Minggu ini kita akan belajar seri khutbah yang baru, kita sudah mengakhiri seri ruang tunggu. Dan pagi hari ini saya ingin mengajak kita untuk belajar bersama-sama, yaitu dengan tema cawan pahit kehidupan. Seterusnya aku yang dikasih kita perlu menyadari bahwa memang dalam hidup ini tidak semuanya manis.
Tetapi ada hal yang pahit yang memang kita harus rasakan. Dalam perjalanan hidup tak lepas dari beragam persoalan. Dengan sejuta rasa yang berbeda.
Ada yang manis untuk dirasakan. Namun juga ada yang pahit untuk ditelan. Pahit manis kehidupan yang terjadi.
Memang harus kita alami. Walau tidak selalu menyukai. Bukakan hati kita. Setelah itu yang pahit jangan pernah dihindari.
Kadang-kadang yang pahit itu justru memberikan manfaat yang besar dalam hidup kita. Contohnya obat itu pahit. Tetapi oleh karena obat yang pahit itu menyembuhkan sakit kita. Jamu juga pahit. Tapi orang yang suka jamu kadang-kadang badannya lebih sehat.
Berbeda kalau kita selalu membiasakan mencari yang manis. Ini berbahaya. Terlalu banyak manis akhirnya kencing manis. Diabetes. Itulah sebabnya hati-hati dengan janji manis para lelaki.
Kalau selalu ditelan saudara jangan-jangan diabetes nanti. Saudara ku inilah kehidupan. Bahwa memang hidup ini ada yang pahit untuk kita rasakan.
Tetapi juga ada yang manis untuk kita telan. Kita memang bisa meminta yang manis kepada Tuhan. Tetapi kita juga harus siap.
Kalau memang yang pahit itu yang Tuhan berikan. Karena inilah kehidupan. Pahit dan manis itu memang kita harus rasakan.
Kita boleh memohon kepada Tuhan supaya dia memberikan berkat ke dalam hidup kita. Tetapi jangan marah, jangan kecewa. Kalau yang diberikan Tuhan justru pengalaman-pengalaman hidup yang berat.
Keadaan-keadaan yang menyulitkan, kesusahan yang kita hadapi. Berdoa lah untuk meminta hal-hal yang baik kepada Tuhan. Tetapi jangan kecewa kalau hal yang buruk justru menjadi jawaban. Setara-setaraku yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus.
Inilah kehidupan siap atau tidak kita harus bersedia untuk menelan cawan pahit kehidupan. Dan hari ini saudara-saudaraku, cawan pahit kehidupan yang pertama yang akan kita pelajari itu disebut penderitaan. Tidak seseorang senang dengan penderitaan.
Tidak-tidak senang untuk membicarakan penderitaan. Tetapi kadang-kadang kita tidak bisa menghindari. Kita harus siap untuk menerima cawan pahit kehidupan yang pertama ini.
Yaitu penderitaan. Dan mari kita mendasarkan pembahasan firman Tuhan pada siang hari ini. Dari Matthew 6 ayat 27. Demikian bunyi firman Tuhan. Sesudah itu ia mengambil cawan, mengucap syukur, lalu memberikannya. Kepada mereka dan berkata Minumlah kamu semua Dari cawan ini Sekali lagi saya bacakan Buat saudara dan perhatikan Kata-kata dari ayat ini Sudah renungan resapi Dan pahami makna Sesudah itu, ia Yesus mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, minumlah kamu semua dari cawan ini.
Setelah itu yang dikasih oleh Tuhan malam yang terakhir, menjelang penyalipan Yesus Kristus. Tuhan Yesus mengajak murid-muridnya untuk berkumpul di sebuah rumah. Untuk mengadakan jamuan makan malam yang terakhir. Yesus bersama dengan murid-muridnya. Ketika mereka sedang makan bersama, lalu Yesus berdiri dan mengambil roti.
Lalu dia memecahkan roti itu dan memberikan kepada murid-muridnya dan berkata, makanlah. Dan setelah dia memecahkan roti itu, lalu dia juga mengambil cawan, lalu mengucap syukur dan memberikan kepada murid-muridnya. Dan berkata, minumlah kamu semua dari cawan. ini. Setelah setelahku inilah perjamuan terakhir yang Yesus lakukan dengan murid-muridnya.
