Transcript for:
Bahaya Ujub dan Pentingnya Tawaduk

Terima kasih. Allahumma alimna ma'infa'una manfa'na bima'lam tanih rabbal alamin Allahumma nusurna wal muslimin khasatana al-madlumina minhu fi farsinu fi kulimakan Allahumma aslih lana umuruna kulla Hadirin ya Allah mulia kan Alhamdulillah Kita kembali bertemu di kesempatan kali ini Bersama Tatiratul Sami Dan semoga Allah SWT memberikan kita ilmu nafi Dan menjauhi dari ilmu yang tidak bermanfaat Dan Terima kasih Untuk live mohon maaf ada sedikit keterlambatan karena ada hal tadi yang sedang dibahas di masjid. Jadi semoga Allah memberikan kita keberkahan dan semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat. Amin ya Rabbal Alamin. Dan jama'ah ya Allah muliakan. Kita masih membahas tentang bahaya wujud dalam kehidupan kita, khususnya dalam kehidupan ilmu kita. Dan sekali lagi wujud ini begitu berbahaya dan harus diulang-ulang terus karena sekali lagi penyakit wujud. Ya itu ketika seseorang terpukau dengan dirinya sendiri, itu penyakit orang-orang berhasil. Atau ini bukan penyakit orang yang gak punya ilmu, justru semakin banyak ilmu kita, Justru semakin berpotensi kita ujub, kalau kita enggak mawas diri. Semakin senior kita di sebuah bidang, semakin banyak pengalaman kita, semakin besar potensi kita untuk ujub. Semakin kaya kita, semakin besar potensi kita untuk ujub. Semakin berprestasi kita, semakin besar potensi kita untuk wujud. Jadi ini penyakit unik. bukan penyakit yang akan ini kan masalah basic, justru tidak. Justru penyakit ini semakin besar, semakin sukses, semakin banyak ilmu, semakin berkembang, penyakit ini harus terus ditekankan, diingatkan, dibahas, dikaji, dan diulang-ulang. Ya simple aja, ketika hadirin sekalian start menghafal Quran dan ketika setoran surat An-Nas lupa, ujub apa enggak? Ujub. Ketika setoran al-ikhlas kebolak-balik. Kuluhu ahad atau alusomat dulu ya. Bikir, ya Allah yang mana dulu. Bingung dia. Kira-kira potensi ujubnya besar atau kecil? Besar atau kecil? Kecil. Tapi kalau hadirin sekalian, sudah hafal 29 Juz 2 per 3. Jadi yang belum hafal itu misalnya Al-Falaq, Al-Nas, Al-Ikhlas, Al-Masjad, Al-Baqarah ke belakang udah hafal semua. Kan hafalnya dari awal, misalnya. Gak usah di komplain lah, ini kan misalnya. Ya Allah, baru kritis banget ya hadirin sekalian. Kan ini misalnya hadirin, misalnya. semua 29 jus 2 per 3 udah hafal semua tinggal 1 per 3 jus aja potensi ujubnya besar atau tidak? besar gitu loh besar potensi ujub besar semakin banyak hafalan kita potensi ujub semakin besar semakin kita mengerti semakin ujubnya besar ketika kita belajar bahasa Arab dan kita gak tau mana mutadak, mana khobar potensi ujubnya kecil Tapi kalau hadirin sudah khatam, Al-Fiya Ibn Malik, oh beda. Sudah pernah ngajik Al-Kitab karya Sibawai, oh itu beda. Semua demikian. Semua demikian. Semakin tinggi. prestasi seseorang maka potensi ujub semakin besar. Maka justru semakin kita berprestasi, kita harus semakin ulang-ulang penyakit ini. Karena penyakit ini kalau kita tidak perhatikan maka dia akan masuk. Dan banyak nama-nama besar telah menjadi korban, korun, sebagaimana kita katakan. Korun. Kurang top apa? Kaya, cerdas, jenius. Hafal Taurat, bacanya bagus. Keluarga Nabi Musa dari nasab, dari kecerdasan, dari kekayaan, dari status sosial. Full package, tapi ujub. Inna ma'uti tu'ala ilmin indi. Semua itu saya dapat, saya. Nah, itu poin. Jadi sekali lagi ini pelajaran mahal bagi kita semua. Hati-hati dengan... Sifat ini. Hadirin Allah muliakan. Dan kita sedang membahas bahwa ujub itu ada bentuk-bentuknya. Kemarin kita bahas bahwa ujub dengan kondisi fisik. Untuk yang punya, makanya saya bilang kan cocok buat hadirin sekalian ya. Hati-hati gitu. Jadi yang tampan, yang cantik, yang... proporsional, atletis, dan seterusnya. Yang sehat, gak pernah sakit, dan seterusnya. Jadi yang khusus, kalau suaranya bagus, suaranya indah, itu rentan punya peluang besar, ternyata ujub kalau dia tidak berhati-hati, kata para ulama. Itu yang pertama. Yang kedua, ujub dengan apa? dengan kekuatan, ujub dengan kekuatan. Ujub dengan kekuatan sebagaimana kaum ad, sebagaimana kita bahas pada pertemuan yang lalu. Yang ketiga ujub kecerdasan. Ketika kita punya kecerdasan, kita punya kemampuan berfikir yang baik, maka itu rentan ujub. Sudah kita jelaskan. Terima kasih. Bagaimana masalah dan sedikit obatnya. Dan ini juga penting buat kita bahwa orang yang ujub seperti ini, dia tidak melihat siroh para ulama. Kurang, seringkali karena lupa buat di atas langit masih ada langit. Dan lihat bagaimana para ulama itu memiliki logika yang luar biasa. Makanya kan kemarin kita sebutkan Imam Nawwi Rahimahullah Ta'ala. Imam Nawwi Rahimahullah Ta'ala. Bagaimana cerdas dan luar biasanya beliau. Dan beliau menghatamkan kitab apa? Berapa kali? 400 kali beliau selesaikan al-wasid. 