Hari ini kan peradaban sarser itu kan Kita gak ngerti bener yang kita share itu apa Tapi rasanya kok keren saja Rasanya kok hebat saja Terus wow Hari ini peradaban kita kan rame sekali Cirinya era digital itu noisy, rame Tapi dangkal Jadi karena tidak banyak orang berpikir tinggal transfer pengetahuan dari sini ke sana Apalagi kalian sekarang dibantu abis-abisan oleh teknologi HP-mu sangat paham, chat GPT-mu sangat dalam, tapi kamu tambah dangkal Kamu tinggal nguntip saja, mahasiswa yang harusnya menganalisis persoalan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi Rabbil Alamin Wabihi nasta'inu ala umurid dunya wa'd-din Allahumma salli wa sallim wa barik ala habibina wa syafi'ina Sayyidina wa maulana Muhammadin Wa ala alihi wa ashabihi wa man tabi'ahum bi ihsanin ila yaumiddin. Amma ba'du. Bismillah, mari kita mulai lagi, kita lanjut lagi ngaji filsafat kita.
Semoga bisa lanjut kita istiqomai. Oke, malam hari ini kita belajar dari beliau, Jiddu Krishnamurti. Mungkin teman-teman pernah mendengar nama beliau, beliau ini meditator spiritualis, guru dari banyak orang.
yang terkenal sekali dengan spiritualitasnya ini malam hari ini temanya kita agak dalam berfikirnya, gak apa-apa ya paham gak paham didengarkan saja biarkan saya bicara sebebas-bebasnya Baik, bismillah kita mulai ya belajar untuk bebas yang hakiki menurut beliau Nanti kalau ada sindiran-sindiran gak boleh baper Beliau tajam sekali nyender hidup kita sehari-hari Ini kalimat dari Freedom from the Noun Buku itu sebenarnya kumpulan tulisan, ada banyak kumpulan tulisan dari beliau, antara lain buku itu. Nah, di bagian paling awal buku itu ada kalimat seperti ini Nanti coba di cross-check dengan teman-teman hidupnya selama ini ya Apalagi ini banyak mahasiswa Selama berabad-abad, kita telah diindoktrinasi oleh para guru kita, para pemimpin kita Buku-buku kita, orang-orang yang kita anggap suci Kita Berkata pada mereka semua itu, beritahu aku segalanya apa yang ada di balik bukit-bukit gunung-gunung dan bumi ini Kemudian kita merasa puas dengan deskripsi yang mereka berikan Terus komentarnya beliau, itu berarti bahwa hidup kita didasarkan pada kata-kata belaka Dan berarti hidup kita sifatnya dangkal dan kosong Kita tidak orisinil Selama ini kita hidup berdasarkan apa yang diberitahukan pada kita Baik karena terdorong oleh kecenderungan-kecenderungan sifat-sifat bawaan kita Ataupun karena kita terpaksa menerima segalanya itu Karena situasi dan lingkungan Kita merupakan hasil dari segala macam pengaruh Dan tak ada apapun yang baru dalam diri kita Tak ada apapun yang telah kita temukan sendiri dalam diri kita Tidak ada yang orisinil Tidak ada yang murni, tidak ada yang jelas Ini sindiran telak ya untuk kita Ternyata selama ini kita itu tidak pernah benar-benar hidup Tidak pernah benar-benar memahami hidup Ini versi kita Kita hanya mengikuti kata-kata Padahal kata-kata itu bukan dunia yang sejati. Itu kan perspektif tafsirnya mereka. Tapi kita ikut mereka. Ya mungkin bagi mereka itu otentik.
Kalau bagi kita yang hanya follower, kita tidak menikmati, tidak memahami dunia kita sendiri. Isi kepala kita penuh dengan pikirannya orang lain. Jangan-jangan ada pikiran saya juga di kepalamu.
Terus buat apa? Kata Krishnamurti. Inilah nanti yang membelenggu kita. Jadi kita bukan pejuang kebenaran untuk hidup kita sendiri. Padahal kata beliau, deskripsi itu tidak sama dengan yang dideskripsikan.
Aku bisa mendeskripsikan gunung, tetapi deskripsi bukanlah gunung itu sendiri. Dan jika engkau terjebak dalam deskripsi seperti kebanyakan orang, maka engkau sebenarnya tidak akan pernah melihat gunung itu sendiri. Kalau kita ikut pikirannya orang, tentu saja kita tidak melihat sendiri. Padahal setiap orang, Itu kan memahami sesuai cara pandangnya, sudut pandangnya, dan titik pandangnya masing-masing Yang bisa saja tidak relate, tidak relevan dengan hidup kita Jadi ternyata dunia kita hanya dunia deskripsi Ini kritiknya Makanya lanjut beliau mengkritik kita Kita adalah pemulum barang bekas Pikiran-pikirannya orang itu kan kayak barang bekas mereka melontarkan Kita ambil Kita hidup berdasarkan apa yang telah dikatakan kepada kita Baik yang dituntun oleh kecenderungan kita atau lingkungan kita Tidak ada yang baru dalam diri kita, tidak ada yang kita temukan sendiri, tidak ada yang asli, yang murni dan jelas.