Dan setelah Yesus mengambil cawan, lalu dia mengucap syukur dan memberikan kepada murid-muridnya, maka sejak saat itu, maka penderitaan demi penderitaan dialami oleh Tuhan Yesus Kristus. Setelah setelahku yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus. Dalam firman Tuhan, cawan adalah gambaran tentang penderitaan. atau murka Tuhan Ada ayat-ayat yang saya tuliskan di situ. Saudara bisa cadat dan bisa ngecek di rumah nanti.
Dari Masmur 75 ayat 9, Yesaya 51, 17 dan 22, Yeremia 25, 15, Jeheskiel. Sampai dengan kitab wahyu. Cawan selalu memiliki arti penderitaan atau murka Tuhan.
Kemarahan Tuhan yang diluapkan kepada umat manusia. Nah saudara-saudaraku yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus. Mari kita menyadari bahwa oleh karena kehendak Bapak.
Bapak di sorga. Dan untuk mengenapi misi kedatangannya ke bumi. Yaitu menyelamatkan umat manusia. Maka Tuhan Yesus Kristus oleh cintanya kepada kita. Maka dia bersedia untuk menerima cawan murka Tuhan.
Karena dosa yang dilakukan oleh umat manusia. Dia menerima cawan itu. Lalu dia meminumnya.
Yesus memberikan diri untuk menerima penderitaan. Dia memberikan diri untuk menerima penderitaan. menerima kesusahan akibat dosa manusia, dia meminumnya.
Dan sejak hari itu, ketika dia sedelesai melakukan jamuan makan malam, dengan murid-muridnya, maka Yesus pergi ke taman Getsemane. Dan penderitaan dimulai. Di taman Getsemane, Yesus ditangkap.
Lalu dibawa ke pengadilan. Dan dia dikiring untuk menuju ke Golgotha. Di sepanjang jalan via Dolorosa. Maka dia mengalami penderitaan. Penderitaan demi penderitaan.
Dia dipukul. Dia diludai. Dia dihina. Dia dicambuk. Dia direndahkan.
Dia disiksa. Dia dihujat. Dia dikecam. Sampai puncanya. Dia mati di atas bukit Golgotha.
Cawan pahit itu harus dia rasakan. Yesus tidak menolak. Yesus tidak menghindari.
Yesus menerima cawan pahit penderitaan. Tetapi mari perhatikan. Apa yang dia lakukan.
Apa yang dia kerja. Menjadi sebuah teladan bagi kita anak-anak Tuhan. Saudara-saudaraku yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus.
Bagaimana dengan kita? Penderitaan yang dialami oleh Yesus. Apakah kita anak-anaknya juga mengalami penderitaan?
Saudaraku mari perhatikan. Setelah Yesus minum cawan itu. Lalu dia memberikan cawan itu kepada murid-muridnya.
Dan berkata, minumlah kamu semua dari cawan ini. Cawan yang sama yang digunakan Yesus. untuk meminum anggur pada malam itu.
Maka cawan yang sama diberikan juga kepada murid-muridnya. Sebuah literatur mencatat demikian, saudara. Ini berbeda dengan ambaran yang diberikan oleh film-film pada waktu Yesus akan disalibkan. Kalau kita melihat ke film-film, ketika Yesus mengadakan perjamuan terakhir, maka Yesus mengambil cawan lalu meminumnya. Dan setelah itu diberikan kepada murid-muridnya.
Lalu murid yang... yang satu akan memberikan kepada murid yang lain. Tetapi ketika saya baca literatur ini ternyata tidak seperti itu. Bahwa cawan itu yang dipakai Yesus untuk minum anggur.
Maka orang yang menerima cawan itu, dia akan meminum sampai habis. Dan setelah habis, maka cawan itu akan diisi kembali, lalu diberikan kepada murid-muridnya. Dan catatannya sangat menarik, bahwa ternyata anggur yang ada di cawan itu, dia punya ampas di bawahnya.
Dan... Dan itu yang diminum semuanya. Dan ternyata ampas yang tertinggal di dasar cawan itu, itu berasa pahit.
Jadi cawan Yesus minum sampai ampas-ampasnya. Yang pahit dia telan, yang pahit dia rasakan, yang pahit dia nikmati. Lalu dia berikan kepada murid-muridnya.
