Transcript for:
Diskusi Tentang Game "Until Then"

Hello guys kembali lagi di channel Droomp dan selamat datang di plot Until Then Sebuah game dengan kisah emosional yang sangat menyakitkan sekaligus memainkan emosi kita sebagai pemain di sepanjang permainan. Sebuah game dengan visual yang indah, narasi yang kuat, karakter yang memorable, dan misteri mendalam yang membuat kita penasaran dari satu babak ke babak lainnya. Sebuah game yang meninggalkan kesan begitu kuat setelah kita menamatkannya. Inilah Until Then, game pixel naratif garapan studio asal Filipina bernama Polychroma Games yang rilis pada tanggal 23 Mei tahun 2024 untuk PS5 dan PC. Bagi kalian yang menikmati game seperti A Space For The Unbound, bisa dipastikan kalian juga akan menyukai game yang satu ini, keduanya sama – sama membawakan kisah indah yang menyayat hati. Kami sendiri menyarankan kalian untuk memainkan game ini terlebih dahulu bila ingin menikmati kisahnya secara penuh, karena tentu video ini akan berisi full spoiler untuk cerita Until Then. Pembahasan kali ini akan sangat panjang. Untuk itu, cari posisi nyaman dan bersiaplah untuk sebuah kisah tak terlupakan Until Then mengambil setting tempat di Metro Manilla, Filipina, pada tahun 2014. Dikisahkan, pada pertengahan bulan Februari tahun 2014, terjadi serangkaian bencana dahsyat yang menghancurkan beberapa wilayah Filipina. Bencana dahsyat yang meliputi gempa bumi, badai topan, dan tsunami sekaligus merenggut begitu banyak korban jiwa, sampai – sampai banyak yang percaya bahwa kiamat sudah dekat. Orang – orang biasa menyebut tragedi ini dengan istilah ‘The Ruling’. Mereka yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit, namun jumlah pasien yang begitu banyak membuat para dokter dan perawat kewalahan. Sedangkan bagi mereka yang selamat mau tidak mau harus mengungsi di tempat evakuasi. Dalam game ini kita akan berperan sebagai seorang murid SMA bernama Mark Borja yang cukup beruntung karena wilayah tempat ia berasal tidak terkena dampak dari bencana ‘The Ruling’. Namun keseharian Mark di rumah dipenuhi dengan kesendirian, karena baik ayahnya bernama Paolo Borja maupun ibunya bernama Maria Borja, bekerja di luar negeri. Mark sudah tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya sejak ia berumur 12 tahun Kira – kira seperti itulah penjelasan singkat mengenai latar belakang kisah game Until Then. Sekarang mari kita masuk ke dalam cerita utamanya yang dimulai pada Bulan November tahun 2014 Bunyi alarm membangunkan Mark di pagi hari. Sebelum berangkat sekolah, Mark menyempatkan diri untuk bermain piano namun terus melakukan kesalahan Ia juga menerima email dari Paolo, ayahnya, yang bekerja sebagai montir listrik, yang dimana melalui email tersebut, Paolo memberitahukan perihal sebuah kecelakaan di tempat kerja yang merenggut nyawa seorang rekan kerjanya. Kondisi ini mengharuskannya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, sehingga Paolo mungkin tidak akan bisa pulang paling tidak sampai tahun depan. Paolo akan menyampaikan kabar buruk ini pada Maria, dan tidak lupa, ia telah mengirimkan uang bulanan Mark. Usai berpakaian, Mark berjalan santai menuju stasiun kereta untuk mencapai wilayah Liamson tempat sekolahnya berada, namun di luar dugaan, di tengah perjalanan ia dihubungi oleh teman satu kelompoknya bernama Louise Ordunia yang bertanya soal progres slide presentasi mereka. Mark lupa mengerjakan slide tersebut, dan agar tidak kena marah, ia berbohong pada Louise dengan mengatakan bahwa slidenya sudah jadi dari kemarin. Sadar ia sudah tidak memiliki banyak waktu, Mark langsung naik kereta dan mempelajari materi presentasi bersama teman lain yang juga satu kelompok dengannya, bernama Ryan. Sama halnya dengan Mark, Ryan juga adalah murid pemalas. Setibanya di sekolah, keduanya langsung pergi ke perpustakaan dan bekerjasama dalam menggarap slide presentasi. Kecerobohan mereka pasti sudah ketahuan oleh Louise, kalau saja Mark tidak beralasan sedang membicarakan soal game Darkfiends di perpustakaan. Pada akhirnya, Mark dan Ryan berhasil menyelesaikan slide presentasi sebelum jam pelajaran dimulai, dan sebelum memulai presentasi, mereka harus menunggu curhatan sang guru yang tidak ada habisnya. Agar situasi tidak canggung, Mark basa basi pada Louise dengan menyebut soal cuaca yang cerah, namun ia menjadi bingung saat mendengar jawaban Louise yang mengatakan bahwa hujannya sudah berhenti, karena seingat Mark sebulan belakangan tidak ada hujan sama sekali. Hal ini membuat Louise ikut bingung, tapi bagaimanapun juga, mereka bertiga akhirnya memulai presentasi kelompok mereka, presentasi yang secara mengejutkan disampaikan dengan baik oleh Mark dan Ryan. Louise sendiri adalah siswi teladan yang sangat populer di sekolah jadi semua orang sudah tidak kaget dengan presentasinya yang disampaikan dengan baik. Jam istirahat, Mark menghabiskan waktunya untuk berbincang – bincang dengan 2 sahabatnya, Cathy dan Ridel. Cathy adalah tipe perempuan yang sangat ceria dan tidak pernah berhenti berbicara, sedangkan Ridel dikenal sebagai fotografer handal. Belakangan ini ia sedang sibuk mengajukan proposal ke berbagai studio film agar ia berkesempatan untuk membuat filmnya sendiri, dan kabar baiknya, baru – baru ini proposalnya diterima oleh salah satu studio film. Dalam perbincangan mereka, Mark sempat mengaku ia mulai tertarik dengan Louise saat mengetahui bahwa Louise yang adalah murid teladan rupanya juga bermain Darkfiends 3, game favoritnya. Ridel juga sempat menyebut soal 2 murid baru yang akan pindah ke sekolah mereka, dan saat Mark mendengar hal ini, ia sempat merasakan sensasi aneh... Di malam hari, Cathy memberitahukan soal acara prom sekolah yang akan diselenggarakan pada Bulan Maret tahun 2015. Acara prom tersebut mengambil tema dewa – dewi Yunani. Di tengah keasikan Mark, Cathy, dan Ridel berdiskusi soal acara tersebut, Mark tiba – tiba mendapat pesan dari Louise. Louise berterima kasih pada Mark atas presentasi kelompok mereka yang berjalan lancar dan bahkan mengajak Mark untuk datang menonton acara turnamen caturnya. Ajakan Louise seketika membuat hati Mark berbunga – bunga, meski ia tahu bahwa Louise juga megajak Ryan namun Ryan tidak bisa hadir karena ada latihan basket. Selain itu, Louise juga memberitahu ada satu hal penting yang ingin ia bicarakan. Mark setuju untuk menghadiri acara turnamen tersebut di esok hari, dan tanpa berpikir panjang, ia langsung memberitahukan hal ini pada Cathy dan Ridel, membuat kedua sahabatnya itu mulai membuat asumsi – asumsi liar mengenai Louise yang menyukai Mark. Mark kemudian mengakhiri harinya dengan scrolling dan berlatih piano... Di keesokan hari, sesuai janji Mark menghadiri acara turnamen catur Louise, tempat ia bertemu dengan sahabat Louise bernama Sofia yang tampak sangat eksentrik. Sofia tidak ragu mengungkapkan isi pikirannya dengan lantang, seperti saat ia menyebut salah satu peserta akan kalah sampai si peserta mendengarnya, atau saat ia menyoraki Louise. Sembari menunggu berakhirnya pertandingan catur Louise, mereka berdua keluar untuk beli jajan, tempat Sofia kemudian mengaku bahwa belakangan ini entah kenapa Louise menjadi semakin terbuka, bahkan sampai mengajak orang yang tidak begitu ia kenal, seperti Mark. Sofia menduga Louise menyimpan rasa suka pada Mark. Tidak terasa hari sudah menjadi gelap, dan Louise memenangkan pertandingan caturnya. Sebagai bentuk selebrasi, Louise hendak mentraktir Sofia dan Mark makan malam bersama, namun di saat yang bersamaan, Sofia menerima panggilan dari pihak rumah sakit terkait kondisi neneknya yang semakin memburuk. Kondisi ini mengharuskannya untuk pergi menjenguk sang nenek, meninggalkan Mark seorang diri bersama Louise. Nenek Sofia adalah salah satu korban dari bencana besar ‘The Ruling’ Tidak disangka – sangka, sebelum berangkat menuju tempat makan, Louise izin pada Mark untuk mengajak orang lain, dan orang lain yang hendak diajaknya itu adalah pacarnya bernama Mike. Tentu kabar ini cukup menyakiti hati Mark, tapi ia bisa menyembunyikannya dengan baik. Louise mengaku telah menjalin hubungan asmara dengan Mike selama satu bulan, dan Mike adalah orang yang menunjukkan padanya bahwa di dunia ini ada banyak hal lain selain belajar. Dengan kata lain, Mikelah yang membuat Louise menjadi lebih terbuka dan friendly. Sambil menunggu kedatangan Mike, Louise akhirnya membicarakan soal hal penting yang ia sebut kemarin malam. Rupanya Louise masih memikirkan soal ucapan Mark yang mengatakan bahwa sebulan terakhir tidak ada hujan sama sekali, padahal ia yakin minggu lalu ada hujan di area sekitar rumahnya. Louise kemudian bercerita ia pernah merasakan sensasi deja vu yang sangat kuat, sakin kuatnya ia sangat yakin hal itu sudah pernah terjadi. Ia juga bahkan menemukan 3 orang lain yang mengaku pernah merasakan hal serupa. Sayang, perbincangan mereka harus berhenti karena Mike sudah tiba. Malam itu, Mark menjadi nyamuk... Hanya dalam satu hari, rumor mengenai Louise dan Mike sudah tersebar kemana – mana, sampai – sampai di keesokan malam, Mark mendapat pesan dari Sofia dan Ryan yang menanyakan kebenaran rumor tersebut. Saat ia bertemu dengan Cathy di depan toserba, Cathy juga menanyakan hal yang sama, sebelum kemudian mereka mulai mencari informasi mengenai 2 murid baru yang akan pindah ke sekolah mereka. Satu murid bernama Kate akan berada di kelas mereka, sedangkan yang satu lagi bernama Nicole Lacsamana. Aneh, saat Mark mendengar nama Nicole, ia tiba – tiba merasakan sensasi yang sangat aneh, seketika membuatnya melamun sesaat. Mark mengaku nama Nicole terdengar sangat familiar, dan sensasi yang sama muncul kembali saat mereka melihat foto profil Nicole. Kali ini Mark bahkan merasa sudah mengenal Nicole begitu lama. Inikah sensasi deja vu kuat yang dimaksud Louise? Bagaimanapun juga, ibu Cathy tiba – tiba menelepon dan menyuruh Cathy untuk segera pulang, membuat Cathy menjadi sangat kesal dan menganggap Mark beruntung karena ibunya tidak ada di rumah. Cathy bahkan mengaku kini ia sudah merasa berada di rumah. Di saat itu juga, hujan turun, dan entah apa yang dipikirkan oleh Cathy, ia berjalan keluar untuk membiarkan rintikan hujan membasahi tubuhnya. Melihat ini, Mark langsung mengambilkan sebuah payung, dan keduanyapun saling berbincang di tengah rintikan hujan. Cathy memberitahu bahwa ia adalah pluviophile, orang yang menyukai hujan dan dapat merasakan ketenangan di kala hujan. Ia meminta Mark untuk mengeluarkan satu tangan, membiarkan rintikan hujan membasahi tangan mereka dan merasakan bulir – bulir air yang jatuh secara perlahan. Selain itu, Cathy juga berbicara soal kupu – kupu yang akan langsung mencari tempat persembunyian tiap kali hujan turun. Bila terkena rintikan hujan, kupu – kupu akan tercompang camping atau bahkan mati. Cathy berharap Ridel bisa menikmati momen ini bersama mereka, dan ia juga meminta Mark untuk tidak pergi darinya apapun yang terjadi. Mark berjanji akan selalu ada untuk Cathy... Tepat di hari kedatangan murid baru, Cathy meminta Mark untuk datang ke sekolah pagi – pagi benar agar mereka bisa menjadi teman pertama Kate, siswi baru yang ada di kelas mereka. Mark yang masih mengantuk tiba paling pertama di kelas, dan setelah mengambil semua hasil ujiannya, ia melihat poster club piano dan memutuskan untuk berandai – andai bermain piano di mejanya. Mark membayangkan satu potongan lagu indah yang pernah ia dengar dari ibunya. Potongan lagu itu mengingatkannya akan kenangannya melihat sang ibu bermain piano, namun Mark tidak pernah tahu nama lagunya dan tidak ingat keseluruhan nadanya... Tidak lama kemudian, Cathy tiba di kelas. Melihat Mark sedang sibuk bermain piano angin, iapun sengaja mengejutkannya. Cathy langsung menertawakan dan terus mengolok tingkah Mark, dan sesuai dugaan Cathy, Kate yang adalah murid baru datang paling awal diantara teman – teman lainnya. Tanpa membuang banyak waktu, Cathy langsung menemui Kate untuk mengenalkan diri, berharap Kate akan tertarik padanya. Namun di luar dugaan, Kate tampak tidak tertarik sama sekali dan bahkan menyuruh Cathy untuk diam. Usaha Cathy berakhir gagal, dan ia mendesak Mark untuk berbicara dengan Kate agar ia tidak terlalu malu. Kate memperlakukan Mark sama buruknya, tapi ia sempat ingin membicarakan sesuatu pada Mark, sebelum akhirnya mengurungkan niatnya dan mengenalkan diri secara singkat. Hari itu, Mark menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas hanya untuk tidur. Sampai saat jam istirahat hampir berakhir, ia terbangun dan sadar bahwa ia melupakan tugas melukis poster bertema bumi yang harus segera ia kumpulkan setelah jam istirahat berakhir, 7 menit lagi. Gilanya, Mark masih berharap ia bisa membuat poster dengan waktu yang tersisa. Untuk itu, ia bergegas keluar kelas dan berlari sekuat tenaga di tengah lorong mengganggu orang – orang sekitar