Hai dalam ramalan Jayabaya kan disebutkan ya bahwa akan ada suatu masa gitu ya bencana dimana-mana gunung berapi meletus sungai meluap ketidakadilan tuh terjadi terus juga pemimpin licik berkuasa justru orangnya Jujur dan baik itu yang tertindas. Apa masa itu sedang kita alami sekarang? Sekarang tentu saja sedang kita alami. Orang pertama di Nusantara yang mengaku bahwa dirinya Satrio Peningit, itu adalah Pangeran Diponegoro.
Oh iya? Iya itu orang pertamanya Yang menyatakan itu Yang menyatakan bahwa dirinya itu adalah Satrio Piningit Kenapa? Karena dia melihat realitas Di akhir zaman dunia tidak bermoral Carut-marut, keadilan tidak terjadi Kesengsaraan, merajalela dan sebagainya Maka akan muncul orang yang akan menegakkan keadilan Dan seterusnya Apakah Pak Prabowo nanti digadang-gadang akan menegakkan keadilan di Indonesia? Intro sering digambarkan dengan ramalan yang akan menggambarkan musantara di masa yang akan datang nah kalau gue mengertikannya tuh jadi ada salah satu yang gue pernah denger tentang ramalan jaya baya dimana akan datang suatu masa misalnya itu dimana-mana gunung berkata Api meletus, sungai itu nanti akan meluap.
Ketidakadilan ada di mana-mana. Kesenangan-menangan dan juga pemimpin licik itu akan berkuasa. Justru orang yang jujur, orang yang adil itu akan tertindas. Nah, nantinya masa-masa suram itu akan dilawan ketika munculnya Ratu Adil atau Satrio Piningit.
Hari ini gue kedatangan Guru Gembul yang akan membahas apakah Satrio Piningit ini akan muncul di tahun 2024. Halo Kang Bro. Halo. Terima kasih sudah datang dari Konoha ya? Iya.
Sering-seringan ke sini ya. Jauh-jauh nih. Kang, jadi ada satu ramalan jaya bayang mungkin sering muncul juga di berita, itu isinya kayak gini. Besok...
Yanwis anak kereta tanpa jalan Jadi ada kereta tanpa kuda Wong Wadon nganggo Pakaian lanang Perempuan berpakaian laki-laki Tanggapan akan tentang Isi Ramadhan Jayabaya itu apa? Ya, saya Saya pernah membaca kitab ini dan ini disimpan di bagian-bagian paling awal. Ramalannya sebenarnya berbentuk pantun atau puisi, puisi sajak.
Sajak panjang itu memang potongan-potongan yang seperti ini. Dan ini menarik karena orang-orang zaman sekarang kemudian merasa bahwa apa yang diceritakan di sini itu relevan. Bayangkan orang-orang yang hidup ratusan tahun yang lalu kemudian menceritakan bahwa di masa depan akan ada kereta-kereta tanpa kuda dan perahu-perahu yang berlayar di angkasa.
Jadi orang langsung mengasosiasikan bahwa kereta kuda yang dimaksud itu adalah mobil, dan kemudian perahu yang berlayar di angkasa itu adalah pesawat. Dan sebenarnya penjelasannya masih panjang. Kalau mau dicocokkan seperti itu silahkan, dan memang kebanyakan orang mencocokkan itu.
Tetapi kalangan akademik dalam konteks ini menafsirkan dengan cara yang berbeda. Jadi kalau misalkan melihat tradisi masa lampau manusia, nggak apa-apa ini langsung masuk logis ya, rasionalisme ya. Gitu. Jadi kalau misalkan kita melihat orang-orang zaman dulu, ketika dia berusaha untuk menceritakan tentang sesuatu zaman yang sangat mengerikan, mereka akan membalik realitas yang ada pada waktu itu. Jadi kenyataan itu mereka ceritakan sesuatu berbalik gitu.
Jadi misalkan begini, yang tadi itu. Laki-laki berpakaian seperti itu, perempuan berpakaian seperti itu. Maka zaman gonjang-ganjing adalah zaman yang kebalikan dengan itu. Begitu kan dibayangkannya. Makanya laki-laki akan berpakaian seperti perempuan, perempuan berpakaian seperti laki-laki.
Zaman sekarang, manusia akan mengasosiasikan, oh kok cocok ya, banyak LGBT, banyak apa. Tetapi orang zaman dulu memang terbiasa seperti itu. Kalau zaman gonjang-ganjing, berarti semuanya serba terbalik.
Kalau sekarang perahu berlayar di sungai atau di laut, maka cari kebalikannya. Kereta kuda, kalau misalkan dibayangkan bahwa di zaman dulu itu, kendaraan itu di depannya ada kuda, maka hidupnya tidak terlalu baik. hilangkan kudanya.
Jadi gambaran orang-orang zaman dulu menganggap bahwa kehidupan sekarang establis, tapi nanti akan ada kehidupan yang kacau luar biasa. Kenapa semua orang berpandangan seperti itu? Karena mereka biasanya termakan oleh para pujangga istana. Jadi pujangga istana itu, mereka selalu, jadi pujangga istana itu, mereka yang bekerja untuk pemerintah, untuk raja, dan...
hanya untuk memuja dan memuji raja. Disebutnya sebagai istana sentrisem. Di mana raja digambarkan selalu hebat, luar biasa, perkasa, kerajaannya besar, dan sebagainya. Nah, sehingga rakyat merasa sangat beruntung dengan keberadaan sang raja itu.
Nah, selalu diceritakan seperti itu semua. Di zaman kuno selalu seperti itu. Zaman sekarang bazar mungkin ya. Tetapi pada waktu itu bazarnya itu adalah yang searah.
Jadi raja memang... mempekerjakan banyak pujangga istana, para pendeta, untuk menulis kisah-kisah kebaikan tentang Raja-Raja dan mengisahkan tentang betapa beruntungnya masyarakat pada waktu itu dipimpin oleh Raja itu. Begitu.
Nah, mungkin nih pada penasaran nih para lang sama R.J.L. Satset, kan. Sebenarnya siapa sih sosok Raja Jayabaya itu ya? Nah, Raja Jayabaya juga adalah salah satu Raja yang memang... Paling banyak diceritakan kebaikan-kebaikannya.
Kenapa seperti itu? Karena dia dinobatkan ketika kerajaannya masih dalam kondisi pecah belah. Jadi di zaman dulu, sekitar 100 tahun sebelum Jayabaya ada, itu ada leluhurnya Jayabaya, kita katakan, namanya adalah Erlangga. Erlangga itu, dia... Seorang raja yang penuh ironi.
Jadi Raja Erlangga itu dulunya, nah ini balik lagi ke dulunya ya, dulunya ada sebuah kerajaan namanya Medang. Kerajaan Medang itu diserang oleh Kerajaan Sriwijaya melalui Ajiwurawari dari Kerajaan Pasundan kemungkinannya. Dari Ajiwurawari itu kemudian Kerajaan Medang itu dikalahkan, istananya dibakar, habis semua.