Itu masih mending kalau kita paham pikirannya, kadang-kadang kita mulung tidak paham, yang penting share. Hari ini kan peradaban sarser itu kan kita enggak ngerti bener yang kita share itu apa tapi rasanya kok keren saja rasanya kok hebat saja terus wow hari ini peradaban kita kan rame sekali cirinya era digital itu noisy, rame tapi dangkal Jadi karena tidak banyak orang berpikir tinggal transfer pengetahuan dari sini ke sana Apalagi kalian sekarang dibantu abis-abisan oleh teknologi HP-mu sangat paham, chat GPT-mu sangat dalam, tapi kamu tambah dangkal Kamu tinggal ngutip saja, mahasiswa yang harusnya menganalisis persoalan sekarang sekedar mentransfer pengetahuan Nah ini masalah besar bagi Krishnamurti Kita tiap hari yang teriak-teriak Saya merindukan kebebasan Tapi ternyata kita membelenggu diri kita sendiri Dengan gagasannya orang lain, pikirannya orang lain, perspektifnya orang lain Nanti mungkin ada yang tanya, lupa kan belajar itu begitu Seperti malam hari ini kan kita belajar tentang Krishnamurti Kemarin belajar itu kan tentang orang lain Iya, tapi kalau kalian tidak menghidupkan versimu sendiri Ya sama saja kamu pemungut barang bekas tadi Pikiran orang lain itu boleh kalian telah kalian pahami, kalian dalami Sebagai bahan pertimbangan, sebagai rujukan Hidupkan pikiran itu versimu Jadi jangan terjebak di pikiran-pikiran tertentu, kelompok tertentu Haliran tertentu itu dikritik oleh Krishnamurti, itulah yang memenjara kita. Ternyata nanti pada akhirnya yang membuat kita tidak bebas itu diri kita sendiri. Kelakuan kita tentang kita sendiri, pada diri kita. Ternyata yang memenjara yuk kita sendiri.
Nah ini yang dikritik oleh Krishnamurti, disitu nanti titik bangkal dari freedom from the non Gimana caranya kita bebas dari the non yang kita ketahui selama ini Bayangkan ya, hidup kita itu kan tergantung pikiran, sering saya bilang Harapanmu, ketakutan-ketakutanmu, kegelisahanmu, itu kan kuncinya karena pikiran Pak, besok masa depan saya gimana ya pak, situasi hari ini kok kacau begini ya pak, itu kan pikiran-pikiranmu Dan ternyata pikiran itu ternyata bukan kamu Kamu hanya mengikuti orang lain, kenapa sekarang kamu gelisah? Katanya orang-orang sebentar lagi ada gempa, Pak. Katanya rame sekali sekarang mungkin bulan ini Agustus katanya ada kiamat, Pak.
Katanya itu kan kamu dapat dari mana-mana dari luar dan kamu gelisah. Terus kamu menghadapi dunia dengan kegelisahanmu, padahal segala deskripsi dan informasi tadi miliknya orang lain yang kamu ambil Tanpa kamu relate kan, tanpa kamu kontekstual kan dengan hidupmu sendiri Inilah problem besarnya kebebasan justru Alok versinya beliau Jadi bukan bebas dijajah siapa oleh siapa Kita sendiri yang menjajah diri kita sendiri Kita lanjutkan ya Nah maka Krishnamurti punya Pemaknaan yang khas tentang kebebasan Selama ini kan kita memaknai itu bebas itu berarti kita bebas milih Bebas itu ada banyak pilihan kemudian suka-suka kita mau mengambil yang mana kan begitu kita memaknai kebebasan Terus pandangan seperti ini, terus dikritik oleh Krishnamurti. Kalian tidak sadar, seolah-olah kalian itu bebas mele, padahal kalian dikondisikan untuk mele hal tertentu dan tidak mele hal yang lain. Jadi kita merasa bebas, padahal sebenarnya kita itu disetir oleh kondisi, oleh situasi, oleh tokoh-tokoh, oleh guru-guru kita, oleh si dan lain sebagainya.
Itu yang dikritikan oleh Krishnamurti. Jadi kita sering, Pak, ini pilihan saya sendiri lho, Pak. Keinginan saya sendiri Tapi kalau kita telusuri ke belakang Kok kamu milih yang seperti itu Itu mungkin karena cara pandangmu Sudut pandangmu, titik pandangmu Yang itu terpengaruh oleh orang lain Jadi ada pengkondisian yang kamu tidak paham makanya dulu waktu kita belajar filosof barat mungkin teman-teman ingat ya ini sesi ngaji filsafat awal itu Michel Foucault beliau punya konsep kebalikannya orang modern orang modern awal itu kan bilang knowledge is power siapa yang menguasai pengetahuan dia akan punya power tapi dibalik oleh Foucault bukan begitu rumusnya tapi power is knowledge power is knowledge itu yang punya kekuasaan dia akan bisa ngatur pengetahuan Apa yang bisa kalian ketahui, apa yang jangan kalian ketahui Apa yang sebaiknya kamu baca, apa yang jangan kamu baca Itu kamu sebenarnya sering tidak sadar bahwa ada yang mengkondisikan Contoh sederhana, ngaji filsafat ini.
Kalian mungkin bebas pak saya milih tema-tema ngaji banyak sekali. Padahal itu kan tema dari saya, saya yang ngatur versi saya. Kamu minta tema apa saja kalau enggak tak kasih kan enggak jalan. Itu power is knowledge. Saya kuasa di sini, kalau enggak mau ya enggak usah ngaji kan gitu aja.
Jadi yang punya kuasa yang menang. Kalian minta-minta tema ini, tema itu Dan tak cuekin saja Itu kan kalian gak bisa bantah Akhirnya kamu dapetnya ya yang saya kasih ini Akhirnya ideal yang di kepalamu ya sebatas yang saya kasih ini Itulah pengkondisian Ya termasuk kampus dengan kurikulumnya dan lain sebagainya Jadi kita tidak sadar dalam hidup ini ada banyak sekali pengkondisian-pengkondisian. Karena kita tidak sadar, kita merasa bebas.
