-obat lain gak perlu ganja lah yang bisa reducing cerebral palsy, itu kan? Iya, itu jawabannya mereka. Tapi apakah memang... obat-obat itu tidak lebih baik daripada ganja sepengalaman aku kalau pengalaman ku dengan 1,5 bulan itu lebih buruk karena Musa itu gamnya itu sampai bengkak berdarah karena obat-obat itu iya apa sih obat yang untuk kejang itu itu pun kalau dipakai terlalu sering dia akan ketagihan juga lebih parah dari ganja lah jadi sepengalaman mbak Dwi udah efeknya efek sampingnya lebih parah tapi kasiatnya juga gak lebih baik daripada ganja karena tidak menurunkan intensitas kejang padahal kalau kita tuh maunya mengontrol, memanage kejang iya dia hanya mengontrol ngobati kejang, jadi topikal aja ketika kejang terjadi yaudah dihentikan tapi tidak memberikan solusi supaya kejang itu gak terjadi gak dikasih solusi seperti itu mbak punya harapan tertentu, tadi kayaknya rasanya udah pesimis terhadap dugaan ini, kalau ditolak apakah pindah warga negara kenapa juga pindah warga negara, orang...
yang diperjuangkan sudah gak ada tapi aku tetap berjuang untuk teman-temannya Musa banyak mbak Di Jogja aja ada 5 ribu lebih. Pemerintah ini sekali-sekali lihatlah keluarga-keluarga anak-anak ini tuh. Ketika mempunyai anak yang punya cerebral palsy itu, kualitas hidup orang tuanya pun menurun drastis. Nggak hanya anaknya, semua terpengaruh. Jadi ketika punya anak cerebral palsy itu harus siap-siap bangun kapanpun 24 jam.
Jadi, Jam 2 bangun, ya kita bangun. Jam 3 bangun lagi, ya kita bangun lagi. Nah itu paginya masih harus kerja tuh.
Memahami bagaimana kehidupan kita. Nggak tahu mereka kok. Aku tantang deh hidup deh 2-3 hari aja sama anak yang punya cerebral palsy. Nggak kuat pasti. Begitu tidak terlihatnya kaum disabilitas di Indonesia itu, ketika di tempat-tempat fasum itu membuat...
Sarana untuk teman-teman disability ini, saksai, suka-suka gitu loh. Akses ke medical, akses ke bantuan, ke alat bantu hidup, itu susahnya minta ampun. Alat bantu hidup itu mahalnya minta ampun. Seperti tadi aku bilang, putra, kursi rodanya mursi itu serga mobil.
Siapa yang sanggup beli? Alat bantu dia untuk jalan itu 60 juta. Ya, ngerti banget Pak.
Nah itu siapa yang sanggup beli? Udah gitu, udah infrastruktur fasilitas kurang, begitu nemu alat bantu hidup ganja, bahaya juga lagi bisa ditangkepin lah ya Pak. Iya.
makanya aku kemarin aku kemarin bilang kan yang aku ngomong sama Eras waktu itu pertama kali ketemu itu sebetulnya hak asasi kita sebagai warga untuk mendapatkan kehidupan yang layak itu yang dilindungi sama undang-undang bener gak sih? sama UUD loh dilindungi, kita berhak untuk hidup layak, itu sudah dirampas Hak asasi aku untuk mengusahakan kehidupan layak untuk anakku sudah dirampas. Siapa yang mau melindungi kita? Apabila orang-orang yang seharusnya melindungi itu tutup mata.
kamu kenapa itu? serapatan? oh apaan? oh dibuang oh itu? kenalan sama buddhe?
saling dulu oh aku dulu? saya? kamu pernah main tempatnya?
Mika? iya tempatnya tak? kamu juga?
aku ada menang bener Jadi-jadi lo gak senang pake. Paget wudek. Seneng banget ya.
Sekarang kita sudah merdeka, tapi merdeka untuk apa? Merdeka untuk berkarya, merdeka untuk berekspresi, merdeka untuk berpendapat. Omong kosong Paling itu cuman iklan rokok atau startup digital Yang lagi kampanye iklan-iklan tujuh belasan yang mahal Apa kita pernah bertanya Apa kemerdekaan itu tentang mengenang dua orang yang sudah mati Dalam gambar hitam putih dengan rekaman suara kresek-kresek Proklamati Atau tentang makan kerupuk dan dapat sepeda Apa kita sudah bertanya? Oh ternyata merdeka itu, merdeka untuk bertanya Sains dan demokrasi harusnya hidup bersama Entah menikah atau sama Eleven sama aja Semua ilmu dari ilmu pasti, ilmu hukum, ilmu sosial Semua dimulai dari bertanya Tanpa ilmu, tanpa sains Kita semua mudah dibodohi dan diperdaya oleh para penguasa Tanpa sains, kita akan mendewakan satu tokoh untuk dipuja Jadi pengecut dan takut untuk percaya diri pada otak dan pikiran kita Selalu tersesat Ah, aku dengarkan pemimpin agamaku saja untuk memimpin nasibku.
Ah, aku hanya percaya pada presidenku. Ayo berikan dia tiga periode. Ah, aku dengarkan saja apa kata guru spiritualku tentang vaksin.
Ah, aku dengarkan saja apa kata seleb-seleb itu tentang sampah plastik. Apa kita pernah bertanya Oh ternyata merdeka itu Merdeka untuk bertanya Sains dan demokrasi harusnya hidup Bersama, entah menikah, atau sama-sama aja Tanpa sains, demokrasi kita jeblok Kita semua tidak bisa berpikir sendiri Cuma percaya para tokoh, mudah takut tahayul Mudah deklarasi benci sana-sini Tanpa sains, peradaban gelap Penguasa jadi tirani Tanpa demokrasi tidak ada kesempatan bertanya. Tidak akan lahir sains. Akademisi cuma jadi alat legitimasi. Apa kita pernah bertanya?
Oh ternyata merdeka itu, merdeka untuk bertanya Sains dan demokrasi harusnya hidup bersama Entah menikah atau 7-11 sama aja Betapa beruntung kita hidup dalam demokrasi yang memberikan kekuasaan kepada seluruh rakyat tapi rakyat yang seperti apa dulu? rakyat yang tidak percaya sains rakyat yang percaya isu rakyat yang malu bertanya takut bertanya Misalnya memang banyak monster menghadang, nanti dibilang gak sopan, nanti dibilang menista agama, nanti dibilang menghina simbol negara, nanti dibilang sok tau. Tapi yang paling fatal, ah pertanyaanku bodoh.
Tidak ada pertanyaan bodoh. Lihat berikut ini contoh. Kenapa ada yang miskin, ada yang kaya?
Tuhan itu ada nggak ya? Kenapa leher jerapah panjang? Apa benar itu global warming? Apa salahnya plastik?
Apa benar bumi itu bulat? Bagi si pintar, sepertinya terdengar bodoh sekali. Tapi dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh digali, kamu akan mulai mencari. Tapi hati-hati, frustasi lalu terjebak teori konspirasi.
Apa kita sudah bertanya? Oh, ternyata merdeka itu, merdeka untuk bertanya. Sains dan demokrasi harusnya hidup. Bapak kita pernah merdeka bertanya-tanya Oh ternyata merdeka itu Merdeka untuk bertanya Sains dan demokrasi harusnya hidup bersama Berta menikah Atau sama-sama bersamanya