Catatan Kuliah tentang Sesar Paru-Koro dan Mitigasi Bencana

Pembicara: Ayu Suryantini

Sesar Paru-Koro memiliki siklus gempa sekitar 50 tahunan.
Periode pengulangan gempa semakin kecil dan sering terjadi.
Gempa besar seperti 7,0 yang terjadi pada 28 September 2018 memiliki periode 69 tahun, dengan kemungkinan pengulangan antara 58,8 hingga 82,2 tahun.
Gempa yang terjadi baru-baru ini diduga merupakan pengulangan gempa pada 20 Juni 1938 (80 tahun).
Kasahara, ahli gempa dari Jepang, menulis tentang periode ini karena kesamaan karakteristik sesimisitas Indonesia dan Jepang.

Untuk Kota Palu, ancaman utama berasal dari aktivitas sesar Palu-Kulo.
Ancaman Megatrust di Sulawesi Tengah lebih nyata di daerah utara, seperti Buol dan Tolitoli.
Kegempaan terakhir di wilayah tersebut terjadi pada tahun 1996 (7,6 - 8,1 SR).
Gempa 6,0 dapat terjadi kapan saja.
Jaringan pengamat BMKG diperluas untuk memberikan informasi cepat kepada masyarakat.

GIMO 2018 melibatkan 5 bencana yang terjadi bersamaan.
Tsunami dapat terjadi meskipun pusat gempa berada di darat, dipicu oleh longsor di tebing-tebing terjal.
Ada sekitar 14 titik longsor di Teluk Palu.

Mitigasi bencana mulai populer dan diatur dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2007.
Mitigasi didefinisikan sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana baik fisik maupun non-fisik.

Arah evakuasi ditetapkan untuk daerah berpotensi bencana, khususnya tsunami.
Masyarakat diharapkan mengikuti panunjuk evakuasi dengan berjalan, bukan menggunakan kendaraan.
Penting untuk membangun kapasitas masyarakat agar tahu langkah-langkah evakuasi.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana.
Jangan mudah percaya berita yang tidak jelas dan hubungi BMKG untuk informasi resmi.
BMKG beroperasi 24 jam untuk memberikan informasi tentang gempa bumi dan potensi tsunami.

Terima kasih atas perhatian pemirsa. Jangan lupa untuk like, komen, dan subscribe Kaili TV.