Murid-muridnya tidak hanya mengecap kemanisan anggur yang ada di atas. Tetapi murid-muridnya juga harus menikmati ampas yang tersisa di dasar cawan yang berasa pahit. Satu gambaran yang sangat lengkap tentang kehidupan. Cawan yang Yesus nikmati, dia berikan kepada murid-murid. murid-muridnya.
Hidup ini memang ada manisnya. Anggur itu memang berasa manis. Tetapi dibalik rasa kemanisan, juga menyisakan rasa pakit yang ditinggalkan. Dan inilah kehidupan.
Maka bersyukurlah kalau pengalaman hidup yang kita alami adalah manis. Pengalaman hidup yang kita alami adalah menyenangkan. Tetapi jangan pernah kecewa, marah, dan tinggalkan Tuhan.
Kalau ampas di dasar cawan harus kita nikmati. Setiap orang, setiap anak-anak Tuhan. Harus bersedia. Tidak ada orang yang bebas dari penderitaan. Semua orang pernah mengalami penderitaan.
Termasuk anak-anak Tuhan. Perhatikan. Penderitaan tidak pernah mengenal agama.
Dia tidak pernah bertanya agamamu apa Kristen. Jangan. Aku tidak akan menekan. Enggak ada.
Agama Islam, Kristen, Buddha, apapun. Jabatannya apa, kedudukannya apa. Penderitaan tidak pernah mengidentifikasinya.
Dia bisa datang kepada siapa saja. Seterusnya yang dikasih oleh Tuhan, orang-orang ateis. Penderitaan menjadi bukti keyakinan bahwa tidak ada Tuhan. Kalau ada Tuhan kenapa harus ada penderitaan?
Kalau ada Tuhan kenapa penderitaan tidak disingkirkan? Kalau ada Tuhan kenapa Tuhan tidak menjauhkan, menghapuskan penderitaan di muka bumi ini? Dan itulah sebabnya kalau dia lihat penderitaan semakin yakin memang Tuhan gak ada.
Bukan cuma orang ateis, semua orang yang ateis, semua orang yang percaya. Apapun keyakinan dan kepercayaannya, penderitaan memang sulit untuk dipahami. Tetapi hari ini saya ingin mengajak Bapak Ibu sudah sekalian. Mari kita menyadari bahwa benar-benar setiap orang pasti mengalami penderitaan. Bahkan Alkitab sendiri pun menyebutkan, Alkitab tidak pernah menutupi.
Bahkan Yesus sendiri pun mengatakan, harga pengiringan kita kepada Tuhan adalah penderitaan. Yesus berkata, barang siapa mau mengikut aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut aku setiap hari. Alkitab tidak pernah menyembunyikan bahwa mengiring Tuhan akan dipenuhi dengan kesukaan. Mengiring Tuhan akan dipenuhi dengan berkat-berkat.
Mengiring Tuhan akan dipenuhi dengan anugerah. Mengiring Tuhan akan dipenuhi dengan bertolong. Yes! Memang ada berkat yang Tuhan janjikan, ada kemenangan yang Tuhan janjikan.
Tetapi dibalik semua berkat dan kemenangan, juga ada penderitaan yang harus kita alami sebagai anak-anak Tuhan. Yesus mengingatkan, rasul-rasul mengingatkan, dan perjalanan bapak-bapak gereja, orang-orang percaya membuktikan. Bahwa penderitaan memang beriringan dengan perjalanan hidup manusia.
Siapa yang tidak pernah menderita yang apagi hari ini? Ada banyak macam penderitaan. Ada orang yang bebas dari penderitaan fisik.
Karena dilahirkan dalam keluarga yang mampu, keluarga yang kaya. Tidak pernah tahu apa namanya susah secara fisik. Semua terpenuhi.
Tapi apakah jiwanya bebas dari penderitaan? Cara fisik mungkin tidak menderita, tapi jiwanya menderita. Ada orang yang jiwanya tidak menderita, tapi fisiknya menderita.
Menanggung penyakit yang bertahun-tahun. Menanggung kelemahan tubuh yang bertahun-tahun. Ada harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Ada impian-impian yang tidak tercapai. Dan meninggalkan penderitaan dalam hidupnya.
Sudara ku yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus. Meski Tuhan Yesus sudah mengingatkan bahwa memang ada penderitaan. Dan sejarah membuktikan memang harus ada penderitaan. Namun demikian tidak mudah untuk menghadapi penderitaan.
