Kehidupan dan Harapan di Bantar Gebang

Aug 30, 2024

Catatan Kuliah: Bantar Gebang

Pendahuluan

  • Bantar Gebang dianggap sebagai "bukit surga" untuk para pemulung.
  • Kontras antara pandangan masyarakat umum dan realitas kehidupan pemulung di sana.

Data Demografis

  • Kecamatan Bantar Gebang terbagi menjadi 4 kelurahan:
    • Kelurahan Bantar Gebang
    • Kelurahan Cikiwul
    • Kelurahan Ciketingudik
    • Kelurahan Sumur Batu
  • Luas wilayah: 18,44 km²
  • Sensus 2020: 107.216 penduduk (54.932 laki-laki, 52.284 perempuan).

Kehidupan di Bantar Gebang

  • Banyak pemulung menggantungkan hidup di tumpukan sampah Bantar Gebang.
  • Sekitar 7.000 pemulung di wilayah ini.
  • Penghasilan dari mengelola sampah dianggap lumayan oleh penduduk.

Cerita Warga

  • Pak Dana:
    • Tokoh masyarakat yang sudah tinggal di Bantar Gebang sejak kecil.
    • Menyatakan bahwa sampah dapat diolah menjadi "emas".
    • Menginginkan agar penduduk asli lebih terlibat dalam pengelolaan sampah.
  • Pak Nandi (Gondrong):
    • Tinggal di Bantar Gebang hampir 30 tahun, mulai dari pembuangan sampah di Cakung.
    • Mengambil makanan dari sampah dan mengolahnya untuk dikonsumsi.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

  • Penduduk menghadapi stigma negatif terkait kehidupan di tumpukan sampah.
  • Banyak yang mengandalkan penghasilan dari mengelola sampah.
  • Kesulitan mencari pekerjaan di luar Bantar Gebang, terutama bagi generasi muda.

Pengalaman Makan dari Sampah

  • Mengolah makanan yang ditemukan di TPA, termasuk ayam dan buah.
  • Proses pencucian dan pemasakan makanan dilakukan sebelum dikonsumsi.
  • Pandangan bahwa makanan dari sampah bisa menjadi sumber nutrisi jika diolah dengan benar.

Harapan dan Isu Keberlanjutan

  • Isu penutupan Bantar Gebang dan dampaknya terhadap penduduk yang bergantung pada pengelolaan sampah.
  • Harapan untuk tetap bertahan di bidang ini meskipun ada kemungkinan untuk pindah.

Kesimpulan

  • Bantar Gebang bukan hanya tempat pembuangan sampah, tetapi juga sumber kehidupan bagi banyak orang.
  • Penting untuk memahami kehidupan di Bantar Gebang dari perspektif yang lebih humanis dan tidak hanya berdasarkan stigma.