Padahal sebenarnya, Kita diarahkan Orang mungkin tidak merentah Tapi dia cuma bilang Asal saya bilang, kalau anak baik Ya biasanya sih Kalau ada apa Dia melakukan apa, dia tidak merentah kita Tapi kita terdorong sendiri, tergerak sendiri Di masyarakat sering seperti itu Kita dikondisikan Nah, kenapa kok kita bisa dikondisikan? Cara berpikir kita tadi model kayak pemulung tadi Kita hanya ngambil, kita hanya menyerap Tanpa kita kondisikan, tanpa kita sesuaikan dengan kondisi kita, situasi kita Inilah problem besar bagi setiap orang dalam kebebasan baik, kita lanjutkan ya kelihatannya berat malam hari ini untuk dijalankan dari awal gini, wah ini berat pak nah, beliau juga ngeritik, kita kemarin punya konsep freedom for freedom from bebas dari, bebas untuk, dan itu dikritik oleh kita, masa kebebasan kok bisa begitu Kalau kebebasan itu bebas dari, kata beliau, saya bebas dari ini, saya bebas dari itu, berarti kebebasan itu sifatnya reaktif saja. Jadi padahal kebebasan itu tidak reaktif, kebebasan itu eksistensial.
Kondisi hakiki kita. Jadi tidak harus menunggu kita dijajah dulu baru terus kita membebaskan diri Tidak, kondisi kita sejak awal itu sudah bebas Orang yang punya pandangan bahwa kebebasan itu adalah freedom from, bebas dari Kata Krishnamurti, dia akan reaktif saja dan nanti dia biasanya lepas dari satu penjajahan masuk ke penjajahan yang lain Lepas dari satu organisasi masuk ke organisasi yang lain. Lepas dari satu partai masuk ke partai yang lain.
Akan begitu kalau maknanya kebebasan itu hanya bebas dari. Ya bagian dari kebebasan mungkin bebas dari, tapi bukan itu hakikatnya kebebasan. Ada juga yang bilang kebebasan itu bebas untuk. Bebas untuk itu berarti ideal.
Saya harus melakukan ini, saya harus melakukan itu. Kalau kebebasan itu bebas untuk dan sifatnya ideal, berarti dia sesuatu yang kita tuju. Saya ingin bebas pak, itu seolah-olah sekarang belum bebas, kamu menuju kebebasan.
Kata Krishnamurti, tidak begitu, hakikatnya kita sudah bebas. Jadi kebebasan itu bukan perjalanan menuju. Jadi hakikinya diri kita begitu kita lahir itu kita statusnya merdeka, bebas.
Jadi bukan menuju kebebasan ini, menuju kebebasan itu. Jadi kebebasan itu ya tidak sekedar bebas dari belenggu apa atau bebas untuk apa. Kalau hanya itu ya berarti dia tidak hakiki.
Padahal manusia itu ya hakikatnya bebas dan juga bukan pilihan. Ada orang, Pak, saya milih ini, yang lain milih itu. Tidak, kalau itu pilihan berarti tidak hakiki.
Kamu bisa milih, bisa tidak. Kebebasan itu hakiki, yakinlah bahwa kalian itu hakikatnya bebas Kok terbelenggu pak, kamu sendiri yang membelenggu atau Circle-mu yang membelunggumu Jadi bukan Kenyataan dirimu Jadi kebebasan Berarti kalau dalam bahasa agama itu Termasuk Fitrohnya manusia Maka kalau ada fenomena Pembelungguan Jenis apapun itu berarti Nabrak fitroh Makanya nanti ada beberapa Filosof muslim kontemporer yang punya konsep bahwa agama itu cirinya pembebasan karena agama itu menuntun kita pada fitro-fitro jadi dasar kemanusiaan kita manusia itu hakikatnya bebas kalau manusia tidak bebas sulit sekali kita menuntut tanggung jawab kalau manusia tidak bisa dituntut tanggung jawab Bagaimana mengelola alam semesta ini? Bagaimana menjalankan amanat kita sebagai khalifahnya Allah? Maka jangan ragu-ragu untuk bilang bahwa kebebasan itu fitroh kita Berarti ada fenomena atau kenyataan apapun Yang membelenggu kebebasan Itu kalau pakai istilah agama berarti fenomena kezoliman Di mana ada kezaliman ya berarti agama sedang tidak tegak.
Karena misi utamanya agama itu ya mewujudkan tahtanan hidup sesuai keinginannya Tuhan. Baik, jadi kalau ada yang tanya kebebasan apa? Kalau di buku itu ada kalimat kebebasan itu ya kebebasan itu sendiri sudah. Kalau didefinisikan, definisi itu akan membelenggu kebebasan.
Nanti jadinya harus begini dan harus begitu, harus dari atau harus untuk bebas ya bebas. Baik, ini ya semoga enggak kaget dengan ini. Tapi kalau di kampus mungkin ada mata kuliah materinya kebebasan, kalau pas ujian jangan jawab ini ya. dosenmu nanti merengut kalau kamu bebas ya bebas pak kalau ada definisinya nanti tidak bebas namanya pak gitu tidak gitu ya jadi ini versi beliau oke kita lanjutkan sudah ngerti ya maunya krishnamurti secara umum dari freedom from the known bebas dari yang diketahui The known, the known itu apa yang menghuni kepala kita pengetahuan, pelajaran dan lain sebagainya mari kita hati-hati mendefinisikan yang dimaksud the known itu bukan fungsional knowledge jadi bukan pengetahuan tentang cara hidup sehat, cara minum yang baik Cara makan yang bergizi bukan itu, itu namanya functional life. Kalau ini ya kalian harus tahu, kalian operasikan, ikut orang lain juga tidak apa-apa kalau ini.
