Transcript for:
Strategi Viral di TikTok Secara Efektif

Di video kali ini, gue akan ngajarin lo gimana caranya FYP dan bisa viral di TikTok. Tips dari bocoran orang dalam. Ini bisa digunakan untuk lo, brand owner, atau content creator yang mau bikin konten untuk jualan atau personal brandingnya. Biar lo bisa dapetin FYP dan viral di TikTok. Tips yang akan gue kasih bukan tips standar yang ngomongin tentang hashtag harus gimana, lagu harus gimana, posting dan jam berapa. Gak seperti itu, karena ini pasti dalam banget. Tanpa banyak bahasa basi, karena waktu lo sangat berharga. Langsung masuk aja ke materinya. Let's go. Oke, TikTok Viral Untold Story. Cara bikin konten viral untuk kreator dan brand bocoran dari orang dalam. Gue yakin ini ilmunya daging banget. Jadi please banget, lu siapin catatan, lu siapin kopi lu, atau teh lu, atau boba lu, lu catat yang penting-penting. Karena ini ilmu yang udah diperatekin sama anak murid gue di Akademi Kreator. Di TikTok ini ngasihin followers-followers segini. Oke? Dan ini hasil-hasilnya yang ada di komunitas kelas gua. Ada yang udah sampai 10K, ya kan? 10K juga. Ada yang liat itu, viewers-nya tuh. Banyak banget kan? 100K, 1,3M, dan lain-lainnya. Ini materinya udah dipraktekin. Ini juga liat. Ini ada yang laporan, udah 100K, work-life balance, no fabs, terus ngapal Quran. Banyak banget niche-niche yang udah di... Praktekin dan hasilnya bagus banget Lihat ini Viewsnya tuh gila-gilaan kan Nah gue pengen lu fokus konsentrasi Lu praktekin ilmu ini At least lu bisa dapet lah FYP, 10K, dan lain-lainnya Oke? So, kita mulai Dari materi ini juga banyak yang udah bisa ngasihin uang dari social media Jadi please perhatiin banget-banget-banget-banget Lu bisa lihat ini grow-nya juga gila-gilaan kan Jadi memang ini tujuannya gue bikin untuk lo semua yang pengen ngasihin uang dari TikTok Dan bisa FYP dengan cepat Oke? So, kenalin nama gue Aldio Pramudio Gunadi Gue lahiran tahun 1993 Gue seorang content creator dan entrepreneur Nah, karena ini di Indonesia Gue bakalan spill sedikit gelar gue apa aja Jadi umur 22 tahun itu gue udah sarjana ekonomi Sarjana hukum sama S2 Business Master Business Administration dari ITB IPK gue 3,7 Pasar jana hukum, karena gue gak terlalu Nguasain banget hukum, ya 3,12 Dan business administration Yang S2 nya 3,87 Dan gue punya academic rector sekarang Dan juga ada beberapa bisnis Selain dari muda cuma sekali Gue pernah kerja juga di consulting management Multinational company asal Inggris Jadi, lo bisa percaya Cara gue menstrukturisasi materi Cara gue menyampaikan Itu gue jamin terstruktur Sangat-sangat profesional Dan bisa ngebantu lo untuk mencapai tujuan lo Dan track record gue udah mencetak 200 plus kreator baru Dengan total followers Kalau dijumlahin semua 10 juta followers Mungkin sekarang udah 15 juta kali ya Karena udah makin banyak orang-orang yang grow Murid-murid gue Dan kalau social media followers gue sendiri udah 1,2 juta Ini adalah social media followers gue Oke Jadi lo bisa percaya omongan gue ini Ya, nggak percaya terserah lu juga sih, ini gratisan juga. Cuman, gue bakal bikin ini terstruktur, profesional, dari berdasarkan gue bikin 2 kali skripsi sama 1 kali tesis, dan gue yakin lo akan cepet ngerti. So, pertanyaannya kenapa kita di sini? Kita di sini tujuannya adalah untuk FVP, betul, tapi ujungnya adalah untuk kita membangun yang namanya social asset. Social asset itu maksudnya adalah, kalau lo misalnya kerja kantoran nih, Lo jabatannya adalah manager. Lo punya social asset, atau aset lo, personal