Kadang-kadang kita siap, yes enggak apa-apa susah, enggak apa-apa menderita, enggak apa-apa. Tapi ketika penderitaan itu datang, itu juga tidak mudah untuk kita hadapi. Ada beberapa respon orang dalam menghadapi penderitaan.
Yang pertama adalah menolak penderitaan. Ada orang yang gak senang dengan penderitaan. Daripada aku hidup menderita.
Maka pilihannya bunuh diri. Nah orang-orang yang bunuh diri itu memang mereka gak mau menderita. Dia udah tahu. Ini hidup penuh penderitaan, hidup penuh kesusahan.
Ngapain hidup menderita? Lebih baik kita mati. Hebas, tidak ada penderitaan.
Tapi dia lupa bahwa ada penderitaan kekal yang akan dia alami. Dan ini bukan pilihan terbaik yang patut kita contoh. Yang kedua, menyangkali penderitaan. Ini banyak ini. Mungkin ada di antara kita juga melakukan seperti ini.
Dan saya yakin ada. Karena itu saya temukan dalam perkunjungan, dalam sharing-sharing. Ada orang-orang yang menyangkali penderitaan. Merasa seolah-olah tidak ada penderitaan.
Dia pura-pura gimana kabarnya bu, waduh baik-baik saja. Semua baik om, puji Tuhan, diberkati Tuhan. Padahal tahu persis, hidupnya lagi susah, keadanya lagi hancur, hubungannya buruk.
Tapi kalau ketemu, semua baik om, puji Tuhan. Tidak ada apa-apa, fine, fine. Itu menyangkali penderitaan.
Dia menderita. Tetapi dia berpura-pura. Bahwa tidak ada penderitaan.
Tidak ada kesulitan. Semua baik itu hanya tampilan luar. Tapi dalamnya remuk. Acur. Tapi dia sangkali.
Dan ini berbahaya. Buat jiwa kita. Yang ketiga.
Menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan diri orang lain. Ini banyak. Dan sering kali ini yang menjadi banyak pilihan. Karena itu akan menjadi pembenaran diri sendiri.
Bahwa penderitaan yang aku alami bukan salahku. Tapi dia, tapi dia, tapi dia. Gara-gara dia aku menderita.
Gara-gara dia aku menjadi susah. Kadang-kadang kita juga salahkan orang lain Kita salahkan keadaan Bahkan yang lebih parah menghukum dirinya sendiri Sudara-sudaraku yang dikasih oleh Tuhan Dan pilihan yang terakhir Ini pilihan yang terbaik adalah Beranilah menghadapi penderitaan Hidup memang berbagai macam warna dan rasa Ada yang manis, ada yang pahit Ada yang merah, ada yang hitam, ada yang putih Macem-macem Tetapi pilihan yang terbaik Mari kita berani menghadapi penderitaan Jangan tolak penderitaan Jangan sangkali penderitaan Jangan salahkan siapa-siapa Berdirilah tegap Pandang penderitaan Dan hadapi penderitaan Sudara-sudaraku ini pilihan yang terbaik Jangan menghindari Hal penuh Penderitaan kita hindari. Maka kita tidak akan pernah menyelesaikan penderitaan. Sepanjang hidup saudara akan terus menderita.
Kalau saudara menyangkali penderitaan. Penderitaan ini tidak akan hilang. Penderitaan itu akan tetap tinggal dalam hidup saudara. Maka pilihannya adalah beranilah menghadapi penderitaan.
Sekali lagi saya bacakan buat saudara ayat pokok kita. Menghadapi penderitaan dengan berani. Katakan demikian.
Sesudah itu ia mengambil cawan. Cawan mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, minumlah kamu semua dari cawan itu. Setelah aku, cawan yang dipakai Yesus untuk minum anggur pada malam itu, dia juga berikan kepada murid-muridnya.
Penderitaan yang dia alami, itu juga pasti akan dialami oleh murid-muridnya. Ini suatu nubuatan yang Tuhan berikan kepada murid-muridnya. Kalau aku... Aku gurumu menderita. Maka engkau murid-muridmu tidak akan lepas.
Tidak akan bebas dari penderitaan. Kalau aku mengalami penderitaan. Maka percayalah engkau juga akan mengalami penderitaan. Oleh sebab itu jangan pernah sangkali penderitaan. Yang paling baik siapkan diri untuk menghadapi cawan pahit kehidupan.
