Transcript for:
Menanamkan Nilai Akhlak kepada Anak

Alhamdulillah wakafa wassalatu wassalamu ala rasulil mustafa wa ala alihi wa sahbihi wa man iktafa amabah yang kita hormati bersama mudir ma'ahat al-irshad Ustaz Ujam Habibullah Ta'ala para atatidah dan para ustadah Serta para hadirin dan hadirat sekalian, rahimani wa rahimakumullah. Alhamdulillah bisa berkunjung kembali ke Pertantren Legendary. Salah satu pionir ma'had sunnah di Indonesia. Kita berharap, semoga Allah Azza wa Jalla berkenan. untuk melimpahkan kepada kita semuanya ilmu yang bermanfaat sehingga bisa kita amalkan sebagai bekal untuk menghadap kepada Allah S.W.T. Amin. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jenungan kita Nabi Agung Muhammad S.A.W. kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang setia mengikuti tuntunannya hingga akhir nanti. Sebelum kita memasuki tema hari ini, tadi saya diminta untuk meluruskan. Memang harus diluruskan, karena saya belum diterima S3 di Madinah saat itu. Cuman ada peluang untuk melanjutkan S3. Jadi belum diterima. Setelah selesai S2, ada peluang untuk melanjutkan S3. Tapi karena ada sesuatu yang lebih wajib Maka kami tinggalkan Jadi ini perlu diluruskan Baik Memang kita sebagaimana yang Sudah tertulis Di belakang kita adalah tentang menanamkan nilai akhlak pada anak. Sebelum kita memasuki materi inti, saat Nabi kita SAW pertama kali tiba di kota Madinah, sebagaimana telah maklum bahwa Kabar akan datangnya Rasulullah SAW ke Madinah itu sudah tersebar di antara para penduduk Madinah sebelum beliau SAW tiba di Madinah. Sehingga karena saat itu belum ada WA dan juga belum ada Apa itu? Untuk memantau lokasi GPS. Sehingga penduduk Madinah tidak tahu secara pasti kapan tibanya Rasulullah SAW. Padahal mereka ingin banget untuk menyambut langsung kehadiran beliau. Maka apa yang dilakukan? Para penduduk Madinah mereka pada nungguin di perbatasan kota Madinah. Dari pagi sampai siang, sampai sore. Begitu sampai sore ditungguin, nggak datang, maka mereka pulang. Besoknya kayak gitu, besoknya lagi kayak gitu, berhari-hari seperti itu. Sampai akhirnya di hari. Kedatangan Nabi kita Muhammad s.a.w. Injafalan nasu alih Begitu kelihatan bahwa Nabi s.a.w. datang Maka orang-orang pun berbondong-bondong untuk menyambut kedatangan beli Dan menariknya Ternyata di antara orang-orang yang menyebut itu tidak semuanya muslim. Ada di antara mereka seorang Yahudi. Siapakah dia? Ini pertanyaan pertama. Katanya pertanyaannya suruh mudah. Pertanyaan mudah. Siapakah dia? Kok sepi? Berarti pertanyaan susah ini. Siapa dia? Yang kemudian masuk Islam? Masya Allah. Layak mendapatkan hadiah. Wah, wakil mudir ya pasti. Masya Allah. Masya Allah. Dengar gak tadi jawabannya? Enggak. Beliau adalah Abdullah Ibnu Salam. Siapa? Abdullah Ibnu Salam. Apa kata beliau? Fakuntu Fiman injafan Dan saya, kata Abdullah Ibn Salam Belum masuk Islam Termasuk salah satu diantara orang yang berdesak-desakan Berbondong-bondong Menyambut kedatangan Rasulullah SAW Dan menariknya apa? فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْشِ كَذَّابٍ Begitu saya melihat wajah Nabi SAW, pertama kali melihat, langsung saya yakin, hakku yakin, bahwa ini bukanlah wajah dusta. Jatuh hati. Dalam pandangan pertama. Hadith riwayat Ahmad. Dan dinyatakan sahih oleh Imam al-Tirmidhi. Imam al-Hakim dan Syekh al-Adbani. Baru melihat wajahnya saja. Sudah jatuh hati. Bagaimana seandainya berinteraksi sehari-hari bersama beliau. Dan itulah langkah awal masuknya kecintaan kepada Islam di dalam hatinya Abdullah bin Salam. Yang jadi pertanyaan, kira-kira santri-santri kita ini, begitu pulang kampung dilihat oleh warga kampungnya langsung pada jatuh cinta atau tidak? Ini ketawanya ketawa kecut apa ketawa... Jatuh cinta atau tidak? Belum. Udah gak usah ngomongin santri, ustadznya aja lah ustadz. Kira-kira kita ini kalau masuk ke masjid yang gak pernah kita masukin sebelumnya mau ngisi pengajian. Jamaah melihat wajah kita pertama kali itu gimana? Seneng apa seneb? atau senep senep itu kebalikannya apa? seneng ahlak itu penting sekali kenapa demikian? karena itulah yang pertama kali akan dilihat oleh orang dari kita Orang itu ketika ketemu dengan kita, pertama kali yang dilihat adalah rahut muka kita. Cara kita bersikap, cara kita berbicara, cara kita berinteraksi. Itu yang pertama kali akan dilihat. Orang bukan akan melihat betapa banyak hafalan ayat Quran kita. Orang bukan akan melihat berapa banyak hafalan hadis kita. Orang tidak akan mendengar berapa banyak matang yang sudah kita hafal. Bukan. Begitu ketemu yang dilihat adalah ahlak. Makanya jangan kaget. Seandainya tidak sedikit diantara masyarakat awam. yang tertarik kepada sebagian ahlun bida'ah. Karena apa? Karena kemuliaan ahlak sebagian dari mereka. Dan mengenaskannya kebalikan dari itu. Betapa banyak orang awam yang antipati dengan ahli sunnah. Karena mereka tidak suka dengan perilaku sebagian dari kita. Berarti, akhlak yang buruk ini merugikan ahli sunnah. atau menguntungkan, sangat merugikan sekali. Begitu ketemu sama