Dalam cerita rakyat, Erlangga itu berhasil menyelamatkan diri karena dia punya jurus hiraisin, jurus menghilang gitu. Jadi dia teleportasi gitu. Jadi ketika istana rajanya dibakar, termasuk istrinya dibakar di situ.
Karena dia dalam kondisi menikah, langsung ada serangan, dibakar, ayah mertuanya dibakar, istrinya dibakar. Dia karena memiliki kesaktian, Erlangga itu, dia berhasil selamat. Nah, akhirnya setelah selamat, dia membangun kembali kerajaan Medang itu. Tetapi dengan nama Kahuripan.
Kehidupan gitu ya. Karena dia, nah inilah leluhur dari Jayabaya itu. Nah kerajaan itu akhirnya dipecah juga oleh Erlangga.
Karena Erlangga itu pada waktu itu punya anak dua. Dua-duanya kesayangan. Karena dua-duanya kesayangan, dia mau mewariskan tahta kepada siapa?
Akhirnya kerajaan Barat dan Timur. pecah. Jadi Kadiri dan Janggala atau Panjalu dan Janggala. Pecahlah jadi dua, Erlangga meninggal, mulai terjadi konflik di antara mereka, ingin saling menguasai satu sama lain.
Nah, Jaya Baya ini adalah orang yang ditakdirkan untuk menyatukan kembali kerajaan itu. Karena dia memiliki latar politik yang sangat kuat, mempersatukan dua kerajaan yang sempat terpecah, maka dia banyak sekali dituliskan. Kisah penaklukannya terhadap kerajaan Janggala itu dituliskan misalkan dalam Barata Yuda dalam kitabnya. Kemudian ada Hari Wangsa, ada banyak sekali cerita-cerita yang ditulis tentang Raja Jayabaya itu. Jadi Ramalan Jayabaya, cerita apa, pokoknya cerita tentang Jayabaya ini dituliskan oleh banyak orang belakangan karena wibawa yang besar dari Sri Jayabaya itu.
Karena beliau itu sangat populer di zamannya ya. Sangat-sangat populer. Dan dicintai rakyatnya, kurang lebih kayak gitu. Dicintai rakyatnya, dan orang Cina sampai mengakui bahwa di dunia ini kerajaan paling kaya itu tiga. Kerajaan Cina sendiri, kerajaan Arab, sama kerajaan Jawa.
Nah, Jawa yang dimaksud itu waktu dipimpin sama beliau. Kediri maksudnya? Kediri, ya. Jadi memang sangat dihormati, sangat dicintai oleh rakyatnya.
Sekali lagi, walaupun dicintai yang di Maksud itu karena tulisan-tulisannya banyak yang memuja beliau. Nah ini mungkin juga banyak yang nanya ya, apakah Raja Jayabaya itu adalah sosok yang sama dengan yang nulis Ramalan Jayabaya? Nah bukan. Sayangnya bukan. Jadi Ramalan Jayabaya itu tidak ditulis oleh Sri Jayabaya.
Karena Sri Jayabaya itu tidak meninggalkan catatan tertulis apapun. Jadi Raja-Raja Jawa atau Raja-Raja Nusantara Kuno yang menjadi penulis dan sekaligus sastrawan itu jumlahnya sangat-sangat sedikit. Fotonya ini, ini juga bukan wajah beliau. Oh bukan? Bukan, bukan.
Pada waktu itu gak ada yang menuliskan dan menggambarkan wajah beliau itu seperti apa. Nah, tapi orang-orang belakangan kemudian menggunakan otoritas yang besar dari dirinya itu untuk membangun cerita-cerita tentang beliau ini. Nah... Walaupun tidak bikin ramalan jaya bayanya, tetapi orang-orang di antaranya adalah pas zaman Mataram, kemudian zaman sesudahnya, Mataram, Islam, kemudian sesudahnya, itu banyak menceritakan karena ini sudah jadi legenda. Jadi orang kalau sudah jadi legenda, itu sudah diliputi oleh mitos-mitos.
Pasti seperti itu. Jadi memanfaatkan legenda besar, nama besar, mitosnya, itu kemudian bikinlah adalah Al-Musasar, yaitu ini adalah ramalan Jayabaya. Ya walaupun ditulis tahun 1600-an, tetapi dia mencatut orang yang hidup tahun 1100-an.
Itu jauh banget loh. Jauh banget. Tapi ya itu, orang-orang di zaman dulu memang... Di babat tanah Jawa juga ada. Di babat tanah Jawa ada.
Itu juga tidak ditulis pada zamannya. Jadi jauh banget. Jauh banget. Jauh banget. Semuanya jauh banget.
Jadi, ya namanya juga kalau misalkan kita menggunakan prinsip-prinsip atau metodologi sejarah itu udah nggak mungkin lagi bisa dikaitkan. Tetapi karena ilmu budaya, berdasarkan ilmu budaya, orang-orang zaman dulu memang mengaitkan orang-orang besar untuk menulis karya sastra belakangan. Tapi memang di zaman-zaman itu karya sastra lagi berkembang pesat banget ya. Makanya mungkin kalau akan sendiri ya menganggap...
Ramalan Jayabaya itu sebagai apa sih? Apakah kritik sosial di zamannya? Ada hal yang harus digarisbawahi dalam hal ini. Sekali lagi, ini konteksnya adalah antropologi, ilmu budaya Jawa.
Jadi di Jawa itu sempat ada perubahan radikal dalam kebudayaan menulis. Di zaman Hindu-Buddha, tulisan itu dianggap sangat sakral, dianggap sangat penting, dan dianggap bagian dari simbol-simbol dewata. tulisan San Sakerta dan sebagainya itu.
Sehingga untuk menulis, orang harus bikin selamatan, harus bikin bahkan numbalin ayam, kerbau gitu, hanya untuk menulis sebuah prasasti. Jadi orang-orang awam tidak mungkin bisa menulis. Orang-orang pedagang tidak mungkin bisa menulis. Bahkan raja-raja tidak berhak menulis tanpa izin dan restu dari para agamawan.
Itu di zaman Hinduism. Ketika masuk ke zaman Islam, orang Islam justru malah menawarkan baca tulis kepada kalangan masyarakat bawah. Jadi misalkan Sunan Gresik gitu, dia buka pada epokan pencaksilat, dia sambil ngajarin teks-teks, catatan-catatan tulisan-tulisan.
Nah, maka sejak saat itulah sastra di Jawa itu berkembang besar. Jadi babat tanah Jawa. kemudian kitab-kitab, itu muncul di situ.