Tapi yang dimaksud existential life, yang berhubungan dengan hakikatnya diri kita, cara hidup kita, cara kita menjalani keseharian kita, cara pandang kita terhadap dunia itu existential life, inilah yang sering membelenggu kita jadi the non itu bagian existential, ada yang menyebutnya psychological knowledge wong kita itu menjalani hidup kita Kok meminjam konsep teori dari orang lain yang membaca hidupnya dia? Itu yang dikritik oleh Krishnamurti. Jadi, bukan yang fungsional knowledge ya, nanti Pak begitu, kalau begitu pengetahuan di kepala saya dibuang semua ya Pak.
Saya yang belajar membaca, belajar nulis, belajar caranya mandi, belajar caranya makan, itu bukan itu namanya fungsional knowledge. Tapi yang dimaksud existential knowledge, pengetahuan-pengetahuan tentang kedirian kita. Kadang-kadang kan kita kegelisahan kita itu kan karena pendapatnya orang lain, komentarnya orang lain, padahal dia melihatnya ya sesuai dunianya.
Kadang-kadang saya nyaman pakai baju kayak gini, terus ada orang komentar, menurut saya kalau kamu bajunya jangan begitu, kamu apa? Dan kita gelisah karena itu. Jadi kita tidak yakin dengan pilihan kita sendiri. Ini namanya kita terbelenggu oleh orang lain. Itulah the non, itulah pengetahuan.
Biasanya kata Krishna Murti, the non itu sesuatu yang eksistensial, yang dari situlah nanti formulasi hasrat, keinginan, cita-cita kita rumuskan. Cita-citamu apa? Kayak dulu waktu itu. Kita kecil ditanya cita-cita apa, terus jadi dokter, jadi pilot, itu pasti kita tidak sadar. Kenapa harus dokter, kenapa harus pilot?
Hanya karena ikut orang lain saja, mungkin orang tuanya, mungkin lingkungannya bahwa jadi dokter keren loh, jadi pilot keren loh. Kita merancang keinginan, harapan, dan cita-cita dasarnya the non tadi. Pengetahuan-pengetahuan tentang diri kita dan dunia yang sebagian besar sumbernya orang lain. Yang kedua, dari situ terus kita merancang, oh bahagia saya berarti di sini.
Kalau saya mengalami ini berarti sedih, itu ternyata sering bukan kita. Tapi konsep-konsep yang dijejalkan di kepala kita. Itulah the known.
Jadi kalau tadi ada yang tanya, apa bisa Pak kita bebas sepenuhnya dari pengetahuan? Ini yang dimaksud bukan semua pengetahuan, tapi existential knowledge. Kita hidup di dunia kita, tapi dibelenggu oleh konsep-konsep orang lain yang punya dunia sendiri disinilah pentingnya pembebasan pertama-tama kata Isyamurtyu pembebasan di level ini Kalau mental kita sudah mental terjajah Eksistensial knowledge yang hanya mengandalkan orang lain yang lain dari luar Kita tidak akan bisa mandiri Ini yang sering kita sebut mentalnya memang mental layak jajah Kalau mental layak jajah ya tidak usah kaget kalau kita sampai hari ini dijajah Ya memang berpikir sendiri itu capek, berpikir sendiri itu rumit, berpikir sendiri itu tidak nyaman.
Tapi kalau kita tidak berpikir sendiri, bagaimana kita bisa menikmati hidup kita sendiri? Bagaimana kita bisa hidup dengan standarnya orang lain? Gimana kita bisa hidup disetir oleh kemauan, keinginannya orang lain dengan mengabekan kemauan dan keinginan kita sendiri. Itu harusnya siksaan yang luar biasa. Yang menyiksa siapa?
Kita sendiri. Kita mengizinkan perspektif gagasan cara pandang orang lain masuk dan mengendalikan kita. Di sinilah pentingnya kita berjuang untuk berjaya. Freedom from the non. Bebas dari yang diketahui.
Lanjut. Kalau mau dirinci, belenggu dari the non tadi, yang merajalela di kepala kita itu jenisnya tiga. Yang pertama jenis mental, yang kedua belenggu ego dan identitas, yang ketiga belenggu sosial dan budaya.
Kalau belenggu men, itu berarti pikiran, keinginan, emosi yang mengendalikan kita. Biasanya mungkin dalam bentuk dogma-dogma ideologi, cara berpikir yang ditanamkan sejak kecil dalam diri kita. jadi ini namanya belenggu mental kita tidak bebas mengekspresikan diri kita tidak bebas mengungkapkan keinginan kita karena dalam diri kita sudah dipasang banyak sekali pager-pager ini tidak boleh, itu tidak boleh, ini jangan, itu jangan, dan lain sebagainya ini namanya belenggu mental Jadi ini yang paling berat.
Yang kedua, belenggu ego atau identitas. Belenggu ego itu dari diri kita. Kita mendefinisikan diri kita, ya awalnya dipengaruhi dari luar.
Mendefinisikan identitas kita dan kita mewajibkan diri harus seperti itu. Terus, ini seperti fixed mindset minggu lalu. Jadi, teman-teman kok menyebut saya gus ya, berarti saya ini dipandang ahli agama. Terus kamu, wah, gayamu kayak orang pintar agama beneran, terus apa-apa.
Ini kerjaannya ego. begitu dipuji, kamu kok pinter ya sekarang itu, muncul sekarang ego identifikasimu terhadap dirimu, berarti saya itu termasuk bagian orang pinter, kayakmu besok kayak intelektual, sudah kalau ngomong sudah daki-daki dan lain sebagainya Itu belenggu ego Jadi coba kamu tanya ya Aku menurut diriku itu bagaimana Dan definisi itulah Nanti yang kamu pegangi Untuk gayamu ngomong, gayamu berperilaku Seolah-olah kamu harus begitu Begitu kamu dipuji Wah keren sekali kamu Anak gaul memang Sampai besok-besok kamu memaksa dirimu Untuk bergaya kayak anak gaul Ini belenggu ego Terima kasih Wah Pak Faiz itu filsafatnya dalam, terus saya kalau ngomong harus tak filsafat, filsafatkan. Padahal harusnya ngomong santai jadi filsafati.