400 kali. Kitab 9-10 jilid hadirin. Itu luar biasa. Dan al-wasid itu dianggap terlalu berat bagi banyak pihak sehingga Imam Ghazali menulis berikutnya kitab al-wajis. Itu dianggap berat di level dulu loh. Itu dikatamkan Imam Nawin 400 kali dari awal sampai akhir. Jadi kalau kita punya kecerdasan kayak apa sih hadirin? Di zaman, di zaman sekali lagi, di zaman dulu, di zaman dulu itu bahasa Arab, bahasa Arab itu bukan hanya gundul hadirin. Tapi gundul itu kenapa dikatakan gundul? Gak ada harokat kan? Zaman dulu itu bahasa Arab gak ada titik, gak ada titik. Bayangin gak sih gak ada titik? Jadi kalau kita mau baca, kalau kita mau tulis bait atau sabata atau baitun atau sabata kan sama-sama gitu aja. Dan mereka bisa baca, bayangin. Kita baca Quran pakai harokat, warna-warni, salah baca. Salah. Padahal udah harokat, warna-warni, masih salah. Subhanallah. Mereka dulu itu gak pakai titik. Atau bayangin gak sih baca Quran gak pakai titik? Gak ada harokat, gak ada titik. Bisa baca. Itu. Lalu kita mau sombong apa hari ini? Mau ujub apa? Gak pake titik, bayangin Makanya kan ada cerita Ketika Al-Imam Adarukutni muda Mengkoreksi gurunya ketika gurunya mengatakan Bahwa perawi itu adalah Ibnu Hibban Belum kasih masuk kan, bukan Ibnu Hibban Ibnu Hayyan Kok bisa salah dari Ibnu Hiban dengan Ibnu Hayyan? Karena pada zaman itu, Ibnu Hiban, Ibnu Hayyan, kalau enggak pakai titik, sama enggak penulisannya? Sama. Ibnu Hiban, Ibnu Hiban, sama Ibnu Hayyan, sama. Kalau enggak pakai titik ya, sama penulisannya. Untuk ulama bisa tahu, ini bukan Ibnu Hiban, ini Ibnu Hayyan. Siapa-siapa yang bisa ujub hari ini kalau kita tahu bagaimana kehebatan ulama kita? Gimana kehebatan Imam Syafi'i rahimahullah ta'ala? Gimana kehebatan Imam Ahmad rahimahullah ta'ala? Gimana kehebatan Imam Malik rahimahullah ta'ala? Bagaimana Imam Abu Hanifah? Gak main-main, itu baru satu dua orang. Gimana jutaan ulama di level-level tertinggi seperti itu? Apa yang mau kita ujubi sekarang? Gak ada. Kita cetek sekali loh kita. Mulai dari dulu kita baca baru baca. Ini belum memahami. Belum menghafal. Ini baru membaca. Gak pakai titik. Bayangin. Titik gak ada. Kita dulu udah apa, Quran, titik, harokat, warna-warni, itu masih kita lulus latin pas ujian SMA dulu. Lalu yang kita hafalin yang latinnya itu. Saking udah clueless gitu loh. Iya nih, ini yang ketawa-ketawa, ini pengalaman. Terus-terusan udah pake latin, udah semua senjata dikeluarin. Masih salah baca juga. Masih salah baca. Jadi hadirin Allah muliakan, marilah kita sadarimu, kita gak patah untuk ujub. Berikutnya, dijelaskan para ulama, Al-Ujub bin Nasab As-Sharif, Hatta yadhunna ba'duhum annahu yanju bisharafin nasabihi wa najaa abaihi wa annahu maghfurun lahu. Di antara potensi ujub itu ujub menyerang orang-orang yang punya nasab. atau keturunan atau keluarga yang tinggi darah biru atau orang-orang yang berkelas dan seterusnya sehingga sebagian mereka berfikir bahwa dia bisa selamat di dunia dan di akhir hanya mengandalkan nasabnya hanya mengandalkan bahwa dia anak si A, anak si B, anak si D atau cucu si A, cucu si B, cucu si D dan seterusnya Dan kalau orang tuanya soleh pasti dia juga aman. Itu hal yang paling penting. Dan ini keliru. Kenapa demikian? Karena Allah berfirman dalam surat Al-Kujurat E13 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ لَتْقَوْا Semuanya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Dan sekali lagi perbedaan suku atau perbedaan ras atau perbedaan itu bukan untuk hal negatif. Allah mengatakan, kami jadikan kalian berbangsa-bangsa, berbeda-beda, ras, ada kulit beda-beda, itu agar kalian saling mengenal. Saling mengenal satu dengan lain, saling berinteraksi, saling support dan lain sebagainya. Dan Allah katakan sesungguhnya yang paling mulia diantarkan di sisi Allah yang paling bertakwa. Dan kita ingat bagaimana Nabi S.A.W. memberikan statement ini. Kata Nabi S.A.W. Kalau Fatima anaknya Muhammad. Ini Nabi S.A.W. mengatakan. Lihat ketawaduan beliau. Beliau S.A.W. mengatakan, Kalau saja Fatima anaknya Muhammad. itu mencuri, saya gak akan eksekusi. Gak jajan. Saya gak akan eksekusi langsung. Gak usah A, gak usah B, gak usah C. Dan Anda gak usah khawatir. Saya gak akan eksekusi. Jadi jangan berbangga. Ini hal penting. Dan dan ini jalannya para ulama. Mereka gak berbangga-bangga dengan itu. Mereka mengedepankan ketakwa. salah satu oleh Sheikh Soleh Fauzan Hafidhullah Ta'ala di sebuah forum itu pernah ditanya bagaimana perasaan beliau menjadi cucu ulama karena kakek beliau ulama juga di era belia, di era kakeknya ditanya bagaimana perasaan engkau menjadi cucu ulama dan apa aja sih kedekatan dan seterusnya gitu Ada katakan dengan kakek gimana gitu lho. Apa kata Syasoli Fauzan? Beliau menjawab pertanyaan itu yang membuat satu ruangan di fakultas waktu itu diam. Dan isi yang hadir pada itu bukan orang-orang sembarangan. Ada banyak ulama datang juga pada saat itu. Mata beliau, apa manfaatnya jadi cucu ulama kalau saya tidak bertakwa kepada Allah? Allahu Akbar. Apa manfaatnya jadi cucu ulama kalau saya tidak bertakwa kepada Allah? Diam. Speechless. Sebuah jawaban yang men-blowing dan tidak diduga disampaikan oleh beliau pada malam itu. Banyak dari kita tuh nunggu-nunggu jawabannya tuh cerita tentang kedekatan, terus, oh iya kakek saya begini, saya ini disayang, saya ini cucu kesayangan. Kan sering kali kita bilang, ya sih, ya enggak sih, tapi saya tuh, lu enggak bilang apapun, enggak cerita sama sekali. Dan lu sampaikan kalimat demikian. Apa manfaatnya punya kakek ulama kalau saya enggak bertakwa kepada Allah? Pertanyaan berikutnya, minta pertanyaan lain. Bagaimana ulama yang berusaha menjaga diri dari wujud. Tidak, tidak. Jadi, madidin Allah muliakan. Marilah kita renungkan hal tersebut. Bahwa, inda akromakum inda Allahi akwakum. Yang paling mulia di sisi Allah diantara kalian yang paling bertakwa. Kita punya apa, punya keluarga besar misalnya atau ayah kita orang penting dan seterusnya. Kalau kita gak bertakwa. Maka kita tidak