branding lo, itu cuma di kantor doang. Ya lo punya bawahan, lo bisa suruh-suruh, bawahannya hormat sama lo. Tapi kalau misalnya lo udah cabut, lo buka seragam lo, lo buka jabatan lo dari kantor tersebut, yaudah lo orang biasa aja gitu loh. Lo cuma punya respect di kantor tersebut. Tapi kalau misalnya lo punya social asset, Kemanapun social asset itu ngikutin, lo tuh akan dihormatin sama orang. Orang tuh ngeliat bahwa lo tuh somebody. Social asset itu adalah followers, cetang biru, sama brand lo, personal brand lo. Oke? Sama personal brand lo. That's why cetang biru itu dijual sama si Meta. Karena dia tau ini adalah social asset. Bayangin lo ke temen lo, dia nanya, Akun sosial media lu, TikTok lu, dan ngeliat followersnya banyak, lu langsung beda di matanya mereka. Itu adalah social asset. Dan tujuan akhirnya social asset ini lu gunakan untuk mencari cuan. Bukan cuma lu pamer-pameran followers lu banyak doang. Enggak, gue gak mau itu. Jadi tujuan akhirnya kita disini adalah untuk cuan. Sama seperti gue, gue bukan seorang nabi, gue bukan dewa, gue bukan wali, gue bukan angel yang mau menyelamatkan lu disini. Bukan, gue gak mau sok suci dari awal, gue mau langsung to the point aja apa adanya sama lu. Ya gue disini juga make money. Ini adalah marketing activity, marketing funnel gue di Academy Creator, free webinar ini. Oke, jadi gue udah transparan sama lo, gak ada yang ditutup-tutupin lagi So, let's go kita belajar Alasan materi ini dibuat adalah Gue tuh agak kesel ya sama mitos-mitos tentang cara bikin konten viral di TikTok yang sebenarnya gak begitu adanya Akhirnya, lu-lu pada nih yang ngikutin saran-saran seperti itu Ngebuang waktu, ngikutin saran A jelek, ngikutin lagi, ngikutin lagi, buang waktu, buang waktu, buang waktu lagi, buang waktu lagi Akhirnya lo nyelah di tengah jalan Gue gak mau lo Ikutin saran-saran yang seperti itu, yang nggak ada datanya, akhirnya lu malah buang waktu, dan lu mengurungkan niat menjadi seorang content creator di TikTok. Kenapa gue pengen banget lu jadi content creator? Karena gini, Indonesia ini kan entrepreneur-nya masih ke golong kecil ya dibandingin di Asia Tenggara ini ya. Yang seinget gue kalau nggak salah 3,8% kalau nggak salah. Mungkin sekarang udah berubah ya. Nah, kalau lo jadi content creator, lo tuh akan lebih mudah untuk membuat sebuah bisnis. Kalau lo udah punya traffic, lo bikin bisnis, artinya lo akan bisa meng-hire orang-orang lain untuk bekerja sama lo. Kalau lo meng-hire orang-orang lain, orang-orang itu jadi dapat pemasukan dari lo. Kalau orang-orang tersebut dapat pemasukan dari lo, mereka bisa belanja ke toko, tukang beras. Dan beli barang-barang lainnya untuk dirinya ataupun keluarganya dia. Akhirnya efek dominonya tuh jalan terus. Lu untung, gua untung. Karena bisa aja manajer lu misalnya, yang lu udah jadi content creator, terus abis itu sukses, lu udah punya traffic yang bagus, manajer lu hire, manajer lu beli produk gua misalnya. Atau beli produk temen gua Atau beli sambel Beli apa? Jadi muter semua ekonominya Itu tujuan gua Oke? Nah, lu akan belajar 3 secret disini Yang pertama adalah Untold story of 4U page algorithm Jadi gua akan kasih tau Banyak hal-hal yang gak di-share sama orang Tentang gimana algoritma FVAP itu bekerja Dan ada beberapa bocoran orang dalam Oke? Yang kedua adalah, lu akan belajar gimana cara masuk ke dalam otak dari audiens lu. Kamu akan belajar bagaimana masuk ke dalam neuron-neuron dari setiap syaraf otak audiens, sehingga mereka akan sulit menolak konten-kontenmu untuk ditonton. Sama