Makanya misalkan Rick Clef, seorang ahli budaya Nusantara dari Australia, itu sampai menyebut bahwa zaman Indonesia modern itu dimulai ketika kedatangan orang-orang Islam. Nah sastranya mulai masuk ke situ, maka orang-orang terdahulu yang punya wibawa besar, itu sastranya baru ditulis setelah kedatangan kerajaan-kerajaan Islam. Nah di antaranya Bapak Tanah Jawi, kemudian kita musasar ini, Mbak Tanah Jawi, Ramalan Jayabaya itu baru ditulis tahun 1600-an kesekian ketika kerajaan-kerajaan Islam sudah establis. Jadi begitu kurang lebihnya. Versinya kan banyak, Kang.
Ramalan Jayabaya itu. Salah satunya yang Jongko Jayabaya itu. Joyoboyo.
Jongko Joyoboyo itu. Kalau menurut Akang, Jongko Joyoboyo itu yang paling modern. Jadi gini, karena orang-orang di zaman dulu itu, khususnya yang di Indonesia, tidak terbiasa untuk menuliskan siapa khususnya.
penulisnya karena mereka memang ngambil dari cerita-cerita rakyat, pernyataan dari mulut ke mulut akhirnya banyak sekali versi misalkan yang kemarin itu waktu kita berbicara tentang Nyiro Rokidul itu kan banyak yang komplain itu Nyiro Rokidul sama Ratu Pantai Selatan kok dianggap sama, itu kan beda misalkan banyak yang ngomong seperti itu ya gak bisa disebutkan itu sama atau beda karena tidak ada versi yang benar karena itu semuanya adalah folklore, cerita dari rakyat begitu pun ini jadi kalau misalkan nanti ada banyak versinya misalkan versi pernyataan bahwa akan ada orang dari dari Utara yang menyelamatkan Nusantara dari Kebobule. Itu ada yang disebutkan matanya sipit, ada yang disebutkan hanya dari utara saja, istilahnya utara, atau ada yang menyebutnya sebagai monyet kuning dan sebagainya. Karena versi-versi itu adalah versi yang sudah beredar di masyarakat, kemudian dituliskan oleh seorang sastrawan yang mengumpulkan tradisi-tradisi lisan itu.
Jadi semuanya memang beda-beda yang termasuk Jangka Jayabaya Jongko ya, Jangka itu Jangka Jayabaya, kemudian... Musasar dan sebagainya Yang tadi akan ceritakan di awal itu Itu kan Musasar Nah itu beredar secara umum gitu Di masyarakat pada waktu itu Cuman, nah ini Kenapa ramalan itu menjadi lebih terkenal Karena sangat relevan dengan zaman penjajahan Jadi di tahun 1800an akhir Orang-orang baru ngeh bahwa kitab itu kok cocok dengan zaman ini Misalkan orang Belanda mulai menggunakan mobil Di tahun 1800-an akhir, 1900-an awal Itu kan kota-kota besar di Jawa dibangun oleh Belanda Kemudian Jalan Raya Pos sudah jadi Di situ ada mobil, di situ ada kereta Orang-orang kok nyambung? Kok ramalannya bener banget? Kok ramalannya bener banget? Kemudian ada orang kebubule, orang berkulit pucat Nah cerita versi orang berkulit pucat datang ke Nusantara itu adalah versi yang sebelumnya beredar dengan yang tidak menceritakan itu.
Tetapi yang menceritakan tentang orang pucat berbadan tinggi besar menjajah Indonesia itu menjadi lebih populer dan langsung dikodifikasi bahwa inilah versi yang benar karena paling cocok dengan pada waktu itu, zaman penjajahan. Kita mau sasar itu atau jangka jebay atau yang sebelum-sebelumnya yang beredari masyarakat itu... Awalnya tidak terlalu populer di masyarakat, hanya berupa kabar-kabar burung saja. Tapi setelah masyarakat menemukan, kok cocok banget.
Ini akhirnya menjadi sangat meledak, sangat booming viral. Bahkan misalkan kalau kita lihat salah satu film paling kontroversial yang tidak boleh disebarkan di Indonesia, judulnya adalah Murudeka, menceritakan tentang kemerdekaan Indonesia, tapi versi Jepang. Di situ diceritakan bahwa ketika orang-orang Jepang datang ke Indonesia, orang-orang Jawa itu langsung sujun dan mencium kaki orang-orang Jepang.
Karena apa? Jadi kebubule datang, kemudian dia akan dikalahkan oleh monyet kuning, oleh orang-orang bermata sipit, berbadan kecil. Nah ini jadi ketika datang Jepang itu, itu langsung sujun semua.
Itulah yang kemudian menjadi propaganda. Kami adalah pelindung Asia, kami adalah pemimpin Asia, saudara tua Asia, dan seterusnya. Karena sebelumnya Jepang sudah melakukan survei di Indonesia sejak tahun 1927, bahwa cerita-cerita itu memang populer di masyarakat kita.
Ini bahkan kalau yang kerbau bule itu ada versi Tanah Sundanya, versi Prabu Siliwanginya. Tapi nanti itu kita bahas juga. Nah dalam Ramalan Jayabaya kan disebutkan ya bahwa akan ada suatu masa gitu ya, bencana dimana-mana, gunung berapi meletus, sungai meluap, ketidakadilan itu terjadi, terus juga pemimpin licik berkuasa, justru orang jujur dan baik itu yang tertindas.
Apa masa itu sedang kita... Alami sekarang? Sekarang tentu saja sedang kita alami. Tetapi sebenarnya semua zaman terjadi hal yang seperti itu.
Tergantung pada siapa yang memimpinnya. Jadi kalau misalkan, sekali lagi ya, orang-orang zaman dulu itu berprinsip, berkata-kata, berpendapat, berpedoman pada apa yang disampaikan oleh pujanga istana. Oleh raja-raja mereka.
Jadi ketika rajanya Anu, jadi mereka akan menafikan bencan alam kelaparan yang terjadi di sana. Karena rajanya... besar, apa segala rupa.
Tapi kalau misalkan mereka menceritakan tentang zaman di masa depan yang penuh hirup pikuk, maka mereka garis bawahi tentang bencana alam. Bencana alam dari dulu sampai sekarang kejadian. Pulau Jawa itu setiap hari bisa sampai 10, 20, 30 kali bergempa walaupun ada yang terasa, ada yang tidak.
Tapi itu bencana alam itu terjadi terus-terusan. Nah, tetapi terkait dengan pada bagian-bagian misalkan keadilan tidak terjadi. Jadi kemudian orang baik malah tertindas dan sebagainya, coba kita kaitkan dengan relevansi hari ini.
Jadi ada orang baik, mau ngelamar jadi PNS, dia orang berdedikasi, orang punya kapasitas, karena itu dia nggak mungkin nyogok. Tapi pas masuk, eh ketahan, jadi dia nggak nyogok. Eh, dia nggak masuk.