untuk membeli bahan – bahan melukis. Saat ia hampir tiba di toko peralatan, jalannya terhalang oleh murid baru bernama Nicole yang sedang sibuk melukis di tengah lorong. Mark tidak tahu harus berbuat apa, membuatnya berakhir menabrak Nicole sampai kehilangan kesadaran Nicole marah besar menyadari kekacauan yang terjadi di hari pertamanya bersekolah, dan keduanyapun saling menyalahkan satu sama lain. Nicole menyalahkan Mark karena berlari di tengah lorong, sedangkan Mark menyalahkan Nicole karena berdiri di tengah – tengah lorong. Mark sempat merasa deja vu, sebelum kemudian ia didorong sampai jatuh oleh Nicole. Pada akhirnya mereka berdua disuruh untuk pergi menemui sang kepala sekolah. Sambil menunggu kedatangan sang kepala sekolah, Mark berusaha menghibur Nicole yang tampak sangat marah, namun semua usahanya berakhir sia – sia. Paling tidak sebelum ia menyerah dan memohon agar Nicole berbicara dengannya agar situasi tidak begitu membosankan. Di saat – saat ini, Nicole dan Mark kembali saling menyalahkan dan meledek satu sama lain. Bahkan Mark mengejek Nicole dengan menyebutnya sebagai “ban kempes”, membuat Nicole yang menyadari maksudnya semakin kesal Belum sempat menampar Mark, kepala sekolah sudah tiba, mengharuskan mereka berdua untuk masuk ke ruang kepala sekolah dan membicarakan masalah yang terjadi. Saat sang kepala sekolah hendak mengadukan kejadian ini pada kedua orang tua Mark dan Nicole, mereka berdua langsung berusaha menghentikannya. Nicole tidak mau mendapat masalah di hari pertama bersekolah, sedangkan Mark, entah kenapa, raut wajahnya menjadi sangat serius dan memohon agar orang tuanya tidak perlu dihubungi. Mark kemudian mengusul agar ia memperbaiki kesalahannya dengan membantu Nicole mengerjakan projek posternya. Nicole setuju, seketika menyelesaikan masalah mereka di hari itu Atas permintaan sang kepala sekolah, Mark dan Nicole dipersilakan untuk pulang duluan menyelesaikan masalah mereka. Mark menepati janjinya dengan membelikan beberapa peralatan melukis dan mengerjakan tugas poster mereka di rumah Nicole. Rumah Nicole masih agak berantakan karena keluarganya baru saja pindah beberapa hari yang lalu. Berdasarkan foto – foto yang dipajang, keluarga Nicole tampak sangat bahagia. Saat semuanya sudah siap, Mark dan Nicole mulai mengerjakan poster mereka masing – masing. Namun melihat bagaimana Mark mengerjakan posternya secara asal – asalan, Nicole langsung mengambil kertasnya dan melukiskan untuk Mark, mengatakan bahwa Mark harus mencari sebuah percikan yang akan membuat kehidupan terasa lebih berwarna. Sesaat Mark mendapat penglihatan tentang pesawat dan teringat kembali akan ibunya. Tanpa disadari, ucapan Nicole membuatnya tersenyum. Tapi bagaimanapun juga, Mark yang tidak mau menerima bantuan dari Nicole justru mengambil kertas Nicole dan mengerjakan posternya sendiri. Saat Nicole bertanya soal pekerjaan kedua orang tua Mark, Mark hanya sebatas mengatakan bahwa kedua orang tuanya bekerja di luar negeri karena gaji yang diterima cukup bagus. Selebih itu ia menjawab setengah – setengah, sebelum kemudian izin pergi ke toilet. Beres dengan urusan di toilet, Mark penasaran dengan salah satu ruangan terbuka di dekat sana, sehingga ia memutuskan untuk masuk, dan betapa terkejutnya dirinya saat ia mengetahui bahwa Nicole rupanya memiliki piano dan bahkan sudah berkali – kali menerima penghargaan atas permainannya. Mark menggunakan piano tersebut untuk memainkan lagu berjudul Wedding Day, namun baru saja mulai, Nicole tiba – tiba datang dan langsung mempertanyakan tindakan lancangnya. Dengan penuh amarah, Nicole mengusir Mark dari rumahnya. Kegaduhan ini membangunkan ibu Nicole, dan dalam situasi seperti ini, Nicole terpaksa harus mencari alasan dengan menyebut Mark sebagai murid yang ditugaskan untuk membantu murid baru dalam beradaptasi di sekolah. Senang melihat anaknya sudah mendapat teman di hari pertama, ibu Nicole bersikeras menyuruh Mark untuk ikut makan malam bersama mereka. Malam itu, Mark kembali merasakan kehangatan kehidupan berkeluarga setelah sekian lama hidup seorang diri. Keluarga Nicole benar – benar harmonis... Pulang dari makan malam bersama keluarga Nicole, Mark langsung menceritakan semua hal yang terjadi pada Cathy, dan disini Cathy mengingatkan Mark untuk tidak melupakan rencana mereka pergi bersenang – senang di sebuah festival sebelum Ridel akan disibukkan dengan jadwal syuting. Mark juga kemudian menerima pesan dari Louise, berisi ajakan dari Sofia untuk mengunjungi rumah sakit di hari esok. Louise sekalian ingin membicarakan perihal penelitiannya soal sensasi deja vu kuat yang mereka alami Begitu tidak ada yang mengechatnya lagi, Mark hendak mencari aktivitas sebelum tidur untuk mengobati rasa kesepiannya Ia mencoba untuk melakukan banyak aktivitas, seperti menonton TV, main game family friendly yang tampak sangat familiar, dan bahkan menggunakan aplikasi yang memungkinkannya untuk ngobrol dengan orang random, namun semua itu tampak tidak berdampak. Mark juga mengenang kebersamaannya dengan Ridel dan Cathy, termasuk melihat album musik pemberian Cathy di hari ulang tahunnya yang sayangnya tidak sesuai dengan selera Mark. Pada akhirnya, Mark memutuskan untuk berlatih piano, membuatnya teringat kembali akan alasannya memainkan piano tersebut, yaitu mengikuti jejak sang ibu yang sangat menyukai piano. Saat itu, ibu Mark memainkan sebuah alunan lagu indah dan mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan seorang perempuan. Hingga saat ini lagu itu masih terasa samar – samar di dalam ingatan Mark. Sembari merenungkan kehidupannya, Mark mencurahkan isi hatinya, tentang bagaimana ia berharap bisa mendengar lagu untuk pertama kalinya, menonton film untuk pertama kalinya, dan sekali lagi bisa menghidupi kehidupan yang ia jalani sepenuhnya. Kebahagiaan Mark seolah direnggut begitu saja saat ia harus berpisah dari kedua orang tuanya... Namun kini, saat ia merasa kehidupannya sudah tidak berwarna lagi, ia bertemu dengan Nicole, wanita yang membuatnya percaya bahwa masih memungkinkan untuk merasa hidup lagi... Keesokan hari, Mark pergi ke rumah sakit untuk menjenguk nenek Sofia. Seisi rumah sakit dipenuhi oleh korban The Ruling, sampai – sampai beberapa pasien terpaksa harus dirawat di sepanjang lorong karena tidak kebagian ruangan. Nenek Sofia cukup beruntung masih bisa mendapatkan ruangan, dan disana Sofia mengaku sempat melihat mulut neneknya bergerak seolah ingin mengucapkan sesuatu padanya. Selang beberapa saat, Louise hendak membeli makan siang di kantin rumah sakit bersama Mark, yang dimana sembari menunggu proses pembuatan makanan, mereka membicarakan perihal penelitian Louise Louise menemukan sebuah forum berisi cerita pengalaman banyak orang yang mengaku mengalami hal serupa. Tidak ada satupun orang yang tahu apa yang menyebabkan hal ini, tapi kenyataan bahwa ada banyak orang di luar sana yang juga mengalami deja vu kuat membuat Louise percaya bahwa semua keanehan yang mereka rasakan tidaklah nyata. Semua itu hanya terjadi di dalam kepala mereka karena mereka terlalu kelelahan. Mark tidak setuju dengan kesimpulan Louise, seketika membuat situasi memanas dan keduanya saling adu argumen. Louise marah mendapati Mark terus menyela ucapannya. Untuk itu, begitu makanan pesanannya siap, ia langsung mengambilnya dan pergi. Di sisi lain, Mark yang ditinggal sendiri lagi – lagi merasakan deja vu kuat saat ia melihat seorang bocah sedang asik main pesawat pesawatan dan berakhir jatuh. Sadar ada yang salah, ia memutuskan untuk kembali menemui Louise dan Sofia di lantai 3, namun secara mengejutkan, seisi area rumah sakit tiba – tiba menjadi kosong. Ia melihat berbagai benda acak dan jam dinding yang berputar berlawanan arah, dan seiring berjalannya waktu, keadaan rumah sakit menjadi semakin kacau. Pada satu kesempatan, Mark bahkan bertemu dengan nenek Sofia yang terus mengatakan “ini salahmu” Di saat itu juga kondisi normal kembali. Mark melihat pesan Cathy yang sudah berulang kali berusaha menghubunginya, hendak mengingatkannya untuk menghadiri festival. Menemui Sofia dan Louise, ia bertanya pada Sofia, apa mungkin hal yang hendak dikatakan neneknya adalah “ini salahmu”? Setelah dipikir – pikir lagi, Sofia merasa bahwa sang nenek memang ingin mengatakan hal itu. Louise sadar ada yang terjadi pada Mark, sehingga keduanyapun membicarakan hal itu Sesuai janjinya pada Cathy, Mark menghadiri sebuah festival untuk bersenang – senang bersama kedua sahabatnya. Namun kejadian aneh yang dialaminya di dalam rumah sakit membuat pikiran Mark kemana – mana. Di sisi lain, Ridel memang datang, tapi ia tampak sangat sibuk dengan urusan syuting. Pada satu titik, Mark bahkan sampai mencari tempat duduk karena merasa pusing. Meski pada akhirnya Ridel dan Mark mengenakan bando kucing sesuai permintaan Cathy dan memainkan beberapa permainan yang ada disana, mereka berdua tampak tidak menikmatinya sama sekali. Mark sering kehilangan fokus saat bermain, membuat permainannya menjadi berantakan. Saat mereka beristirahat sambil bermain bingo, rekan kerja Ridel datang untuk menjemputnya, dan memperburuk situasi, Mark yang masih terganggu oleh penglihatan di rumah sakit izin pergi ke toilet meninggalkan Cathy seorang diri disana. Di luar dugaan, dalam perjalanan menuju toilet, Mark melihat Nicole yang sedang kesusahan bermain permainan dart Seketika itu juga, entah apa yang terjadi, kondisi Mark langsung membaik. Ia menghampiri Nicole, dan karena pikirannya sudah tidak terganggu, ia berhasil memenangkan permainan tersebut dan membiarkan Nicole untuk memilih hadiah bonekanya. Mark juga mengajak Nicole untuk bermain di rumah hantu tapi mereka yang menjadi hantunya, sebelum kemudian, Nicole memaksa Mark untuk naik bianglala terlepas dari bagaimana ia tahu bahwa Mark takut akan ketinggian. Sembari menikmati pemandangan dari tempat tinggi, Mark meminta maaf atas perbuatan lancangnya di rumah Nicole, dan kali ini ia akhirnya terbuka mengenai kedua orang tuanya, tentang piano yang membuatnya merasa lebih dekat dengan sang ibu, ayahnya yang adalah montir listrik, dan ia yang sudah tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya sejak umur 12 tahun. Di sisi lain, Nicole mengungkap bahwa keluarganya adalah korban The Ruling. The Ruling telah menghancurkan kota tempat asalnya, mengharuskannya untuk mengungsi selama beberapa saat, sebelum akhirnya memulai kehidupan baru di wilayah Liamson. Bagaimanapun juga, setelah saling berbagi cerita, Nicole tiba – tiba menertawakan bando kucing Mark, dan keduanyapun menghabiskan malam dengan penuh tawa. Cathy yang sibuk mencari Mark mendapati sahabatnya itu sedang bersenang – senang bersama Nicole... Pulang dari festival dan mendengar gosip emak – emak, Mark terkejt melihat Cathy mengunjungi rumahnya selarut ini. Cathy mengaku ia bosan makan sarden di rumah dan ingin main game balapan bersama Mark. Meski agak enggan, Mark tetap menerima Cathy, tapi saat ia mempersiapkan makanan yang juga adalah sarden, ia malah keasikan sendiri ngechat dengan Nicole. Melalui chat itu, hubungan keduanya sudah terlihat sangat erat. Bahkan Nicole sempat mengkode Mark untuk pulang bersama di lain waktu, tapi Mark yang tidak mau kegeeran, mengingat sebelumnya ia salah mengira Louise menyukainya, memutuskan untuk tidak terlalu menanggapi kode Nicole. Sampai saat Cathy datang memanggil Mark, barulah Mark menurunkan ponselnya dan memberitahu Cathy bahwa mulai hari itu, ia akan fokus untuk latihan piano dan sudah memutuskan untuk bergabung ke dalam club piano sekolah. Makan malam sudah siap, namun perhatian Mark lagi – lagi teralihkan oleh chatnya dengan Nicole. Mark memberitahukan keputusannya untuk bergabung ke dalam club piano, sedangkan Nicole yang masih belum siap untuk kembali bermain piano memerlukan waktu untuk berpikir Mark dan Cathy kemudian mengakhiri hari dengan bermain game balapan, game yang sedari dulu selalu dimenangkan oleh Cathy. Mark benar – benar fokus memainkan game tersebut, sampai – sampai ia tidak menyadari raut wajah Cathy yang menjadi serius. Cathy mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seseorang yang berada di depan, kalau saja kehidupan bisa semudah video game. Ia sempat ingin mengatakan sesuatu tapi tidak terdengar oleh Mark karena suara game terlalu besar. Sampai akhirnya, Cathy sengaja membuat kesalahan agar Mark memenangkan permainan ini... Di keesokan hari, Mark mengunjungi ruang klub piano untuk mendaftar, tempat ia bertemu dengan 2 teman baru, masing – masing bernama Justin dan Samantha Alasan Justin mendaftar club piano adalah untuk mendekati ketua club bernama Elise, dan untuk itu ia akan memainkan lagu Fur Elise di hari audisi Setelah mendaftar, Mark diminta oleh Justin dan Samantha untuk menunjukkan kemampuan bermain pianonya, yang dimana disini ia sekalian memainkan lagu indah yang mengingatkannya