Transcript for:
Sejarah dan Asal Usul Suku Bugis

Intro Selamat datang kembali di channel Begabai Jalanan Semoga informasi yang kami sajikan ini bisa bermanfaat untuk kita semua Silahkan kalian simak video ini Agar kalian bisa menangkap informasi yang kami sajikan terasa hambar agaknya jika kita tidak menyinggung tentang suku Bugis Orang-orang Bugis sangat terkenal akan pengembaraannya di seluruh Nusantara bahkan sampai Madagaskar dan Afrika pada masa lalu saat nenek moyang kita menguasai pelayaran di dunia Bagaimanakah asal-usul dan sejarah suku Bugis? Mari kita simak ulasannya dalam video berikut ini Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku deutro Melayu masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia, tepatnya di Yunan. Kata Bugis berasal dari kata Tougi, yang berarti orang Bugis.

Penamaan Ugi merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pamana. Kabupaten Wajo saat ini yaitu Lhasa Tumpugi. Ketika rakyat Lhasa Tumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka.

Mereka menjuluki dirinya sebagai Tougi atau orang-orang atau pengikut dari Lhasa Tumpugi. Lhasa Tumpugi adalah ayah dari Wey Cudai dan bersaudara dengan Patara Lattu, ayah handa dari Saweri Gading. Saweri Gading sendiri adalah suami dari Wey Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk Lhaga Ligo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Saweri Gading Opunaware atau yang dipertuan diware adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra Ila Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis kisah Saweri Gading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo, dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton Komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara dan pemerintahan mereka sendiri.

Beberapa kerajaan Bugis Klasik antara lain, Luwu, Bone, Wajo, Sopeng, Supa, Sawito, Sidenreng, dan Rapang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa kebupaten, yaitu Luwu, Bone, Wajo, Sopeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, dan Baru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, dan Pangkajene Kepulauan. Masa Kerajaan Boneh Di daerah Boneh terjadi kekacauan selama tujuh generasi yang kemudian muncul seorang Toh Manurung yang dikenal dengan Manurungi Rimatajang.

Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungi Rimatajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah Ade Putue. Kerajaan Makassar Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri Kerajaan Goa, Sopeng, Buni, dan Maju yang diawali dengan krisis sosial di mana orang saling memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar kemudian terpecah menjadi Goa dan Talu tapi dalam perkembangannya Kerajaan Kembar ini kembali menyatu menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Sopeng Di saat terjadi kekacauan, di Sopeng muncul dua orang tomanurung. Pertama seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurung.

Ngeri Gwariye yang kemudian memerintah Sopeng Riaja dan kedua seorang laki-laki yang bernama Latemamala Manurungeri Sekanyili yang memerintah di Sopeng Rilau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi kerajaan Sopeng sementara kerajaan Wajo berasal dari komunik-komunik dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut dengan Puangeri Lampulung. Sepeninggal beliau, komunit tersebut berpindah ke Bali yang dipimpin oleh seorang yang juga memiliki kemampuan supranatural.

Datangnya Lapa Uke seorang pangeran dari kerajaan Cina atau Pamana. Beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Chinotabi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk kerajaan Wajo.

Konflik antar kerajaan pada abad ke-15 ketika kerajaan Goa dan Bunim mulai menguat dan Sopeng serta Wajo mulai muncul. Maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar-antara. antar kerajaan Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah gua di bulu kumba Sementara di utara, Bone bertemu Luwu di sungai Walenai.

Sedangkan kerajaan Wajo perlahan juga melakukan perluasan wilayah sementara Sopeng memperluas ke arah barat sampai di Baru Perang antara kerajaan Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka Sungai Walenai adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Boneh Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo Dengan menyerang beberapa daerah Boneh dan Sidenreng Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan atau penggabungan Wajo kemudian bergesek dengan Boneh Invasi gua kemudian merebut beberapa daerah Boneh serta menaklukkan Wajo dan Sopeng. Untuk menghadapi hagemoni Goa, kerajaan Bonewajo dan Sopeng membentuk aliansi yang disebut Telumpo Coy. Penyebaran Agama Islam Intro Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh.

Mereka itu adalah Abdul Makmur atau Dato'Ribandang yang mengislamkan Goa dan Talu. Sulaiman atau Dato'Patimang yang menyebarkan Islam di Luwu dan Nurdin Aryani atau Dato'Ritiro yang menyiarkan Islam di Bulukumba. Kolonialisme Belanda Pada pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Goa dan VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran.

Sementara Arumpone ditahan di Goa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin oleh Latandri Tata Daeng serang Arung Palaka. Arung Palaka didukung oleh Turatea, kerajaan kecil Makassar yang tidak sudi berada di bawah Goa. Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya yaitu Latandri Laitosengeng, Arung Matawawajo, Maradia Mandar, dan Datu Lawu.

Perang yang dahsyat mengakibatkan benteng Somba Opu lulu lantang. Kekalahan ini mengakibatkan ditanda tanganinya perjanjian Bongaya yang sangat merugikan kerajaan Goa. Pernikahan Lapatau dengan Putri Datu Lu, Datu Sopeng, dan Somba Goa adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan Setelah itu tidak ada lagi perang yang besar sampai kemudian di tahun 1905 sampai tahun 1906 Setelah perlawanan Sultan Hussein Karaeng Lembang Parang dan Lapawawoy Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan Maka masyarakat Bugis Makassar baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda Musik Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Verklaring yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat lowong setelah penaklukan Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi hanya sekedar perpanjangan tangan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda sampai kemudian muncul Jepang menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI Masa Kemerdekaan Para raja-raja di Nusantara bersepakat membebarkan kerajaan mereka dan melebur dalam wadah NKRI Pada tahun 1950 sampai dengan 1960an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukan dengan pemberontakan Pemberontakan ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamanya Seiring dengan arus reformasi, munculah wacana pemekaran.

Daerah Mandar membentuk provinsi baru yaitu Sulawesi Barat. Kabupaten Luwu terpecah tiga daerah tingkat dua, sementara banyak kecamatan dan desa atau kelurahan juga dimekarkan. Orang Bugis Dalam Perantauan Kepiawaian suku Bugis Makassar dalam mengarungi samudera cukup dikenal luas dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan di pinggiran kota Cape Town di Afrika Selatan terdapat sebuah suburub yang bernama Makassar.

sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka. Konflik antara Kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama Kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18, dan 19 menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan.

Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan. Pada abad ke-17, datanglah seorang pemimpin suku Bugis menghadap Raja Banjar yang berkududukan di Kayu Tangi atau Martapura untuk diizinkan mendirikan pemukiman di pagatan Tanah Bumbu. Raja Banjar kemudian memberikan gelar kapitan laut pulau kepadanya yang kemudian menjadi Raja Pagatan.

Kini sebagian besar suku Bugis tinggal di daerah pesisir timur Kalimantan Selatan, yaitu di Tanah Bumbu dan Kota Baru. Setelah dikuasinya kerajaan Goa oleh VOC pada pertengahan abad ke 17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Goa bersama orang Bugis lainnya ikut meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Disini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu Hingga saat ini banyak Raja-Raja Johor yang merupakan keturunan dari orang Bugis Itulah sekelumit kisah tentang asal-usul suku Bugis dan sejarahnya Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk kita semua Jika kalian suka dengan video ini silahkan berikan jempol ke atas Dan jika kalian menganggap video ini bermanfaat Maka bagikanlah untuk teman-teman anda yang lain Terima kasih sudah menonton