Yang masuk akhirnya siapa? Orang yang suka nyogok. dan orang yang akhirnya ketika dia jadi PNS, ya tidak semua, tapi ketika dia jadi PNS, dia kerja leha-leha, ada pemuli di mana-mana, karena memang sejak masuknya sudah tidak. Artinya apa? Yang baik, yang jujur, tidak menjabat, yang jadi pejabatnya justru para penjahat.
Nah, itu relevan nggak hari ini? Sangat relevan. Relevansi itulah yang kemudian digarisbohi oleh masyarakat.
Kok cocok ya? Seakan tidak lekang oleh zaman gitu ya? Iya. Dan itu...
mekanisme kerja dari ramalan itu kan seperti itu, Kang. Kalau misalkan kita kaitkan dengan ramalan urban hari ini, Indonesia cocok dengan Konoha, misalkan. Boleh diceritain dikit ya? Sebagai contoh aja. Indonesia dicocokkan dengan Konoha karena apa?
Karena presiden-presidennya mirip. Yang pertama, yang kedua, yang ketiga, kemudian misalkan ada presiden perempuan diurutan yang sama. Kok jadi cocok, kok jadi pas? Sebenarnya bukan cocok dan tidak pas. Cuma orang fokus pada persamaan-persamaan, bukan fokus pada perbedaan.
Naruto, Boruto, cocok juga nih. Iya. Boruto itu adalah di bawah ini-nya Sasuke gitu kan. Nah, karena orang itu fokus pada persamaan-persamaannya.
Coba misalkan gini, Presiden Indonesia yang keempat siapa? Gus Dur. Dengan yang di Konoha itu siapa? Dan Zor. Bukan.
Minato, Minato. Oh, Minato. Minato.
Nah, orang-orang fokus pada persamaan walau mereka mengabaikan perbedaan besar antara Minato dengan Gus Dur. Perbedaannya sangat besar, kan? Tapi orang tidak peduli pada perbedaannya, orang fokus pada cari-cari persamaan.
Ibu Megawati dengan Sunadi misalkan dianggap sama hanya gara-gara mereka punya jenis kelamin yang sama, dan kemudian karena ada trah dan leluhurnya, tapi ada ratusan perbedaan di antara mereka diabaikan. Nah, ramalan jaya daya itu seperti itu. Kita merasa cocok dan relevan hanya karena satu dua variable sambil mengabaikan ribuan variable yang lain. Itulah mekanisme ramalan bisa berlaku.
Kok nyambung ya? Kok cocok ya? Saya juga kayak gitu ya? Kayak gitu. Jadi ini terkait dengan psikologi masyarakat.
Oke. Jadi ini kita akan bahas terus ya. Jadi kalau bisa jangan diputus di sini nonton videonya ya. Karena nanti mungkin kesimpulannya ada di akhir ya.
Oke. Kang, mungkin pada penasaran juga, ciri-ciri Satrio Peninggit yang disebut dalam Ramalan Jayabaya itu apa aja sih Kang? Yang akan tahu ya.
Oke, Satrio Peninggit itu bukan, ini juga harus kita garis bawahi ya. Satrio Peninggit itu tidak hanya milik orang Jawa. Tapi Satrio Peninggit itu adalah sebuah konsep yang berlaku di semua zaman, di seluruh dunia.
Ketika satu masyarakat merasa sangat putus asa terhadap realitas hari ini yang menurut mereka sangat tidak berkeadilan. Jadi misalkan ada sebuah masyarakat, ini kita ambil contoh ya, orang Israel. Selalu percaya bahwa mereka itu adalah bangsa pilihan Tuhan.
Tapi di sisi lain mereka sadar bahwa bangsa mereka dijajah terus. Dikalahkan terus. Ditundukan terus.
Diusir. Terdiaspora dan sebagainya. Maka kemudian mereka mulai bercerita bahwa nanti suatu hari nanti.
Kekacauan, ketidakadilan, kejahatan, kengerian ini. Akan berakhir karena munculnya seorang. Yang akan mengembalikan bangsa Israel ke tanah yang dijanjikan. Munculah kemudian. Konsepsi tentang Mises.
Itu 500 tahun sebelum masehi. Dan sampai sekarang mereka masih menunggunya. Nah konsep-konsep seperti itu terjadi ketika masyarakat merasa bahwa zaman ideal itu begini. Tetapi saya hidup di kondisi seperti ini.
Nah Satrio Piningit kapan dia muncul? Kapan cerita tentang Satrio Piningit itu muncul? Itu pas awal-awal kedatangan Belanda.
Jadi pas kedatangan Belanda kemudian... Mataram ditundukan, Mataram dikalahkan oleh Dendels kemudian oleh Revols Ya walaupun secara konstitusinya mereka masih berkuasa tetapi mereka benar-benar campur tangan Belanda itu Nah akhirnya orang-orang Mataram kenapa bangsa Jawa yang dulunya menguasai Nusantara Yang hebat, yang cemerlang, yang memiliki tradisi yang agung Kok bisa dikalahkan sama bangsa asing yang memiliki senjata yang bisa membunuh dari jarak jauh gitu. Ini rasa sakit ini kemudian berujung pada nanti suatu hari nanti. Nah begitu kan, suatu hari nanti akan ada seorang... Satria Piningit yang akan mengembalikan kejayaan ini, akan mendatangkan kembali ajaran budi, akan kembali membuat kita menjadi bangsa yang independen, dan seterusnya.
Jadi, Satria Piningit itu gitu kan, konsepsi awalnya itu begitu. Nah, soal mana yang benar dan mana yang salah, ya balik lagi, itu adalah folklor masyarakat yang kemudian dicocokkan dengan realitas pada waktu itu. Jadi bisa saya tangkap ya bahwa itu kayak kekecewaan ya seorang pujangga gitu ya. Kecewaan makanya dia menulis bahwa kondisi saat itu adalah carut-marut, kemerosotan moral. Betul.
Dan dia berharap bahwa suatu saat Ratu Adil ini akan membereskan ini semua. Orang pertama di Nusantara yang mengaku bahwa dirinya Satrio Piningit itu adalah Pangeran Diponegor. Oh iya?
Iya itu orang pertamanya yang menyatakan itu. Yang menyatakan bahwa dirinya itu adalah Satrio Piningit. Kenapa? Karena dia melihat realitas. Jadi bahwa dirinya itu adalah bagian dari lingkar terdalam istana.
Ya walaupun dia anak selir, tapi kan bapaknya raja gitu ya. Dia ada dalam lingkar istana, tetapi saudara-saudaranya yang berkuasa pada waktu itu justru tunduk patuh pada raja. Eh, pada Belanda.