sebagian dari ahlul bid'ah, Masya Allah disambut. Ahlul Salam, Assalamualaikum, gimana sehat? Luar biasa sambutannya. Tapi begitu ketemu dengan sebagian dari kita, buru-buru senyum, salam aja, gak mau. Seakan-akan giginya adalah awrot. Sehingga tidak ditampakkan, ditutup, ketemu sama orang, mingkem. Tidak ada senyum sama sekali, tidak ada salam. Ini adalah realita pahit yang ada di dalam diri kita. Atau diri sebagian dari kita. Tapi mengeluh, tidak menyelesaikan masalah. Ini PR besar yang harus kita garap bersama-sama. Kita harus berpikir apa yang mesti kita lakukan supaya ini bisa kita perbaiki. Kekurangan ini harus kita perbaiki. Dan salah satu solusi beliau mengatakan hadis ini Hasan Sohih. Kata beliau. wa khaliqin nasa bi khuduqin hasan berakhlaklah dengan orang lain menggunakan akhlak yang mulia perintah dari nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam makanya jangan kaget seandainya para ulama kita bahkan di dalam kitab akidah pun menyisikan Pembahasan tentang akhlak. Di buku apa? Di akhir buku apa? Pertanyaan kedua. Akidah wasidiyah. Masya Allah. Silahkan. Harus habis ya? Kalau bisa diambilkan lagi. Kalau bisa diambilkan lagi. Masya Allah. Dan berakhlaklah dengan orang lain menggunakan akhlak yang mulia. Sheikhul Islam Ibn Timiyah, di dalam akhir kitab Akidah Wasitya, membawakan tentang beberapa poin penting penerapan akhlak mulia. Padahal Akidah Wasitya, sesuai dengan judulnya, Akidah Wasitya. Kitab apa? Akidah. Ada persepsi yang muncul di sebagian orang bahwa Ahlus Sunnah itu memprioritaskan belajar akidah, itu betul. Tapi persepsi yang keliru adalah Ahlus Sunnah hanya fokus akidah, itu tidak betul. Jadi beda antara memprioritaskan akidah dengan hanya fokus akidah, itu beda. memprioritaskan akidah bukan berarti akhlaknya diabaikan justru malah akhlak itu bisa dijadikan salah satu faktor terpenting untuk menularkan akidah kepada orang lain sebagaimana yang dipraktekan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam sebelum berpanjang lebar untuk membahas langkah-langkah yang muslih kita lakukan Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak-anak kita, kita akan sampaikan terlebih dahulu definisi dari akhlak mulia. Definisi ini disampaikan oleh beberapa ulama antara lain, Al-Imam Ibn Rajab Al-Hambali, dan juga Al-Imam Ibn Al-Qayyim, rahimahumallah. Akhlak yang mulia, Katab liyaw, badlun nada, wakafful adha, wahtimalul adha. Badlun nada artinya adalah melakukan kebaikan kepada orang lain Wakafful adha artinya adalah menghindari sesuatu yang menyakitkan orang lain Wahtimalul adha artinya adalah menahan diri ketika disakit Ada berapa poin? Ada tiga poin. Jadi akhlak mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang menyakitkan orang lain, dan menahan diri ketika disakiti oleh orang lain. Berbuat baik kepada orang lain, contohnya jujur. membantu orang lain ketemu dalam keadaan apa? muka yang berseri-seri, senyum sebagaimana yang diperaktikan oleh Nabi SAW kata salah seorang sahabat beliau ma ra'ani rasulullahi s.a.w. mundu an aslamtu illa wa tabassama fi wajhi Sejak aku masuk Islam, setiap Rasulullah SAW ketemu aku, mesti senyum. Semenjak aku masuk Islam, setiap aku ketemu Rasulullah SAW, mesti beliau tersenyum. Padahal ketemu sama beliau bisa siang, bisa malam, bisa pagi, bisa sore, bisa ketika kondisi hati lagi nyaman, bisa ketika kondisi hati lagi tidak nyaman. Pokoknya kapanpun ketemu mesti senyum. Gampang apa susah? Gampang apa susah? Coba antum bangun tidur langsung senyum. Gimana? Susah. Misalnya antum lagi tidur. Menjelang subuh dibangunin sama anak antum. Abi, abi bangun. Gimana? Bisa senyum? Susah. Atau lagi kepikiran utama. Ya ketemu sama orang. Disenyumi malah. Apa senyum-senyum? Tahu lagi orang mikir utang. Tapi Rasulullah SAW dalam kondisi apapun. Ketika sahabatnya senyum. Itu namanya berzulun nada. Berbuat baik kepada orang lain. Yang kedua. Kafun adhan. Menghindari sesuatu yang bisa menyakiti orang lain. Apa yang menyakiti orang lain? Oh banyak. Ghibah, fitnah, mencelah, menghina, berdusta. Itu semuanya dihindari. Dan yang terakhir adalah ihtimalul adha. Ihtimalul adha adalah menahan diri ketika disakiti sama orang lain. Tidak membalas keburukan dengan keburukan. Bahkan kalau bisa membalas keburukan dengan kebaikan. Berarti kalau kita dicemberuti, harusnya kita ngapain? Senyum. Gampang? Susah. Kebanyakan orang justru malah lebih parah lagi. Dicemberuti. kirain anak gak bisa pak jadi akhlak mulia tersimpulkan dalam tiga hal tadi baik, bagaimana kita menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, inilah tema kita siang hari ini langkah-langkahnya ada lima yang pertama pembelajaran Yang kedua, praktek. Yang ketiga, teguran. Yang keempat, keteladanan. Dan yang kelima, doa. Siapa yang bisa ngulang? Oh, belakang. Ya. No. Belakang. Ya. Satu yang keras ya, satu. Kita ulangi ya, apa yang pertama? Pembelajaran. Yang kedua? Praktek. Yang ketiga? Teguran. Yang keempat? Keteladanan. Yang kelima? Sudah selesai pengajian kita siang. Setuju? Ngaji siang-siang itu