akan sang ibu, tahu tahu ada murid disana yang mengetahui lagu tersebut. Sayang, sepanjang Mark memainkan bagian lagu yang ia ingat, tidak ada satupun orang yang mengetahui judulnya, dan di saat yang bersamaan, Nicole datang ke ruang club piano. Namun aneh, ia tiba – tiba saja pergi tanpa mengucap apapun. Bingung, Mark segera mengejar Nicole dan mengajaknya untuk membicarakan hal ini di atap sekolah, tempat Nicole kemudian bertanya soal potongan lagu yang dimainkan oleh Mark. Ia tampak bingung mendengar bagaimana Mark mengetahui lagu tersebut dari ibunya, dan untuk itu, Nicole meminta Mark untuk menemuinya di ruang club sepulang sekolah Saat keduanya bertemu, Mark kembali memainkan potongan lagu yang sama sesuai permintaan Nicole, dan di luar dugaan, Nicole ikut menyambung lagu tersebut, seketika membuat Mark terkejut... Beres dengan permainan mereka, Nicole yang tampak sangat sedih mengungkap bahwa lagu itu adalah lagu buatannya saat ia masih kecil, berjudul Time Is Tearing Us Apart, lagu yang ia buat khusus untuk sahabatnya bernama Jake. Namun entah apa yang terjadi, pada satu titik Jake tiba – tiba menghilang dan tidak pernah kembali. Sejak saat itulah, Nicole tidak lagi memainkan piano. Setelah mencurahkan seluruh isi hatinya, Nicole ingin memulai semuanya dari awal. Ia ingin bermain lagi seperti dulu saat ia sering tampil di acara – acara musik. Pengungkapan ini sekaligus menjelaskan bagaimana ibu Mark bisa mengetahui lagu Time Is Tearing Us Apart. Tidak lain karena ibu Mark pernah menghadiri acara musik tempat Nicole memainkan lagu karangannya. Ucapan ibu Mark mengenai keinginannya untuk bertemu dengan seorang perempuan merujuk pada Nicole. Bagi mereka, ini adalah kebetulan yang sangat sulit untuk dipercaya Kagum dengan permainan Nicole, Mark memohon agar Nicole mengajarinya cara bermain piano, sehingga mulai hari itu, Mark selalu menyempatkan diri untuk belajar piano bersama Nicole hari demi hari. Kegiatan club piano berjalan seperti biasa, dimana tiap murid mempersiapkan diri mereka untuk hari audisi. Justin masih gagal mendekati Elise terlepas dari berbagai macam cara yang ia lakukan. Tidak terasa sudah bulan Desember tahun 2014. Meski hari – hari terasa menyenangkan, Nicole tetap tidak mau bergabung ke dalam club piano karena ia merasa hal itu tidak akan mengubah keadaannya sekarang. Mendengar ini, Mark mengajak Nicole ke atap sekolah untuk menikmati ketenangan di malam hari, tempat Mark mengaku bahwa ia dan teman – temannya menyukai kehadiran Nicole, bahwa Nicole telah berjuang keras menghadapi beratnya kehidupan, dan untuk itu ia bangga pada Nicole. Merasa tersentuh oleh ucapan Mark, Nicole langsung memeluknya dan mengatakan bahwa ia akan bergabung ke dalam club piano. Kedekatan Mark dan Nicole dengan cepat menjadi bahan gosip murid – murid sekolah, dimana mereka merasa Mark tidak selevel dengan Nicole, dan gosip itu menjadi semakin parah saat Mark menemui Louise di kantin untuk menceritakan pengalaman mengerikan yang ia alami di rumah sakit. Tidak tahan dengan ocehan murid di sekitarnya, Louise memutuskan untuk pergi ke ruang lab, diikuti oleh Mark. Disana Mark memberitahu bahwa saat pertama kali bertemu dengan Nicole, entah kenapa ia merasa sudah pernah mengenalnya. Mendengar pengakuan Mark, Louise semakin yakin bahwa teori yang sedang ia kembangkan sekarang bisa jadi memang benar. Maka dari itu, ia meminta Mark untuk bertanya pada orang – orang sekitarnya, apakah mereka juga pernah mengalami sensasi deja vu yang sangat kuat? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan sangat membantu untuk mengembangkan teori dan penelitiannya lebih jauh Tepat di Hari Natal, Mark menemui Cathy di sebuah mall untuk mencari kostum prom sekolah, namun begitu lama mencari di toko baju, mereka tidak menemukan kostum yang cocok. Cathy sebenarnya sempat menemukan gaun yang cocok dengan tema Yunani, tapi kemudian ia tidak jadi membelinya karena ingin mencari pakaian yang memiliki lengan panjang. Ia juga sering terlihat membiarkan panggilan telepon yang masuk. Bagaimanapun juga, pada akhirnya bukannya mencari pakaian, mereka berdua malah mengunjungi sebuah toko kue yang baru buka, tempat Cathy membeli beberapa alat pembuatan kue, sedangkan Mark membeli bingkisan kue kering yang rencananya akan ia berikan pada Nicole. Sembari mempersiapkan bingkisan kue kering, sang penjaga toko memberitahu mengenai acara kembang api yang akan diselenggarakan malam ini sebagai bentuk perayaan Hari Natal. Mendengar ini, Cathy langsung mendesak Mark untuk menyaksikannya bersama – sama, tidak memberikan Mark pilihan lain selain menerimanya. Berdiri di depan sebuah toserba, mereka berdua mengungkapkan kerinduan mereka terhadap Ridel yang semakin sibuk dengan kerjaannya, melihat anak – anak yang bisa bermain dengan teman mereka tanpa mengkhawatirkan apapun, dan Mark yang terus memperhatikan seorang bocah yang mendapat kasih sayang penuh dari ibunya. Mark tiba – tiba dihubungi oleh kakak Cathy bernama Andrew yang menanyakan keberadaan adiknya, dan Cathy langsung meminta Mark untuk tidak usah membalas pesan tersebut, menghadapkan Mark pada 2 pilihan, menjawab atau tidak. Kedua pilihan ini tidak berdampak apapun pada cerita. Disini, Mark juga sempat bertanya soal pengalaman deja vu, dan rupanya Cathy pernah mengalaminya. Sayang, sebelum acara kembang api dimulai, hujan turun, seketika membuat Cathy menjadi sangat sedih mengetahui peluncuran kembang api akan dibatalkan. Berteduh di terminal bus, Mark menaikkan tangan Cathy agar mereka bisa merasakan rintikan air hujan mengalir di tangan mereka. Keduanya saling berbagi erita tentang kehidupan mereka, sebelum kemudian berjanji akan saling mengandalkan satu sama lain. Namun di luar dugaan, Andrew kakak Cathy tiba – tiba datang dengan penuh amarah dan langsung menarik tangan Cathy dengan sangat kasar, memaksanya untuk segera pulang. Mark menghubungi Louise untuk memberitahu bahwa Cathy juga merasakan sensasi deja vu Pulang ke rumah, Mark menyempatkan diri untuk menyambut beberapa orang yang menyanyikan lagu natal di depan rumahnya, dan seperti biasa, ia mengakhiri malam hari dalam kesepian, tidak seperti teman – temannya yang asik merayakan natal bersama keluarga. Ridel dan Cathy bahkan tidak menjawab pesannya, begitu juga dengan Nicole yang hanya membaca ucapan natal kiriman Mark. Tidak lupa, Mark mengabari ayah dan ibunya yang tidak bisa pulang tahun ini. Sebelum tidur, Mark memutuskan untuk masuk ke dalam kamar orang tuanya, tempat ia menemukan sebuah mainan pesawat yang membuatnya teringat kembali akan masa kecilnya, saat kondisi rumah benar – benar terasa hidup dan berwarna. Ayahnya sibuk teleponan, sedangkan sang ibu menyiapkan makanan kesukaan Mark. Saat Mark kecil asik menyantap makanan, Paolo ayahnya ingin memberitahu soal rencana mereka bekerja di luar negeri, namun dihentikan oleh ibunya, Maria, yang tidak ingin melihat Mark kecil bersedih. Saat itu, Mark kecil menerima hadiah berupa mainan pesawat, mainan yang kemudian ia mainkan di ruang makan, sebelum ia terpeleset dan jatuh, sama persis dengan kejadian yang dilihat Mark di kantin rumah sakit. Mark yang sedang mengenang masa kecilnya terkejut oleh suara seseorang di luar yang menagih tagihan listrik, namun saat keluar ia malah mendapati keluarga Nicole di depan rumahnya. Rupanya suara itu berasal dari ayah Nicole yang sedang bercanda, dan maksud kedatangan mereka disana adalah untuk mengajak Mark merayakan natal bersama di rumah Nicole, mengingat kedua orang tua Mark tidak bisa pulang. Mark menerima ajakan itu, dan iapun menyantap makan malam bersama keluarga Nicole sembari bercerita banyak hal. Seusai makan malam, ibu Nicole berterima kasih pada Mark karena telah membuat Nicole ingin bermain piano lagi. Mark juga kemudian memainkan sebuah lagu bersama Nicole dan bercerita soal ibunya, tentang bagaimana sang ibu terpaksa harus mengesampingkan impian terbesarnya menjadi musisi demi memberikan kehidupan yang layak untuk Mark. Sang ibu mengambil berbagai jenis pekerjaan, tapi karena semua itu masih belum cukup untuk membiayai kebutuhan bulanan, iapun tidak memiliki pilihan lain selain bekerja di luar negeri. Ia tidak ingin Mark kesulitan menggapai impian seperti yang ia alami. Untuk itulah, ibu Mark mengubah impiannya, dari yang semula ingin menjadi musisi terkenal, berubah menjadi keinginan untuk memastikan bahwa Mark dapat menggapai impiannya. Di sisi lain, Nicole juga mengungkapkan kerinduannya terhadap Jake sahabat yang selalu mendukungnya. Ia tidak percaya Jake menghilang begitu saja. Setelah saling mengungkapkan kerinduan masing – masing, Nicole mengajak Mark ke halaman rumahnya untuk memberitahu, saat ia pertama kali bertemu Mark, entah kenapa ia merasa mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Nicole menganggap hal ini sebagai tanda bahwa mereka berdua mungkin memang ditakdirkan untuk bertemu. Di saat yang tidak tepat, orang tua Nicole memanggil untuk meminta bantuan terkait pengaturan video call, memaksa Nicole untuk pergi. Sadar Nicole juga mengalami deja vu, Mark langsung memberitahukannya pada Louise Beberapa hari kemudian, tepat sehari sebelum audisi club piano pada tanggal 4 Januari tahun 2015, Mark mendapat kabar buruk mengenai menghilangnya Jessica, salah satu teman kelasnya. Jessica adalah murid yang sangat pendiam dan penyendiri, sehingga tidak ada satupun orang yang tahu kemana ia pergi. Keesokan harinya, Mark menghadiri audisi club piano, namun sepanjang berjalannya audisi, ia tidak bisa fokus karena Nicole masih belum hadir Beruntung, pada akhirnya Nicole hadir tepat saat giliran Mark untuk tampil. Mark memainkan lagu Wedding Day dengan sangat baik, dan permainan itu ia rekam untuk dikirimkan pada sang ibu. Beres menampilkan permainan musiknya, Mark menyadari plester luka di bagian wajah Cathy, yang dimana Cathy beralasan ia terluka saat membuat kue kering. Di luar dugaan, Elise tiba – tiba menutup acara audisi club piano bahkan sebelum Nicole tampil, seketika membuat Mark sadar bahwa Nicole tidak jadi bergabung ke dalam club. Keputusan mendadak ini membuat Mark kebingungan, namun sebelum bisa mendapat jawaban dari Nicole, ia dipanggil oleh Louise yang hendak membicarakan soal penemuannya. Menurut Louise, sensasi deja vu yang mereka alami diakibatkan oleh ingatan yang tercampur antara satu orang dengan yang lainnya. Ingatan Mark tercampur dengan ingatan Nicole, membuat mereka berdua seolah merasa sudah pernah bertemu sebelumnya, begitu pula dengan Louise yang ingatannya tercampur dengan orang lain, membuatnya merasa hujan pernah turun di hari yang sebenarnya tidak ada hujannya sama sekali. Setelah berdiskusi lebih jauh, mereka berasumsi bahwa sumber dari kejadian – kejadian aneh yang mereka alami adalah hujan. Hujan dapat mengacaukan pergerakan realita, menciptakan berbagai kejadian tak terjelaskan. Saat Jessica hilang, wilayahnya juga sedang terkena hujan. Mark meninggalkan Louise yang hendak melanjutkan penelitian. Ia menemui Nicole di atap sekolah untuk membicarakan soal Keputusan Nicole yang tidak jadi masuk club piano. Nicole menjelaskan bahwa baginya, bergabung ke dalam club piano tidak akan memberikan perubahan apapun. Meski Mark tidak begitu mengerti, ia tetap berusaha untuk memahaminya. Mark berterima kasih pada Nicole karena telah mengajarinya cara bermain piano, dan kini ia ingin membalas budi dengan menemani Nicole dalam mengunjungi kakek neneknya. Nicole sudah sangat merindukan kakek neneknya, dan ia dipersilakan untuk mengunjungi kakek nenek asalkan bersama seorang teman. Nicole senang mendengar penawaran Mark, sehingga ia langsung izin pada kedua orang tuanya dan mereka berduapun menempuh perjalanan jauh menggunakan bus, tempat Nicole menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur, bahkan sampai menyandar di bahu Mark, sedangkan Mark ngobrol dengan teman – temannya melalui chat. Tidak seperti biasa, disini Cathy melontarkan pertanyaan serius tentang mendekati orang yang ia sukai, menandakan bahwa Cathy sudah memiliki target. Di sisi lain, Sofia juga tiba – tiba menghubungi Mark untuk mencari tahu lebih banyak soal Cathy, berjanji akan membantu membuatkan kostum prom yang bagus bila Mark membantunya. Louise juga menghubungi untuk menyampaikan penemuan terbarunya. Sebelumnya mereka telah berasumsi bahwa hujan adalah penyebab dari serangkaian kejadian aneh yang terjadi. Nah menurut Louise, seseorang bisa menghilang di tengah hujan bila tidak ada yang memperhatikannya sama sekali, alias seseorang itu sedang sendirian. Untuk itu, meski masih belum pasti, hanya untuk jaga – jaga, sebaiknya mereka tidak sendirian saat hujan turun. Beberapa jam kemudian, Nicole tiba – tiba meminta untuk turun di tempat lain agar ia bisa menghabiskan waktu dengan bersepeda bersama Mark. Mencapai sebuah tepian, keduanya bekerjasama dalam mengeratkan