Dan Belanda pada waktu itu benar-benar menghajar tradisi-tradisi dan adab-adab Jawa. Jadi, misalnya, dalam tradisi Jawa, raja itu duduk di atas, orang-orang duduk di bawah. Pas datang Belanda, yuk kita rapat, nongkrong semuanya dalam satu. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Moral dalam pikiran Pangeran Niponegoro itu udah rusak pada waktu itu, karena tidak ada lagi orang yang menghormati dalam hirarki tradisional.
Atau kemudian yang jadi masalah di antaranya adalah makam. Makam itu harusnya disakralkan atau makam itu harusnya dihormati. Lah ini malah dijadikan jalan. Kan bener-bener sudah tidak, sudah di luar batas toleransi. Sudah tidak bener-bener beradab.
Bahkan Pangerani Ponogoro pada waktu itu sampai nampar saudaranya sendiri yang barisan dalam istana itu pakai selop. Karena saking marahnya terhadap adat dan budaya Jawa digadehkan, tergerus. oleh kedatangan bangsa-bangsa kulit putih yang tidak memiliki etika ini.
Makanya pikirannya adalah dia tidak beretika, etika hancur, raja dikuasai oleh penguasa yang lain, ada orang berbadan besar, berbadan tegap dengan kulit pucat yang bisa membunuh orang jarak jauh, pas, pas, pas, pas. Itu semuanya pas kan dengan ramalan itu? Nah akhirnya sayalah yang bisa untuk melakukan perlawanan itu.
Jadi Pangeran Diponegoro muncul ke permukaan, berani melantang, Itu karena kepercayaan dirinya bahwa dirinya adalah Satrio Peninggit. Tapi bagus juga ya. Jadi muncul harapan untuk melawan ketidakadilan itu. Iya. Karena pada waktu itu memang Jawa itu, pada waktu itu istana Jawa itu sudah benar-benar tidak memiliki harga diri lagi dalam tanda kutip.
Sehingga Pangeran Diponogoro benar-benar ingin, terobsesi untuk bisa mengalahkan itu. Ya walaupun akhirnya beliau kalah. Tapi cerita tentang Satrio Peninggit bertahan sampai seterus-seterusnya sampai akhirnya dicocokkan.
dengan tokoh lain, yaitu Pak Karno. Nah ini bicara Bung Karno ya. Saya tuh pernah baca buku Kang, lupa tapi ini versi yang mana.
Jadi bahasa Jawanya kurang lebih kayak gini ya, saya ngertiin ya. Nanti akan datang itu seorang pemimpin yang cerdas yang akan menyelamatkan kalian. Tapi dia lemah terhadap wanita.
Pernah denger nggak tuh? Iya. Terus saya lupa tuh versi yang mana tuh.
Ya banyak versi, karena itu folklore ya. Banyak orang mengaitkan. Jangan-jangan ini Bung Karno nih Ya bisa saja Bung Karno sebenarnya tidak lemah terhadap perempuan Kalau misalkan mau dicocokkan Beliau memang sangat Menggemari dalam tanda kutipnya Pengagum wanita Dan beliau Ini surat-surat cinta Itu cewek pasti baper Di zaman dulu itu dijamin Dengar curhatan-curhatan Bung Karno itu Tapi dia tidak lemah terhadap wanita Maksudnya dia tidak digulingkan gara-gara perempuan Dia Dia tetap memiliki integritas dan dia tidak tergoda oleh rayuan.
Justru sebaliknya, dia dalam tanda kutip memang benar-benar menaklukan, bukan ditaklukan, dia menaklukan para wanita itu dengan karismanya, dengan kekuatannya, dengan semua atribut-atribut kegagahannya itu dia yang ambil, bukan sebaliknya. Tapi memang Bung Karno itu digadang-gadang oleh banyak sekali orang pada waktu itu sebagai Satrio Pininget yang dimaksud. Karena memang dia mempersatukan antara tradisi Islam dengan tradisi Jawa, kemudian dia adalah orang yang menjadi murid dari Cokro Aminoto, kemudian bahwa dia itu adalah orang yang melepaskan Indonesia dari penjajahan Jawa. Belanda, semua atribut-atribut Satrio Piningit, tradisi modern, itu memang paling pas, paling cocok itu pada Bung Karno.
Ya itu tadi ya maksud lemah dari wanita itu juga mungkin bias juga ya. Iya. Mungkin banyak orang mencocok-cocokkan juga ya.
Baik lagi kan persepsi masing-masing aja ya. Iya. Sebenernya apa ini maksudnya?
Ya kan ada tokoh-tokoh besar yang hancur tuh gara-gara wanita kan. Betul. Ya katakanlah Napoleon gitu kan.
Tapi Bung Karno gak termasuk yang dia dilemahkan oleh perempuan. Betul. Nah ini kita bicara tokoh-tokoh lagi Kang ya. Ada yang bilang bahwa Prabowo itu Satrio Piningit.
Ada yang bilang kalau Anies Baswedan itu Imam Mahdi banget. Ini peradengar kan? Tanggapan Kang Guru itu gimana?
Iya, sekali lagi ya. Banyak sekali orang yang berusaha untuk mencocokkan. Tetapi bukan berarti seperti itu. Jadi ketika masyarakat merasa bahwa dirinya sedang dalam kondisi lemah, dia punya idealisme dan punya gagasan tentang sebuah negara yang sangat luar biasa, dia bisa mencocokkan.
biasanya dia akan menceritakan itu, mencocokkan itu. Dan ini terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Jadi ada orang yang sangat berharap soal Pak Prabowo, ya bisa saja dia langsung menganggap bahwa Pak Prabowo itu adalah Satrio Piningit.
Saya tidak menyalahkan mereka, tetapi maksudnya sekali lagi dalam studi budaya... Ini adalah fenomena yang wajar dan terjadi di seluruh dunia. Bahkan di Yunani kuno ada yang seperti itu.
Orang-orang Buddhis punya cerita seperti itu. Orang-orang Hindu dengan kalki avatarnya dan sebagainya punya cerita-cerita bahwa di akhir zaman dunia tidak bermoral, carut-marut, keadilan tidak terjadi, kesengsaraan, merajalela, dan sebagainya. Maka akan muncul orang yang akan menegakkan keadilan, dan seterusnya, dan seterusnya. Apakah Pak Prabowo nanti digadang-gadang akan menegakkan keadilan di Indonesia?
Garis bawahnya adalah ketika masyarakat mencocokkan seseorang dengan Satrio Peninggit, berarti masyarakat itu hidup di zaman yang hancur, carut, marut, dan krisis. Jadi kalau misalkan sekarang ada yang mencocokkan, wah ini Pak Jokowi adalah begini, wah ini Pak Prabowo adalah seperti ini, artinya masyarakat itu adalah masyarakat yang hidup dalam krisis. Oke. Karena Satrio Pindingit pasti muncul dari masyarakat yang seperti itu. Berarti Satrio Pindingit muncul dari oposisi ya?