yang ketiga adalah, gue akan kasih tau prediksi tentang perubahan-perubahan TikTok konten, serta perubahan cara monetisasi di TikTok setelah update TikTok Shop oleh pemerintah dan TikToknya sendiri. Jadi, sekarang di... Di recordnya itu tanggal 8 Oktober ya. 8 Oktober 2023. Kan ada perubahan kebijakan ya. Gue punya prediksi ke depannya. Oke? So, kita mulai di yang secret pertama. Untold story of FYP algorithm. Kalau misalnya lo mau memahami tentang algoritma, gue kasih sentence dulu nih. Gue kasih garis bawah dulu. Tidak ada orang yang tahu precisely Algoritma itu bekerja seperti apa kecuali orang yang bikin atau developer dari platformnya. Tidak ada orang yang mengerti, mengetahui secara tepat algoritma itu bekerja seperti apa, selain dari developernya atau orang yang kerja di IT-nya mereka. Even gue, even siapapun orang di luar sana, nggak ada yang tahu persisnya. Yang kita bisa lakukan adalah kita hanya bisa ngelakuin testing, testing, testing, testing, akhirnya mengambil sebuah kesimpulan. Oke? Nah, untuk lu memahami algoritma, lu harus balik dulu ke apa yang diminta sama platform social media. Intinya, social media platform itu pengen more people come, more people spend time, more ads, and other monetization. Sekarang coba lu, gua tanya deh gini. Lu pake TikTok kan gratis ya? Pertanyaan gua, TikTok dapet duit dari mana? Ayo, pertanyaan gue TikTok dapet dari mana? Ada yang bilang jual data, oke. Ada yang bilang dari ads, oke. Ada yang bilang dari ini. Macem-macem lah orang bilangnya. Jawabannya adalah, TikTok itu jualan attention. Artinya, mata lo nih, semua dijual. Lo pakenya gratis, tapi TikTok itu menyewakan basis lo, pengguna lo, untuk orang-orang nge-ad. Sama kalau dulu sebelum TikTok Shop dipisah, dia dapetin komisi dari Vee Affiliate. So, artinya untuk memahami apa yang TikTok mau, mereka mau lebih banyak orang yang pake aplikasi mereka, orang yang udah pake aplikasi mereka, anteng. Atau spend banyak waktu di aplikasi tersebut lebih lama. Kenapa? Karena kalau misalnya spend lebih lama, berarti makin banyak iklan yang bisa ditampilkan kepada mereka. Berarti makin banyak bisa orang nonton live shopnya dan belanja si TikToknya dapetin komisi. Intinya itu dulu. Kalau lo mau bisa FVP, lo kasih apa yang dimau sama si platform. Oke? Nah, untuk lo mengetahui algoritma, Stepnya adalah lo pahamin dulu tentang audience, baru lo pahamin dan testing, akhirnya mengambil sebuah kesimpulan, gimana cara algoritma bekerja berdasarkan analisa lo dan testing lo, baru lo perhatiin yang namanya update-update algoritma selanjutnya. Oke? So, kita akan bahas ini di chapter 1 dan 2, dan kita akan bahas update di chapter 3. Gue udah menganalisa... Bagaimana cara algoritma bekerja dari Youtube, Instagram, sama TikTok? Ini gue menganalisanya sampai lumayan agak nerd ya. Agak geek banget ya. Gue pantengin satu-satu, satu jam posting, dua jam posting, dan lain-lain. Sampai akhirnya gue menemukan kesimpulan, kalau misalnya algoritma itu sesimpel gini. Lo posting konten, nah waktu awal posting konten ini, konten lo akan diboost ke 10% followers lo. Nanti dia akan melihat lo. Oh nilai konten ini bagus atau enggak? Dia akan ngetes engagement-nya dari si konten ini. Jadi dia kayak punya tuh, skor. Ini masih asumsi ya, balik lagi ya, dari hasil analisa gue. Dia punya skor nih, kalau likes dapet berapa poin? Kalau comment dapet berapa poin? Kalau save dapet berapa poin? Kalau share dapet berapa poin? Nah nanti apa dia dikali ini? Ada berapa orang yang save, like, dan lain-lain? Sampai ke retention-nya, spend time-nya, berapa banyak? Kalau nilainya sesuai dengan KPI, atau targetnya si platform, akan diboost ke followers lagi lebih banyak. 