ayunan dan menikmati kebersamaan di tengah pemandangan indah sore hari. Hubungan Mark dan Nicole sudah benar – benar erat, namun di tengah perbincangan, raut wajah Nicole menjadi serius dan ia terus mengungkapkan keinginannya untuk mempercayai Mark sepenuhnya dan berbagi apa yang ia rasakan. Nicole ingin menunjukkan sesuatu pada Mark. Di saat yang bersamaan, cuaca menjadi mendung, sehingga Mark meminta Nicole untuk bergegas ke rumah kakek neneknya terlebih dahulu Nicole menuntun Mark melalui sebuah jalan tembusan yang membawa mereka ke daerah kota yang sudah hancur terkena gempa. Tiap kali Mark meragukannya, ia terus mendesak Mark untuk mempercayainya, dan tanpa mengucap apapun, Nicole langsung berjalan pergi meninggalkan Mark. Tentu hal ini membuat Mark menjadi sangat khawatir, mengingat Louise telah memperingatkannya untuk tidak sendirian saat hujan turun. Ia berjalan melalui bangunan – bangunan rusak, sampai akhirnya mencapai sebuah rumah reyot dan bertemu dengan Nicole yang sedang berdiam diri di lantai 2. Nicole yang tidak mendengarkan satupun ucapan Mark terus bertanya, apakah Mark mengerti bagaimana perasaannya? Nicole memberitahu bahwa kini mereka sedang berada di rumah Jake, dan maksud kunjungannya kesana adalah untuk mencari apapun yang mungkin ditinggalkan oleh Jake yang ia harap dapat menjelaskan perihal menghilangnya sahabatnya itu. Nicole ingin paling tidak mendapat jawaban atas kehilangan yang ia rasakan sejak dulu. Selama ini, meski ia terlihat bahagia, Nicole sebenarnya masih belum bisa move on dari rasa kehilangan seorang sahabat.Percakapan mereka dengan cepat berubah menjadi pertengkaran saat Nicole menganggap Mark tidak begitu peduli tentang apa yang ia alami, terlebih setelah Mark menyebut bahwa kunjungan Nicole ke rumah Jake tidak berarti sama sekali. Seketika itu juga, Nicole langsung mendorong jatuh Mark, mengatakan bahwa Mark tidak bisa merasakan rasa kehilangan yang ia alami karena memiliki sahabat dan banyak teman di sekitarnya, Mark memiliki semua hal yang tidak bisa ia miliki. Setelah mencurahkan seluruh isi hatinya dengan penuh amarah, tangisan Nicole akhirnya pecah. Malam itu, dalam perjalanan pulang, Mark sadar bahwa Nicole sudah terjebak terlalu jauh dalam masa lalunya yang sudah tidak ada. Nicole terus membohongi dirinya sendiri dari waktu ke waktu, selalu menaruh harapan bahwa suatu saat nanti ia bisa menemukan jawaban atas menghilangnya Jake. Nicole bahkan masih sempat menunjukkan foto kebersamaannya dengan Jake. Mark tenggelam dalam pikirannya sendiri, berpikir selama ini ia juga selalu hidup dalam kepura – puraan. Pada akhirnya, mereka berdua pulang masing – masing tanpa mengucap apapun. Mark memperhatikan pesawat dari depan rumahnya, sebelum kemudian ia melampiaskan segala perasaan sedihnya dengan bermain piano. Email tentang Mark yang diterima ke dalam club piano sudah tidak berarti apapun baginya, dan di titik ini, Mark merasakan kepedihan luar biasa. Ia masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya dan mengambil sebuah kotak berkas di bawah kasur. Kotak itu menyimpan berbagai dokumen penting yang dipersiapkan oleh ayah dan ibunya untuk bekerja di luar negeri. Namun diantara dokumen – dokumen tersebut, ada satu surat yang ditujukan untuk keluarga Mark, surat dari tim penyelamat yang menyampaikan kabar duka terkait menghilangnya pesawat penerbangan P-111, pesawat yang digunakan oleh ibu Mark bernama Maria Borja untuk pulang ke Filipina dari Arab Saudi. Hingga saat surat itu ditulis, mereka masih belum menemukan petunjuk apapun terkait peristiwa ini. Mark juga menemukan sebuah artikel koran yang meliput insiden menghilangnya pesawat P-111 di tengah terjadinya badai besar pada tanggal 9 Februari tahun 2014. Lebih buruknya lagi, hanya 3 hari setelah menghilangnya pesawat P-111, Filipina dilanda bencana besar The Ruling, sehingga mau tidak mau semua tim penyelamat harus dikerahkan untuk menyelamatkan korban bencana The Ruling, termasuk tim penyelamat yang semula diutus untuk mencari petunjuk mengenai pesawat P-111. Sejak saat itu, Mark sudah tidak pernah mendengar kabar mengenai ibunya. Mark tidak kuasa menahan rasa sedih yang ia alami. Ia membuka emailnya dan membaca pesan demi pesan yang ia kirimkan pada sang ibu dari waktu ke waktu, mulai dari yang semula mengungkapkan kekhawatirannya pada sang ibu dan berharap sang ibu akan membalas emailnya, mencurahkan rasa sedih dan meminta maaf karena sering merepotkan ibunya, mulai tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya sudah tidak ada, sampai akhirnya berpura – pura seolah ibunya masih bekerja di luar negeri dan tidak bisa pulang. Dalam fase ini, Mark terus bercerita pada sang ibu mengenai semua hal yang ia alami di sekolah, tentang teman – temannya, keinginannya bergabung ke dalam club piano agar sang ibu bangga padanya, hingga saat ia menghadiri audisi club piano. Mark bahkan telah melampirkan video yang menunjukkan penampilannya di audisi Di tengah kesedihan ini, Mark mendengar suara ketukan dari luar, dan rupanya Cathy datang berkunjung untuk memberikan kue kering. Namun kemudian, Cathy sadar bahwa Mark sedang tidak baik – baik saja. Di saat itu juga, Mark langsung menangis tersedu – sedu... Selama ini Mark berbohong soal ibunya pada semua orang, termasuk pada Cathy dan Ridel. Untuk itu, kini ia menceritakan yang sebenarnya pada Cathy. Dulu di hari kepulangan ayah dan ibunya pada tanggal 9 Februari tahun 2014, Cathy dan Ridel membantu Mark dalam mempersiapkan dekorasi pesta kepulangan kedua orang tuanya. Beres membantu Mark, Cathy dan Ridel segera pulang, tidak mengetahui bahwa saat itu Mark terus menunggu di rumah dan tidak kunjung mendapat kabar dari ibunya. Di malam hari, ia dihubungi oleh ayahnya yang memberitahukan tentang insiden menghilangnya pesawat P-111. Begitu mendengar berita ini, ayah Mark tidak jadi pulang karena takut hal serupa akan menimpanya. Insiden menghilangnya pesawat P-111 menjadi perbincangan dimana – mana, dan baik Mark maupun ayahnya menghabiskan seluruh waktu mereka untuk mencari informasi lanjutan mengenai insiden ini. Mereka juga menelepon kerabat dari para penumpang pesawat P-111 dan tidak pernah menyerah, paling tidak sampai pada tanggal 12 Februari tahun 2014, ketika terjadi bencana besar The Ruling yang memakan begitu banyak korban jiwa. Seluruh tim penyelamat seketika dikerahkan untuk membantu para korban The Ruling, dan hanya dalam sekejap waktu, semua orang melupakan insiden menghilangnya pesawat P-111. Mereka menyebut The Ruling sebagai akhir dunia alias kiamat, namun bagi Mark, bagian terburuknya adalah bahwa dunia tidak benar – benar berakhir. Dunia tetap berjalan seperti biasa. Pada akhirnya, Mark dan ayahnya hanya bisa berpura – pura seolah Maria Borja masih hidup dan sedang bekerja di luar negeri. Sebelum bertemu Nicole, Mark tidak tahu berapa lama ia harus terus berpura – pura. Namun kehadiran Nicole yang membuat kehidupannya kembali berwarna membuatnya sadar bahwa ia harus menerima apa yang terjadi di masa lalu dan mulai melihat ke depan. Untuk itulah, kini Mark membawakan bingkisan kue kering yang ia beli untuk kemudian ia berikan pada Nicole melalui ibu Nicole. Mark juga menempelkan secarik kertas berisi pengakuannya mengenai apa yang terjadi pada ibunya Kisah berlanjut pada bulan Maret tahun 2015, tepat di hari acara prom sekolah. Mark dengan kostum pilihan Sofia, menghabiskan waktunya untuk ngobrol dengan teman – teman sembari menunggu kedatangan Nicole, tempat Cathy kemudian membuat Mark berjanji untuk menjadikannya sebagai pasangan dansa di penghujung acara, mengatakan ada sesuatu yang hendak ia bicarakan. Setelah bersenang – senang sekian lama, perhatian Mark langsung tertuju pada Nicole yang akhirnya tiba di acara prom. Tanpa membuang banyak waktu, Mark langsung mengajak Nicole untuk berdansa bersama, memberikan mereka berdua kesempatan untuk meminta maaf dan berusaha saling memahami satu sama lain. Baik Mark maupun Nicole telah kehilangan seseorang yang sangat berharga, dan untuk itu, keduanya berjanji untuk saling menjaga. Setelah meluruskan masalah mereka, Mark izin pergi untuk mencari Cathy, mengingat sebelumnya ia telah berjanji untuk berdansa dengan Cathy. Namun aneh, ia tidak bisa menemukan sahabatnya itu, dan semua orang disana juga tidak mengetahui keberadaan Cathy. Lebih buruknya lagi, hujan sedang turun, sedangkan kedua orang tua Cathy terlihat berdiri di samping sang kepala sekolah sedang mencari anaknya. Sadar Cathy bisa saja berada dalam bahaya besar, terlebih setelah menemukan bagian kostumnya di luar ruang pesta, Mark langsung berlari menerjang hujan demi mencari Cathy. Di tengah proses pencarian, Mark sempat mendengar suara sang ibu yang muncul dari belakang, sehingga ia mengikuti arah suara tersebut dan mendapat berbagai penglihatan yang menunjukkan kenangan Mark kecil bersama ibunya, termasuk salah satunya adalah penyesalan Mark karena ia pernah membiarkan makanan buatan ibunya sampai dingin dan terpaksa harus dibuang atau saat sang ibu mengajarinya cara menyiram tanaman. Pada akhirnya, Mark yang kehabisan tenaga tersungkur di tepi jalan, namun di luar dugaan, ia melihat Cathy dengan pakaian compang camping sedang merasakan rintikan air hujan di tangannya tepat di seberang jalan. Cathy tidak percaya Mark sampai rela menerjang hujan demi mencarinya, sehingga ia langsung menyebrang untuk menemui Mark, tanpa menyadari bahwa sebuah truk sedang melaju kencang ke arahnya. Di momen ini, saat semuanya sudah terlambat, Mark melihat tangan dan kaki Cathy yang dipenuhi dengan lebam. Ia sadar bahwa selama ini Cathy sebenarnya ingin memberitahukannya, hanya saja Mark tidak pernah mendengar... Di acara pemakaman Cathy, Mark meminta ayahnya yang akhirnya pulang untuk berhenti berpura – pura soal ibu. Acara pemakaman tersebut dihadiri oleh keluarga dan teman – teman Cathy. Kakak Cathy bernama Andrew memberikan sebuah kaset musik yang ia temukan di dalam saku Cathy, dan kali ini musik pilihan Cathy akhirnya sesuai dengan selera Mark. Mark tidak bisa menahan tangisan, ia berharap Cathy ada di sisinya... Mark kemudian menemui Ridel untuk menonton film yang telah menyibukkan Ridel beberapa bulan belakangan, tempat Mark sempat mengungkapkan kekesalannya pada Ridel yang tidak pernah meluangkan waktu untuk teman, namun pada akhirnya keduanya saling meminta maaf. Timeskip ke sekitar 9 atau 10 tahun kemudian, Mark yang sudah dewasa dan menikah dengan Nicole memutuskan untuk pindah. Saat membereskan barang – barang, ia menemukan tumpukan foto zaman SMA, dan tepat di bawah tumpukan foto tersebut terdapat kaset musik pemberian Cathy yang tidak pernah ia buka sejak hari pemakaman Cathy. Mark memutar kaset tersebut menggunakan DVD dan mendengarkan 4 lagu di dalamnya namun rupanya ada list kelima, berisi rekaman suara Cathy yang mencurahkan isi hatinya. Cathy mengaku ia ingin membuka diri setelah melihat bagaimana Mark jujur tentang ibunya. Untuk itu, kini ia akan menceritakan semua hal yang selalu coba ia sembunyikan di sekolah. Kehidupannya di rumah benar – benar tidak menyenangkan, dimana kedua orang tuanya kerap kali membentak dan marah padanya karena ia tidak cukup baik untuk memenuhi harapan orang tua. Itulah kenapa, Cathy lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman – teman. Namun di saat yang bersamaan, sekitar tahun 2014 sampai 2015, Ridel dan Mark memiliki kesibukan sendiri. Cathy senang melihat kedua sahabatnya mulai fokus untuk menggapai impian, tapi ia tidak bisa bohong, saat itu ada rasa iri yang memenuhi dirinya. Bagaimanapun juga, kegigihan Mark dan Ridel menginspirasinya untuk juga mengejar impian. Cathy mencoba untuk membuat kue kering dengan bantuan Sofia sebagai testernya, dan darisana, ia mulai dekat dengan Sofia, bahkan berdansa bersama di acara prom sekolah. Sayang, di tengah keasikannya menikmati acara prom, kedua orang tuanya datang dan langsung menyeretnya masuk ke dalam mobil. Kesal, Cathy memutuskan untuk kabur tepat saat mereka tiba di rumah. Ia menerjang hujan sampai akhirnya berteduh di sebuah terminal bus untuk merasakan rintikan hujan membasahi tangannya. Dalam rekaman ini, Cathy mengungkapkan keinginannya untuk menggapai impian bersama – sama... Mark terkesan dengan isi rekaman Cathy, dan untuk mengenang kebersamaan mereka terakhir kalinya, ia memainkan game balapan yang selalu dimenangkan oleh Cathy. Disini Mark akhirnya sadar bahwa saat itu Cathy sengaja melakukan kesalahan agar Mark menang Dan berakhirlah kisah game Until Then. Tapi di penghujung credit, kita akan diberi opsi untuk lanjut bermain. Memilih opsi “iya”, nantinya seekor kupu – kupu hitam akan hinggap di tangan Mark dan kisah berlanjut pada Act 2 Act 2 akan mengembalikan kisahnya ke awal mula namun dengan berbagai macam perubahan. Mark juga terkadang mendapat ingatan mengenai kejadian di Act 1.
