Taukah kalian bunyi silap pertama pada Pancasila sempat direvisi oleh Bung Hatta dikarenakan sempat menjadi perdebatan oleh warga Indonesia terutama warga Indonesia bagian timur Rumusan awal Pancasila selama ini dianggap dikemukakan oleh Insinyur Soekarno sewaktu berpidato dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Salah satu peserta sidang yang menyatakan keberatan terhadap bunyi silap pertama rumusan dasar negara adalah Latuhar Hari. Setelah melalui perdebatan pemikiran dari para peserta sidang BPUPKI, pada akhirnya anggota sidang menerima isi piagam Jakarta tanpa perubahan dengan suara bulat. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Namun, hari itu juga terjadi permasalahan. Meski telah disetujui pada sidang BPUPKI II, isi piagam Jakarta kembali menjadi konflik.
Bagian yang dipermasalahkan masih sama, yakini bunyi silap pertama, yaitu ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Persis setelah proklamasi dikumandangkan, tersiar kabar bahwa rakyat Nasrani di wilayah Indonesia Timur akan menolak bergabung Republik Indonesia apabila syariat Islam masuk dalam Undang-Undang Dasar. Ada yang menyatakan bahwa kabar tersebut disampaikan oleh seorang opsir Angkatan Laut Jepang kepada Muhammad Hatta. Ada pula yang menyatakan bahwa perwakilan yang menemui Muhammad Hatta adalah tiga mahasiswa Ika Daigaku yang berpakaian seragam. piagam Angkatan Laut Jepang.
Tiga mahasiswa ini diutus setelah terjadi diskusi antara tokoh asrama perapatan 10 dengan dokter Ratu Langi, A'amma Ramis dan Mister Puja. Karena hal ini perubahan rumusan silap pertama piagam Jakarta diperakarsai oleh Muhammad Hatta. Muhammad Hatta segera mengumpulkan wakil golongan Islam seperti Wahid Hashim, Ki Bagus Hadi Kusumo, Kasman Singodimejo, Terima kasih.
dan Teo Kumu Ahmad Hasan untuk membicarakan persoalan tersebut. Dalam perbincangan tersebut, akhirnya disepakati bahwa frasa ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan ketuhanan yang Maha Esa. Alasan perubahan silap pertama rumusan dasar negara dalam piagam Jawa Jakarta adalah demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Setiap warga negara bertugas untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa agar tercapai kedamaian, utuh, dan bersatu erat. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia berasal dari kesadaran diri dan sikap nasionalisme dari seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Prinsip-prinsip dalam makna persatuan dengan kesatuan bagi bangsa Indonesia yaitu yang pertama, bineka tunggal ikan, yaitu dengan menjauhkan diri dari sikap mementingkan kelompok sendiris, sukuisme, dan fanatisme. Lalu yang kedua ada nasionalisme, yaitu sikap rela berkorban, mendahulukan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi.
Lalu yang ketiga ada wawasan nusantara. Melalui wawasan Nusantara, bangsa Indonesia ditempatkan dalam kerangka satu kesatuan politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan. Yang keempat, kebebasan yang bertanggung jawab, di mana setiap orang diberikan hak untuk bersikap, bertindak, dan berbuat sesuai dengan kemauannya, dengan syarat tidak merugikan orang lain.
Yang kelima, semangat persatuan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 terdapat wujud cita-cita proklamasi. Cita-cita tersebut adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
dalam wadah NKRI. Proses penyatuan dan penyesuaian keberagaman unsur kebudayaan bangsa Indonesia yang majemuk sehingga terwujud suatu persatuan dan kesatuan bangsa disebut juga sebagai integrasi nasional. Hubungan antara persatuan Indonesia dengan integrasi nasional sangat erat sebab integrasi merupakan jalan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Tanpa integrasi yang kokoh, maka sudah pasti tidak ada pula persatuan dan kesatuan.
Keduanya bisa dibilang terikat hukum sebab akibat. Bangsa Indonesia sendiri adalah sebuah bangsa yang kompleks dan unik. Unik sebab wilayahnya terdiri atas ribuan pulau, dan masing-masing pulau tersebut dihuni masyarakat yang berbeda ras, suku bangsa, agama, budaya, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Kondisi alam dan sosial ini bisa melemahkan sebuah bangsa jika tak disikapi dengan baik, dan dapat menjadi sebuah ancaman.