Kalau memang cawan pahit harus kita minum. Maka belajarlah seperti Tuhan Yesus di Taman Getsemane. Dia berkata, ya Bapak. Kalau memang cawan pahit ini harus aku minum.
Biarlah kehendakmu yang jadi bukan kehendakmu. Saudara-saudaraku yang dikasih oleh Tuhan. Dan siang hari ini saya ingin mengajak saudara untuk kita belajar bersama-sama.
Bagaimana caranya agar kita mampu minum cawan pahit penderitaan. Kalau kita tidak bisa menolak, kita tidak bisa menghindari. Kita juga tidak bisa menyangkali penderitaan itu fakta. Penderitaan itu ada, itu bukan mata porgana.
Itu jelas nyata. Lalu bagaimana caranya kita mampu untuk menghadapi penderitaan? Beberapa hal saya ingin sampaikan kepada saudara. Kiranya menolong kita untuk berani menghadapi penderitaan. Yang pertama, terimalah penderitaan sebagai kasih karunia Allah.
1 Petrus pasal yang kedua, ayat yang ke-20. Berkata demikian. Sebab dapatkah disebut pujian jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa?
Tetapi jika kamu berbuat baik, jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita. Maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Alkitab memberikan catatan jika karena kebaikan, kebenaran, lalu kita mengalami penderitaan.
Karena kesetiaan kita kepada Tuhan, lalu kita mengalami penderitaan. Karena ketekunanmu untuk datang kepada Tuhan, lalu kita mengalami penderitaan. Maka Alkitab berkata, itu adalah kasih karunia Allah.
Amen. Mari syukuri, kalau aku setia, aku tekun, aku percaya, itu menderita. Itu adalah kasih karunia Allah.
Itu bukan kecelakaan, itu bukan musibah, itu bukan kebetulan. Itu dirancang oleh sang peran. sang ilahi, dia memberikan penderitaan sebagai kasih karuniannya bagi anak-anaknya.
Kenapa Tuhan memberikan penderitaan? Mengapa kasih karuniannya tidak berupa berkat, kasih karunian tidak berupa kebaikan, tidak berupa kesenangan, tapi kasih karuniannya itu berupa cawan pahit penderitaan. Karena Tuhan ingin meningkatkan level iman kita. Tuhan ingin membuat engkau menjadi lebih kuat.
Tuhan ingin memurnikan hatimu. Tuhan ingin mengokohkan imanmu. Tuhan ingin memurnikan kesucianmu.
Tuhan ingin membentuk hidupmu. Supaya kita pernah berjaya. Pernah menjadi anak Tuhan. Yang kuat, yang teguh.
Di dalam dia. Seterus-terus aku yang dikasih oleh Tuhan. Penderitaan-penderitaan.
Di dalam Tuhan. Penderitaan-penderitaan sebagai kasih karunia Allah. Itu adalah satu.
Satu jalan untuk kita mengenal dan mengalami Tuhan dengan lebih dalam. Saya tulis seperti ini. Dalam keadaan damai, kita mengetahui tentang Tuhan.
Tetapi dalam penderitaan, kita mengenal Tuhan. Sekali lagi bahwa dalam keadaan damai, kesenangan, kenyamanan, kita mengetahui tentang Tuhan. Tetapi dalam penderitaan, kita mengenal Tuhan. Kasih karuniannya yang dalam bentuk penderitaan, itu untuk membawa kita memahami, mengenal, mengerti siapa Tuhan yang sesungguhnya.
Dari mana kita bisa mengenal Tuhan, bahwa dia dasyat, dia berkuasa, dia hebat. Kalau kita gak pernah menderita. Tapi justru di tengah-tengah penderitaan yang kita alami, sutera tetap bertekun, setia kepada Tuhan.
Tetap tekun berdoa kepada Tuhan. Tetap percaya kepada Tuhan. Lalu sudah berjalan bersama-sama Tuhan. Melewati penderitaan. Dan di ujung jalan kau akan berbicara.
Terima kasih Tuhan. Benar engkau nyata. Benar engkau ada.
Dari mana semua kita tahu. Karena penderitaan. Ayub pernah berkata.
Dulu kata orang aku kenal Tuhan. Tapi sekarang mataku memandang engkau. Oleh sebab itu mari kita syukuri penderitaan-penderitaan yang kita alami.