Dalam perjalanan ke sekolah, saat Louise menanyakan soal slide presentasinya, Mark mengira tema presentasi mereka adalah Crime and Punishment, tema yang ada di Act 1, padahal kali ini temanya berbeda. Mark cepat – cepat pergi ke sekolah untuk menyelesaikan slide presentasi bersama Cathy, dan karena ia tidak mempelajari apapun, presentasinya di depan kelas menjadi sangat kacau, membuat Louise kecewa padanya. Seperti biasa, Mark menghabiskan waktu istirahat dengan ngobrol bersama Ridel dan Cathy, tempat Ridel memberitahu bahwa kerjaannya tidak berjalan begitu baik. Mark dan Cathy menghadiri turnamen catur Louise dan mendukungnya dari kursi penonton sebagai bentuk permintaan maaf karena telah mengacaukan presentasi. Disini Louise tidak berpacaran dengan Mike, sehingga sifatnya tidak terbuka dan ia kerap kali menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk belajar. Aneh, saat bertemu Louise, Mark menyebut nama dari orang yang menjadi lawan catur Louise 2 tahun lalu. Informasi ini seharusnya tidak diketahui oleh Mark, membuat Louise menjadi kebingungan, begitu juga dengan Mark sendiri yang tidak tahu darimana ia mendapatkan ingatan soal itu. Cathy harus pulang karena didesak orang tuanya, sedangkan Louise meminta Mark untuk menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana Mark bisa tahu soal nama dari lawan caturnya. Louise juga mengaku pernah mengalami sensasi deja vu yang sangat aneh, sebelum kemudian ia pamit pulang. Keesokan malam, Mark bertemu dengan Ridel dan Cathy di depan toserba untuk sekadar berbincang – bincang. Saat Mark menyinggung soal ingatan yang ia dapatkan entah darimana, Ridel mengaku memahami perasaan itu. Ia merasa di titik ini ia seharusnya sudah paling tidak sedang sibuk mengerjakan filmnya. Sudah jelas, Ridel mendapat ingatan samar – samar soal proposalnya yang diterima oleh studio film, bagian yang ada di Act 1. Mereka bertiga kemudian mencari informasi soal 2 murid pindahan bernama Kate dan Nicole, dan saat hujan turun, ketiganya menikmati rintikan hujan di tangan mereka. Baik Cathy, Ridel, maupun Mark ingin mereka bertiga untuk selalu bersama Di hari berikutnya, Mark datang ke kelas pagi – pagi benar sesuai keinginan Cathy agar mereka bisa menjadi teman pertama Kate. Mark yang sedang berandai – andai bermain piano difoto oleh Ridel, dan sama seperti sebelumnya, usaha Cathy dalam mendekati Kate berakhir gagal. Mark dipaksa maju untuk kenalan dengan Kate, namun kali ini entah kenapa Mark menyebut Nicole sebagai teman Kate. Mendengar ini, Kate langsung menjadi sangat marah. Mark ketiduran di sepanjang kelas sampai jam istirahat, dan setelah jam istirahat berakhir, mereka harus segera mengumpulkan tugas melukis. Mark yang baru bangun tampak tenang, karena ia sudah menyelesaikan tugas melukis poster tentang bumi, paling tidak sebelum ia sadar bahwa tema tugas poster bukanlah bumi, melainkan kelaparan. Seketika itu juga, Mark langsung berlari di sepanjang lorong membuat kekacauan demi kekacauan. Mendekati Nicole yang sedang melukis di tengah lorong dan tidak tahu harus berbuat apa, Mark sekilas mendapat ingatan saat ia berlari di tengah jalan dengan truk yang melaju kencang ke arah seseorang. Begitu ingatan berakhir, ia menabrak Nicole, membuat Mark dan Nicole dipanggil ke ruang kepala sekolah. Beruntung sang kepala sekolah menerima usulan Mark yang berjanji akan membantu pekerjaan poster Nicole. Saat keduanya saling berkenalan, Mark dan Nicole sama – sama merasakan sensasi deja vu Mark mengerjakan tugas poster di rumah Nicole, namun atas rasa penasaran, ia masuk ke dalam sebuah ruangan dan memainkan lagu Time Is Tearing Us Apart menggunakan piano yang ada disana. Time Is Tearing Us Apart adalah lagu yang mengingatkannya akan sang ibu sekaligus lagu buatan Nicole yang ditujukan untuk sahabatnya bernama Jake yang menghilang. Maka dari itu, Nicole yang mendengar permainan Mark langsung kebingungan dan menjadi marah besar. Ia bahkan mengusir Mark dari rumahnya, namun di saat yang bersamaan, kedua orang tua Nicole datang dan mengajak Mark untuk makan malam bersama sekalian ingin membicarakan perihal ini Di jam makan malam, ayah dan ibu Nicole cukup terkejut mengetahui kebetulan yang terjadi, dimana pada satu titik ibu Mark pernah mendengar Nicole kecil sedang memainkan lagu buatannya. Dari sanalah Mark mengenal lagu Time Is Tearing Us Apart. Kedua orang tua Nicole mendukung agar anak mereka mengajarkan lagu itu pada Mark, dan perbincangan ini diam – diam didengarkan oleh Nicole. Sebelumnya Mark telah berjanji akan membantu Ridel dalam mencari inspirasi pembuatan film. Maka dari itu, ia menemui Ridel dan Cathy di sebuah lokasi untuk menjadi aktor yang berdampingan dengan Cathy. Ridel menyuruh Mark dan Cathy berakting seperti teman yang sudah lama tidak berjumpa, dan meski awalnya mereka berdua hanya bercanda, pada take ke-2, Mark dan Cathy tampak sangat menghayati peran mereka. Mark mengungkapkan rasa rindunya pada sang teman lama dan sampai melakukan improvisasi cerita seolah teman lamanya sudah tidak ada. Mark terhanyut dalam situasi sampai tidak sadar telah meneteskan air matanya. Ridel takjub dengan kemampuan akting Mark, namun ia seketika sadar bahwa itu bukanlah akting ketika ia meneriakkan “cut” tapi Mark masih saja menangis. Di titik ini, Mark langsung menceritakan apa yang terjadi pada ibunya, salah satu penumpang pesawat P-111 yang menghilang. Ridel dan Cathy ikut berempati dan berusaha menenangkan Mark Suatu hari, saat Mark menemani Ridel yang sedang mencari inspirasi film di sebuah cafe di pegunungan, bernama Hillstop Cafe, Mark bertemu dengan Louise yang kebetulan juga sedang ada disana, melakukan penelitian mengenai ingatan samar – samar dan sensasi deja vu yang kerap kali ia rasakan. Mark menceritakan semua keanehan yang ia alami, termasuk penglihatan singkat mengenai truk yang melaju kencang ke arah seseorang, sampai sore hari. Mendengar ini, Louisepun menunjukkan sebuah eksperimen yang sedang ia lakukan, bernama Double Split Experiment. Dalam Double Split Experiment, ia mengikatkan sebuah benang tepat di tengah – tengah laser dan menembakkan laser itu ke permukaan datar. Hasilnya, laser tampak terbelah tepat di tengah. Ini adalah pola yang salah, karena seharusnya, cahaya laser yang terbelah oleh benang di bagian tengah akan menghasilkan pola seperti ini. Louise hanya menemukan anomali pola laser pada Hillstop Cafe. Saat ia mencoba eksperimen serupa di tempat – tempat lain, pola laser tampak normal Louise masih belum mengerti apa yang menyebabkan terjadinya anomali pola di Hillstop Cafe, dan sebagai bentuk pembelajaran, ia meminta Ridel menjelaskan latar belakang cerita cafe tersebut. Ridel menjelaskan bahwa Hillstop Cafe awalnya hanyalah cafe biasa yang dimiliki oleh sepasang kekasih. Namun saat bencana besar The Ruling terjadi dan akses jalan utama ditutup, banyak korban yang harus melewati jalan pegunungan dan menemukan Hillstop Cafe. Sang pemilik cafe menyambut kedatangan mereka dengan senang hati, menjadikan cafe mereka sebagai tempat mengungsi sementara. Penjelasan ini akan sangat membantu Louise, sehingga di saat Mark dan Ridel pergi ke acara festival untuk bersenang – senang bersama Cathy, Louise sibuk dengan penelitian. Mark, Cathy, dan Ridel bersenang – senang bersama dengan memainkan beberapa permainan festival. Seorang penjaga stan permainan basket sempat menanyakan keberadaan Ryan yang masih belum datang, dan di tengah keasikan ini, mereka bertiga menyadari keberadaan Nicole yang sedang mengantri permainan bianglala. Cathy dan Ridel langsung cepat tanggap meninggalkan Mark seorang diri di baris antrian, tidak memberikan Mark pilihan lain selain mengajak bicara Nicole yang rupanya juga sedang mencari pasangan bermain. Di dalam bianglala, Mark dan Nicole saling meminta maaf. Mark minta maaf karena lancang, sedangkan Nicole minta maaf karena ia tidak seharusnya membentak Mark. Selain itu, mereka berdua juga saling terbuka mengenai luka di masa lalu mereka, Mark yang kehilangan ibunya dan Nicole yang kehilangan sahabatnya. Nicole kemudian memutuskan untuk membantu Mark dalam bermain piano. Mark mengajak Nicole masuk ke rumah hantu untuk menakut – nakuti para pengunjung, namun kesenangan mereka berakhir begitu Mark kembali mendapat penglihatan mengenai sebuah truk yang melaju kencang. Di saat itu juga, ia langsung izin pulang. Tiba di rumah, Mark bertemu dengan Cathy dan Ridel. Ridel hanya ingin mengantarkan Cathy ke rumah Mark, sehingga ia langsung pulang, sedangkan Cathy ingin membicarakan perihal kencan Mark dengan Nicole. Mark yang masih kepikiran soal penglihatan yang kerap kali mengganggunya sempat bertanya apakah belakangan ini Cathy melihat sebuah truk? Sebuah pertanyaan yang cukup aneh bagi Cathy, mengingat ada banyak truk di jalanan. Bagaimanapun juga, mereka menghabiskan malam itu dengan bermain game balapan, yang dimana disini Mark berhasil memenangkan pertandingan karena Cathy ketiduran. Cathy menyimpan beberapa foto kenangan kebersamaan mereka di dalam saku, dan karena ia tidak bisa dibangunkan, Markpun membawanya pulang. Mark dan Nicole mendaftar di club piano, namun saat mereka bermain lagu Time Is Tearing Us Apart bersama, Kate tiba – tiba datang, dan entah kenapa Nicole langsung menghentikan permainan dan berjalan keluar kelas. Mark menemui Nicole di atap sekolah untuk membicarakan hal ini, tempat Nicole akhirnya mengungkap bahwa Kate adalah teman lamanya. Dulu mereka tinggal di satu kota dan bahkan berteman baik di sekolah, paling tidak sebelum hubungan mereka merenggang hanya sesaat setelah kedua orang tua Kate bercerai. Saat bencana besar The Ruling terjadi dan kota mereka menjadi salah satu wilayah yang terkena imbasnya, Nicole dan Kate bertemu kembali di tempat pengungsian, dan saat itu, karena merasa senasib, mereka berdua menjadi teman baik lagi. Namun hal ini tidak bertahan lama sebelum hubungan keduanya lagi – lagi merenggang. Untuk sekarang, Nicole hanya bisa bercerita sampai sana. Beres membicarakan masalah Nicole, Mark yang sadar bahwa Nicole juga terkadang merasa ada sesuatu yang aneh, memberitahu tentang penelitian yang dilakukan oleh Louise. Mungkin mereka berdua bisa ikut membantu Louise Mark berlatih piano dari waktu ke waku, membentuk kenangan bersama di dalam club piano. Saat Nicole lagi – lagi memikirkan soal Jake, ia langsung menghiburnya, membuat hubungan mereka berdua menjadi semakin erat. Sampai pada suatu malam, Mark tiba – tiba dicegat oleh Kate yang mengungkap suatu hal mengejutkan. Jake, sahabat Nicole yang menghilang, adalah saudara kandung Kate. Kate memberitahu bahwa Nicole adalah orang yang akan selalu terjebak oleh masa lalunya. Ia tidak bisa melupakan Jake apapun yang terjadi, dan hal inilah yang membuat hubungan pertemanan Kate dan Nicole berakhir hancur. Pada satu kesempatan, Nicole bahkan mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi rumah keluarga Kate yang sudah rusak demi mencari catatan atau apapun yang mungkin ditinggalkan oleh Jake. Nicole pasti sudah tidak terselamatkan dari reruntuhan bangunan kalau saja Kate tidak menghentikannya saat itu. Memang Nicole adalah teman yang baik, namun Kate yakin suatu saat nanti Nicole akan kembali membicarakan Jake, dan bila Mark mencoba untuk membantunya melupakan masa lalu, ia akan marah. Pengakuan Kate seketika menimbulkan keraguan di dalam diri Mark, sehingga mulai hari itu, Mark lebih menjaga jarak dengan Nicole. Perilaku Mark membuat situasi menjadi canggung saat ia bertemu kembali dengan Nicole untuk membantu proses penelitian Louise. Setelah melakukan penelitian begitu lama Louise menjelaskan, bisa jadi realita tempat mereka hidup sekarang bukanlah satu – satunya realita yang ada, masih ada realita – realita lain yang berjalan di saat yang bersamaan. Nah entah apa yang terjadi, ada sesuatu yang membuat beberapa realita saling berbenturan, dan benturan inilah yang membuat mereka mendapat ingatan akan sesuatu yang mungkin terjadi di realita lain. Artinya, ingatan Mark mengenai truk yang melaju kencang mungkin adalah kejadian yang ada di realita lain. Lebih buruknya lagi, mereka baru saja mendapat kabar bahwa Ryan menghilang entah kemana. Mark menemui Cathy dan Ridel di sebuah studio film bernama Kambing Studios untuk sekadar menemani Ridel yang akan mempresentasikan karya filmnya. Namun mood Ridel menjadi berantakan saat ia sadar bahwa pihak studio tidak tertarik dengan karyanya. Ridel bahkan sampai izin pulang duluan. Di saat yang bersamaan, Mark juga sedang banyak pikiran karena baru saja mendapat kabar mengenai ayahnya yang tidak bisa pulang tahun ini, ditambah lagi ayah Mark masih belum bisa menerima kematian istrinya dan Nicole yang mengungkapkan rasa rindu bermain piano bersama Mark. Cathy tidak tahu situasi akan menjadi seburuk ini, padahal ia sengaja membawa Mark dan Ridel ke tempat itu untuk menyaksikan kembang api bersama – sama. Mark menemani Cathy menonton acara kembang api, namun hanya sesaat setelah itu, ia tiba – tiba merasa ada sesuatu yang akan terjadi pada Cathy. Untuk itu, Mark langsung mendesak Cathy untuk pergi darisana sebelum kakak Cathy datang, membuat Cathy menjadi kebingungan melihat sikap Mark. Mark juga bertanya, apa yang disembunyikan oleh Cathy? Malam itu, kakak Cathy tidak datang menjemput adiknya. Ingatan Mark tercampur dengan kejadian saat Cathy ditarik paksa oleh Andrew Di Hari Natal, Mark menceritakan semua masalahnya pada Cathy, masalah tentang ayahnya dan hubungannya dengan Nicole. Cathy menyarankan agar Mark langsung membicarakan masalah ini pada Nicole untuk meluruskan semuanya, tapi di saat yang bersamaan, saat Mark bertanya soal keluarga Cathy, Cathy malah tidak ingin membicarakannya. Mark marah melihat Cathy selalu tertutup soal masalah keluarga, membuat Cathy juga ikut marah dan keduanyapun bertengkar sesaat, sebelum akhirnya Mark meminta maaf dan mengurung diri di kamar, tempat ia mengungkapkan perasaan rindu mendalamnya terhadap sang ibu yang sudah tidak ada. Daya listrik tiba – tiba padam, dan rupanya itu sengaja dilakukan oleh Cathy yang telah menyiapkan lilin dan kue sederhana buatannya. Setelah meminta maaf karena terlalu menutup diri, Cathy mengaku bahwa kehidupannya di rumah tidak menyenangkan, dimana ia selalu dimarahi dan dibentak oleh kedua orang tuanya. Cathy sudah tidak peduli dengan keluarganya, karena ia tahu ia memiliki Mark dan Ridel. Tidak lama kemudian, Ridel juga datang ke rumah Mark untuk meminta maaf atas perilakunya, dan mereka bertigapun merayakan natal bersama – sama... Keanehan kembali terjadi. Dalam tidurnya, Louise bermimpi menemukan secarik kertas yang menggambarkan pesahabatannya dengan Sofia semasa kecil. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, ia menerima surat dari universitas impiannya, yaitu University of New Hampton, berisi pernyataan bahwa ia tidak lolos seleksi. Di saat yang bersamaan, Nicole bermimpi tentang masa kecilnya, lebih tepatnya saat ia akan tampil di sebuah acara yang sudah ia nanti – nantikan. Namun di luar dugaan, ia tidak bisa menemukan Jake dimana – mana, padahal Jake sudah berjanji akan menghadiri acara tersebut dan mendukungnya dari kursi penonton. Sadar anaknya sedang bersedih, ibu Nicole berusaha meyakinkan Nicole bahwa Jake hanya terlambat Sedangkan Mark, ia bermimpi tentang kehidupannya di rumah. Mark mengambil beberapa ember untuk menampung rintikan hujan yang masuk ke dalam rumah karena ada bagian atap yang bocor. Begitu selesai meletakkan semua ember pada tempatnya masing – masing, ia mendengar berita tentang tragedi menghilangnya pesawat P-111. Saat perhatian Mark tertuju pada televisi, ia mendengar suara seseorang yang hendak menyampaikan sesuatu tentang Cathy. Mimpi berakhir. Meski begitu, mimpi itu terasa sangat nyata. Grup kelas membicarakan perihal menghilangnya Jessica, dan sebelum kembali tidur, Mark memutuskan untuk berlatih lagu Wedding Day sebelum hari audisinya di hari esok Keesokan hari, ia menghadiri audisi club piano dan menampilkan permainan lagu Wedding Day yang sudah ia pelajari sejak lama. Nicole juga hadir dan menampilkan permainan lagunya. Setelah audisi berakhir, Mark menemui Nicole di atap sekolah, tempat Nicole akhirnya menceritakan semua hal yang terjadi antara dirinya dengan Kate Kini ia sadar bahwa apa yang ia lakukan pada Kate adalah sebuah kesalahan, ia tidak seharusnya mengorbankan pertemanan demi masa lalu yang sudah tidak ada Untuk itu, Nicole bertekad untuk memperbaiki hubungan mereka dengan mengambil buku kliping yang ia tinggalkan di pusat evakuasi, buku berisikan foto momen kebersamaannya dengan Kate. Nicole berharap Kate akan memaafkannya bila ia memberikan buku kliping tersebut. Sadar Nicole akhirnya sudah tidak terjebak di masa lalu, Mark menawarkan bantuan untuk mencari buku kliping bersama – sama Sebelum pergi, mereka dipanggil oleh Louise yang hendak menjelaskan kelanjutan hasil penelitiannya. Louise telah melakukan double split experiment di berbagai lokasi, dan hasilnya, anomali pola laser hanya terjadi di lokasi yang memiliki keterkaitan dengan bencana The Ruling. Ia menyebut lokasi – lokasi tersebut sebagai hotspot, dan salah satunya adalah Hillstop Cafe yang sempat dijadikan sebagai tempat pengungsian. Mendengar penjelasan ini, Nicole mengajak Louise untuk ikut bersamanya ke pusat evakuasi agar bisa melanjutkan proses penelitian Louise setuju sehingga iapun berangkat menggunakan bus bersama Mark dan Nicole. Setibanya di pusat evakuasi, Louise langsung mempersiapkan Double Split Experiment dan mendapati anomali pola laser yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, dimana hasil tembakan laser tampak mengalami fluktuasi. Mark dan Nicole berhasil menemukan buku kliping yang dimaksud, namun tidak lama kemudian, seisi area tiba – tiba mengalami guncangan hebat. Saat turun menemui Louise, mereka melihat secara langsung bagaimana Louise menghilang di depan mata mereka. Bukan hanya Louise, Nicole dan Mark juga ikut menghilang Louise, Nicole, dan Mark mendapati diri mereka kembali ke dalam realita dalam mimpi mereka. Louise merasa sangat tertekan dan tidak berani menyampaikan kabar buruk yang ia terima pada ibu dan kakaknya. Ia takut kabar itu akan membuat sang ibu kecewa, karena selama ini ibu Louise selalu menuntutnya untuk masuk ke University of New Hampton seperti kedua kakaknya. Nicole kecil yang sudah bersiap di belakang panggung terus mempertanyakan keberadaan Jake. Di sisi lain, ibunya yang sadar bahwa Jake tidak akan datang mengatakan bahwa itulah kehidupan. Terkadang sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita, dan bila hal itu terjadi, satu – satunya hal yang bisa kita lakukan hanyalah menjalaninya. Mendengar ucapan sang ibu, Nicole kecilpun masuk ke panggung dan memutuskan untuk memainkan lagu ciptaannya sendiri “Time Is Tearing Us Apart” Mark, saat ia masih belum bisa mencerna berita tentang menghilangnya pesawat P-111, Ridel datang membawa kabar buruk mengenai Cathy. Cathy sudah menghilang selama beberapa jam yang lalu. Seketika mendapat penglihatan yang ada di dalam mimpi mereka, mereka bertiga kembali ke pusat evakuasi, namun saat Mark hendak mengambil buku kliping Nicole yang terjatuh, ia lagi – lagi menghilang dan mendapati dirinya kembali ke dalam realita di mimpinya, saat ia dan Ridel berlari di tengah hutan mencari Cathy. Mark ingin memberitahu soal insiden yang dialami oleh ibunya, membuat Ridel yang sedang fokus mencari Cathy menjadi marah besar Mark kembali ke pusat evakuasi, memungkinkannya untuk mengambil buku kliping dan pergi meninggalkan tempat itu. Sembari menunggu jemputan dari ibu Louise, Louise mengatakan bahwa mereka mungkin baru saja mengalami apa yang dialami oleh teman – teman mereka yang menghilang. Hanya saja mereka bertiga bisa kembali. Yang pasti, bila pola laser sudah mengalami fluktuasi, artinya sesuatu yang buruk akan terjadi Sejak kejadian itu, mereka semua memutuskan untuk lebih terbuka satu sama lain. Nicole berhasil memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Kate setelah memberikan buku kliping, Cathy menceritakan masalah di keluarganya pada kedua sahabatnya, Mark membicarakan perihal ibu pada ayahnya, Ridel akhirnya diterima oleh studio film dan membuat filmnya sendiri dengan Cathy sebagai aktrisnya, dan Louise mencurahkan isi hatinya pada sang kakak. Bulan Maret tahun 2015, sehari sebelum acara prom sekolah, Mark, Nicole, dan Louise telah memastikan tidak ada yang aneh pada pola laser. Namun tepat saat Mark beranjak tidur, pola laser mengalami fluktuasi hebat. Keesokan malam, Mark menikmati kebersamaan dengan Nicole di acara prom sekolah, paling tidak sebelum ia lagi – lagi mendapat ingatan yang menunjukkan bagaimana dirinya di masa dewasa merasa sedih karena kehilangan Cathy, kejadian yang ada di bagian akhir Act 1. Di saat itu juga, Mark sadar bahwa Cathy sudah tidak ada disana. Keluar dari ruang pesta, Mark mendapati Cathy sedang dimarahi oleh kedua orang tuanya dan terpaksa harus pulang. Mark menelepon Cathy berulang kali namun tidak mendapat jawaban, dan lebih buruknya lagi, Louise mendapati pola laser mengalami fluktuasi. Tidak ingin kehilangan Cathy, Mark langsung berlari sekuat tenaga mencari sahabatnya itu, dan pada kesempatan – kesempatan tertentu, ia akan menghilang sesaat sebelum kemudian muncul kembali. Tiap kali menghilang, Mark masuk ke dalam ingatan masa kecilnya, saat ia membentak sang ibu karena tidak terima dengan keputusan orang tuanya yang hendak bekerja di luar negeri. Mark kecil bahkan sampai meminta ibunya untuk tidak perlu pulang lagi. Mark juga mendapat ingatan yang ditunjukkan dalam mimpinya, saat ia akhirnya menceritakan tentang menghilangnya pesawat P-111 pada Ridel di tengah kesibukan mereka mencari Cathy. Mark menyesali semua perkataan jahatnya pada sang ibu, namun kemudian ia mendapat penglihatan mengenai sang ibu yang memahami perasaannya. Pada akhirnya Mark tersungkur jatuh, dan secara kebetulan, ia melihat Cathy sedang berdiam diri di seberang jalan. Di saat yang bersamaan, Louise memutuskan untuk mengejar Mark setelah melihat pola laser yang semakin tidak karuan, diikuti oleh Nicole dari belakang. Tepat saat Mark memanggil Cathy, wilayah Liamson tiba – tiba mengalami guncangan hebat, dan di titik ini, Cathy yang hampir tertabrak oleh truk menghilang begitu saja. Sedangkan di sisi lain, Louise terjatuh dan mengalami pendarahan hebat sebagai akibat dari guncangan yang terjadi Semua murid sekolah berkumpul dan ikut berduka atas kematian Louise, sedangkan Cathy tidak pernah ditemukan Kakak Louise datang menemui Mark untuk memberitahu bahwa mereka akan memastikan hasil penelitian Louise menjadi bagian penting dari ilmu pengetahuan. Mark sendiri mengalami depresi luar biasa kehilangan Cathy dan Louise, ditambah lagi sang ayah yang masih belum bisa merelakan kepergian ibunya. Ia sempat menonton film garapan Ridel yang menghadirkan Cathy sebagai sang protagonis, tempat Ridel mengungkapkan kekesalannya karena Mark selalu menutup mulut soal penelitian yang ia lakukan bersama Louise. Andrew juga menemui Mark dan memberitahu bahwa kedua orang tuanya menyayangi Cathy dengan cara mereka sendiri. Pada akhirnya, Mark mengunjungi Hillstop Cafe untuk melakukan Double Split Experiment, berharap anomali pola laser akan muncul dan mengembalikan Cathy dan beberapa orang hilang lainnya. Namun tidak sesuai harapan, pola laser tidak menunjukkan tanda – tanda anomali, semuanya tampak normal. Nicole datang menyampaikan kabar mengenai hasil penelitian Louise yang sudah mulai mendapat pengakuan dari para ilmuwan, tapi Mark tidak begitu peduli. Ia terus mengatur posisi laser, dan saat Nicole berusaha meyakinkannya untuk meneruskan hidup, Mark malah menyinggung soal Jake, seketika membuat Nicole terdiam sejenak, sebelum kemudian mengatakan bahwa Jake sudah tidak ada. Nicole tidak kuasa menahan tangisan melihat Mark yang terus menyiksa dirinya. Ia menyampaikan hal yang pernah dikatakan oleh ibunya. Dalam kehidupan, terkadang sesuatu tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Bila hal itu terjadi, kita hanya bisa menjalaninya. Sadar Mark benar – benar tidak peduli padanya, Nicolepun pergi dari sana, dan tidak lama kemudian, seekor kupu – kupu hinggap di tangan Mark Semuanya kembali ke sedia kala Kembali ke awal saat Mark sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Kali ini ia merasa harus mencari Louise tapi tidak ingat kenapa. Di tengah berlangsungnya presentasi, pikiran Mark terus dipenuhi dengan pertanyaan, dimana ia selalu merasa ada sesuatu yang harus ia lakukan. Louise juga kebingungan melihat bagaimana Mark bisa mengetahui soal Sofia yang adalah teman lamanya dan keinginannya untuk masuk ke University of New Hampton. Di malam hari, Mark mendapat ingatan acak tentang Cathy, Nicole, dan ibunya, dan kebetulan, saat menggunakan media sosial, ia menemukan profil Nicole Lacsamana. Seketika itu juga, Mark merasa ia kenal dengan Nicole dan di luar dugaan, belum sempat mengirim pesan pada Nicole, ia menerima pesan dari Nicole yang tampaknya juga mengingat Mark Di saat itu juga, entah apa yang terjadi, waktu terulang kembali ke pagi hari, namun kali ini Mark mengingat secara jelas apa yang baru saja terjadi padanya. Ia mendapat pesan dari Nicole dan mempelajari bahwa baik dirinya maupun Nicole mengalami hal yang sama. Keduanya tahu bahwa mereka saling mengenal dan harus melakukan sesuatu. Mark meminta Nicole untuk ketemuan di ruang lab sekolahnya Di sekolah, Mark menyadari bahwa ia seolah berpindah ke realita lain, dimana dalam realita ini, Ridel sedang sibuk syuting dan Louise sudah menghilang sejak satu tahun yang lalu. Bagaimanapun juga, Mark kemudian mengunjungi ruang lab, dan sembari menunggu kedatangan Nicole, ia menemukan berbagai lembaran penelitian Louise yang menunjukkan beberapa lokasi hotspot, lokasi yang dianggap sebagai sumber dari kejadian – kejadian aneh yang mempengaruhi realita. Tidak lama kemudian, Nicole akhirnya datang, dan begitu mata mereka bertemu, Mark dan Nicole langsung mendapat seluruh ingatan mengenai kebersamaan mereka... Seketika itu juga, mereka berdua langsung merasa sangat dekat. Mereka mendiskusikan perihal berbagai realita yang mereka jalani, sebelum kemudian sepakat untuk saling mencari satu sama lain bila realita terulang kembali Tepat di saat keduanya bersalaman, hari terulang kembali. Situasi sekitar menjadi semakin kacau, beberapa orang melakukan demo terkait dana bantuan yang menghilang begitu saja. Beruntung, Mark dan Nicole tidak kehilangan ingatan mereka, dan begitu Mark sadar bahwa dalam realita ini Louise tidak menghilang, ia langsung meminta Nicole untuk menemuinya di Hillstop Cafe, tempat ia bertemu dengan Louise yang sangat terobsesi melakukan penelitian. Louise tidak peduli dengan berbagai kejadian aneh yang dialami oleh Mark, namun begitu Nicole datang dan menatap mata Mark, pola laser tiba – tiba mengalami fluktuasi. Mendengar penjelasan Mark mengenai situasi sekitar yang semakin memburuk tiap kali ia mengulang hari, Louisepun berspekulasi bahwa pengulangan hari, atau disini sudah disebut sebagai pengulangan realita, akan terjadi tiap kali Mark dan Nicole saling menatap satu sama lain. Jadi bila tidak ingin situasi menjadi semakin kacau, mereka berdua harus berpisah Meski berat, Mark dan Nicole tidak memiliki pilihan lain selain paling tidak mencobanya. Sebelum benar – benar berpisah, keduanya mengungkapkan rasa cinta mereka satu sama lain, dimana Nicole mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati ditabrak oleh Mark di lorong sekolah pada tiap realita yang ada. Nicole memeluk Mark dan keduanyapun pulang ke arah masing – masing Mengulang ke realita lainnya, baik Mark maupun Nicole berusaha untuk menjalani kehidupan mereka masing – masing tanpa memikirkan satu sama lain. Namun seolah sudah ditakdirkan, pagi itu Mark mendapat kabar bahwa Cathy sedang berada di rumah sakit, sehingga iapun pergi untuk menjenguk sahabatnya. Sedangkan di saat yang bersamaan, Nicole yang ingin memperbaiki hubungan pertemenannya dengan Kate mendengar kabar bahwa Kate sedang dirawat di ruamh sakit, sehingga ia juga pergi ke rumah sakit.