100 followers sampai ke non-followers. Tapi kalau misalnya nggak sesuai ke KPI, konten lo akan nggak diboost lagi. Kayak gitu. Nah ini adalah Instagram. Jadi, kalau Instagram itu sangat bergantung sama followers basis yang kita punya. That's why dia akan boosting ke followers yang ada dulu. Tapi kalau TikTok itu beda. Karena TikTok is not social media. TikTok adalah content sharing platform. Tujuannya dibuat adalah untuk membagikan konten. Jadi, ngaruhnya kalau lu bikin TikTok atau lu bikin konten di TikTok, followers itu tuh nomor kesekian. Karena pada dasarnya algoritma TikTok pun dibuat untuk membagikan konten kepada non-followers. Karena dia bukan social media. Nah, jadi kalau algoritma TikTok ini seperti ini. Pertama, konten dipost dulu. konten di-show ke non-followers dan followers. Jadi mereka bareng-bareng lah. Terus, kalau misalnya lu belum punya followers ya, dia bakalan kasihnya ke yang non-followers aja. Akhirnya di pengumpulan nilai perforo konten, yang tadi gue kasih tau kan, abis itu dia akan lihat evaluasi syarat. Sesuai nggak tadi sama KPI-nya, sama targetnya. Kalau tidak, yaudah. Dia, si algoritmanya akan nge-boost pelan-pelan, tapi lamban banget. Sampai nanti ketemu cetek, eh bagus Akhirnya di boost lagi, kenceng lagi That's why di TikTok kadang-kadang Konten yang udah lama masih ke boost Konten yang udah lama, udah sepi Eh tiba-tiba kok rame lagi Kalau lo liat di activity-nya Tapi kalau masih bagus, yaudah di boosting konten lagi Show ke non-follower sama followers-nya Kayak gitu Nah, kuncinya untuk lo bisa menguasai ini semua adalah Berarti stepnya kayak gini Pertama, orang itu harus stop pada saat scrolling-scrolling di konten lo Jadi pas ngeliat konten lo, pak, wih dapet Nah, itu adalah lo harus punya hook yang bagus Yang kedua adalah, pas dia udah dapet hook yang bagus, si audience ini udah ngerti nih, oh konten ini relate sama karakter gue, topik gue. Oke? Relate sama topik gue. That's why lo harus belajar yang namanya audience centric nanti. Nanti gue ajarin. Di chapter 2. Selanjutnya adalah, si algoritma ini bakal ngecek average watch time duration, atau simpelnya kita bilang retention rate. Setelah orang stop, orang ngerasa related topic, oke? Algoritma bakal ngeliat Eh Si konten ini ditonton sampe habis apa enggak nih Kalo enggak bakalan mengurangi skor That's why lu harus belajar namanya storytelling Nanti gue ajarin di chapter 2 Selanjutnya adalah Algoritma juga ngetes Ini masih asumsi ya Kalo di Youtube sih fix ya Setelah si orang ini dapet konten lu Apakah dia melakukan aksi lagi selanjutnya yang bikin dia tetap stay di TikTok? Apakah dia scroll lagi atau dia mampir ke profile lo dan lain-lainnya? Oke? Makanya lo perlu belajar tentang yang namanya call to action. Oke? Gini dulu ya. Nah, gue udah menganalisa dari beberapa konten gue yang works sama yang tidak works. Oke? Dari yang works sama yang tidak works. Ini adalah konten-konten yang works nih ya. Yang works, yang FYP, ya kan? Nah, setelah lo udah bisa ngehook, udah bisa dapetin audience centric-nya, ternyata konten di TikTok dari hasil analisa gue, hasil analisa gue, ternyata ngaruh banget sama yang namanya retention rate. Retention rate itu artinya seberapa persen orang yang nonton konten lo sampai habis. Jadi makanya sangat perlu sekali yang namanya storytelling. Nggak bisa lu cuma bikin konten kurang gitu. Oke. Nah, cuman retention rate