Pak Faiz, saya minta izin, kenapa kamu pakai saya, bukan aku? Apa bedanya aku dan saya? Kurang kerjaan. Tapi itu kerjaannya ego.
Ketika kita sudah mengidentifikasi diri kita sebagai A, B, atau C, maka identifikasi itu kemudian membelenggu kita. Kadang-kadang kita lupa ruang, lupa waktu, harus begitu terus. Nah kamu sudah bilang, mahasiswa itu harusnya kritis, nanti kemana-mana kamu kritis nih, kritis nih, wah Nanti di warung-warung juga kamu kritis, wah ini posisi kursinya harusnya tidak begini Itu ego sudah yang memenjara seperti itu. Dan yang terakhir tentu saja lingkungan, sosial, budaya.
Yang tadi pakai istilah mengkondisikan isi pikiran kita. Mengarahkan kemana, mengisinya dengan apa itu sudah lingkungan sosial dan budaya. Tiga hal inilah nanti yang kita harus berjuang. membebaskan diri darinya diingat-ingat membebaskan diri bukan berarti membuangnya tapi jangan sampai membelenggu kita sedemikian rupa sehingga kitanya sendiri hilang, kita tidak otentik lagi boleh saja kok setelah kalian renungi oh memang benar pak masyarakat saya yang dilakukan ini tapi kan sekarang kamu keputusanmu sendiri, hasil renunganmu sendiri tidak Setelah kamu refleksi sendiri.
Tidak karena terikat, tidak karena terkondisikan, tidak karena terpaksa. Jadi yang namanya belenggu itu kan ketika kamu dipaksa untuk itu. Tapi kalau kamu sendiri yang menerima, oh ya menurut saya yang ini memang pas pak.
Nah kalau itu kan hasil refleksimu tidak apa-apa. Meskipun sama kemudian akhirnya. Tapi sekarang kamu secara mandiri memutuskan untuk dirimu.
Tidak sekedar follower, tidak sekedar ikut. Tapi kamu memutuskan. Nah, inilah tiga belenggu denon.
Maka kata Wisnamurti, denon adalah penjara pikiran. Dan hanya dengan pembebasan darinya, pikiran dapat benar-benar hidup. Semakin kita terikat dengan the non, semakin kita menyangkal kesempatan untuk pertumbuhan dan transformasi diri yang sejati. Semakin kuat posisinya the non, semakin kita tidak berkembang. Jadi boleh ya teman-teman yang kemarin-kemarin kan banyak yang mengelupa saya kok enggak berkembang-berkembang ya, saya kok stuck begini-begini saja ya.
Jangan-jangan beban denon di kepalamu sangat berat. Sehingga kamu enggak berani ini, enggak berani itu, enggak bisa melakukan ini, enggak bisa melakukan itu. Yang pada akhirnya kamu enggak berkembang sudah.
Kamu yang dulu masih belum berubah sampai sekarang Masih begitu Kamu stuck, kamu mandek. Kenapa? Beban dari the non tadi.
Kamu tidak bisa transformasi diri. Baik, itu ya, jadi paling tidak sampai di titik ini kita sadar. Ada problem besar yang akarnya diri kita sendiri. Yang kita harus membebaskan diri darinya. Jadi, kemarin-kemarin tema kemerdekaan, kebebasan kan bebas dari yang lain yang ingin membelenggu kita, malam ini kita ingin membebaskan diri dari diri kita sendiri yang sering malah membelenggu kita lanjut kalau saya rangkum dari buku Freedom from the Non Freedom Caranya untuk bebas bagaimana secara umum, ini secara umum dulu ya, nanti kita lanjutkan detailnya Kita harus melakukan 6 hal Yang pertama Ini di semua tokoh pasti ada yang self-awareness, kesadaran diri, pengenalan diri.
Kamu harus tahu siapa dirimu, apa tipemu, orang yang bagaimana kamu, sehingga kamu tidak asal memasukkan segala pengetahuan dalam dirimu. Pengenalan diri ini mutlak, jadi kunci. Makanya teman-teman Jangan eman-eman waktu Untuk mengenali diri kita Mengenali diri kita itu proses yang Terus menerus tidak ada akhirnya Karena kita juga dinamis Dulu saya bagaimana Sekarang saya bagaimana Harus dikenali terus menerus Dulu sebelum punya pacar bagaimana Sekarang setelah diputus bagaimana Pasti berubah Dulu masih SMA bagaimana Sekarang sudah kuliah bagaimana Pasti berubah Disitulah pentingnya kita kenali diri terus menerus. Kalau tidak percaya kamu lihat foto lama, video lama, atau buku agenda lamamu, kalau kamu buka hari ini, kamu mesti...
ketawa-ketawa, kamu mesti mungkin ada malunya, ada cringe-nya ada, kok gini ya saya kok gitu ya saya, kenapa? sekarang kamu sudah berubah, kamu bukan yang dulu lagi Tulisan yang kamu anggap, wah ini puisi saya indah sekali ya, begitu kamu baca sekarang. Hadeh, saya kok nulis kayak gini ya dulu.
Kenapa? Kamu berubah sekarang. Itulah pentingnya kita kenali diri terus-menerus. Kalau sudah, langkah kedua adalah langkah mengenali pengkondisian-pengkondisian di sekeliling kita. Termasuk ngaji filsafat malam hari ini.