Ya tidak, nggak juga. Bahkan ada yang bilang, imam ahdi ya itu oh iya yang soal imam ahdi itu ya gimana itunya ya tapi sah-sah aja sih kalo punya pandangan gitu ya gak sah sih gak sah juga ya ya tapi ya boleh lah cuman maksudnya itu kan sebenarnya diungkapkan oleh seorang ahli spiritual dari Jawa Barat itu bahwa Anies Baswedan itu adalah Imam Mahdi dan seterusnya ya itu hidup dalam krisis hidup dalam tekanan akhirnya dia melontarkan kata-kata yang seperti itu apakah itu benar? ya boleh saja disebut karena kalau misalkan mau dicocok logikan dengan riwayat-riwayat tentang Mahdi, itu ada beberapa yang cocok.
Di antaranya adalah bahwa Mahdi itu akan tampil dari arah timur. Misalkan gitu kan. Kan Pak Anies dari timur kan.
Kalau misalkan pusatnya di Arab gitu kan, ini munculnya di timur. Atau misalkan bahwa Imam Mahdi itu keturunan Arab. Itu bisa dicocokkan. Bukan berarti begitu, tetapi selalu ada kesempatan. kesempatan orang untuk mencocok-cocokkan antara teks kuno dengan realitas hari ini.
Ya tapi mungkin bisa juga ya maksudnya kayak penggambaran bahwa dari sisi dia juru penyelamat buat Indonesia gitu. Jadi di apa namanya di simbol sebagai Imam Mahdi tapi versi Indonesia nya misalnya kan. Jadi bukan untuk seluruh dunia. Tapi ada kelemahan fatal di sini sebenarnya.
Jadi sebenarnya cerita-cerita tentang Imam Mahdi itu adalah cerita-cerita yang hanya relevan untuk sebuah bangsa yang hidup dalam otoritarian, bukan dalam demokrasi. Demokrasi itu pemerintahnya sistemik. Jadi berdasarkan pada sistem. Berdasarkan prosedur. Bukan berdasarkan pada siapa yang memimpinnya.
Jadi tidak mungkin ada seseorang yang bisa menyelamatkan hanya seorang diri. Kalau zaman dulu, zaman dulu itu sistem kerajaan itu pikirannya adalah kerajaan itu seperti obor. Diilustrasikannya. Jadi maksudnya semakin besar apinya, semakin luas wilayah yang bisa diteranginya. Semakin kecil apinya, semakin sedikit wilayah yang bisa diteranginya.
Jadi raja itu kalau dia dianggap raja besar yang akan mendapatkan pencerahan itu banyak. Karena apinya besar. Kalau kecil, berarti kayak lilin doang, ya berarti sedikit sekali yang bisa. Nah, jadi raja itu dianggap sebagai pusat pencerahan. Orang-orang bisa mendapatkan cahaya dan bisa melihat hanya dengan kehadirannya saja.
Satriopi ningit juga gitu kan. Ketika carut-marut, hancur, beratakan, orang membayangkannya akan ada orang yang bisa memberikan pencerahan. Tapi orang itu individu. Nah, dalam sistem demokrasi yang sekarang kan tidak mungkin. Kalau misalkan mau cerah, semua orang, rakyatnya harus cerah dulu.
Pemimpinnya sebersih apapun, kalau rakyatnya korup, dia yang justru akan digulingkan. Kan realitasnya sekarang seperti itu. Di Indonesia, bayangkan, anggaplah, kalau misalkan semua pejabat itu korup, rusak, cacat, kemudian ada satu pemimpin yang adil, yang agung, yang bijak, justru pemimpin ini yang akan dijadikan bahan konspirasi, digulingkan.
Udah pasti digulingkan dulu ya? Udah pasti digulingkan. Dan ada cerita yang sama seperti ini di Timur Tengah dulu.
Ada cerita seperti ini. Jadi di Timur Tengah itu, di zaman Bani Umayyah atau dinasti Umayyah itu, orang-orang mendambakan Imam Mahdi semuanya. Sampai banyak anak-anak dikasih nama Mahdi.
Tapi yang akhirnya muncul itu adalah Umar bin Abdul Aziz. Nah Umar bin Abdul Aziz itu baiknya luar biasa, korupsinya benar-benar dihabisin semuanya. Tapi sebelum dia dua tahun memerintah, dia langsung diracun. Karena pejabatnya semuanya korup. Jadi Imam Mahdi-nya kalah justru malah di situ.
Karena apa? Karena ketika dia berusaha untuk menanamkan sistem demokratis atau menanamkan iklim demokratisasi, bukan sistem demokrasi, demokratisasi, maka... Karena demokratisasi itu kan berarti kehendak banyak orang. Kalau banyak orangnya korup, orang jujurnya yang habis.
Berarti balik lagi ke mayoritasnya. Makanya yang tadi saya bilang itu, ketika imam Mahdi Konsepsi tentang imam Mahdi diterapkan di zaman modern Apalagi di sebuah negara yang Manusia demokrasi, maka ada banyak Ketidaksinkronan gitu Oke, nah ini kita Balik lagi ya, ke Jaya Bayat Tapi ini versi Tanah Sundanya, jadi sebelum Prabu Siliwangi itu Hilang Dia itu membuat sebuah ramalan juga, namanya itu adalah Luga Wangsit Siliwangi, pernah denger kan? Iya, iya, iya.
Nah itu juga tentang Ratu Adil gitu, bahkan dikisahkan jika nanti akan ada sebuah negara gitu ya, kurang lebih yang pecah. karena oleh kerbau bule. Dan nantinya, justru orang-orang kita itu akan menjadi disuruh sama si kerbau bule tadi. Mereka itu nantinya yang akan memegang kendali si kerbau bule.
Bawa bule tadi. Anggapan akang gimana tuh? Ini versi tanah Sundanya nih. Oke.
Akang tau gak siapa Prabu Siliwangi itu? Dia digambarkan sebagai seorang raja yang membawa pajajaran itu menjadi besar. Tapi memang yang jadi perdebatan adalah sebenarnya namanya ini yang mana gitu.
Iya. Sebenarnya memang tidak ada. Jadi Prabu Siliwangi itu adalah gambaran imajinatif masyarakat Sunda tentang sosok yang sempurna. Begitu.
Dan dia ada di tengah-tengah pergolakan spiritual. antara Sunda sebelum Islam dengan Sunda sesudah Islam. Nah, karena itu adalah gambaran ideal, maka sebenarnya tokoh sejarahnya tidak diketahui.
Ada yang mencocokkan dengan misalkan siapa, Sirijaya Bupati, ada yang sampai mencocokkan dengan itu. Ada yang Pak Lingga dan lain sebagainya. Pokoknya tidak ada sebenarnya.
Bahkan ada yang kemudian menyebut bahwa Siliwangi itu adalah Siliwangi. Artinya bukan satu raja. tetapi beberapa raja dalam rangkaian raja-raja Sunda. Makanya silih berganti, tetapi semuanya namanya Wangi.