Karena itulah kasih karunianya yang dinyatakan kepada kita. Dengan penderitaan yang kita hadapi, dengan penderitaan yang kita alami, iman kita semakin kuat, iman kita semakin teguh di dalam Tuhan. Rahisa Rasul-Rasul pasal yang kelima ayat yang keempat puluh satu.
Berman Tuhan berkata demikian. Rasul-Rasul itu meninggalkan sidang makamah agama dengan gembira. Karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan karena nama Yesus. Bagaimana mungkin orang yang dianiaya, orang yang dihina, orang yang direndakan.
Karena imannya, karena percayanya. Tetapi justru menikmati kegembiraan. Itulah kasih karunia alam.
Nah saudara aku sekarang mari lihat dalam diri kita masing-masing. Kalau saudara sehari-hari sedang ngalami penderitaan. Dan saudara tetap teguh percaya kepada Tuhan. Saudara tetap teguh di dalam iman.
Maka syukurilah. Karena sebentar lagi kita akan naik tingkat. Kelas kerohanian kita akan makin tinggi, kita didewasakan, kita dibuat Tuhan menjadi bertumbuh hanya melalui penderitaan.
Pengenalan kita akan semakin dalam kepada Tuhan. hadapi semua penderitaan. Jangan lari dari penderitaan. Jangan jauhi dengan penderitaan.
Buka kedua tanganmu dan bersyukur. Terima kasih Tuhan oleh kasih karuniamu. Sekalipun sulit, sekalipun berat, tapi aku...
Aku tahu di balik penderitaan ada berkat, anugerah yang Tuhan telah sediakan. Amen. Yang kedua, mari kita melihat. Ikutilah teladan Yesus.
Perhatikan, Yesus ambil cawan, dia meminumnya. Lalu dia berikan kepada murid-muridnya. Yesus sudah menikmati kenderitaan.
Dan dia memberikan teladan. kepada murid-muridnya. Petrus yang dahulu dekat dengan Yesus, dia perhatikan apa yang Yesus lakukan.
Yesus tidak menolak cawan penderitaan. Dengan gagah dan berani dia terima cawan itu. Lalu dia meminumnya. Petrus sangat jelas. Doa-doa yang dinaikkan di taman Getsemane.
Dia tahu ekspresi Yesus. Dia tahu bagaimana dia menghadapi penderitaan. Dan ditangkap jelas oleh Petrus.
Dan ketika dia menghadapi orang-orang percaya di perantauan. Sebagai orang-orang yang minoritas. Mereka di persekusi. Mereka dianiaya.
Mereka diperlakukan tidak adil. Maka dia mengirim suratnya. Dan dia katakan dalam 1 Petrus 2 ayat 21. Sebab untuk itulah kamu dipanggil.
Karena Kristus pun telah menderita untuk kamu. Dan telah. telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejaknya.
Surah-surahku yang dikasih, ini adalah kekuatan bagi setiap orang yang mengalami penderitaan. Karena ternyata penderitaan-penderitaan yang kau alami, Sudah ada orang yang pernah mengalaminya. Saudara kita tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan.
Karena Yesus telat lebih dahulu. Dia mengalami penderitaan. Sebelum kita meminum cawan pahit penderitaan.
Yesus sudah meminumnya lebih dahulu. Dia meninggalkan teladan. Dia meninggalkan jejaknya.
Supaya kita ikuti. Saudara-saudara, penderitaan apa yang sedang ku alami? Kesulitan apa yang sedang kuhadapi.
Kesusahan apa yang sedang terjadi dalam hidup kita pada hari-hari ini. Saya mau ingatkan. Pandang kepada Yesus. Karena keteladanan yang telah dia lakukan.
Dia meninggalkan jejaknya buat kita. Nah setelah kata teladan digunakan dalam bahasa Yunani itu hipogramos. Arti kata hipogramos itu menyalin dengan cara mengikuti pola yang tersedia. Nah, saudara masih ingat waktu kita kelas 1 SD masuk sekolah?
Silahkan tampilkan gambarnya. Nah pelajaran pertama, kalau kita diajarin nulis huruf maka sudah ada contekannya, titik-titik kita tinggal mengikuti, itu namanya hipogramos. Susah apa gampang?