mulia di sisi Allah SWT. Itu yang harus kita tanamkan dan kita camkan bersama-sama. Dan lihat bagaimana para ulama memberikan contoh kepada kita. Allah SWT. Dan semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita. Amin. Dan salah satu profil yang sangat menarik dalam bab ini sosok yang tadi saya sebutkan, Syekh Soleyf Huzain Afidu Allah Ta'ala. Ini buat poin sebelumnya ya, lo punya buku. punya buku yang belum punya banyak buku lah diantara buku yang terkenal Mulakhos Fiki dalam Madhab Hanbali lalu belum pernah ditanya di forum bisa cerita gak sih proses penulisan lalu bagaimana perasaannya buku ini tersebar ke penjuru dunia dan banyak orang mendapatkan manfaat dari buku engkau ya Sheikh Jawabannya apa kira-kira? Pernah nulis buku enggak? Oh enggak pernah. Dan buku beliau kan tersebar di berbagai macam penjuru dunia. Dan salah satu buku kontemporan dalam masalah fikir dalam Madabhan Bali. Kata beliau gini, Apakah... Engkau minta, ini seingat saya di forum, 5 makna, secara makna beliau kata, apakah engkau meminta aku membicarakan aib-aibku? Adapun buku saya, saya rasa banyak diantara kalian memiliki dan sudah baca. Tolong dibaca, dan kalau ada kesalahan dikoreksi dan tolong ingatkan saya jika Anda menemukan kesalahan di buku saya tersebut. Titik. Selesai. Itu luar biasa. Jawabannya begitu. Buku saya banyak kekurangan, pasti ada kesalahan, enggak ada buku yang maksum. Kata para ulama kan, Allah enggan menyempurnakan satupun kitab kecuali Al-Quran. Semua ada plus, minus, semua ada kesalahan. Itu saya makanya boleh katakan. Ngapain saya? Ini buku banyak, pasti ada kesalahan, pasti ada kekurangan. Dan kalian punya buku saya, tolong dikoreksi. Dan jika kalian menemukan kesalahan, tolong ingatkan saya. Selesai. Afidullahu hiflahu. Enggak ujub dengan kecerdasan, enggak ujub dengan kepintaran. Padahal buku belum salah satu rujukan. dalam fikih khususnya fikih Hanbali di saat ini. Dan dikaji di beberapa kampus, kampus Islam. Dikaji, dikaji. Ada yang diakui dijadikan kurikulum. Dijadikan kurikulum. Allah Ta'ala misalnya. Jadi itulah. Jadi, hati-hati wujud dalam masalah kecerdasan dan wujud dalam masalah nasa. Tapi kita lanjutkan. yang berikutnya al-ujud bin nasabil umara wa'a'wanihim duna nasabil ilmi wa'l-din wa'hada bayatul jahal yaitu ujub dengan nasab keturunan raja atau penguasa dan semua yang berkaitan dengan itu dan selain nasab ilmu dan agama jadi orang membanggakan kerajaannya atau keningrakannya dan bukan mengagumkan ilmu dan agamanya. Dan bahkan merasa bahwa kita ini di atas ulama dan para wali-wali Allah SWT. Dan ini kata para ulama, dan ini adalah sebuah kebodohan. Dan sekali lagi ilmu itu lebih berharga daripada dunia dan seisinya. Rok, jangankan bicara, kita belum bicara tawhid atau bicara hal prinsip. Nabi S.A.W. bersabda, Rok atal fajri khairul minad dunya wa mafiha. Dua rokaat sunnah subuh. Bukan sholat subuh. Dua rokaat sunnah subuh. Itu lebih besar, lebih baik daripada dunia dan seisinya. Selesai. Itu poin. Jadi sekali lagi hati-hati dengan ujuk tersebut. Lalu yang berikutnya adalah ujuk bikah terutil adat. Minal awlat, wal kadim, wal asyira, wal akarib. Ujuk karena banyaknya jumlah. Keluarga, anak-anak. Pegawai atau employees kalau itu perusahaan, perusahaan kita ribuan, pegawainya ribuan. Atau keluarga besar atau kerabat. Atau kalau kajian, banyaknya jumlah di majelis taklim di kajian kalau kita ujub. Dan ulama mengatakan orang yang ujuk dengan jumlah itu persis orang-orang kafir yang Allah jelaskan di surat sabak ayat 35 Kita harta dan anak-anaknya lebih banyak Jadi kita ini lebih banyak secara harta dan secara Anak-anak, karena lebih banyak secara members atau lebih banyak orang dari mana itu. Kita ini mayoritas, kita banyak. Jadi yang berbangga, yang ujuk, karena banyaknya itu pada dasarnya orang kafir yang Allah firmankan dalam surat itu. Makanya ketika ada... satu dua pihak yang membangga-banggakan atau sempat ujung dengan jumlah pada saat perang Huning itu langsung ada kendala di fase awal perang tersebut langsung ada kendala hai hai Padahal yang ujub itu bukan Rasulullah SAW, bukan Abu Bakar As-Siddiq RA, bukan sahabat-sahabat besar. Tapi segelintir pihak yang baru masuk Islam ketika Fatum Mekah dan prosesinya. Sekali lagi dampaknya ke seluruh pasukan. Kalau berfirman tentang kejadian itu dalam surat At-Tawbah ayat 25, Allah lah yang telah memberikan kemenangan kepada kalian di berbagai macam kondisi dan di berbagai macam peperangan. dan ingatlah perang Hunain, kata Allah. Ingat perang Hunain. Ketika kalian terpukau, ujuk, disebabkan jumlah pasukan yang cukup banyak pada saat itu. Bayangkan. Dan yang ujub sedikit hadirin. Dan itu new beast. Orang baru masuk Islam. Bukan sahabat-sahabat yang ini. Tapi dampaknya ke semua. Ke semua. Dan Allah katakan, Dan jumlah itu gak ada manfaatnya sama sekali. Gak bisa men-support kalian sama sekali. Allah pakai bahasa yang tajam. Gak ada, gak bisa men-support sama sekali. Yang Anda banggakan jumlah itu. Ini penting. Hati-hati dengan ujub terdengar jumlah. Hati-hati. Karena ini rentan sekali. Kalau misalnya kita punya kajian atau majlis yang datang banyak, jangan pernah ujub dengan itu. Gak ada manfaatnya, kata Allah. Ini pasukan yang di dalamnya ada Rasulullah SAW. Allah mengatakan gak ada manfaatnya. Ya apalagi kita. Najat pernah meremehkan masalah ini. Sudah masuk maghrib, kita lanjutkan