Bukan berarti jangan ngaji, tapi jangan sampai kamu dikendalikan sebegitunya. Kamu harus memutuskan sendiri, kamu harus memfilter sendiri, kamu harus menata sendiri. Pilihan-pilihanmu.
Ya dulu kamu kecil dikondisikan terus oleh orang tuamu, masyarakatmu, lingkunganmu. Sekarang kamu sudah dewasa, bisa memutuskan sendiri, berpikir sendiri. Maka langkah kedua adalah kritis mengenali pengkondisian-pengkondisian yang terjadi di sekeliling kita.
Kemudian yang ketiga, menghindari atau melepaskan keterikatan. Di keterikatan itu, sesuatu atau seseorang yang kita merasa tidak bisa lepas darinya bahkan hidup kita kita gantungkan sepenuhnya padanya atau pada sesuatu itu itu namanya keterikatan Jadi, lepaskan itu semua. Keterikatan itu. Bukan berarti kalau begitu tidak berhubungan dengan orang lain.
Ya tetap berhubungan. Tapi berhubungan yang kreatif, produktif. Bukan hubungan yang jenisnya ketergantungan.
Ada dirimu bisa membantu aku. Alhamdulillah, yuk kita kerjasama. Biar pekerjaan cepat selesai. Tapi tidak ada dirimu.
pun aku sanggup menyelesaikannya, ini mandiri namanya Jadi, kalau tidak ada kamu, masih ada yang lain kok, ngapain terlalu terikat ke kamu, itu juga namanya mandiri. Jadi tidak terikat pada satu orang, satu lembaga, sesuatu atau apapun. Ini kuncinya untuk freedom from the known, karena keterikatan itu akan jadi beban yang paling berat di kepalamu. Kalau sudah, yang keempat, mari latihan. Ini sering kita pakai istilah mindful.
Kita pahami, kita perhatikan, kita serap tapi tanpa menghakimi. Ini latihan menikmati momen. Yang sering jadi masalah itu kan penghakimannya.
Di penghakiman itu Contohnya gini Ternyata yang dapat Jatah minuman hanya 100 gelas Kalau bisa kalian titik disitu Di ngaji filsafat itu Hanya 100 gelas Yang hadir, yang dapat minuman Sisanya tidak kebagian Yang sering jadi masalah apa? Penghakimannya Penghakiman itu bisa ah dasar takmirnya, enggak tahu situasi, itu penghakiman sudah, itu dari kamu sudah, itu biasanya dasarnya the non tadi. Ah, memang harus tahu dirilah, wong, yuk, gratis saja ke sini, masa harus disediakan semuanya.
Ini penghakiman sudah. Ini judgement-nya. Yang sering membuat hidupmu tidak tenang itu judgement ini. Bukan faktanya.
Fakta bahwa kamu tidak lulus-lulus kuliah, itu titik, selesai. Tapi begitu kamu lanjutkan dengan penghakiman, masalah besar muncul. Semester berapa mas? Semester 14. Oh semester 14, selesai kan itu dok. Tapi begitu, kemana saja selama ini?
Apa ini? Itu penghakiman sudah. Yang sering jadi problem hari ini penghakiman ini. Hati-hati dengan penghakiman, kalau data-data kita tidak lengkap, kita bisa mendolimi orang.
Nanti kalau kalian setelah ini mengakses medsosmu, coba ya kamu latihan membatasi. Oh faktanya cuma ini sih, ketika sudah masuk ke sini itu komentarnya, itu pandangannya. Oh itu versi dia, itu penghakimannya. Jadi kalau kalian bisa misah ini, kalian hidupmu lebih nyaman nanti.
Penghakiman itulah nanti yang berpotensi jadi the known. Boleh sebut, sekarang kan banyak masalah macam-macam itu. Coba kamu cek ya, yang rame di medsos selalu aspek penghakimannya. Bukan deskripsi faktanya. yang membuat kemudian tadi kita sebut noisy, tidak tenang.
Nah, latihan untuk freedom from the non itu membatasi sampai level pemahaman kemudian nanti dulu kalau mau penghakiman. Jadi ini yang keempat. Biar apa? Tidak terlalu memberhati kepala kita. Lewat penghakiman inilah kita rentan disetir, dikendalikan.
Karena di situ nanti pasti ada setuju dan tidak setuju. Ada pro dan kontra. Di situ kita mulai diarahkan.
Yang kelima. Kita bisa freedom from the noun kalau kita siap menghadapi situasi apapun, perubahan apapun, termasuk hal-hal yang mungkin tidak jelas. Selama ini yang...
membuat kita sulit berkembang, sulit melepaskan tenaun, karena ada banyak ketakutan ini, ketakutan itu dalam diri kita. Nanti kalau begini gimana Pak? Nanti kalau berubah jadi begitu gimana Pak? Kita tidak tahu nanti berubah seperti apa Kita siapkan saja mental kita bahwa Hidup itu memang akan selalu dinamis dan berubah Jadi saya siap menghadapi perubahan apapun Dan perubahan itu mungkin saya suka, mungkin saya tidak suka Itulah hidup Nah ini meringankan isi kepala kita Yang sering memberati isi kepala kita Itu kan kita tidak siap menghadapi perubahan.
Akhirnya harus ini terus, harus begini terus. Kita ragu-ragu mau melakukan ini, melakukan itu. Karena khawatir efeknya.