Kita tinggal mengikuti, menyambungkan garis. Lalu akhirnya jadi huruf A, jadi huruf B, C. Semua kita bisa tulis dimulai dengan hipogramos. Gambar binatang enggak sulit.
Karena tinggal menghubungkan nomor 1, nomor 2, nomor 3. Sampai semua nomor terhubung. Maka akan jadi gambar binatang. Itu hipogramos. Nah itu yang Yesus lakukan.
Dia sudah meninggalkan jejak buat kita. Ada penderitaan yang telah dia tinggalkan. Ada kesulitan yang pernah dia tinggalkan. Ada hinaan yang pernah dia tinggalkan. Semua penderitaan yang dialami oleh manusia.
Telah dialami oleh Yesus. Dan Yesus. Yesus menang.
Maka teladan yang dia tunjukkan. Itu bukan untuk kita kagumi. Teladan yang dia tunjukkan. Untuk kita ikuti.
Kalau Yesus bisa menang. Melalui penderitaan. Maka percayalah. Kita juga akan menang.
Untuk melewati penderitaan. Saudara-saudara ku ini. Ini suatu kekuatan dan penghiburan buat kita.
Satu ketika ada seorang anak Tuhan datang ke rumah dan dia mulai bercerita dengan masalahnya. Masalahnya sangat pelik, sangat sulit dan dialaminya berat sekali. Berat sekali. Beban yang dia tanggung memang berat.
Kesulitan yang dia alami memang lagi berat. Kesusahannya begitu sangat dalam. Ketika dia bercerita apa yang dia alami pada waktu itu, bahwa ada kesulitan-kesulitan berat yang dia alami.
Tetapi saya mau katakan, apa yang kamu alami, saya pernah mengalaminya. Dan kalau saya bisa. kamu pun bisa.
Nah kalau kita dalam kesusahan seperti ini lalu orang berkata seperti itu sebah ternyata bukan aku sendiri. Dia juga pernah alamin dan dia bisa. Maka itu akan menjadi penghiburan dan kekuatan untuk kita berani menghadapi kehidupan meminum cawan pakit penderitaan.
Karena ternyata ada teladan yang pernah ditinggalkan. Nah sekarang penderitaan seperti apa yang saudara alami? Kesulitan seperti apa yang saudara hadapi? Maka pandanglah kepada Tuhan. Bagaimana penderitaan yang telah dia kerjakan untuk menuju ke Golgotha.
Dan dia tinggalkan teladan kepada kita. Ada hubogramos. Kita tinggal mengikuti. Kita tinggal meniru. Kita tinggal menjalani.
Kalau kita setia dengan jalannya. Maka kemenangan telah tersedia buat kita. Kadang-kadang kita lebih menggunakan akal kita.
Kita memilih jalan keluar yang kita panggam, pandang baik. Tapi hari ini apapun yang saudara alami, teladanilah Kristus. Sudara-sudaraku yang dikasih oleh Tuhan, Yesus Kristus. Bagian yang ketiga.
Ini yang menarik. Tadi pagi saya lihat cuplikannya Pak Jeff, kotbah, ternyata poinnya sama dengan bahasa yang sedikit berbeda. Tapi intinya sama, kalau saudara masih ingat, pandanglah hadiah yang tersedia.
Mari kita baca, saya ingin saudara baca ayat ini bersama-sama. 2 Korintus 4, 17. Kita baca semua ya. 1, 2, 3. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal, yang melebih segala-galanya, jauh lebih besar.
Ya. Kalau saudara menderita, maka jangan lihat penderitaan yang kau alami, tapi lihatlah hadiah yang Tuhan sediakan. Alkitab mencatat penderitaan ringan, sekarang ini mengerjakan kemuliaan kekasih.
Yang melebihi segala-galanya. Semua penderitaan yang kau alami. Enggak pernah sia-sia. Karena ada upah yang Tuhan sediakan buat kita.
Semua kesusahan yang kau alami. Karena kau setia kepada Tuhan. Karena kau tetap beribadah. Terima kepada Tuhan tidak pernah bercuma.
Tuhan janjikan ada upah di kemuliaan kekal untuk selama-lamanya. Di balik segala penderitaan yang kita alami. Ada hadiah yang Tuhan sedang sediakan buat anak-anaknya. Saudara-saudaraku yang dikasih oleh Tuhan.