insyaallah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Baik, jama'i halamuliyakan. Kita sedang membahas ujub dalam masalah jumlah dan ini hal penting bagi kita. Jangan sampai sekali lagi kita jatuh ke dalam hal ini dan jangan sampai ada diantara kita di majelis ini membanggakan atau terjatuh di poin ini. Karena sekali lagi kita yang paling butuh tentang ini dan kita membahas ini untuk memperbaiki diri dan bukan untuk menembakkan ke pihak lain, sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama seperti Imam Malik, kuntu ata'alla muli nafsi. Dan itu juga yang ditekankan oleh sebagian para ulama seperti Sheikh Sulaiman Ruhaili, bahwa dulu para ulama belajar itu untuk menembakkan ke diri sendiri. Dan sekarang... Sebagian justru ke keluar dan itu keliru kata beliau. Dan ini pelajaran mahal, jadi hati-hati dengan masalah, hati-hati dalam masalah ujub dengan jumlah, apalagi orang huning memberikan pelajaran kepada kita. Bayangkan kalau Kalau pasukan yang didalamnya ada Rasulullah SAW, ada nama-nama besar, ada Abu Bakar dan lain-lain, itu tidak ada, tidak terkena imbas dari kalimat tersebut. Kalimatnya simpel. Kita gak akan kalah hari ini karena banyaknya pasukan kita. Simpel. gak banyak-banyak di ini kan. Cuma ngomong demikian aja, kita gak akan kalah. Karena banyaknya pasukan kita. Kalimat yang itu tuh bisa merubah peta. Ya kalau itu terjadi, lalu bagaimana dengan hari ini? Kan itu yang menjadi bahan renungan kita hadirin Allah Muliakan. Kalau itu terjadi, bagaimana kalau kita ujuk? Sedangkan... Sekali lagi, di antara kita gak ada yang imannya seperti Umar ibn Khattab, gak ada imannya seperti Abu Bakar al-Siddiq, apalagi Rasulullah SAW. Masalam, jangan pernah membangga-banggakan jumlah atau banyak dan seterusnya. Dan itu bukan konsep para nabi dan rasul. Allah berfirman nanti pada hari kiamat para Rasul itu ditanya jemaah. Dan Allah firmankan di dalam surat Al-Ma'idah ayat 109. Kata Allah SWT, Allah berfirman, Yawma yajama'ullahu rusul fayaqul ma'adha ujibtum. Hari dimana Allah mengumpulkan kepala Rasul di hari kiamat Lalu Allah bertanya, ma'a da'u jiptum Bagaimana respon dari umat-umat kalian? Gimana responnya? Positif? Negatif? Kita suka ditanya gitu gak sih? Gimana respon dakwahnya? Gimana kajiannya? Ramai gak yang datang? Suka dengar kalimat-kalimat gitu gak sih? Pulang, dari mana mas bro? Dari kajian, gimana aja disana? Ramai gak segala macam? Kalau kita ditanya gitu jawabannya apa? Gak pernah bergaul ya? Ini kan keseharian Kalau ditanya gitu biasanya responnya apa? Sampaikan yang sebenarnya Apa sebenarnya itu? Kalau ditanya Masya Allah ini apa? Masya Allah tuh Masya Allah, kan? Wa'alam yasyalam ya kun. Lihat ayat ini, apa respon dari para rosul? Ditanya sama Allah, gimana respon dakwah kalian? Kalian dakwah bertahun-tahun kan? Responnya itu gimana? Orang itu nerimanya gimana? Apa kata mereka? Qalul la'ilmalana. Kita gak tahu. Inna ka'an ta'allamul quyu. Engkau yang mengatai hal-hal yang goib Allah wa'alaikumsalam lain malahan, kita gak tau kita tidak tau ada yang pernah jawab begitu gak? kajian dimana? nurim gimana responnya? jawabannya? gak tau responnya gimana? yang datang gak tau ada yang jawab gitu? Pantes, yang bukan Rasul atau ini? Ini jawaban para Rasul. Apa maksudnya? Kenapa? La ilmala naqalaw? Inna ka'an ta'ala mulaguyub? Engkau adalah zat yang ma'a mengerti hal yang goyib. Dijelaskan Ibnu Kathir, rahimahullah dalam tafsirnya. Kata beliau sebanyaknya, Ini salah satu bentuk beradab dengan Allah. Maksud dari ucapan para Rasul adalah, Kita ini tidak punya ilmu dibandingkan dengan ilmu engkau yang mencakup segala sesuatu. وَإِنْ كُنَّا أَجَبْنَا وَأَعَرَفْنَا مَنْ أَجَبَنَا وَلَكِنَّ مِنْهُمْ مَنْ كُنَّ إِنَّ مَنَ الطَّالِعَ عَلَى الظَّاهِرِهِ لَا إِلْمَ لَنَا بِبَطِينِهِ Kalau pun kita menjawab, Dan kita tahu siapa saja yang merespon positif, siapa saja yang menerima dakwah kita. Tapi kan, kalaupun kita tahu, itu kan secara dohir. Kita gak tau batinnya seperti apa. Dan engkau mah tau. Misalnya, oke misalnya yang hadir sekian orang misalnya. Emang kita tau siapa yang ikhlas diantara mereka? Siapa yang tulus ketika datang? Siapa yang tulus, siapa yang terpaksa? Siapa yang tersesat? Siapa yang gak sengaja? Siapa yang mau janjian sama orangnya? Atau siapa yang dipaksa di ultimatum sama orang tuanya harus datang, akhirnya datang? Siapa yang datang karena mau pinjam duit sama temennya? Terus yaudah, ketemu dikajian siapa tuh dapat hidayah? atau siapa yang datang cuma nyari jodoh terus nangkring di persimpangan-persimpangan jalan di tempat-tempat yang kondusif dan berharap ada bidadari turun dari langit siapa yang tahu? kita gak tahu bener gak sih? iya itu, itu rasul bilang demikian, gak tahu kita, bayangkan gimana? yang respon positif gak? gak tahu Allahu Akbar Rasul, para rasul bilang demikian Pantaskah kita mengklaim Rasul bilang demikian Para rasul Kalaupun kita tahu secara dohir Ya mungkin yang secara dohir Tapi kan kita gak tahu Siapa yang ikhlas, siapa yang tidak Siapa yang tawaduk, siapa yang sombong Siapa yang jujur, siapa yang tidak jujur Siapa yang Baik, siapa yang munafik kita enggak tahu. Lihat bagaimana mereka enggak jauh dari sifat ujung. Dan kita ingat kembali ke poin yang kita sampaikan bahwa amalan itu baru bernilai pas kapan? Pas diterima. Dan amal enggak akan diterima kecuali dua syarat. Apa syaratnya? Ikhlas dan itibak. Oke, itibak bisa kelihatan. Ikhlas kita bisa