Padahal efek itu ya sebagian besar hanya persepsi model penghakiman tadi. Nah yang terakhir ini sering dulu kita urekan hidup saat ini Jadi ya kita nikmati momen Jangan dibayang-bayangi oleh masa lalu Jangan digelisahi oleh masa depan Ini enam kunci sebelum nanti kita bahas filosofi-filosofinya Baik, kita lanjutkan Ada quote yang menarik dari beliau, Be a light unto oneself, jadilah cahaya untuk dirimu pertama-tama. Jadi kita selama ini kan pahamnya cahaya itu menerangi sekeliling, tapi jadilah dirimu cahaya untuk dirimu.
Karena kalau dirimu sendiri tidak bercahaya, bagaimana kamu bisa mencahayai sekelilingmu? Kalau kamu tidak beres, bagaimana bisa membereskan orang lain? Membereskan masyarakatmu, lingkunganmu, budayamu?
Untuk bisa kamu sendiri bercahaya, kan tidak mungkin dengan... cara mengambil cahayanya orang lain. Kamu sendiri yang harus berpikir, kamu sendiri yang harus merenung, kamu sendiri yang harus melihat apa yang bisa diberikan ke masyarakat di sekelilingmu.
Apa maksudnya be a light unto oneself itu? Jadi cahaya untuk dirimu itu Yang pertama tadi kesadaran diri Paham siapa aku, apa kelebihan, apa kekuranganku Sehingga kita bisa mengelola diri kita secara lebih optimal Yang kedua mandiri dalam pengetahuan Iya kita membaca sana sini, kita belajar tokoh ini Tokoh itu, tapi pada akhirnya Kita sendiri yang memutuskan Versi inilah yang saya Anggap paling kuat Paling relevan, paling cocok Paling benar Bahkan bisa gabung-gabung Dari tokoh ini sedikit, tokoh itu sedikit Tidak masalah Kita mandiri berpikirnya Ada pertanyaan yang Sulit saya jawab itu, kalau ada yang tanya Pak, dari sekian banyak filosof yang Paling disukai Pak Faiz yang mana? Itu pertanyaan saya Jawabnya susah karena Saya tidak bermodel Terus mengidolakan Satu tokoh terus segala yang dari Tokoh itu saya ambil Saya sering modelnya agak eklektik Oh kalau dari tokoh ini saya suka ininya Kalau dari tokoh itu saya suka itunya Saya lebih begitu Jadi tidak ada satu filosof Yang saya idealkan sedemikian rupa Terus mati-matian saya Memfollow dia, tidak begitu Rumusan eklektif ini kan berarti Saya milihnya sesuai kepentinganku Sesuai sudut pandangku Ini salah satu ilustrasi ya Kalau teman-teman ingin mandiri dalam pengetahuan Kita jadi cahaya sendiri sekarang Dan yang ketiga tentu saja penerangan dari dalam. Di kitab jadi cahaya untuk diri kita itu jangan dibayangkan cahaya dari luar yang masuk. Kita sudah cahaya.
Cahaya sebelumnya, tinggal kita buka diri kita, kita jernihkan pikiran kita, kita bersihkan hati kita, maka kita sudah cahaya. Akan memancar cahaya keluar dari diri kita. Kebaikan, kebaikan, kebaikan.
kebenaran-kebenaran akan keluar dari diri kita. Itulah yang dimaksud cahaya dari dalam diri keluar. Jadi bukan mengandalkan cahaya dari luar untuk kita pantulkan lagi. Tapi kitalah hakikatnya cahaya itu untuk kita terangi sekeliling kita. Dengan kebenaran kita, dengan kebaikan kita, dengan keindahan perilaku kita, disitulah kita berkembang.
Kita jadi cahaya keluar Setelah sebelumnya kita jadi cahaya Untuk diri kita sendiri Baik, kita lanjutkan Nah Setelah tadi diceramai oleh Krishnamurti tentang bagaimana kita jangan terbelenggu, bagaimana kita harus mandiri jadi cahaya untuk diri kita, di buku itu ada urian begini, orang itu kadang-kadang punya dalih untuk tidak melakukannya. Yang paling banyak dalih itu yang pertama, aku tidak mau berubah. Orang yang tidak mau berubah ini biasanya orang yang terjamin hidupnya enak dengan situasi sekarang. Orang yang menemukan pleasure dengan situasi sekarang. Sudah ditemukan sampai ini tuh, Terbelenggu loh, sampai itu dijajah Nggak apa-apa, enak kok Kalau sudah kayak gini, ya dia akan Mau berubah sudah Saya nyaman kok pak dengan yang seperti ini Ya sudah Jadi ini akan jadi hambatan, cara berpikir bahwa baik-baik saja kok Pak semuanya padahal tidak baik-baik saja.
Nah ini problem pertama. Ada problem kedua. Problem kedua biasanya alasannya sulit.
Iya sih Pak, memang harus pembebasan, tapi ya sulit Pak. Tidak gampang melakukan itu. Kata Krishnamurti, kalau ada orang ngomong seperti ini, sebenarnya penghalangnya adalah dirinya sendiri.
Dia menghalangi dirinya untuk tercerahkan. Jadi ini alasan kedua, jadi alasan pertama itu alasan, gini saja saya sudah enak kok Pak. Alasan kedua, sulit Pak ngapain susah-susah, kita sering begitu. Ada lagi yang nomor tiga, ini mungkin lebih canggih alasannya.
Saya tahu Pak, itu penting. Tapi gimana terus? Tuntun saya dong.
Arahkan saya dong. Itu di banyak sesi, macam-macam pertanyaan yang sering muncul pada saya itu, caranya bagaimana Pak? Kita enggak sadar, kita bertanya caranya bagaimana itu sebenarnya kita sedang menjebak diri kita untuk dijajah, untuk dikuasai.
Level tertinggi hubungan dengan sesama itu cinta. Terus pasti muncul pertanyaan, gimana Pak cara mencintai yang baik ya Pak? Cara. Terus kamu ingin saya jelaskan, terus saya jelaskan.