Ada pepatah yang berkata demikian. No pain, no gain, no cross, no crown. Saudaraku yang dikasih, gak ada yang berhasil tanpa rasa sakit. Tidak ada makotat.
tanpa salib, itu pasti. Dan saya coba untuk melihat hubungan antara penderitaan dan kemuliaan. Saya punya gambar.
Pernah saudara nyadar enggak? Cawan dan piala. Kenapa piala selalu bentuknya kayak cawan?
Pernah berpikir? Saya juga baru sadar. Oh kok piala bentuknya hampir semua piala.
Bentuknya kayak cawan. Kalau saudara berhasil melewati cawan penderitaan. Ada piala yang Tuhan sediakan. Saudara mau lihat cawan yang bahit?
Atau saudara lihat piala? Para atlet itu rela untuk menelan cawan pahit penderitaan. Mereka berlatih dari hari ke hari siang dan malam.
Dia kuras tenaganya, dia berlatih keras. Karena matanya ditujukan kepada piala yang tersedih. Hari ini, kalau engkau mengalami penderitaan, maka jangan lihat penderitaan yang engkau hadapi. Tapi melihatlah piala yang Tuhan sediakan buat kita.
Ada upah kekal yang Tuhan sediakan. Ada makota yang Tuhan akan berikan. Semuanya itu baru kita nikmati ketika kita berhasil meminum cawan pahit penderitaan. Kegagalan kita untuk menikmati cawan pahit penderitaan, itu berarti kegagalan untuk menikmati kemenangan.
Kalau kita menghindari cawan pahit, itu berarti kita sedang menghindari piala yang Tuhan sediakan. Buat kita orang-orang percaya, dimanakah Tuhan saat penderitaan itu datang. Ini ayat yang terakhir, saya ingin bacakan buat saudara, Malayaki 3 ayat yang kedua dan tiga.
Dikatakan demikian siapakah yang dapat tahan pada hari kedatangannya. Dan siapakah yang dapat tetap berdiri apabila ia menampakkan diri. Sebab ia seperti api tukang pemurni logam.
Seperti sabun tukang penatu. Perhatikan. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak.
Ia akan mentahirkan orang lewi. Menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak. Supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang... yang benar kepada Tuhan.
Berapa kali kita seringkali menanyakan Tuhan, di mana Tuhan ketika penderitaan itu datang? Apakah Tuhan tidak melihat susahku? Apakah Tuhan tidak melihat penderitaku?
Apakah Tuhan membiarkan aku berjuang sendirian? Tapi hari ini, Ferman Tuhan berkata, Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan. Dan mentahkirkan pera.
Saudara-saudaraku yang dikasih oleh Tuhan. Dalam industri emas. Ketika sang pandai emas itu sedang memasak emasnya.
Di atas tungku perapihan. Ketika dia sedang memasak emasnya dengan api yang suhunya sangat tinggi. Mari menyadari bahwa api yang panas tidak dimaksudkan untuk menghancurkan emas.
Api yang panas itu diperlukan untuk menyisihkan kotoran-kotoran dari emas. Supaya mendapatkan emas dan muni. Dan yang menarik, selama proses pembakaran, selama proses pemurnian, pandemas, dia tidak pergi kemana-mana. Dia tetap menghadapi tungku yang panas. Dia tetap jaga emasnya.
Dia pelihara, dia temani sampai emas murni didapatkan. Barangkali engkau tidak pernah melihat Tuhan. Dan engkau bertanya, di mana Tuhan ketika ada penderitaan?
Di mana Tuhan? Ketika kesusahan itu datang Alkitab berkata Ia duduk seperti orang Yang memernikan emak Dia dekat dengan saudara Bahkan lebih dekat dari baju yang kau pakai Meskipun kau merasa ditinggalkan semua orang Ditinggalkan semua teman Ditinggalkan semua kerabat Karena kadang-kadang Orang hanya datang Saat kita dalam kebahagiaan Tapi dalam penderitaan Teman-teman kadang-kadang Yang pergi meninggalkan kita Tapi hari ini Tuhan tidak pernah meninggalkan kita Dia duduk Seperti orang yang memurnikan Luka Sebab itu angkat kepalamu Dan pandanglah kepada Tuhan Ada Tuhan yang menemani kita Ada Tuhan yang menyertai kita Untuk melewati bersama-sama Penderitaan yang kita hadapi