Fenomena Sosial Kopino di Filipina
Pengantar
- Masalah sosial terjadi di Filipina, melibatkan banyak orang Korea yang menanam 'benih' dan meninggalkan tanggung jawab.
- Korban utama adalah perempuan Filipina dan anak-anak mereka yang disebut kopino (Korean Pinoy).
Apa itu Kopino?
- Kopino: Singkatan dari Korean Pinoy (campuran orangtua Korea dan Filipina).
- Data tahun 2020: Sekitar 30.000 anak kopino terlantar di Filipina.
- Mereka rawan diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan fisik.
Alasannya Mengapa Banyak Orang Korea di Filipina
- Turisme: Korea Selatan adalah penyumbang terbesar wisatawan ke Filipina (~24.5% pengunjung).
- Pendidikan: Banyak mahasiswa Korea belajar bahasa Inggris di Filipina karena kualitas dan biaya yang lebih murah.
- Bisnis: Beberapa orang Korea datang untuk urusan bisnis.
- Wisata Seks: Ada juga yang mencari hiburan malam di Filipina.
Siapa Ayah Mereka?
- Sebagian besar ayah kopi adalah pelajar berusia 20-an yang datang untuk belajar bahasa Inggris.
- Korban utama adalah para guru bahasa Inggris dan pegawai sekitar kampus (minimarket, kantin, restoran).
Penyebab Terjadinya Kehamilan
- Ketidakmampuan finansial: Mahasiswa Korea cenderung memiliki uang terbatas sehingga mencari cewek lokal.
- Budaya Filipina: Pantangan memakai alat pengaman karena pengaruh agama Katolik.
- Janji palsu: Mahasiswa Korea seringkali meninggalkan pacar mereka setelah tahu hamil.
Kondisi Tragis Anak Kopino
- Banyak yang tidak bisa sekolah karena tidak memiliki dokumentasi resmi seperti akta kelahiran dan kartu keluarga.
Cara Mengatasi dan Upaya Bantuan
- Beberapa LSM berusaha membantu (We Love Kopino, Kopino Children Foundation).
- Websites yang memajang nama dan foto ayah untuk membantu pencarian.
- Peran pengadilan Korea: Jika terbukti, pelaku dikenai denda dan tunjangan hidup.
Pendapat Anda?
- Diskusi mengenai tren ini dan bagaimana menangani masa depan kopino di kolom komentar.
Sekian kuliah ini tentang kopino anak-anak blesteran Filipina-Korea yang hidupnya terlantar karena ulah ayah mereka. Penting juga untuk menjadi pelajaran bagi perempuan agar tidak mudah terbujuk oleh janji-janji asing.