pastikan. Jangankan memastikan orang ikhlas, memastikan diri kita ikhlas saja, jungkir balik kita dan susahnya setengah mati. Bahkan ciri-ciri orang yang ikhlas merasa tidak ikhlas. Mensyahida ala ikhlasi ikhlas, fakwa dehtaja ikhlas, ulilal ikhlas. Dijelaskan sebagian ulam seperti al-Susi, barang siapa yang mengklaim dirinya ikhlas mengerjakan sesuatu, maka amalan yang diklaim ikhlas itu perlu direvisi kembali. Karena ciri orang yang ikhlas tidak mengklaim dirinya ikhlas. Jadi gimana kita menyimpulkan orang lain ikhlas? Nyimpulkan diri kita ikhlasnya susahnya minta ampun. Hadirin Allah mulia kan ini. Lihat bagaimana jauh dari sifat ujub. Ini pelajaran mahal apalagi di hari ini. Kita kusnudon sama saudara-saudara kita, pihak lain. Tapi mari kita introspeksi ke diri kita. Ini sangat rentan. Karena ini penyakit lama. Penyakit yang dari dulu sudah Allah katakan, Nahnu akhtaru amwala wa'ulada. Kita ini lebih banyak dari segi harta dan dari segi anak atau keturunan atau kabilah atau network. Kita lebih banyak. Ini selalu digunakan. Dan selalu... menjadi salah satu masalah besar dalam setiap peradaban, membanggakan jumlah. Jadi hati-hati dalam masalah ini. Kalau itu bisa kejadian, diperangguni, padahal Nabi S.A.W. masih ada. Nabi S.A.W. ada. Mungkinkah kita tidak aman dari sifat ini? Sufyan al-Thawri, mari kita coba renungkan. Karena Sufyan rahimullahu ta'ala yakul, iza ra'a khalaqata darsi qad kaburat, qama ajalan mar'ubah, ukhithna wallahi walam nash'ur. Sufyan Athowri kalau majlisnya berkembang, menjadi besar, maka beliau bangkit dengan kondisi terburu-buru dan ekspresi beliau Ketakutan hadirin. Jadi ketika kalau kajiannya ramai, beliau gelisah. Kalau kajian majlisnya itu ramai, itu beliau ekspresinya gak nyaman. Ekspresinya gelisah. Karena gak nyaman. Lalu beliau mengatakan, Ini virus bisa masuk dan kita gak terasa. Maksud virus apa? Ujuk. Khawatir ujuk beliau. Sufyanathauri. Nama besar di dunia klasik. Atau bisa search nama beliau di Google atau ada hadirin bisa lihat bagaimana kehebatan sosok besar ini. Sufyan At-Tawri Rahimullah. Kalau kajiannya ramai, besar, beliau khawatir. Bukan sunnah, khawatir beliau. Dan beliau khawatir apa? Ujuk. Beliau terpukau dengan diri sendiri. Dan tidak beliau sadari. Lalu begitu beliau dalam kondisi ketidaknyamanan itu, Fatabi ahunna suyauman wakolulah. Jadi suatu ketika kajiannya ramai, ini bahasa kita ya, bahasa aktual ya, kajiannya ramai, beliau tadi gelisah, gak nyaman. Akhirnya beliau, artinya pas selesai misalnya beliau pulang dalam kondisi gak nyaman, itu dikejar atau diikuti oleh sebagian orang, sebagian murid-murid dan seterusnya, jamaahnya kalau bahasa kita sekarang. وَقَالُوا لَهُ مِثْلُكَ لَا يَخَفُ مِنْ ذَٰلِكَ Kata murid-muridnya, orang sekali berengkau, Insya Allah enggak usah khawatir tentang masalah itu. Sekali berengkau, enggak usah khawatir dengan ujub, tenang, aman. Ini mungkin yang, kalau engkau kan udah imam, imam besar. Nama besar Sufyan Attauri. Orang sosok dengan reputasi dan keimanan, ketakwaan, dan ilmu, dan wawasan luas ilmu hadisnya, fikirnya, itu aman dari sifat ujuk. Gak usah khawatir lagi. Gak usah khawatir lagi. Sufyanatul Irwan itu gelarnya apa? Syekhul Islam. Imamul Hufad. Imamnya para Hufad. Al-Hafidh dalam ilmu hadith. Bukan sebatas hafal Quran, Al-Hafidh definisi al-Hadith. Kata Imam Zahabi, Sayyidul Ulama il-Amilin, ini pemimpinnya ulama yang mengamalkan ilmu mereka. Jadi ulama-ulama yang mengamalkan ilmu mereka, di zaman beliau, ini pemimpinnya beliau. Mujtahid mutlak, di level tertinggi dalam dunia ilmu. Jadi hadirin Allah muliakan. Maka kembali lagi, orang-orang bilang, sekali barengkau syekhul islam, sayyidul ulameel amilin, mujtahid, gak perlu khawatir tentang masalah ini. Apa kata Sufyan Attawuri, hadirin? Bala, ana akhwafun nasi min ta'alik. Justru sebaliknya, aku adalah orang yang paling takut terkena penyakit ini. Allahu Akbar. Syekhul Islam. Kita siapa? Syekh RT aja bukan hadir. Jadi di level RT aja nih kita pairnya masih banyak. Level RT. Ini Syekhul Islam. Seidul ulama al-amilin. Jadi sekali lagi. Pulang dari sini coba search deh, cek. Cari di, siapa Sufyan Attawri Rahimahullah Ta'ala? Nama besar. Baca sedikit tentang kehebatan beliau. Saya, kata beliau, orang yang paling takut. Terjatuh dalam masalah ini. Kenapa? Lama a'rifu min dana'ati akhlaki. Karena aku tahu rendah. Sayyidul ulama'il amilin. Pemimpinnya ulama'yang mengamalkan ilmunya. Yang mengamalkan. Bukan kata saya, tapi kata Zahabi rahim Allah dalam siar A'lamin Nubala. Di zaman beliau, di zaman beliau, di zaman beliau. Hadirin Allah muliakan, pemimpinnya ini, ini. Dan belum mengatakan, karena saya tahu rendahnya ahlak saya. Lihat bagaimana ulama kita, hadirin sekalian. Dan dari sini kita sadar bagaimana, gimana Islam gak berkembang dulu. Sosok-sosoknya tuh seperti ini, hadirin sekalian. Yang mengevolusi diri, yang memperbaiki diri, memperbaiki umat. Dan lebih fokus, dan merasa diri lebih rendah daripada yang lain. Enggak gampang jatuhin A, enggak gampang jatuhin B. Tapi ke diri, ke diri, ke diri. Dan walk the talk, mengamalkan ilmunya. Tapi enggak ujub. Jadi kalau Imam Sufyan Al-Tawri mengatakan, akhlaknya rendah. Ya akhlak kita basement diga, hadirin. Di bawah tanah, gitu loh. Di bawah gimana? Sufyan Al-Tawri, hadirin. Kalau beliau katakan, akhlak saya rendah, ya akhlak kita kayak bagaimana adil sekali ya? Itu subhanallah, jadinya Allah