Mark berbincang – bincang dengan Cathy dan Ridel, paling tidak sebelum ia merasakan sensasi aneh dan izin pergi untuk mencari udara segar. Nicole menemui Kate, namun Kate justru menjadi sangat marah melihat perilaku Nicole yang mendadak ingin meminta maaf. Kate pergi mencari udara segar, dan saat Nicole mengikutinya sampai masuk ke dalam elevator, ia tiba – tiba mendapati dirinya berada di dalam satu elevator dengan Mark. Keduanya terkejut dan tidak sengaja saling menatap, seketika membuat seisi rumah sakit menjadi sepi, dipenuhi oleh barang – barang yang berhubungan dengan kenangan mereka di masa lalu. Keduanya terjebak di tempat yang sama tapi tidak bisa saling bertemu. Mark mendengar suara ibunya, sedangkan Nicole melihat sosok Jake. Keduanya terus berlari kesana kemari kebingungan akan apa yang terjadi, sampai akhirnya Mark mendapat ingatan dari sejumlah realita saat ia kehilangan Cathy... Mark memanfaatkan tiap kesempatan yang ada untuk meminta maaf pada Cathy karena ia tidak menjadi pendengar yang baik dan berjanji akan melakukan apapun untuk memperbaiki semua ini Saat realita terulang kembali, Mark memutuskan untuk tidak lagi berusaha meghindari Nicole seperti saran Louise. Dalam realita ini, ia juga mendapati bahwa Lokasi rumah sakit dan Hillstop Cafe sudah tidak ditandai sebagai Hotspot. Saat ia mendiskusikannya dengan Nicole, Mark sadar bahwa kedua lokasi tersebut adalah lokasi tempat ia dan Nicole saling bertatap mata. Artinya, mereka dapat menghentikan Hotspot dengan saling menatap satu sama lain di lokasi – lokasi tersebut. Mark menemui Nicole di sebuah desa yang dijadikan sebagai tempat pengungsian korban bencana The Ruling, dan setelah bersiap, keduanya saling menatap satu sama lain. Meski terasa sakit, Mark dan Nicole terus bertahan, sampai akhirnya mereka berdua lagi – lagi berada di satu tempat tapi tidak bisa saling bertemu. Dalam fase ini, Mark melihat kenangan masa kecil Nicole, lebih tepatnya pertemuan terakhir Nicole kecil dengan Jake. Di sisi lain, Nicole melihat masa kecil Mark, saat Mark kecil tidak mau makan setelah mengetahui bahwa ibunya akan pergi ke luar negeri untuk bekerja Realita terulang, kali ini situasi rumahnya sudah benar – benar berantakan karena terkena dampak The Ruling. Nicole pergi ke desa pengungsian untuk memastikan mereka melakukan hal yang benar, dan sesuai dugaan, pola laser telah menjadi normal, menandakan bahwa desa pengungsian sudah tidak lagi menjadi Hotspot. Kini mereka bertemu di pusat evakuasi, tempat Nicole mengungkapkan rasa takutnya kehilangan Kate, sedangkan Mark takut kehilangan Cathy. Keduanya saling bertatapan, namun kali ini, Nicole yang tidak kuasa menahan rasa sakit berakhir jatuh. Meski begitu, Mark cepat tanggap dengan langsung mendekat dan menatap matanya. Mereka berhasil. Mark mendapat penglihatan mengenai kehidupan Jake dan kebersamaannya dengan Nicole. Jake adalah anak yang dekat dengan ayahnya, namun suatu hari, ketentraman keluarganya menjadi berantakan saat kedua orang tuanya bertengkar hebat. Meski hal ini benar – benar menyakitinya, Jake merahasiakan perihal masalah keluarganya dari Nicole. Ia mengunjungi Nicole dari waktu ke waktu untuk menemani sahabatnya itu dalam berlatih piano. Nicole di sisi lain mendapat penglihatan mengenai masa lalu Mark, saat kedua orang tua Mark mempersiapkan beberapa dokumen yang diperlukan untuk bekerja di luar negeri. Melihat Mark yang terus mengurung diri di dalam kamar, sang ibupun menggunakan sisa uangnya untuk membeli 3 tiket taman hiburan, agar paling tidak mereka bisa bersenang – senang sebagai satu keluarga sebelum terpaksa harus berpisah. Sang ibu menghampiri Mark untuk menunjukkan kejutan ini, namun tidak sesuai harapan, Mark yang masih kesal langsung menolak kejutan dari ibunya, mengatakan bahwa kejutan apapun tidak akan mengubah kenyataan bahwa ibunya akan pergi ke luar negeri. Realita mengalami pengulangan, mereka sudah berhasil menghilangkan Hotspot pusat evakuasi. Kini Mark mengunjungi kota asal Nicole yang hancur terkena dampak bencana The Ruling, tempat ia menemukan Kate yang dalam realita ini masih belum bisa menerima kenyataan mengenai saudaranya, Jake, yang menghilang entah kemana. Setengah jam kemudian Nicole datang dan merekapun saling menatap, namun di tengah proses ini, perhatian Nicole teralihkan oleh Kate, seketika membuatnya menjadi sangat marah, menganggap Kate sebagai orang munafik yang rupanya juga belum bisa melupakan Jake. Pada akhirnya, Kate meminta maaf, dan realita terulang kembali Kali ini Mark mendapati dirinya menjadi salah satu korban The Ruling yang sedang mengungsi di SMAnya sendiri. Ia tidak bisa menghubungi Nicole karena tidak ada sinyal. Meski begitu, Mark yakin Nicole tahu harus bertemu dimana, karena satu – satunya lokasi Hotspot yang tersisa adalah di dekat tebing, tempat ia kehilangan Cathy. Beruntung, saat Mark menemui Louise dan menyampaikan keinginannya untuk keluar, Louise langsung memberikan izin jam malam, memungkinkan Mark untuk keluar di malam hari.
Perjalanan itu mengingatkan Mark kembali pada momen saat ia kehilangan Cathy, dan di luar dugaan, bukannya bertemu Nicole, ia malah bertemu dengan Cathy yang mengkhawatirkannya. Cathy menyebrang ke arahnya, seketika membuat Mark mengalami sakit luar biasa pada kepalanya dan mendapat berbagai penglihatan tentang kegagalannya dalam menyelamatkan Cathy lagi dan lagi... Situasi benar – benar kacau. Mark sedang berada di tengah hutan bersama Cathy yang mengetahui soal Hotspot. Hanya sesaat setelah itu, Cathy menghilang, diikuti oleh area sekitar Mark yang menghilang satu per satu, memindahkannya ke area kekosongan... Nicole juga mengalami hal serupa, dan disini, masing – masing dari mereka mendapat penglihatan mengenai masa kecil satu sama lain. Nicole melihat masa kecil Mark, sedangkan Mark melihat masa kecil Nicole. Ada kalanya ketika Mark benar – benar hidup bahagia bersama kedua orang tuanya, bahkan sang ayah mengubah kipas angin rumah menjadi robot – robotan demi membuat Mark senang. Ibu Mark juga berjanji akan mewujudkan apapun impian Mark, agar Mark nantinya tidak menjadi seperti ayah dan ibunya yang sudah tidak memiliki kesempatan untuk menggapai impian. Saat itu, Mark tidak tahu bahwa ayah dan ibunya sering berdiskusi soal keputusan mereka pergi bekerja di luar negeri.