tidak terlalu ideal. Buat ustadznya apa buat jemaahnya? Dua-duanya. Baik. Apa yang tadi yang pertama? Pembelajaran. Kenapa kok pembelajaran? Segala sesuatu itu harus diawali dengan ilmu. Makanya apa kata Imam Bukhari? Babun al-ilmu qabla al-qawli wal-amal. Bab. bahwa sebelum berkata dan berbuat harus diawali dengan ilmu, termasuk akhlak. Akhlak ini ada ilmunya. Makanya para ulama kita dahulu sangat mementingkan belajar adab dan akhlak. Apa kata Ibn Sirin rahimahullah? كانوا يتعلمون الهدية كما يتعلمون العلمة Dahulu para ulama salaf mereka mempelajari adab seperti mereka mempelajari ilmu. Jadi adab dan akhlak itu harus dipelajari. Harus berimbang antara pelajaran-pelajaran fikir, akidah, tafsir dengan pelajaran tentang adab. Bahkan ada sebagian ulama yang malah mendahulukan belajar adab sebelum belajar ilmu-ilmu yang lain. Kata Imam Malik rahimahullah, ketika beliau ketemu dengan salah seorang pemuda dari suku Quraish, يَبْنَا أَخِي تَعَلَّمِ الْأَدَبَ قَبْلَ أَنْ تَتَعَلَّمِ الْعِلْمِ Nah, belajarlah adab sebelum engkau belajar ilmu. Dan itu yang dipraktekan oleh para ibunda ulama-ulama kita. Pernah suatu saat ibunya Imam Malik, rahimahullah, ketika akan berangkat Imam Malik kepada gurunya, yaitu Imam Rabiah, ibunya berpesan, Ta'allam min adabihi qabla ilmihi. Belajarlah nak dari adab gurumu sebelum engkau belajar ilmu dari. Maka pelajaran adab ini harus menjadi salah satu prioritas kita. Dan belajar adab ini tidak bisa hanya sekedar dalam daura sehari dua hari. Diusahakan pelajaran adab ini dilakukan secara rutin, syukur-syukur setiap hari. Karena kajiannya sifatnya harian. maka jangan panjang-panjang. 7 menit, 10 menit, maksimal ya 12 menit. Tapi sifatnya rutin, harian. Bisa mulai dari kitab-kitab yang ringkas-ringkas, begitu khatam, nanti pindah ke kitab yang lebih besar. Contoh misalnya, salah satu kitab ringkas yang recommended, Kitabnya Sheikh Al-Usaimi, Hafidahullah. Al-Adab Al-Ashrah. Apa judulnya? Al-Adab Al-Ashrah. Di dalam kitab itu, beliau membahas tentang 10 poin adab-adab yang setiap hari kita butuhkan. Ada adab salam, ada adab minta izin, ada adab makan, ada adab majlis, ada sekian banyak adab. 10 adab. Rutin dipelajari sampai selesai. Setelah selesai kita mau pindah ke kitab yang lebih besar. Salah satu yang sangat direkomendasikan adalah kitabnya Imam Bukhari. Apa itu? Al-Adabul Mufrad. Tebel. Kami di pondok itu, kami jadikan itu pengajian harian. Setiap hari. Satu hadis. Udah gak perlu panjang-panjang. Satu hadis saja. Yang hadir ya anak-anak segini-gini. Umur anak kelas berapa nak? Kelas berapa? Dua. Bahkan yang TKTK pada hadir. Iya. Bapak ada zuhur. Iya. Satu hadis, satu hadis. Nak, dapat hadiah. Pertanyaannya kelas berapa? Alhamdulillah sekarang sudah hadis ke 400 kalau gak salah. Jadi sehari satu hadis saja. 7 menit, 10 menit. Masya Allah ya. Ya memang sih gak langsung kerasa. Jadi setelah sekian ratus hadis baru mulai kerasa. Ya namanya. Gini-gini kan kalau sholat itu. Masya Allah. Ramai yang minta ampun. Masya Allah. Sampai kita siasati diselang-seling soalnya. Anak istri terus dewasa. Anak istri dewasa. Anak dewasa dewasa. Untuk siasati kegaduhan tadi. Alhamdulillah. Setelah sekian ratus hadis. Walaupun anak itu jejer-jejer. Alhamdulillah ketika anak ini. enggak dekat ada bisa bisik ada injek-injekkan kaki ya ada corek-corek kita walaupun jadi imam yang berusaha khusus tapi masih susah khusus itu kan denger kalau ada apa yang kerisik-kerisik itu pasti ya karena memang kita levelnya masih jauh banget gitu ya Alhamdulillah denger sepi Cuman karena yang hadir itu adalah dari yang gede-gede sampai yang kecil-kecil. Mau tidak mau ya bahasanya harus diapain? Harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka. Ini pentingnya peran guru di dalam menurunkan grade bahasa yang dipakai tergantung ngajari siapa. Dan dikasih iming-iming kayak gini nih, buku. Kan seneng banget itu. Sebutkan namanya live lagi kan. Sehingga ibunya senang banget itu, bapaknya senang. Oh namanya tadi disebutkan di pengajian. Yang dapat hadiah adalah mas pulan, mas pulan, mas pulan. Sebutkan. Malah kadang-kadang saya suruh ke depan sini, masuk TV tuh. Ini adalah poin yang pertama. Apa poin yang pertama? pembelajaran. Poin yang kedua adalah praktek. Setelah anak-anak ini mendapatkan teori tentang adab, adab akan, adab berbicara, adab salam, adab di masjid, adab di majlis, maka perlu untuk dipraktekkan. Sehingga teori tidak hanya menjadi teori. Takupan adab itu luas. Itemnya banyak. Maka, supaya enggak terlalu terasa berat oleh anak-anak kita, seharusnya dalam mempraktekan adab itu, kita bikin prakteknya secara bertahap. Contoh misalnya tadi kita menyebutkan kitabnya Sheikh Al-Usaimi. Apa tadi? Al-Adabul Ashrah. Misalnya kita perhatikan satu bulan ini, kita aplikasikan adab yang pertama. Al-Adabul Ashrah, Al-Adabul Awal. Misalnya di situ disebutkan adab salam. Ya sudah. Satu bulan ini kita... Biasakan anak-anak kita kalau ketemu sama orang lain mengucapkan salam. Baik itu adik kelas kepada kakak kelas. Baik itu kakak