mulia. Lalu beliau mengatakan begini, wallahi demi Allah. Kalau Umar bin Khattab melihat saya, jadi kalau Umar bin Khattab hadir, masih hidup dan melihat saya Duduk di majlis ini dengan jumlah sebanyak ini, kata beliau maka beliau akan menghukumku dan menurut aku pindah, jangan duduk sini. وَقَوْلَ لِأَنْتَ لَتَسْلُهُ لِمِثْلِي Engkau enggak pantas duduk di majlis seperti itu, sebesar itu. Allahu Akbar. Kalau Umar ada. Lalu beliau melihat saya duduk di majlis dengan banyaknya jamaah. Turun, nanti yang lain. Belum pantes. Padiriin, jangan salah, jangan sudon sama umar. Umar. Oh Umar begitu banget Pak Ustadz. Jangan salah Pak, dan jangan berpikir suvenatori, suudun kepada Umar. Tidak. Maksud beliau adalah kualitas saya dengan kualitas para sahabat itu jauhnya minta ampun. Dan Umar ranking dua terbaik di dunia. Manusia terbaik di dunia setelah Abu Bakar siapa? Umar bin Khattab. Dan belum hidup di era apa? Sahabat. Dan di era sahabat, mana yang lebih afdol? Para sahabat atau Sufyan Attauri? Para sahabat, banyak yang bisa gantiin gitu loh. Jadi bukan berarti, bukan kejam, tidak. Tapi belum ketahui diri, saya ini bukan siapa-siapa. Saya tuh duduk di sini karena yang nama-nama besar pada sahabat sudah wafat. Saya sebenarnya enggak pantas. Saya duduk di sini karena yang pantas-pantas sudah meninggal. Jadi jangan terpuka, wahai Sufyan, ke diri sendiri. Kalau ada nama-nama besar, Anda harus menyingkir, Anda harus keluar. Makanya sebagian ulama mengatakan kan kalau sampai saya dibutuhkan manusia maka ada masalah di zaman tersebut. Kok orang kayak saya dibutuhkan? Saking tahu wadunya mereka. Jadi beliau duduk. Duduk disitu hanya dalam rangka bukan karena pantas, karena memang gak ada pihak lain. Itu yang belum tanamkan diri, yang ditanamkan ke... Diri tersebut, bukan karena hebat, bukan karena saya layak, saya pantas mendapatkan itu. Kalau bukan saya, siapa lagi? Banyak mas. Kan bisa, lo iya, emang Allah gak kehilangan, Allah, hamba Allah tuh banyak. Kalau bukan saya, siapa lagi? Ya banyak. Kan Allah kata apa dalam surat Al-Ma'idah? يَا أَيُّهُمْ لَذِينَ أَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ أَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَ Wahai orang-orang yang beriman, مَنْ يَرْتَدَّ أَنْ دِينِهِ Barang siapa yang murtad dari agamanya, maka Allah akan gantikan dia. Al-Ma'idah 54. Bukan, Bukan kosong. فَسَوْفَ يَأْتِ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَ Yang Allah mencintai mereka dan mereka cinta kepada Allah. Anda enggak beramal. Ada banyak orang yang mengisi. Kita disini karena taufik Allah. Bukan karena kita pantas. Dan kalaupun ada yang hadir, Allah yang kasih hidayah, Allah yang kasih taufik, bukan karena kita yang jago retorika, kita yang pintar. Enggak. Kita ini bukan siapa-siapa. Ini karena murni taufik dari Allah aja. Itu yang ingin disampaikan Sufyan Attaw. Ini murni taufik dari Allah, bukan karena saya pantas. Saya gak pantas. Tapi cuma apa yang bisa kita sampaikan. Itu aja. Jadi, bayangkan, nama-nama besar begitu cara berfikirnya. Dan sekali lagi, jaman sekalian, memang mungkin terkesan asing pada hari ini. Jadi cara berfikir gini, coba jujur ya, hadirin kalau pertama kali dengar halal kayak gini, aneh gak sih? Enggak ya? Kok ada kayak gitu ya? Tapi gini loh hadirin, yang gak boleh hadirin lupa adalah konsep ini, Proven, sudah terbukti 15 abad berhasil mencetak nama-nama besar. Itu poin, itu jangan pernah lupa. Konsep ini, ini bukan konsep pemikiran si A, si B, si C. Makanya kita hanya nukil kan. Kan kita hanya nukil. Bukan hasil pemikiran kita. Ilmu itu kan warisan, warisan itu turun temurun. Bukan produk kita. Ini konsep. Enggak boleh ujub segala macam. Ini terbukti 15 abad. Jadi kalau ada orang ingin meng... Enggak gitu-gitu. Anda punya konsep apa? Sudah terbukti berapa lama? Ya ini pola pikir saya, pola pikir Anda. Ini 15 abad. Mencetak nama-nama besar seperti ini. Mencetak nama-nama besar seperti ini. Dan ini kan sufinatornya hanya satu orang. Kita pernah bawakan Wes Alkorni. Wes Alkorni. Begitu kehebatannya, kewaliannya diketahui. Pindah. Hilang. Kayaknya. Hilang. Ini konsep terbukti 15 abad melahirkan nama-nama besar. Bukan hanya di tingkat domestik, di tingkat dunia. Dan exist berabad-abad. Itu poin. Maka jangan pernah remekan ini. Itu tadi. Dan justru dengan sifat seperti ini, mereka dijaga oleh Allah. Dijaga oleh Allah. Jadi jangan pernah ada pun orang-orang yang berpikir saya terus kagum dengan banyak pihak. Mana mereka sekarang? Hilang. Gak eksis. Tapi karena itu hadirin Allah muliakan. Ini yang perlu kita jawabkan bersama-sama. Kita buka sesi tanya jawab, insyaallah kita akan lanjutkan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. selamat menikmati Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Ustadz semoga Allah ampuni dan jaga Ustadz keluarga tim dan jamaah syar'um Amin ar-wal alamin dan semoga Allah muliakan imam ilmu jamaah dan para ulama amin Ya Rabbal Alamin Selama saya belajar dengan Ustadz Di kajian Sabtu malam ini Ustadz selalu mendorong kami untuk selalu Tawaduk, rendah hati, memaafkan, memberikan Udhur, tidak menyalahkan Orang lain Mengapai kesalahan introspeksi, dan lain-lain. Dan Masya Allah saya secara pribadi sangat merasakan banyak manfaatnya dan itu konsep yang sangat mulia. Namun di saat yang sama saya sering merasa orang seperti ini dianggap lemah. Push over atau cenderung selalu mengalah. Tapi