Silih Wangi itu begitu. Jadi terkait dengan cerita yang tadi itu, yang versi Sunda, itu bukan versi Sunda. Itu sebenarnya adalah rakyat orang-orang Sunda yang membaca Ramalan Jayabaya, kemudian mencoba untuk mengadopsi cerita itu dalam versi Sunda. Itu sama seperti... Cerita Gunung Tangkuban Parahu didengar oleh orang Jawa kemudian menceritakan di sana itu tentang pembangunan Seribu Candi, Bandung Bondowoso.
Kan cerita Bandung Bondowoso, pembangunan Seribu Candi itu sama dengan cerita Sang Kuriang. Yang duluan Sang Kuriang kemudian dicocokkan dengan cerita di Jawa. Bikin Seribu Candi gitu kan, sebenarnya bikin perahu gitu kan dalam waktu satu malam.
Nah begitu pun kasus ini ceritanya sama. Jadi orang-orang Sunda mendengar cerita tentang, nah tapi dicocokannya bukan dengan Jayabaya karena mereka tidak menghormati Jayabaya. Mereka menghormati raja mereka yaitu Siliwangi.
Maka diceritakanlah itu gitu. Bahwa nanti akan ada orang luar yang berkulit. Pucat yang akan mengadu domba, yang akan menghancurkan, dan kita kemudian akan memunculkan kembali raja, dan seterusnya begitu.
Berarti kalau menurut Kang Guru, Prabu Siliwangi itu hanya sebuah cerita rakyat gitu ya? Iya. Karena saya juga pernah baca bahwa...
Ada buktinya juga di Naskah Sunda, di Cerita Pariangan, pernah ada jurnalnya juga tuh yang ngebahas. Cerita Pariangan tuh juga sebenarnya kontroversial. Oh gitu?
Maksud kontroversial tuh gini nih, bukan berarti dia salah gitu ya, cuman... metodologi sejarah itu sebenarnya sangat-sangat ketat gitu. Sampai seandainya pun ada sebuah naskah, atau ada keterangan, atau cerita-cerita, yang hampir sohih pun, itu bisa dibatalkan, sama metodologi sejarah gitu.
Karena metodologi sejarah itu, itu benar-benar ketat gitu. Jadi, nah, termasuk memang ada banyak sekali naskah, tetapi apakah naskah itu bisa menjangkau sesuatu yang terjadi di masa depan? Kan nggak bisa. Jadi kalau misalkan ada sebuah naskah terbukti bahwa itu misalnya ditulis oleh Jayabaya, apakah sejarah itu bisa mengakui bahwa Jaya-baya bisa meramal masa depan, kan nggak bisa.
Kita nggak memiliki metodologi tentang bagaimana cara seseorang untuk bisa menggapai masa depan, kan kita nggak bisa. Jadi tetap skeptis. Mendingan ragu-ragu dan tidak percaya daripada mempercayai sesuatu yang keliru.
Prinsipnya begitu. Oke, nah ini kita berarti nyambung lagi ya ke Ugawang Sitsiliwangi ya tentang sosok Ratu Adil tadi, Kang. Kalau di Ugawang Sitsiliwangi digambarkan si sosok Ratu Adil itu adalah... Pemuda berjenggot gitu. Pakainya serba hitam dan dia pakai sarung gitu.
Dan ada juga yang mengatakan kalau dia adalah seorang anak gembala gitu lah. Nah ini gue bacain ya. Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan.
Zaman akan berganti lagi. Tapi nanti setelah gunung gede meletus akan diikuti dengan tujuh gunung lainnya. Ribut-ribut lah tuh. Di seluruh bumi orang Sunda dipanggil-panggil. Lalu orang Sunda memaafkan, tapi balik lagi.
Semuanya nanti akan jadi damai lagi karena sebab berdirinya Ratu Adil. Ratu Adil yang sebenarnya. Tapi dari mana?
Siapa sebenarnya sang ratu tersebut? Nanti kalian juga akan tahu. Sekarang carilah anak gembala, tapi jangan melihat ke belakang. Pernah dengar kan?
Iya pernah. Itu saya pernah mendengar. Tapi itu adalah kisah yang muncul sangat-sangat belakangan, dekat-dekat dengan kita. Oh ya? Jadi bukan ditulis ratusan tahun yang lalu seperti yang Musasar tadi itu.
Itu dekat-dekat pas era penjajahan pas akhir. akhir-akhir gitu, memang munculnya di zaman itu. Kalau misalkan yang naskah Sunda itu. Karena nama Siliwangi juga baru populernya akhir-akhir ini gitu.
Nah, terkait dengan yang tadi itu, lagi-lagi kita menyebut, misalkan tadi disebutkan tentang adanya gunung meletus, disusul oleh gunung-gunung yang lain yang meletus gitu. Coba kita misalkan pikirkan secara seksama, Indonesia itu adalah ring of fire gitu. Jadi itu adalah lingkaran lemping tektonik bumi yang memang aktif, sangat-sangat sangat aktif.
Sehingga kalau satu gunung meletus berpotensi untuk juga bukan melahirkan, tetapi itu adalah salah satu rangkaian dari letusan-letusan selanjutnya. Makanya kalau misalkan di satu tempat ada gunung meletus, biasanya yang lain juga meletus kan. Di Indonesia itu seperti itu.
Dan itu terjadi sejak zaman dulu. Jadi kalau misalkan nanti disebutkan gunung gede meletus, kemudian yang lain meletus-meletus semuanya kayak gitu, memang fenomenanya seperti itu sejak zaman dulu. Cuman lagi-lagi, ini dikaitkan dengan bencana, dikaitkan dengan musibah, orang-orang di masa depan ketika memang sudah tidak lagi peduli pada adat dan moral jadi ini cara orang-orang zaman dulu untuk mengajarkan etika kepada masyarakat. Kemudian nanti kapan waktunya, ya cari aja nanti. Kemudian cari gembala dan sebagainya.
Istilah gembala itu sebenarnya adalah orang bukan dari lingkar istana. Maksudnya. Jadi yang dimaksud dengan gembala itu adalah pasti orang baru.
Apakah dia sebenarnya adalah orang istana yang sejak kecil dibuang? Pangeran Diponogoro seperti itu. Bukan dibuang sih, di pinggir. Ataukah dia misalkan berasal dari, kayak Soekarno Soekarno memang ini, Soeharto.
itu dari rakyat jelata gitu tapi istilah gembala itu maksudnya adalah orang-orang di luar sana gitu, atau misalkan dikaitkan juga dengan cerita Gobinda ya Sri Krishna itu, yang walaupun raja tetapi dia jadi gembala gitu kan dan sebagainya, jadi memang dikaitkan antara masa lalu dengan masa depan, tapi selalu sama, Satrio Peninggit itu digeris bawah yang yang belakang itu, misalkan tunggu saja nanti waktunya, gak akan ada yang tau, tapi pokoknya tiba-tiba pasti akan terjadi sama Semua cerita Satrio Peninggit itu begitu kan, konsep ceritanya itu adalah kapan terjadinya ya tunggu aja nanti kamu pasti akan tahu gitu kan. Intinya yang penting ada harapan ya dibalik. Ada, selalu memberikan seperti itu.