Di saat – saat ini, ibu Mark menyempatkan diri untuk menghadiri pertunjukan musik anak – anak, tempat ia mendengar permainan lagu Time Is Tearing Us Apart yang dimainkan oleh Nicole, lagu indah yang kemudian terus diingat olehnya dan bahkan sampai diperdengarkan pada Mark. Sekian lama menyembunyikan soal keputusannya bekerja di luar negeri, ibu Mark akhirnya memberitahukan hal itu, seketika membuat Mark menjadi sangat sedih dan terus memeluk ibunya. Bagaimanapun juga, pada akhirnya ibu Mark terpaksa harus pergi demi memberikan Mark kesempatan untuk menggapai impiannya lebih mudah. Berbagai kesulitan membuat ibu Mark tidak bisa pulang dari tahun ke tahun, sehingga Mark yang tidak lagi percaya dengan ibunya menganggap sang ibu sebagai pembohong. Ia tidak peduli dengan bingkisan hadiah besar pemberian ibunya, tidak peduli bahwa ibunya mengucapkan selamat, dan merobek semua surat dan foto kiriman sang ibu. Pada satu kesempatan, Mark bahkan mengungkapkan keinginannya agar sang ibu tidak usah pulang, seketika membuat ayahnya menjadi sangat marah. Sang ayah meminta Mark untuk mencoba memaafkan, dan tanpa disadari keinginan Mark benar – benar terjadi. Pesawat P-111 yang digunakan oleh ibu Mark untuk pulang menghilang di tengah terjadinya badai besar Sedangkan untuk masa kecil Nicole, ia menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bermain bersama Jake dan berlatih piano. Suatu hari, saat Nicole sedang buntu, Jake memainkan sebuah nada lagu yang kemudian memberikan Nicole inspirasi untuk melanjutkan lagu buatannya. Nicole tidak tahu bahwa saat itu, keluarga Jake tidak sedang baik – baik saja. Jake hanya bisa menangis tiap kali mendengar ayah dan ibunya bertengkar hebat, dan satu hal yang membuatnya sedih adalah kenyataan bahwa ibunya ingin membawanya pergi dari ayahnya. Saat Jake memberitahukan hal ini pada sang ayah, pertengkaranpun kembali terjadi, membuat Jake terus menyalahkan dirinya sendiri atas pertengkaran kedua orang tuanya Sejak saat itu, Jake kerap kali melamun saat sedang bersama Nicole. Ia memberitahu Nicole bahwa tidak lama lagi ia akan pergi berlibur bersama ibunya dan berjanji akan kembali sebelum Nicole tampil, padahal Jake tahu hal itu tidak benar. Ia juga sempat ingin memberitahukan kebenarannya tapi kemudian mengurungkan niatannya itu. Di acara pertunjukan musik, Nicole yang sedih Jake tidak hadir disana memutuskan untuk memainkan lagu Time Is Tearing Us Apart. Setelah pertunjukan selesai, ia langsung menanyakan keberadaan Jake pada Kate, membuat Kate menjadi sangat kesal dan menyebut Nicole sebagai teman yang tidak cukup baik bagi Jake. Kebingungan dengan apa yang terjadi, Nicole melempar piala juara 1 nya, dan sejak hari itu, Nicole melakukan berbagai upaya untuk mencari Jake, termasuk dengan memasang poster orang hilang. Kate merobek poster – poster tersebut, sebelum kemudian berusaha menyadarkan Nicole bahwa Nicole hanya menyiksa dirinya sendiri. Kate meminta Nicole untuk memaafkan diri sendiri Ingatan masa kecil Nicole dan Mark berakhir. Mereka berdua mendapati diri mereka berada di area bersinar penuh pohon. Meski tidak bisa saling bertemu, keduanya sama – sama memainkan piano dan bisa mendengar permainan musik satu sama lain. Selesai memainkan lagu, Mark tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki semua kerusakan yang telah mereka sebabkan. Di saat itu juga, 2 kupu – kupu datang, masing – masing hinggap di tangan Mark dan Nicole. Kupu – kupu menenangkan mereka berdua dengan meyakinkan Mark dan Nicole bahwa mereka sudah berusaha untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Mark mengungkapkan rasa rindunya pada sang ibu, sedangkan Nicole berharap ia bisa lebih peka terhadap kondisi Jake. Kupu – kupu di tangan Mark menunjukkan wujud aslinya, Jake. Sedangkan kupu – kupu di tangan Nicole adalah Maria, ibu Mark. Sama halnya dengan Mark dan Nicole, Jake dan Maria juga memiliki penyesalan mereka sendiri Jake menyesal karena tidak memberitahu bahwa ia akan dibawa pergi oleh ibunya, membuat Nicole terus menyiksa dirinya sendiri berusaha mencari jawaban atas menghilangnya Jake. Sedangkan Maria menyesal karena alih – alih memberikan kehidupan yang layak bagi Mark, kepergiannya justru merenggut kebahagiaan Mark. Disini juga akhirnya terungkap bahwa Jake dan Maria dapat mengubah jalannya sebuah realita. Selama ini, mereka merubah alur realita demi memberikan Mark dan Nicole kehidupan yang lebih baik. Namun pada satu titik, mereka tiba – tiba kehilangan kendali, membuat realita menjadi semakin berantakan dan dipenuhi dengan kekacauan. Tapi satu hal yang pasti adalah sebanyak apapun mereka mencoba untuk mengubah realita, pada akhirnya Mark dan Nicole tetap berakhir tidak bahagia. Kenyataan ini membuat Jake dan Maria sadar bahwa mereka seharusnya percaya sepenuhnya pada Mark dan Nicole, membiarkan Mark dan Nicole menjalani kehidupan mereka seperti semestinya. Begitu Maria dan Jake pergi, Mark akhirnya bisa bertemu langsung dengan Nicole. Mereka berdua sadar bahwa setelah ini mereka akan menjalani sebuah realita baru yang semestinya terjadi sejak awal, realita dimana Mark bisa jadi tidak bertemu dengan Nicole. Meski begitu, keduanya sepakat untuk tidak menyesali keputusan mereka dan berharap akan bertemu lagi. Mark tidak ingin melupakan Nicole, begitu juga dengan Nicole. Nicole berterima kasih pada Mark atas hadiah kue kering, atas bercandaan Mark soal kucing yang menculiknya, atas rasa percaya Mark pada Nicole, atas tindakan Mark yang menabraknya di lorong sekolah, dan apapun itu. Mereka berdua telah menghidupi ratusan kehidupan bersama – sama... Mark yang sudah hampir menyerah bangkit kembali dan berlari sekuat tenaga mencari Cathy bersama Ridel. Sampai akhirnya, mereka berdua berhasil menemukan Cathy di stasiun kereta api. Mark memeluk Cathy dan mengungkapkan keinginan untuk lebih memahami sahabatnya itu, serta berjuang bersama. Semuanya akan baik – baik saja Di sisi lain, Nicole memutuskan untuk tidak lagi berlarut – larut dalam kesedihannya kehilangan Jake. Ia akhirnya berteman baik dengan Kate. Pada akhirnya, semua orang menjalani kehidupan seperti semestinya, kehidupan dimana kita tidak akan pernah bisa mengerti seseorang secara sepenuhnya, terjadi kesalahpahaman, merasakan sakit hati, berjuang untuk mencapai impian, dan terkadang mengalami kegagalan. Tapi tetap saja, keinginan tiap manusia untuk saling mengerti, terhubung, memiliki, memaafkan, berduka, dan untuk menerima yang sudah berlalu, itulah yang membuat seseorang belajar dan bertumbuh. Apapun yang terjadi, kita hanya perlu menjalaninya. Dunia masih belum berakhir... Kisah berlanjut beberapa tahun kemudian. Nicole sedang dalam perjalanan menuju sebuah cafe untuk berkencan dengan seseorang. Di saat yang bersamaan, Mark juga sedang siap – siap berkencan. Dari sekian banyak kencan yang berakhir gagal, Mark merasa yang kali ini akan berhasil. Cathy seperti biasa mengomentari tiap perkataan Mark Terungkap bahwa keduanya berkencan di tempat yang sama, namun dengan pasangan mereka masing – masing. Meja mereka hanya bersebelahan, dan Mark sempat melihat Nicole sesaat, begitu juga dengan Nicole yang sempat melihat Mark... Dua kupu – kupu memperhatikan dari luar cafe, dan kisah game Until Then akhirnya berakhir... Begitulah kisah game Until Then yang benar – benar panjang namun sangat menarik untuk diikuti. Sekarang mari kita bahas apa yang sebenarnya terjadi di sepanjang permainan melalui babak penjelasan Kisah Until Then berfokus pada 2 orang, yaitu Mark Borja dan Nicole Lacsamana. Mark Borja berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Meski begitu ia hidup dengan penuh kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Namun sayang, kebahagiaan itu seolah direnggut darinya saat keluarganya mulai mengalami kesulitan ekonomi. Kondisi ini mengharuskan ibu Mark bernama Maria dan ayah Mark bernama Paolo untuk bekerja di luar negeri, berharap dengan bayaran tinggi yang mereka dapatkan, mereka dapat memberikan kehidupan yang layak untuk Mark, agar suatu saat nanti, Mark dapat menggapai impiannya. Maria memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap musik, bahkan ia masih menyempatkan diri untuk menonton pertunjukan musik yang dalam salah satu pertunjukan itu, ia melihat permainan lagu Time Is Tearing Us Apart yang ditampilkan oleh Nicole Lacsamana. Maria menyukai lagunya, sehingga ia kerap kali memperdengarkan lagu itu pada Mark. Namun bagaimanapun juga, pada akhirnya ia harus memberitahu Mark mengenai keputusannya bekerja di luar negeri, membuang impiannya sebagai musisi jauh – jauh. Mark tidak bisa menerima kenyataan ini, membuatnya menjadi anak yang murung dan kerap kali menyakiti hati ibunya. Mark sering menolak makanan buatan sang ibu, tidak peduli dengan semua ucapannya, dan menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengurung diri di kamar. Tibalah waktunya bagi Maria dan Paolo untuk pergi bekerja di luar negeri. Begitu ada kesempatan, Paolo akan langsung pulang untuk menemui Mark, namun tidak untuk Maria yang kebetulan selalu mengalami berbagai kendala yang membuatnya tidak bisa pulang dari tahun ke tahun. Hal ini membuat Mark menjadi sangat marah, ia menganggap ibunya sebagai seorang pembohong dan bahkan mengungkapkan keinginannya agar sang ibu tidak pulang. Tanpa disadari, keinginannya itu benar – benar terjadi. Maria dinyatakan menghilang bersama penumpang lain di pesawat P-111 saat ia hendak pulang ke Filipina untuk menemui Mark. Sejak saat itu, kehidupan Mark langsung menjadi berantakan. Ia tidak bisa menerima kepergian ibunya dan hidup dengan penuh penyesalan karena telah menyakiti hati ibunya berulang kali. Paolo yang tidak berani pulang karena cuaca sedang buruk juga sama, ia tidak bisa menerima kepergian sang istri. Pada akhirnya, Mark dan Paolo hidup dalam kepura – puraan, seolah Maria masih hidup dan sedang bekerja di luar negeri Di sisi lain, Nicole Lacsamana memiliki seorang sahabat bernama Jake yang suatu hari tiba – tiba hilang kabar. Jake adalah teman terbaik Nicole yang selalu mendukungnya dalam permainan piano. Tapi Nicole tidak tahu bahwa kedua orang tua Jake sering bertengkar. Puncaknya ada pada saat ibu Jake yang membawa Jake pergi dari rumahnya. Itulah kenapa, Jake tidak bisa menghadiri pertunjukan musik, dan sejak saat itu, Nicole terus terjebak di masa lalu, dimana ia rela melakukan apapun demi mendapat jawaban atas menghilangnya Jake, bahkan sampai mengorbankan hubungan pertemanannya dengan Kate. Nicole tidak pernah lagi menyentuh pianonya Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jake. Tahu – tahu, kita melihat Jake dalam wujud arwah, sama seperti ibu Mark. Dari sini bisa disimpulkan bahwa ada sesuatu buruk yang terjadi padanya, sesuatu yang merenggut nyawanya. Nah seperti yang terungkap pada bagian penghujung Act 3, arwah Maria dan Jake tidak bisa tinggal diam melihat orang yang mereka sayangi hidup dalam penuh kesengsaraan. Untuk itulah, mereka mengubah realita yang ada demi memberikan kehidupan yang bahagia untuk Mark dan Nicole. Maria dan Jake ingin Mark dan Nicole bertemu dengan harapan agar mereka berdua bisa saling menyembuhkan luka mereka masing – masing, mengingat keduanya sama – sama kehilangan orang yang mereka sayangi. Terjadilah sebuah bencana besar bernama The Ruling, yang dimana bencana ini merusak sebagian besar wilayah Filipina yang salah satunya adalah kota tempat Nicole berasal. Akibatnya, Nicole pindah ke wilayah Liamson, tempat ia bertemu dengan Mark. Jadi bencana besar The Ruling bukanlah sesuatu yang terjadi secara alami, melainkan terjadi saat Jake dan Maria memanipulasi realita yang ada demi mempertemukan Mark dan Nicole. Tiap kali gagal membuat Mark dan Nicole memiliki kehidupan yang bahagia, Maria dan Jake akan mengulangi realitanya lagi dengan beberapa perubahan. Namun tindakan pengulangan realita juga berdampak pada ingatan yang tercampur antar satu realita dengan realita yang lainnya, membuat semua orang yang terlibat terkadang merasakan sensasi deja vu yang sangat kuat Act 1 bukanlah pertama kalinya Mark dan Nicole dipertemukan, terbukti dari bagaimana Mark sudah merasa familiar saat ia melihat profil wajah Nicole. Kita tidak tahu sudah berapa banyak realita yang terulang, tapi yang pasti pada Act 1, rencana Maria dan Jake bisa dibilang berhasil, karena pada akhirnya Mark dan Nicole hidup bahagia bersama sebagai sepasang suami istri dan keduanya tidak lagi terjebak dengan masa lalu. Namun kemudian, Mark yang sedang beres – beres menemukan kaset berisi rekaman suara Cathy, membuatnya teringat kembali akan sahabatnya. Kehilangan Cathy membuat Mark tidak bisa menjalani kehidupannya secara penuh, sehingga Maria dan Jakepun memutuskan untuk mengulang realita. Tapi kalau kita memilih opsi untuk tidak melanjutkan, maka game akan berakhir begitu saja. Artinya disini Maria dan Jake sudah puas dengan realita yang ada. Bila memilih melanjutkan, realita terulang dan kita memasuki Act 2. Dalam Act 2, semuanya menjadi berantakan. Mark berakhir depresi setelah kehilangan Cathy dan Louise, membuat Nicole sedih melihat kehidupan Mark yang semakin berantakan. Tentu ini bukanlah realita yang diharapkan oleh Maria dan Jake, sehingga mereka mengulanginya lagi. Sesaat sebelum realita terulang, kupu – kupu akan selalu hinggap di tangan Mark dan Nicole. Seperti yang terungkap di akhir Act 3, itu adalah arwah Maria dan Jake Banyaknya pengulangan realita akhirnya memberikan dampak buruk pada dunia itu sendiri, dimana Maria dan Jake tiba – tiba kehilangan kendali dan tiap realita mengalami kehancuran demi kehancuran, seperti yang diceritakan pada Act 3. Disana kita melihat bagaimana Mark dan Nicole menjalani ratusan realita acak yang sangat berantakan. Beruntung, pada akhirnya Mark dan Nicole sadar bahwa tiap kali mereka saling bertatapan mata, kumpulan realita akan hancur. Melakukan hal tersebut di lokasi yang menjadi sumber kekacauan, disebut sebagai Hotspot, akan secara tidak langsung menghancurkan sumber kekacauan itu sendiri. Sampai saat hanya tersisa satu Hotspot, Maria dan Jake kembali mendapat kendali atas realita. Di saat itu juga, mereka memberikan kenangan masa kecil Mark dan Nicole, sebelum kemudian mempertemukan keduanya. Sadar mereka tidak seharusnya mengubah realita yang ada, Maria dan Jake memutuskan untuk percaya sepenuhnya pada Mark dan Nicole Mereka tidak lagi melakukan manipulasi realita, sehingga bencana The Rulingpun tidak terjadi dan Nicole tidak pernah bertemu dengan Mark. Mark dan Nicole tidak memiliki ingatan apapun soal ratusan realita yang mereka lalui bersama – sama. Meski begitu pada akhirnya keduanya memutuskan untuk tidak terjebak di masa lalu, dan seolah memang ditakdirkan untuk bertemu, mereka berkencan di tempat yang sama namun dengan pasangan masing – masing. Mark dan Nicole sempat saling melihat, dan kalau kita perhatikan, terjemahan dari nama cafenya adalah “takdir”. Tambahan, perempuan yang dikencani Mark kemungkinan adalah Jessica, murid pendiam yang suka bermain dengan rambutnya. Apakah Mark dan Nicole akan menjadi sepasang kekasih? Endingnya dibiarkan terbuka. Jadi terserah pada kita sebagai pemain untuk berasumsi sendiri. Hanya saja, melihat dari nama cafenya yang berarti “takdir”, bisa jadi pada akhirnya Mark dan Nicole akan kembali menjalin hubungan. Mereka sudah ditakdirkan untuk bertemu Di Filipina sendiri, kupu – kupu dipercaya sebagai manifestasi fisik dari roh orang tersayang yang sudah meninggal, menjelaskan soal arwah Maria dan Jake yang ditampilkan dalam wujud kupu - kupu Akhirnya sampai juga kita pada penghujung video. Kisah Until Then benar – benar bermakna, yang dimana melalui kisahnya, kita tahu bahwa tiap orang memiliki masalahnya masing – masing. Cathy dengan keluarganya yang selalu kasar padanya, Mark yang tidak bisa merelakan kepergian sang ibu, begitu juga dengan Nicole yang selalu terjebak di masa lalu, Louise yang dituntut untuk sepintar kedua kakaknya, dan Ridel yang berjuang keras untuk membuat filmnya sendiri. Silakan tulis pendapat kalian di kolom komentar di bawah. Request bisa dengan reply komen yang kami pin atau DM ke instagram kami di @droomp1. Jangan lupa untuk kasi like kalau kalian suka dengan konten – konten kami dan tentunya terima kasih banyak kepada kalian semua yang telah merequest dan menonton video kali ini. And see you guys in the next video. Stay Romp