mungkin ini saya yang salah dalam mentafsirkan. Jadi mohon nasihatnya agar kita bisa mengamalkan konsep ulama yang Ustadz paparkan dan di saat yang sama tidak lemah. Jazakallah khairan. Hadirin Allahumma ya. Berbeda antara tawadu merendahkan hati dan dengan ajis atau lemah. Nabi S.A.W. melarang kita untuk ajiz, untuk lemah. Nabi S.A.W. bersabda, Ihris ala main fa'uk wasta'in bila wala ta'jiz, bersungguh-sungguh dalam mengejar apa yang bermanfaat bagi Anda, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah, jangan nyerah, jangan down, jangan. Jadi ada perbedaan. Perbedaan antara mengalah dan lemah, itu jelas berbeda. Ketika para ulama kita meminta kita untuk mengalah atau memaafkan atau kasih udur seterusnya, itu bukan karena lemah, tapi itu takarub mendekatkan diri kepada Allah SWT. Artinya kalau kita mau balas bisa, tapi kita enggak memilih cara itu. Baik coba kita tanya diri kita. Dan ini butuh kejujuran ya, butuh kejujuran. Sebenarnya kita ini memaafkan itu karena lemah atau karena takarub mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itu bisa asal kita mau jujur aja sama diri kita. Walaupun memang ini proses yang panjang hadirin. Proses yang panjang, karena masalah seringkali masalah lemah atau kuat ini kan semua masalah porsi dan takaran. Ya enggak sih? Misalnya kan semua orang yang dinilai kuat secara fisik lah, orang yang dinilai kuat dan orang yang dinilai lemah, ini kan semua tentang takaran, porsi, dan volume, dan seterusnya. Nah yang jadi masalah adalah salah satu PR kita adalah bagaimana punya porsi hidup. yang seimbang. Enggak ekstrim kanan, enggak ekstrim kiri. Kalau bahasa ilmunya, enggak ifrot, enggak tafrit. Itu yang jadi masalah kan. Ifrot itu berlebihan ada pun tafrit itu kurang dosis. Nah gimana kita tuh di tengah-tengah. Tidak ifrot, tidak tafrit. Dan untuk bisa sampai titik itu, butuh proses. Butuh trial and error. Jadi butuh coba, gagal, coba lagi. Coba, gagal, coba lagi. Kalau muhas. sama evaluasi dan seterusnya. Dan memang salah satu Kesalahpahaman sebagian pihak ketika mempelajari konsep merendah, dipikir itu lemah. Bukan. Makanya lihat para sahabat, ketika mereka tidak melawan di kota Mekah, bukan karena mereka takut. Tapi karena takarruf kepada Allah. Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan kepada mereka di kota Mekah, saya belum diperintahkan untuk melakukan sebuah movement apapun. Ketika Sumaya bertanya, kata Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, kita baru diperintahkan untuk sabar, tidak melakukan apapun. Jadi bukan karena lu mau ini gimana, kita tuh sedih. Ketika penduduk kota Madinah menawarkan Nabi S.A.W. untuk menghadapi orang Mekah setelah bayat akobah, Nabi S.A.W. bilang, saya belum diperintahkan untuk menghadapi mereka. Jadi sekali lagi bedakan antara lemah dan bedakan antara merendah, memaafkan, dan seterusnya. Merendah, memaafkan itu motif penyakit. alasannya takaruk mendekatkan diri kepada Allah bukan karena gak mampu atau takut atau gak berani atau lemah itu dua hal yang dan sebenarnya bisa kita nilai kalau kita mau jujur sama diri-diri kita. Sebenarnya saya tadi gak ngelawan karena saya tak korup atau karena saya lemah. Kan itu bisa dicek kalau kita mau jujur sama diri kita, hadirin sekalian. Gitu lah. Iya, Kak. Misalnya ada hadirin lagi jalan lalu dicegat 15 orang, terus akhirnya langkah seribu, just langkah seribu kabur. Kan bisa ketahuan itu. Anda gak ngadepin itu, ngadepin mereka, itu takarup apa lemah hadirin? Coba 15 orang tuh. Itu Anda hadirin gak hadapi itu karena takarup atau karena lemah? Lemah itu. Tapi kan gak semua orang berani jujur demikian. Karena ada sebagian orang coba mereka. Hadang gue sebelum gue ngaji. Pasti lari gue lebih kenceng. Karena masih. Karena setelah ngaji capek malam-malam. Kadang-kadang suka gitu kan alasan kita. Gue dengar kata usat aja tuh. Padahal lemah kita. tidak mau terlihat lemah itu masalahnya. Sebanyak banyak orang tidak mau terlihat lemah di hadapan pihak lain. Padahal kita memang tidak berdaya. Sebenarnya itu bisa di diagnosakan kalau kita Mau jujur sama diri kita. Dan kalau kita belum bisa seperti itu, jangan berkecil hati, coba lagi, coba lagi, dan kuatkan tawhid kita kepada Allah SWT. Dan ingat, Nabi SAW mengatakan, إِنَّ اللَّهُ يُحِبُ مَعَلْيَ الْأُمُورِ Allah itu mencintai hal-hal besar. وَيَكْرَهُ سَفْسَفَهَا Dan benci dengan hal-hal recah. Jadi Nabi SAW meminta kita untuk berfikir besar. Dan punya cita. cita-cita besar, dan menjalankan atau mengejar cita-cita tersebut. Dan cita-cita besar hanya untuk orang-orang besar. Orang-orang yang punya keberanian, orang-orang yang mau berjuang, orang-orang yang punya work ethic yang bagus, semangat juang yang luar biasa, kalau enggak akan bisa. Kata para umat, semua urusan-urusan besar hanya untuk orang-orang besar. Itu Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Makanya Nabi Salahus'alam dan para sahabat kan demikian. Dan itu harus kita ingatkan. Al-Mu'minul Qawi, mu'min yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada mu'min yang lemah. Dan di kedua-duanya ada kebaikan. Dan kuat di sini, pertama kuat iman, imannya lebih kuat, hati lebih kuat, setelah sama-sama kuat, fisik. Mentalitas, mentalitas penting. Kita harus punya azam yang kuat. Kita diperintahkan punya azam yang kuat. Salah satu sifat mulia seorang mu'min adalah azam. Azam itu apa? Azam itu adalah tekat untuk memulai