ini tuh juga beda-beda tergantung dari durasi video. Kayak contohnya ini. Kalau misalnya lu lihat gambar yang ini nih, yang kanan, retention ratenya tuh tergolong kayak jelek gitu kurvanya. Orang nonton tiba-tiba bles, ambles kayak gini. Ya kan? Sampai menit kedua, yang nonton cuma 11%. Oke. Tapi, Kalau yang di 6 detik ini, ini kesannya tuh bagus. Kenapa views-nya bisa lebih banyak konten yang retention rate-nya ini, yang rendah ini, dibandingin sama yang tebel begini? Padahal dia 6 detik. Jawabannya adalah karena perbedaan jumlah jamnya. Bukan jamnya, maksudnya jumlah detiknya. Jadi panjangnya video itu ngaruh. Jadi semakin panjang video lo, ini akan lebih ditoleransi untuk punya retention rate yang jatuh seperti ini. Tapi sangat buruk kalau misalnya video lo pendek, tapi retention ratenya jelek. Oke? Jadi tiap masing-masing itu beda-beda. Tiap masing-masing. Nah, kalau misalnya gue lihat, yang 6 detik ini harusnya dia retention rate itu tebel. Kalau yang 29 detik juga ini masih oke lah 52 detik, ini agak turun nih Oke, nah Jadi intinya Lu jangan terpaku sama retention rate Yang jeblok kayak gini Lu tetap harus ngeliat Eh video gue ini berapa detik Ya kan? Nah, walaupun kayak gini, watch full videonya cuma 3,54%, nggak ada masalah. Tapi lo lihat nih, average watch time-nya 66 second. Ini 29 second. Ini 16,2 second. Ini 10,7 second. Artinya, lihat nih, average watch time-nya 66 second, artinya gue berhasil membawa orang itu lebih betah di dalam TikTok 66 detik. Ya kan? Sementara konten ini 29 detik, ini 16 detik, ini 10 detik. Jadi walaupun watch full videonya 3,54%, ini tetap di boost. Oke? Dan gue juga nanya ke Iben. Ya, gue udah izin juga. Ben, gue boleh minta screenshot traffic retention rate salah satu video lu gak untuk TikTok? Penasaran video lu views yang banyak banget, grafiknya kayak mana? Ya kan? Ya maaf nih gue ngomong kata-kata kasar ya. Ya kan? Nah, jadi ini gue minta, terus dia bilang, apa namanya, boleh masukin pembahasan kelas? Boleh nggak? Boleh. Kata dia nanti ditraktir union, tapi belum nraktir sih gue. Nah ini hasil retention ratenya Iben. Lihat ini, ini di video yang 47 detik, kurang lebihnya seperti ini. Ini 50 juta views dapetnya. Dan yang 50 detik juga seperti ini. Jadi, usahain, lo membuat storytelling, retention ratenya itu rata. Oke, jadi jangan terlalu curam, khususnya, curam tuh kayak gini ya. Jangan terlalu curam, khususnya untuk video-video yang pendek. Nah, ini lo lihat kenapa e-band lebih dibandingin konten gue. Pertama ya pasti karena e-band udah lebih terkenal. Yang kedua, lo bisa lihat dari retention ratenya dia di video yang detiknya 40-an sampai 50-an. Bedain sama gue. Tuh, gue agak jatuh. That's why gue dapetin cuma segini. Agak jatuh. Shred. Tapi kalau Iban agak rata. Jadi, fungsinya lu paham ini adalah lu harus bisa bikin orang lebih lama stay di konten lu. Stay di video lu. Untuk dapetin ini. Average watch time-nya makin banyak. Oke? Makin banyak. Nah ini juga nih, retention ratenya juga nih, yang 36 detik, wah rata nih, di atas 50%, di atas 50%, 5 juta views. Dan ini sesuai dengan apa yang dimau sama platform. Jadi gue udah jelasin kan tadi algoritmanya, flow-nya kayak gimana. Nah biar flow-nya itu dapet kan tadi lo harus belajar hook, audience centric, sama storytelling. Gue bahas dulu tentang retention ratenya ini dulu. Jadi ini sesuai dengan more people spend time di platformnya. More people spend time di konten lo. Jadi si algoritma itu akan melihat bahwa, oh, konten ini bisa bikin orang lebih betah di TikTok. Gue boost