Mencintai yang baik itu pertama begini. Dan kamu terima terus kamu jalankan Itu kamu tidak sadar Kamu sedang Membelenggu dirimu sendiri Ya kamu tetap harus berpikir Untuk konteks hidupku Seperti ini Pak Mencintai yang ideal itu Situasi saya karena seperti ini Tapi banyak orang memasrahkan dirinya untuk dibelenggu. Iya pak, saya tahu itu penting. Terus apa yang harus saya lakukan?
Nah ini kamu sedang menyerahkan dirimu untuk dijajah. Makanya Krishna Murthy bilang, Bila aku cukup tolol untuk memberikanmu sebuah sistem, dan bila engkau cukup tolol untuk menganutnya, maka yang akan engkau lakukan hanyalah meniru, mencontoh, menyesuaikan diri, menerima. Dan bila engkau berbuat demikian, engkau telah menanamkan otoritas orang lain dalam dirimu. Sehingga terjadi pertentangan antara engkau dan otoritas itu. Jadi ini kita selama ini banyak bermain di sini, ada yang tidak mau berubah karena sudah nyaman, ada yang alasannya sukar, ada yang pasif, pasrah saja ingin dituntun saja, menyerahkan dirinya untuk dijajah.
Inilah penghalang dari freedom from the null. diri kita, wong ini perjuangan memang melawan diri kita jangan dikira kenyamanan itu, kalau yang pertama ya itu adalah simbol baik-baik saja karena nyaman tidak nyaman itu kalau manusia ya tergantung dinamika dirinya, kemudian pembiasaan yang dia lakukan Orang yang biasa nyopet, ya nyopet itu ya nyaman-nyaman saja bagi dia. Orang yang biasa korupsi, dengan korupsi dia nyaman-nyaman saja. hidupnya enak, jadi kalau sekedar nyaman koroto-koroto yang belum tertangkap itu sekarang hidupnya nyaman sekali, enak dia tidak akan mau berubah, maka kenyamanan tidak bisa jadi standar bahwa hidup kita sedang baik-baik saja baik, kita lanjutkan Nah ini yang melanjutkan tadi ya kata beliau seseorang yang berkata saya ingin berubah beritahu saya caranya tampaknya sangat sungguh-sungguh sangat serius tapi sebenarnya tidak Dia menginginkan otoritas yang diharapkannya akan membawa ketertiban dalam dirinya. Tetapi, dapatkah otoritas membawa ketertiban ke dalam?
Ketertiban yang dipaksakan dari luar pasti akan selalu menimbulkan kekacauan. Penyebab utama kekacauan dalam diri kita adalah mencari realitas yang dijanjikan oleh orang lain. Jadi kita mengejar ideal, yang idealnya itu milik orang lain, yang dijanjikan oleh orang lain.
Itu yang membuat hidup kita kacau. Kenapa? Tidak selalu ideal di orang lain itu cocok untuk kita. Orang lain ini pekerja keras tiap hari dia kerja mulai pagi sampai sore Maka dia mengidealkan hidup plus istirahat bagi dia enaknya hidup itu ya sekali-sekali ada istirahatnya. Terus kita dengar idealismenya.
Wah berarti hidup itu harus istirahat ya. Terus kamu ambil ideologi itu. Padahal kamu selama ini hanya rebahan saja. Kamu tidak ngapa-ngapain tiap hari, ya kelesetan, lesehan, tidak ngapa-ngapain. Kamu ambil ideologi istirahat tadi, tambah kacau hidupmu.
Ideal di dia, tidak selalu ideal di kita. Dalam hal apapun, makanya kata beliau, perbuatan yang mengacaukan diri kita itu kita menggunakan ideal untuk orang lain, kita pakai untuk hidup kita. Kita tidak mau membaca dulu aku ini sedang apa, dalam posisi apa, untuk situasi apa.
Tidak selalu yang bagus untuk orang lain itu bagus untuk kita. Nah kita kan sering begitu, nonton artis, bagus ya pakai baju begitu, besok kamu cari-cari beli baju begitu, begitu dipakai, kok kebalikannya kelihatannya jadi tidak sama, kalau dipakai artisnya kok bagus, saya yang pakai kok kacau malah jadi, ya karena dia beda dengan dirimu. Saya punya teman itu yang... Zaman mahasiswa dia Ingin sekali punya Brewokan punya jenggot banyak Nah Satu ketika dia beli obat itu Tapi begitu tebal sekali Brewokannya dia malah takut sendiri Ternyata Tidak sama ya, saya lihat di film-film Jiano itu bagus, kok saya yang pakai tidak bagus ya.
Ya kamu belum mengukur dirimu sendiri dulu sebelum menerapkan yang dipakai orang lain. Jadi memang beda. kita dan dia itulah yang selama ini sering kita lakukan itu masih mending orangnya sadar, tidak cocok, kadang-kadang kita itu ikut orang lain sudah tidak cocok tapi kita tidak sadar ya kayak beli baju versi artis tadi, kita tidak sadar, itu tidak cocok ke kita, pokoknya kita kemana-mana pakai bajunya artis tadi, orang pada cekikian ketawa, kita merasa orang-orang mesti ingin baju kayak gini. Ya itu lebih tragis lagi. Baik, inilah yang dikirisahkan oleh Krishnamurti.
Jadi selama ini hidup kita itu hanya memulung pikiran-pikirannya orang tanpa kita berpikir sendiri, tanpa kita kritis dan lain sebagainya. Baik, kita lanjutkan. Sekarang kita berfilosofat. Kita mulai filosofatannya ya, kalau tadi inti gagasannya. Kita dalami beberapa aspek.