kelas kepada adik kelas. Baik itu santri kepada ustad. Baik itu ustad kepada santri. Baik itu mudir kepada guru. Baik itu karyawan kepada guru. Makanya satu bulan ini kita aplikasikan adat salam. Sampai itu menjadi sebuah kebiasaan. Masuk kelas, salam. Masuk kamar, salam. Ketemu di... Pokoknya bulan ini bulan salam. Setelah itu menjadi sebuah kebiasaan, kita pindah ke adab yang kedua. Di situ disebutkan adabun isti'zan. Adab minta izin. Masuk kelas, anak-anak langsung telat belum masuk. Enggak. Adabnya salam dulu, terus berdiri. Apakah gurunya akan mengizinkan masuk atau tidak? Kan tidak jarang anak-anak kita, kalau misalnya dari kamar mandi, masuk ke kelas, gurunya sudah duduk, lalu belum masuk, gitu saja kan? Harusnya kan bukan seperti itu. Salah dulu sama gurunya diizinkan atau tidak. Minta izin. Di dalam rumah kita pun juga sama. Ketika anak-anak... ini akan masuk ke kamar orang tuanya kan ada beberapa waktu yang tidak boleh dia ujuk-ujuk masuk. Kita praktikan di rumah kita. Jangan biarkan anak kita itu bludas-bludus masuk ke kamar orang tuanya tanpa mengetuk pintu. Minta izin. Termasuk ketika masuk rumah juga sama. Salam. Bulan kedua ini menjadi sebuah kebiasaan. Maka pindah nanti di bulan ketiga adab makan. Lihat makannya tangan atau tidak. Lihat apakah sambil berdiri atau tidak. Seluruh adab-adab makan ini setelah dipelajari, diperhatikan. Begitu seterusnya. Pertanyaannya, apakah langkah kedua ini mestimulus? Mestimulus? Belum tentu. Makanya perlu langkah yang ketiga Apa? Teguran Salah satu hal yang membuat kebiasaan baik itu tidak terbangun adalah Tidak ada teguran Alias dibiarkan Di saat akan mempraktekan adab makan, ada anak-anak yang makan sambil berdiri, dibiarkan. Tidak ada yang menegur. Ada anak yang makan pakai tangan kiri, dibiarkan. Tidak ada yang menegur. Tuhan Yesus, seandainya dari 100% adab itu sudah dipraktekan 50%. Alhamdulillah atau tidak? Alhamdulillah atau tidak? Alhamdulillah. Di apresiasi. Nah sisanya ini ditegur. Tapi negurnya itu yang baik. Karena banyak di antara kita sukanya adalah cara yang instan. Banyak dari kita punya kebiasaan pengennya semuanya serba instan. Bagaimana serba instan itu hukuman. Pokoknya melanggar hukum. Melanggar hukum. Ustaz, apa boleh kita mempraktekan hukuman? Bukan tidak boleh. Yang tidak boleh itu apa-apa hukuman. Itu tidak boleh. Kenapa, Ustaz? Karena kalau misalnya apa-apa hukuman, nanti anak melakukan itu dengan keterpaksaan. Bukan dengan kesadaran. Kapan akan kelihatan? Dampak buruk dan dampak positif dari keterpaksaan atau kesadaran kelihatannya adalah ketika yang ditakuti tidak ada. Coba antum lihat ketika tidak ada bagian keamanan, tidak ada musyrif, tidak ada ustad. Contohnya di mana? Ketika keluar dari mahat. Ketika anak-anak kita lagi keluar mahat, coba antum lihat di mal-mal. Apakah dia tetap mempraktekan adab-adab tersebut atau tidak? Apakah dia tetap makan sambil duduk atau tidak? Apakah dia tetap makan pakai tangan kanan atau tidak? Coba perhatikan. Kalau dia melakukan adab-adab itu di pondok karena keterpaksaan, maka begitu tidak ada yang ditakuti, dia akan tinggalkan. Tapi kalau itu berdasarkan kesadaran, dimanapun dia berada, dengan izin Allah akan dia praktekkan. Maka harus ada teguran. Dan tegurannya dengan cara yang baik. Sebagaimana yang dahulu dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW dalam banyak momen. Salah satunya, apa yang dituturkan oleh Umar bin Abi Salamah RA dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Kata beliau, Kutub urutan, dan diri. Nabi s.a.w Saya dulu dirawat Di rumah Nabi s.a.w Dan ketika makan bersama Tanganku Piknik kemana-mana Apa maksudnya piknik kemana-mana Nah Makanan yang jauh-jauh yang diambil. Cataya tangganya diambil. Itu adalah sesuatu yang perlu ditegur atau tidak? Perlu. Makanya sama Nabi SAW ditegur. Tapi lihat bagaimana cara Nabi SAW menegur. Aqala li rasulullahi SAW. Maka kemudian Nabi SAW pun bersabda. Ya Allah. Apa ya gulang? Le. Kalau perempuan? Duh. Kalau di pondok? Ah. Kalau perempuan berarti apa? Uh gitu ya. Ya gulang. Samillah. Bacalah. Bismillah. wa kul biya minika dan makanlah dengan tangan kananmu wa kul mimma yali'ik dan makanlah makanan yang terdekat dengan berapa nasihat? apa yang pertama? bismillah tangan kanan, makanlah yang terdekat pertanyaannya penyimpangannya apa? nomor 1, nomor 2, atau nomor 3? kenapa kok ditaruh di nomor 3? hadiahnya 3 wah hadiahnya 3 Masya Allah paham gak pertanyaannya? paham pertanyaannya? penyimpangannya apa? piknik tangannya sama Nabi diberikan berapa nasihat? 