Dibalik ketidakadilan itu ada harapan ya. Nah kalau kita bicara nih Satrio Peninggit, Ratu Adil gitu ya. Kok rasa-rasanya gitu?
Jadi kayak inget akhir jaman, Kang. Kisahnya Imam Madi. Memang, persis. Tanggapan Akang gimana?
Saya sempat baca salah satu di antara sekian ratus... versi kalki avatar yang dari tradisi Hindu itu saya kaget luar biasa loh kok ini mirip sama ajaran agama Islam tentang Imam Mahdi kok mirip banyak ceritanya termasuk juga satria penunggang kuda dan seterusnya dan seterusnya kok mirip kemudian ketika saya sempat dulu itu mencoba melakukan observasi literal terhadap literasi-literasi tentang Imam Mahdi ceritanya memang serupa Ceritanya memang serupa. Jadi, kok ini mirip? Mirip memang.
Jadi kalau misalnya, kalangan beragama, orang Islam, orang Kristen, orang Yahudi, kenapa bisa mirip seperti itu? Ya karena memang bersumber dari cerita yang sama, dari Tuhan yang Maha Kuasa, yang kemudian melalui nabi-nabinya akan menceritakan cerita yang sama. Dalam versi agama, dalam versi ilmu pengetahuan, ya tadi itu, rumusnya selalu sama.
Ketika sebuah masyarakat memiliki pandangan ideal tentang sebuah negara, Kemudian kondisi realitasnya tidak seperti itu, maka mereka akan kembali membayangkan tentang adanya orang yang akan bisa mengembalikan ini. Inilah yang juga misalkan dipakai oleh film-film atau sajian-sajian modern. kayak misalkan Satria Bajah Hitam gitu.
Oke. Power Ranger. Iya, Power Ranger. Ultraman. Iya, yang seperti itu.
Jadi sosok yang akan menyelamatkan itu satu individu gitu, bukan sistem, tapi satu individu gitu. Selalu diceritakan, digambarkannya itu adalah seperti itu, karena mereka pikirannya adalah konsepsi dulu gitu, tentang Raja-Raja. Nyari kemanapun cerita tentang itu, itu...
kemiripannya itu sangat-sangat dekat. Karena dilatari oleh perasaan yang sama. Dilatari oleh rasa takut, rasa sakit yang sama.
Akan misalkan main ke... di atau misalkan di dimana ya tapi akan searching aja cerita tentang akhir zaman tentang apa di setiap kebudayaan itu mirip-mirip ya ada yang berbeda-beda tapi mirip misalkan ya bahkan yang paling jauh nih Thor Thor itu kan di akhir zaman akan bertempur dengan Jor Mundar ular raksasa itu sebelum kiamat terjadi dan itu diceritakan juga bumi gonjang-gonjing sampai akhirnya Thor berhasil mengalahkan dia. Tapi itu sudah terjadi gempa apa segala rupa, sesudah itu akhir zaman.
Ceritanya mirip dengan versi-versi yang semacam itu. Jadi kurang lebih seperti itu ya, masing-masing tiap-tiap. Ya karena fenomena itu, fenomena tentang masyarakat yang adil makmur sentosa itu selalu sama.
Di Yunani itu cerita Atlantis itu dimulainya dari sini. Jadi Atlantis itu dimulai Mulai dari kisah harapan negara ideal versi Plato. Tentang sebuah negara yang besar, yang makmur, dan sebagainya. Tapi akhirnya ditenggelamkan.
Tapi pikiran tentang negara yang ideal itu begitu. Nah, Plato unik. Karena Plato walaupun dibesarkan dalam ruang lingkup yang otoritarian. Tetapi dia sudah mengenal konsep demokrasi.
Sehingga di dalam cerita Mahdi versi Plato itu. Tidak ada Imam Mahdi sebagai makhluk pribadinya. Tapi ada gambaran tentang kota.
atau sebuah peradaban atau sebuah sistem yang ideal. Tapi mungkin nggak sih kalau sistem demokrasi, ini kita balik ke depan, muncul Satrio Pininget itu mungkin nggak? Bisa aja.
Kalau di Indonesia sangat bisa. Karena di Indonesia tidak menerapkan demokrasi. Kalau di Indonesia tidak demokrasi, di Indonesia itu feodal. Jadi siapa yang berkuasa ya orangnya itu-itu aja.
Dari keluarga itu-itu aja, dari partai itu-itu aja, dari orang dengan sponsor yang itu-itu aja, ya sama aja. Kalau misalkan katanya ini berasal dari rakyat ya, rakyat kecil nggak pernah jadi pejabat tinggi. Mau jadi pejabat tinggi kan harus nyobok, berarti rakyat besar kan sebenarnya awalnya bukan rakyat kecil.
Untuk rakyat fakir miskin, mau jadi pejabat di Indonesia bisa nggak? Kan nyuguknya aja harus 2 miliar tuh. Berarti dia nggak mungkin sebagai rakyat kecil. Jadi yang berkuasa ya itu-itu saja. Nah, ini kan sistem bukan demokrasi.
Atau setidaknya tidak ada demokratisasi. Tidak ada karakter-karakter itu. Jadi, apakah di Indonesia...
akan terbit atau muncul Satrio Pendinggit, sangat besar potensi, sangat besar kemungkinan ada individu yang bisa mengobrak abrik itu semua. Apa itu Jokowi? Itu silakan, itu tergantung perspektif masing-masing. Yang jelas harus ada orang yang benar-benar cukup.
cukup kuat, sangat besar secara pribadi untuk bisa meyakinkan masyarakat kebanyakan yang lemah. Oke. Kalau gitu, mengasihkan ya.
Udah jauh-jauh dari Konoha nih. Datang bercerita di episode Lika-Liku Akhir Zaman kali ini ya. Iya, soalnya di sana itu Boruto memimpinnya agak chaos.
Chaos ya? Chaos. Lagi perang dimana-mana ya?
Iya, lagi perang. Oke, thank you, Gang. Nah, itu dia guys episode Satrio Piningit ya. Kalau menurut gue nih, jangan-jangan Apa Satrio Peninggit itu Ada di diri kita semua ya Bahwa ketika kita melihat ketidakadilan Justru kita jangan diam Karena nanti Satrio Peninggitnya tidak akan muncul Gue Fajar Aditya, RJ Lima Undur Diri Ciao