deh. Itu. Oke. Again ya, semuanya ini hasil dari analisa. Yang tahu sebenarnya seperti apa hanya di developernya. Cuman kita bisa melakukan sebuah hipotesis kan. That's why itulah dilakukannya penelitian. So, tapi ada satu hal lagi yang belum... disebut sama banyak orang. Mungkin lo udah pernah ngeliat ini konten yang dibus tuh kayak gimana, flownya dan lain-lain, tapi ada satu lagi yang untold story-nya. Oke? Apa yang nggak banyak orang share tentang algoritma TikTok? Yaitu adalah machine learning. Oke. Selain lo memanfaatkan psikologi manusianya, lo jago storytelling-nya, ada satu lagi machine learning yang perlu lo pelajarin. Jadi di dalam ini. Aplikasi TikTok itu ada kayak semacam program, atau machine learning kita bilangnya, mesin pintar, yang tugasnya itu adalah menganalisa video ini tentang apa. Oke? Jadi, saat kita bikin konten, kita harus kasih makan si machine learning ini, tujuannya untuk ngasih tahu, mesin, atau alien gitu misalnya. Ini konten tuh tentang kategori food and travel, terus abis itu, Selanjutnya misalnya kayak otomotif, atau tentang business and finance, dan lain-lainnya. Oke? Nah, hal ini terjadi saat gue ngomongin dan gue ngetes. Di dalam konten gue, gue sebutin keyword-keyword yang berujungnya kepada kategori tertentu, topik tertentu. Kalau gue, kategori yang paling sering gue pakai, atau yang... Yang gue ada niche-nya adalah business and finance kan Nah maka dari itu gue ngetes Gue pake kata-kata pekerjaan Penghasilan Mulai ngonten Karyawan Dan ternyata hasilnya bagus Tujuan gue disini adalah memberikan signal kepada machine learning Ini topiknya tentang ini Kayak gitu Nah Lo bisa menggunakan audio, lo ngomongnya apa, machine learningnya. Kalau misalnya lo tanya, emang machine learningnya bisa tau nih dari omongan kita aja ini tentang apa? Si kontennya, tentang niche-nya atau kategori tentang apa? Tau, machine learningnya udah jago, udah pinter. Lo bisa masukin text in video. Text in video itu apakah harus di aplikasi TikToknya? Jawabannya enggak. Kalau lu pakai CapCut, karena dari ByteDance juga, gue yakin fontnya itu juga udah kebaca. Ya kan? Nah, tapi kalau misalnya dari luar, lu pakai font-fontnya yang memang gampang kebaca lah. Karena di YouTube juga kalau lu mau bikin thumbnail, ada salah satu caranya juga untuk dimasukin, di-generate gitu, dilihat ini tuh thumbnailnya tentang apa. kategorinya apa dan lain-lainnya cocok gak sama video yang lo mau upload itu bisa di youtube juga jadi machine learningnya udah pasti bagus juga, abis itu masukin subtitle terus lo mainin caption sama hashtag lo bikin caption yang ngasih kata kuncinya let's say kalau misalnya gue ngomongin tentang content creator gue bisa ngomongin ada kata kuncinya itu penghasilan kalau lo food vlogger, lo masukinnya makan nyobain makanan atau minum Jajan Kalau lo travel, jalan-jalan Healing, kayak gitunya Lo di audio lo omongin Text in videonya lo ulang juga Subtitle lo kasih juga Captionnya lo kasih juga Keywordnya, hashtagnya lo kasih juga Seperti itu Ini mirip banget mainannya kayak Youtube SEO Persis banget dari tahun 2018 Kalau lo main Youtube Pemula, itu cocok banget Mainnya pake search Nah kalau pake search itu Si machine learning itu akan ngebaca audio lu ngomongin apa, thumbnail lu tentang apa, deskripsi lu ngomongin apa, hashtagnya pakai apa, sampai ke yang SEO textnya itu juga. Kan ada tuh text-textnya tuh, yang orang banyak suka salah masukinnya kayak Deddy Corbusier dan lain-lain, salah, sebenarnya itu harusnya masukin keyword, kayak pekerjaan, interview