3 dan ditaruh penyimpangannya di? Nomor tiga, kenapa? Menjaga perasaan. Masya Allah. Supaya tidak tersinggung. Baik. Berarti tiga, pas tiga. Monggo, silakan. Monggo, maju silakan. Masya Allah Masya Allah Bagus Ini kalau seperti ini Gak apa-apa menyimpulkan seperti ini Ini adalah masalah istihadiyah Jadi berusaha menggali hikmah Itu bagus Jadi bisa jadi mungkin saja Rasulullah SAW itu tidak ingin langsung To the point Khawatirnya Ini akan apa? Malu, sedih, minder gitu. Makanya Nabi SAW menyinggung sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan kesalahannya. Jadi Nabi SAW pun ketika akan menegur, ketika akan menasihati, ada seninya. Tidak seperti sebagian orang langsung apa? Tabrak. Langsung saja. Nabi SAW. Kemungkinan itu menjaga perasaan si anak ini. Dan lihat apa efeknya. Dan setelah saya ditegur seperti itu. Seumur hidup saya praktekkan adab yang diajarkan sama Nabi S.A.W. Kayak anak kita ya. Anak kita kalau ditegur bagaimana? Sampai seumur hidup? Bisa jadi karena kitanya yang niatnya kurang ikhlas Atau bisa jadi karena caranya yang kurang baik Maka Rasulullah SAW mencontohkan kita untuk memberikan teguran dengan cara yang baik. Kita pindah ke langkah yang keempat. Apa tadi? Keteladanan. Poin yang keempat ini amat sangat penting sekali. Tapi sayangnya kerap diabehkan. Allah Azza wa Jalla hanya menurunkan kitab suci saja untuk panduan hidup umat manusia atau juga mengutus para rasul? Juga mengutus para rasul. Apa nggak cukup hanya diturunkan Al-Quran saja? Kok Rasulullah SAW masih diutus pula? Salah satu hikmahnya kenapa Allah tidak hanya menurunkan Al-Quran tapi juga mengutus Nabi kita Muhammad s.a.w. adalah agar beliau s.a.w. menjabarkan isi Al-Quran dengan ucapan dan perbuatan. Makanya apa kata Allah s.w.t dalam surat Al-Ahzab ayat 21 Telah ada di dalam diri Rasulullah SAW Uswah, keteladanan, hasanah yang baik Maka tidak cukup anak-anak kita hanya disuruh, disuruh, disuruh Coba lihat gurunya ngasih contoh Orang tuanya ngasih contoh atau tidak? Kakak kelasnya ngasih contoh atau tidak? Karyawan-karyawannya ngasih contoh atau tidak? Buah itu kalau jatuh, tidak akan jauh-jauh dari pohon. Kecuali, kecuali, dibawa codot. Maka bagaimana gurunya? Ya begitu murid. Makanya ada perumpamaan apa? Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Guru kencing berlari, murid mengencingi gurunya. Hati-hati kita ini sebagai guru. Yang dilihat sama anak-anak kita itu bukan hanya pelajaran yang kita sampaikan. Termasuk perilaku kita. Bagaimana anak-anak kita begitu pulang gak kecanduan gejek. Lawong lihat gurunya juga kecanduan gejek. Bahkan ketika di kelas. Bahkan ketika di kelas. Sambil mengajar, sambil apa? Update status. Sambil mengajar, sambil menjawab. Ayo dibaca halaman sekian. Gurunya apa? Jaga dong perasaan murid-murid kita. Kita ingin murid-murid kita tidak mainan HP. Kita setiap hari mainan HP kok dihadapan murid-murid kita. Kalau memang kita butuh banget, ya mau melipir gitu loh. Melipir itu apa? Ngumpet. Sini perasaan menurut kita itu terjaga gitu loh. Jadi jangan, bukan berarti kecanduan jangan kelihatan gitu. Tapi jangan terlalu vulgar gitu. Ya kalau kita butuh banget, kondisi-kondisi tertentu no problem. Tapi masa setiap saat kita jalan. HP di tangan kita, kita melihat HP terus Di samping kita ada murid kita Jangan gitu dong Sama orang tua pun juga demikian Salah satu yang menyebabkan anak-anak di rumahnya pada kecanduan gejet Karena siapa? Karena orang tuanya juga kecanduan Maka kalau pengen anak-anak kita terlepas dari kecanduan gejet Harus diawali dari orang tuanya Keteladanan dari orang tuanya Keteladanan dari guru-gurunya. Keteladanan dari kakak-kakak kelasnya. Tidak dipungkiri. Stimulitas di dalam pesantren itu sangat berpengaruh. Sehingga adik-adik kelas akan melihat siapa? Kakak kelas. Maka seharusnya, semakin anak-anak kita kelasnya tinggi, semakin softnya di depan. Tapi realitanya bagaimana? Kebalikannya. Justru yang di soft depan itu, anak-anak baru. Begitu lama, mundur. Begitu lama lagi mundur. Sampai jadi imam sebuah. Maka perlu ada settingan. Supaya anak-anak yang besar-besar ini sholatnya di depan. Kenapa? Supaya dicontoh oleh adik-adik kelas. Ada suri teladan dari kakak-kakak kelas. Dan ini harus ditanamkan di dalam diri santri-santri kita. Anak-anak idat mu'alimin. Anak-anak idat mu'alimin. Itu hal mereka mendapatkan penjelasan bahwa kalian ini punya beban moral. Kalian ini akan dicontoh sama adik-adik kalian. Silahkan tinggal milih mau menjadi contoh kebaikan atau contoh keburukan. Kalau menjadi contoh kebaikan, maka kalian akan mendapatkan amal jariah. Kalau kalian menjadi contoh keburukan, kalian akan mendapatkan dosa jariah. Anak-anak ditanamkan, supaya adik-adiknya nyontok. Jangan sampai semakin lama mondok, semakin buruk perilakunya. Semakin mundur softnya, jangan. Jadi keteladanan ini diperlukan dari siapa saja? Gurunya, terus orang tuanya, terus anak-anaknya. Karena dari istri-istri ustadznya perlu diberikan keteladanan. Perlu. Jangan dipikir anak-anak kita, santri-santri kita itu tidak melihat bagaimana anak-anak guru dan karyawan. Mereka memperhatikan. Oh ternyata aneh ustadznya juga kayak gitu nakal lepol. Akhirnya getahnya siapa? Ustadznya sama istrinya. Maka keterangan harus ada dalam diri kita. Termasuk keluarga kita. Keluarga ustadz, keluarga karyawan. Apalagi yang tinggalnya dekat dengan pondok. Yang setiap hari berinteraksi dengan santri. Yang dilihat bagaimana anak-anak dididik sama orang tuanya. dan orang tuanya itulah ustadz atau karyawan di