sesuatu, menjalani sesuatu, dan menyelesaikan sampai selesai. Atau apa yang Allah takdirkan kepada kita. Itu poin. Jadi kita diperintahkan untuk salah satu sifat mulia, akhlak yang mulia dan mentalitas orang-orang beriman adalah azam. Azam. Makanya hadirin Allah muliakan. Kita tahu para nabi dan rasul itu sangat banyak. Dan yang terbaik diantara mereka ada berapa? Ada lima. Siapa aja? Siapa yang bisa sebutkan? Tunjuk tangan. Oh ya, foto. Yang pertama Nabi Nuh alaihissalam, yang kedua Nabi Musa alaihissalam, yang ketiga Nabi Isa alaihissalam, yang ke... Ulul Azmi Ustaz, Nabi Ulul Azmi. Yang pertama Nabi Nuh, yang kedua... Anda menyelidiki satu masjid. Kita buat ekorogi ya. Coba kita lihat mentalnya gimana. Nabi Nuh alaihissalam, Nabi Ibrahim alaihissalam, Nabi Musa alaihissalam, Nabi Isa alaihissalam, dan Nabi Muhammad sallallahu alaihissalam. Masya Allah, kayaknya harus diketawain dulu baru keluar. Kalau kondisi menyempit itu orang akan meluas. Jadi, bayangkan, apa namanya, dari begitu banyak Nabi Rasul, ada lima Rasul terbaik. Ada lima Rasul terbaik. Dan gelar mereka, bukan Rasul-Rasul yang paling cerdas. Bukan kecerdasan yang dianggap. yang diangkat. Bukan kejeniusan yang diangkat, tapi yang diangkat apa? Azm, ulul azmi, pemilik-pemilik azm yang luar biasa. Bukan kecerdasan orang yang diangkat, padahal mereka orang-orang paling jenius di dunia. Jelas gak diragukan lagi mereka orang paling jenius di dunia. Orang-orang paling baik di dunia jelas. Tapi yang diangkat oleh Allah adalah sisi azam. Mereka tuh punya tekad luar biasa, tekad untuk memulai sesuatu kebaikan. Lalu menjalani dan menyelesaikan. Masalah kita kan gak berani memulai. Dan yang berani memulai sebuah mimpi hanya minoritas orang. Dan yang berani memulai sebuah mimpi itu berhenti di tengah jalan. Tidak sabar dalam menjalani itu. Padahal seharusnya kita berani memulai. menjalankan dan selesaikan. Makanya Allah katakan, kalau kita ingin mengikuti Nabi S.A.W, apa kata Allah S.W.T? فَاسْبِرْكَ مَا صَبَرُ أُولُّ الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُولِ Allah katakan dalam surat Al-Khawf ayat 35, maka bersabarlah sebagaimana kesabaran ulul azmi dari para rusul. Ulul azmi, ini menarik loh. Mereka orang paling jenis. mereka orang paling cerdas, mereka orang paling hebat, tapi justru yang diangkat oleh Allah untuk menjelaskan the best of the bestnya, ini yang terbaik dari yang terbaik para nabi udah manusia terbaik, para rasul manusia terbaik manusia terbaik dari yang terbaik justru yang diangkat sisi azam Makanya orang yang berhijrah harusnya kelihatan di sini, bukan lemah, bukan putus asa, bukan lemes. Orang yang berhijrah itu semangat-semangat. Dan prestasinya itu naik, produktivitasnya lebih bagus. Karyanya harus ada, lebih banyak daripada sebelum dia berhijrah. Itu clear. Itu point. Nabi SAW, para sahabat dan seterusnya itu membuka Palestine, membuka Baitul Maqdis, lalu masuk ke Mesir, lalu masuk ke Afrika Utara, lalu habis itu masuk ke Eropa dari Gibraltar. Itu sejarah yang tidak bisa dibahas. Jadi keliru Itu kita Bertobat dan berhijrah Itu Rumusnya Hanya akan membuat seseorang Lebih kuat, lebih baik lebih tawaduk, lebih bermental baja, dari mental pecundang, dari loser mentality ke winner mentality. Dari pecundang mentalitas ke pemenang mentalitas. Mentalitas pemenang mereka itu. Bukan lama. Walaupun mereka budak di zaman itu, mereka gak bisa di otak, gak bisa digoya. Bilal itu gak bisa digoya. Bilal itu budak, tapi gak bisa digoya. Mau disiksa, mau diapa tentu. Tetap aja lempeng. Ini topain. Gak lemah. Sumaya wanita tua, tapi gak bisa digoyang. Gak bisa digoyang sumaya. Itu poin. Padahal disiksa hadirin. Ini pelajaran bagi kita. Jadi bedakan antara memaafkan tawaduk dengan lemah. Enggak. Jalan-jalan terus. Tetapi hormat sama orang, baik sama orang, tawaduk sama orang, santun sama orang. Tapi itu bukan lemah. Nama-nama besar demikian. Sekali lagi, azm itu adalah bagian yang gak bisa dipisahkan dengan sejarah orang-orang beriman. Dan nabi kita dan kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti kesabaran ulul azmi min rusul. Dima rusul terbaik. Alayhimu s-salatu was-salam Ini yang bisa disampaikan Jazakallah khairan subhanakul hamdik syuruhu la ilahe ila anta Astagfirullah khutub milik Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Apa kata saudara-saudara kita tentang belajar perbaiki bacaan Al-Fatihah? Alhamdulillah sepanjang tahun ini saudara-saudara kita berkesempatan memperbaiki bacaan Al-Fatihah setiap pekannya bersama Muhajir Project Tilawah. Mengapa mereka berjualan juang untuk bisa belajar ini, dan bagaimana pengalaman mereka selama belajar? Namanya kewajiban, dalam sholat pun kewajiban ada al-fatihahnya juga ya. Untuk al-fatihah makanya saya ingin memperbaiki bacaan al-fatihah saya. Dalam pembacaan ya panjang pendek, dan beberapa huruf ko dengan kaf, do dengan da, jadi lebih tahu lagi bagaimana cara memposisikan lidah kita, mulut kita, jadi supaya lebih sempurna dalam membacanya. Jangan lupa Belajar memperbaiki bacaan Al-Quran bersama Muhajir Project Tilawah melalui program Beasiswa Penuh Tahsin Al-Fatihah. Kita insyaAllah dapat juga menjadi bagian dari perjuangan para penuntut ilmu melalui ragam program Muhajir Project Tilawah lainnya, seperti Pembinaan Pengajar Al-Quran, Pembinaan Dai Islam, Program Pengambilan Sanat Al-Quran, dan lainnya. Seluruhkan infak terbaik kita melalui.