pondok ini terus kita perhatikan betul enak gak ustadz? enak gak? berat berat, jadi ustadz itu berat seakan-akan kayak gak boleh ada apanya? ada celahnya tapi ya itulah realitanya Dan itu mudah-mudahan menjadi motivasi bagi kita untuk selalu mengembangkan dan memperbaiki diri. Ini adalah yang keempat. Yang terakhir, apa tadi? Doa. Syekh Al-Gudayan. Rahimahullah. Pernah ditanya sama putrinya. Bagaimana cara mendidik anak di zaman seberat ini? Ini zaman berat banget. Zaman kita ini berat banget. Bagaimana cara mendidik anak di zaman seberat ini? Jawabannya simpel. Kata Syekh Hidayat Rahimahullah. Keteladanan dan doa. Apa? Keteladanan dan doa. Keteladanan sudah kita bahas. Doa. Kenapa doa? Karena satu-satunya yang bisa melindungi anak kita cuma Allah. Satu-satunya yang bisa melembutkan hati anak kita cuma Allah. Satu-satunya yang bisa mengubah perilaku anak kita cuma Allah. Makanya kita sebagai orang tua, kita sebagai guru, jangan pernah melupakan untuk mendoakan murid dan anak-anak kita. Angkat tangan, dapat hadiah. Belum. Siapa di antara antum para guru? Ini berarti khusus buat para guru. Yang kalau tahajud itu mendoakan santri-santrinya. Satu, dua, yang lain kayaknya takut riak. Atau enggak malah. Berarti dua dapat hadiah. Silahkan. Masya Allah. Oh, karyawan. Masya Allah. Masya Allah. harus gak bisa enggak jangan mengandalkan kemampuan kita dalam mengajari yang bisa memberikan hidayah itu cuma Allah hidayah itu taufik Kita cuma bisa memberikan arahan. Kita cuma bisa memberikan hidayatul irsyad wal bayan. Ada pun urusan hati. Itu cuma Allah subhanahu wa ta'ala. Maka doakanlah. Jadi kalau ketemu sama anak yang luak kalah. Itu masukkan nama dia di dalam doa-doa kita. Allahumma di fulan. Allahumma di fulan. Allahumma di fulan. Berarti enak ya yang nakal. Ya tidak cuma fulan doa. Allahumma di fulan wa jami'a tudlabi. Makanya apa kata Nabi SAW dalam cuplikan doa salah satu iftihah sholat beliau. Yang diruayatkan oleh Imam Muslim. Dimana Nabi SAW berdoa, wahdini li ahsanil akhlaqi la yahdi li ahsaniha illa an. Ya Allah, berilah aku petunjuk kepada akhlak yang terbaik. Karena tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepada akhlak yang terbaik, kecuali engkau, Ya Rabbi. Bayangkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW minta kepada Allah. Kok kita tidak minta? Kebangetan. Kemudian apa kata beliau? Wasrif anni sayyi'aha. La yasrifu anni sayyi'aha illa ant. Wahai Rabbi, jauhkan dariku akhlak yang buruk. Karena tidak ada yang bisa menjauhkan akhlak yang buruk dariku. Kecuali hanya engkau, wahai Rabbi. Maka, jangan pernah melupakan untuk mendoakan kebaikan buat kita. Buat anak-anak kita, buat murid-murid kita, mudah-mudahan Allah mengharuniakan kepada kita semuanya akhlak yang mulia dan menghindarkan kita dari akhlak yang buruk. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Beliau berkenan menerima pertanyaan. Kita berkata 5 pertanyaan dan setiap pertanyaan akan dikatakan. Silahkan Bapak. Waalaikumsalam. Apanya? Hai banyak berarti nya ketika kita sudah sering mengingatkan anak tapi anak tidak menjadi baik boleh tidak kita mengatakan kamu ini kayaknya memang jauh dari Allah atau yang terlihat pertama tadi kayaknya kamu ini dikuasai oleh setan kata-kata ini boleh atau tidak Hai boleh atau tidak sebaiknya dihindari dihindari Walaupun tentu maksudnya bukan doa ya. Masa kita mendoakan anak kita. Tapi sebaiknya dihindari. Justru kita tumbuhkan makna-makna yang sifatnya lebih positif. Ayo nak, dekatlah sama Allah. Ayo nak, jauhilah setan. Itu lebih enak untuk didengar. Khawatirnya kalimat-kalimat yang seperti tadi itu terpatri di dalam hati anak kita. Walaupun jendengar mengawalnya dengan kalimat kayaknya. Tapi yang diingat sama anak bukan kalimat kayaknya. Tapi diingat sama anak adalah dikuasai setan. Terus apa tadi? Dari hidayah. Akhirnya itu yang terpatri. Khawatirnya seperti itu. Maka mendingan kalimat-kalimat yang tadi diganti dengan kalimat yang lebih positif. Seperti yang saya contohkan tadi. Dan menarik sekali, orang Arab itu, kalau lagi marah gimana? Allah Yahdik. Allahu Yahdik. Atau Hadakallah. Itu subhanallah. Setelah dipikir-pikir itu menarik. Allah Yahdik itu artinya, ya Allah mudah-mudahan Allah memberimu hidayah. Bayangkan lagi marah aja mendoakan apa? Saya pernah digitukan sama guru saya di Madinah. Entah saya lupa karena apa gitu ya. Allah ya dik. Saya bilang amin. Mau didoain kok. Sampai gurunya terngangang gitu. Mau lagi dimarahin malah bilang apa. Lo marahnya isinya doa. Marahnya isinya doa. Jangan kamu nih yang umum itu kamu nih nakal, anak nakal, anak nakal. Kamu mudah-mudahan jadi anak soleh gitu ya. Kalimat-kalimat positif ini yang harusnya lebih sering kita ucapkan. Baik, monggo Pak. Baik, agar pertanyaan bisa langsung ditinggal oleh seluruh jemaah hewan dan angwan. Yang pertanyaan silahkan maju. Adik, silahkan adik. Silahkan maju. Ya, maaf. Ustaz, jika mendapat ayahnya yang berbeda, saya harus memilih yang mana? Beda-beda apa? Masya Allah Ini bapaknya mana? Satu kering kita tolong Nanti setelah menerima hukum Adiknya hilang, terima kasih Ustaz Semoga diberikan kesehatan Masya Allah Bagaimana sikap anak ketika bapak dan ibu Beda pendapat? Tergantung nak Beda pendapat dalam hal apa? Kalau beda pendapat dalam hal prinsip antara halal dengan haram misalnya. Antara hal yang baik dengan hal yang buruk. Mau enggak mau ya kamu harus menentukan memilih yang benar. Bukan memilih yang enggak benar. Contoh misalnya, contoh aja ya. Bapak mengatakan, nak, kamu main HP-nya dibatasi ya. Ibunya mengatakan, enggak nak, kamu bebas kapan aja mumpung liburan. Itu yang benar siapa nak? Saya ulangi ya, saya ulangi. Bapak mengatakan, nak, kamu main HP-nya dibatasi ya, supaya enggak terlena. Ibu mengatakan, oh enggak, enggak usah. Pokoknya bebas, nak, mumpung libur sepuas-puasnya. Yang benar siapa? Ayah. Jadi harus, harus menentukan sikap. Kalau masalah prinsip. Tapi kalau bukan masalah-masalah prinsip, jadilah kamu sebagai penengah. Contoh, mau mengubah cat rumah. Mau mengubah warna cat rumah. Kata bapak, pokoknya warnanya harus merah. Kata ibu, enggak, pokoknya kuning. Itu prinsip atau tidak, nak? Tidak prinsip. Berarti kamu jadi penengah. Gimana penengahnya? Bapak minta merah, ibu minta kuning. Gimana? Oren, betul. Pinter. Ada bakat seni. Atau kuning, merah, kuning, merah. Jadi kalau bukan masalah prinsip itu, jadi penengah. Ya, silakan. Baik. Pak Salam, Bapak. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam. Terkait tentang praktek pelajaran dan bisa kesempatan yang ada yang Jadi bagaimana caranya setelah kita memilih 5 harga yang bisa kita taruhkan tadi, tapi kadang-kadang masih sulit untuk mengondisikan anak-anak kita yang tercari-cari. Harga utuh. Ya. Silahkan. Bagaimana mengkondisikan anak yang masih kecanduan gejet? Ini pembahasannya panjang ya. Kalau jeneng-jenengan pengen yang lengkap, saya pernah menyampaikan pengajian dalam dua sesi. Judulnya mengatasi kecanduan gejet pada anak. Dua sesi, jeneng-jeneng cari. Insya Allah ada di Youtube atau di YouFeed. Mengatasi kecanduan gejet pada anak. Jadi yang paling penting yang saya sampaikan di situ adalah keteladanan dari orang tua. Itu yang paling penting. Yang paling penting. Jadi orang tuanya ini harus ngasih contoh tidak kecanduan gejek. Karena kalau misalnya dia pengen anaknya gak mainan HP, sedangkan bapak dan ibunya mainan HP terus, maka anak akan protes, akan cemburu, gak terima. Jangan bayangkan anak kita hari ini seperti kita dulu pas masih anak-anak. Beda zaman. Saya pernah menyampaikan pengajian judulnya, Mendidik anak di zaman now. Apa sih bedanya zaman now sama zaman all? Bedanya apa? Salah satunya adalah anak sekarang itu, Tidak seperti kita dulu yang dikatakan, Ah langsung lurut. Kalau sekarang anak itu pintar untuk jawab. Kenapa anak kita pintar untuk jawab? Karena informasi yang masuk ke kepala anak kita itu gak cuma dari kita. Anak ini masuk informasi ke telinganya. Dari TV iya, dari HP iya, dari radio iya, dari internet iya, dari macerah iya, banyak banget. Sehingga anak kita hari ini cenderung kritis atau bahkan nge... Sehingga kita harus nyontohin. Lawang nyontohin aja belum tentu. Ditiru sama anak apalagi. Gak nyontohin yang benar. Yang kedua, kita harus mencarikan alternatif kegiatan positif buat anak kita. Dan alternatif kegiatan positif itu ada yang sifatnya ibadah kayak ngaji, baca Quran. Ada yang sifatnya ekonomis, dilatih anak itu untuk nyari duit. Ada yang sifatnya hobi. Anak sukanya apa? Main bola. Sudah sediakan bola. Saya lebih suka melihat anak-anak pada main apa? Bola, daripada main kece. Makanya saya biarkan kalau anak-anak itu pada main bola yang penting bukan di waktu sholat, di pondok kami, anak-anak main bola sampai keringatan gobius. Sampai kayak habis mandi. Buat saya lebih suka. Kenapa? Karena nanti pulang ke rumah tinggal apa? Tidur. Iya. Sudah capek dia. Mikirin HP lagi. Kalau megang HP bentar. Sudah ngantuk. Capek. Tapi kalau kita perhatikan. Masya Allah. Anak-anak kita dahulu. Di zaman dulu. Anak-anak zaman dahulu. Itu sehat-sehat. Jarang penyakitan. Kenapa? Karena permainannya rata-rata fisik. Tidak seperti anak-anak sekarang. Sediakan alternatif kegiatan yang positif. Lengkapnya jangan dengan lihat nanti di video yang tadi saya sebutkan judul. sendiri nanti malam ikut kajian lagi ya nanti Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam saya ingin gimana caranya menasihati warga saya mungkin Bagaimana caranya menasihati keluarga yang mungkin beda prinsip? Langkah yang pertama, dakwah dengan ahlak mudia. Apa? Da'wahi dengan akhlak mulia. Kenapa demikian? Kita itu mau masuk ke sebuah ruangan yang tertutup pintu. Kita akan masuk ke sebuah ruangan yang tertutup apa? Pintu. Langkah yang benar pertama kali apa? Membuka pintu. Bukan nabrak. Bagaimana cara membuka pintunya dengan menerapkan akhlak mulia. Sehingga keluarga kita akan jatuh hati kepada kita. Rasulullah SAW bahkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul, beliau sudah mendapatkan gelar al-amin. Orang-orang Mekah itu semuanya Image tentang Rasul positif, tidak ada image negatif tentang Rasul. Dan itu menjadi modal yang sangat besar untuk mendakwahi orang-orang Quresh saat itu. Maka yang harus dilakukan pertama kali adalah pulang, bukan ngajak debat. Tapi pulang adalah mempraktekan ahlak mulia. Oleh-oleh dari solatigo apa? Hai nting-nting kepo-kepo yang ting-ting toh apa lagi nggak boleh promo bawa oleh-oleh berikan kepada keluarga misal dakwah pakde dan B misal pulang dari sini bahwa-bahwa itu buatan Terus setelah kasih oleh-oleh, aja debat. Jangan. Pak D ini ya oleh-oleh, yuk kita debat. Bukan. Kasih oleh-oleh aja, terus gak usah ngomong banyak. Pak D, mohon nasihatnya, saya lagi mondok, ini lagi liburan. Mohon nasihatnya, ujangannya, supaya saya bisa lebih semangat. Doanya enggak enggak. Jadi. Kita perlu tebar sona. Sebelum apa? Sebelum berdakwah. Membangun image yang bagus. Sebelum kita mendakwahi mereka. Nanti lama-lama, insya Allah, biiznillah, keluarga kita itu akan, Masya Allah, setelah mondok tambah apa? Tambah bagus. Akhlakmu tambah sopan. Mondoknya dimana? Tolong ya ini anak saya juga diajak ke sana. Akhirnya malah tertarik ke sini. Ke sini ikut kajian. Lama-lama akan terbuka hatinya. Jadi yang pertama adalah mendakwahi mereka dengan akhlak mulia. Ketika beliau ini sudah mulai tertarik. Indikatornya apa? Indikatornya. Beliau sudah mulai nanya-nanya. Nah, kalau di masyarakat ini ada orang biasanya pada... Tahlilan itu menurut kamu gimana? Nah itu berarti sudah mulai apa? Mulai terbuka. Itu pun gak langsung kita jawab vulgar. Jadi ibarat pintunya baru kebuka sedikit. Kebuka sedikit jangan didorong. Buar! Jangan. Pelan-pelan juga tetap masuk. Ya kalau yang dimaksud membaca tahlil, ya kita harus baca tahlil. Kami di pondok itu setiap hari diajarin untuk membaca tahlil sehari, di sore hari, atau di pagi hari, berapa kali? 100 kali. Masya Allah ya, pondokmu ya, tiap hari, iya, pagi sore. Kalau di tempat lain kan 7 hari, 100 hari. Ini kita tiap hari, pagi membaca 100, dan tahlilnya itu yang panjang. Bukan hanya la ilaha illallah. apa? la ilaha illallah wahdahu la syarika lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa huwa'atuhu li shay'in qadir minimal berapa? satu kali terus sepuluh kali terus seratus kali jenangan yang mana? yang satu kali Jadi kasih tahu sama orang tua bahwa, kasih tahu sama keluarga bahwa disini itu kita diajarin baca tahlih. Oh bukan itu maksudku. Maksud itu loh yang kematian. Oh kalau yang dimaksud itu kita diajarin untuk membaca doa buat orang yang sudah meninggal. Doanya kayak gini Pak D. Allahumma firlahu warahmuhu wa'afihi wa'afu'anuhu. Kapan dia membacanya? Ya setiap saat kita doakan. Nah kalau yang di kampung-kampung itu bagaimana? Kalau yang itu sih saya belum pernah belajar. Saya belum tahu dalilnya. Makanya saya tidak mengamalkan. Saya berusaha sekuat tenaga nyontoh apa yang dipraktekan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW punya istri meninggal dunia Khadijah. Punya putra-putri yang pada meninggal dunia semuanya semasa Rasulullah SAW masih hidup. Kecuali siapa? Kecuali siapa? Fatimah. Tapi sebatas pengatuhan saya, Rasulullah SAW belum pernah melakukan itu buat orang-orang yang paling dicintainya. Makanya saya cukup sampai di situ aja nyontoh apa yang diperhatikan oleh Rasulullah SAW. Itu kira-kira yang bisa di... usulan saya supaya dipraktekkan ini pertanyaan yang terakhir ini sudah mengajarkan ini ini masya Allah masya Allah masya Allah Hai selamat pagi selesai dan kita masih tergawai bagaimana cara kita memandukan dengan kita pada PDF kita mengajaknya depan santri dengan biar terima kasih Bagaimana kalau kita ngajar di hadapan santri pakai HP? Ya tergantung santrinya paham atau enggak Bahwa HP ini kita gunakan untuk membaca kitab Kalau santrinya paham no problem Bahkan itu bisa menjadi salah satu sarana Buat santri-santri kita bahwa HP itu enggak melulu Youtube HP itu enggak melulu TikTok HP itu enggak melulu Instagram HP itu juga di situ jendela kita untuk membuka kitab malah ulang. Kalau santri paham, tidak apa-apa. Bahkan kalau perlu kita tunjukkan. Ini ya, saya buka apa ya? Lihat nih semuanya, lihat nih. Saya ini buka kitab ya, tidak apa-apa. Kalau misalnya santrinya tidak paham, malah dikhawatirkan salah persepsi, ya mendingan dikopi saja. Dikopi di dalam hardcover, dalam buku. Kemudian bukunya itu yang dibawa Ya satu ustadz-ustadz yang lain beda-beda ada sebagian Ustadz yang lebih suka baca pakai kertas ada yang lebih suka baca pakai layar ya tergantung lah intinya kalau memang Anda paham dan tidak mengakibatkan fact negatif tidak masalah Alhamdulillah Ustadzuna telah selesai menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan Sebelum diakhiri kami ucapkan terima kasih sekali lagi kepada Bapak Ustaz Haji Wazir dan insyaallah nanti malam kelaman terakhir ini juga akan memberikan kajian khusus untuk santiwan dan santiwanti pesan desa malik. Saya ucapkan terima kasih kepada segera pesan tidak, staf karyawan, Bapak Ibu hadirin, yang berkarya atas kerahungan yang dimaksud.