kerja, pekerjaan sampingan, kayak gitu. Gue yakin ini agak mirip. Oke? Jadi lo setiap bikin video, lo harus kasih keyword apa yang merepresentasikan kategori dari konten lo. Oke? Nah, apakah pasti selalu berhasil? Jawabannya tidak. Tidak selalu berhasil. Karena, again, yang gue kasih lihat tadi, ada tiga, kan, poin utama untuk lo bisa FVP di TikTok dari hasil analisa gue. Yang pertama, pastinya konten lo harus sesuai dengan audiens lo dulu. Kan si TikTok kan pasti ngelihat engagement score-nya, kan? Kalau misalnya engagement-nya buruk, ya nggak bakal dibus. Mau lo kasih makan machine learning-nya juga, kalau emang manusianya nggak suka, ya nggak bakalan. Nggak bakalan rame gitu loh. Karena kan ujungnya algoritma itu dibuat berdasarkan dari kebiasaan dari pengguna. Kan dia pengen bikin algoritmanya itu memberikan konten-konten yang sesuai dengan minatnya si pengguna. Biar si pengguna buka aplikasinya, buka TikToknya, sama spend time. Baru lu ngomongin machine learning. Oke? Nah, ini gue juga ada kok yang kontennya nggak works. Walaupun udah pake teknik machine learning juga. That's why lo harus paham tentang si audience tersebut yang akan gue bahas di secret number 2. Inside the brain of audience. Kamu akan belajar bagaimana masuk ke dalam neuron-neuron atau setiap syaraf otak audience sehingga mereka akan sulit menolak kontenmu untuk ditonton. Jadi setelah tadi gue jelasin dulu, jadi gue lompat dulu ke mesinnya secara mesinnya. Sekarang baru kita masuk. ke dalam otak audiensnya sekarang kita masuk ke secret number 2, inside the brain of audience kamu akan belajar bagaimana masuk ke dalam neuron-neuron dari setiap saraf otak audiens sehingga mereka akan sulit menolak kontenmu untuk ditonton jadi kalian, yang gue minta adalah, jadiin yang machine learning tadi, flow-flow teknis algoritma tadi itu hanya berbasis kayak, oh Gue tau konsepnya seperti ini Tapi yang gue minta lu semua Gue minta kalian semua untuk fokusin adalah lu pelajarin tentang manusianya Karena again balik lagi kita bikin konten untuk manusia Bukan untuk robot Seperti yang gue kasih tau yang tiga tadi Manusianya, machine learningnya baru update-an Itu yang harus kalian pegang Oke, nah sekarang kita masuk ke manusianya Manusia itu kan ada waktu 24 jam ya. Nah, 24 jam itu kan masing-masing mereka tuh punya ketertarikan yang berbeda-beda. Let's say, ada penyanyi. Ini apa ini? Selebgram lah, karena kan dia foto-foto gitu kan, selfie-selfie. Ada artis, ya, designer misalnya. Gym, gamers, dokter. Gue nggak tahu apa ini, cover boy kali ya, cover boy. Nah setiap jenis orang ini mereka punya waktu masing-masing dan mereka juga punya di dalam otaknya ketertarikan masing-masing Let's say misalnya orang yang designer dia suka sama teknologi karena dia pakai gadget Dia suka sama meme, dia suka sama tentang cari duit, dia suka sama gaming, dia suka sama religion misalnya dia hijrah gitu ya Dia suka makan juga dan dia fokus sama kesehatan Intro Jadi kan setiap manusia itu dengan berbagai macam profesi, pasti di dalam otaknya itu ada beberapa kategori-kategori. Pastikan lu, kalau yang suka teknologi, belum tentu lu suka, misalnya, gosip artis. Lu yang suka religion, belum tentu lu suka tentang finance. Kayak gitu. Ada kan orang yang nggak suka ngebahas duit, gitu. Nah, yang pertama kali kita harus tentukan adalah, kita ini mau diingatnya di kategori yang mana? Kita diingat di sini dan masuk ke evoke list Jadi tugas lo dalam membangun social asset atau personal branding adalah Lo diingat di kategori tertentu dan masuk ke dalam evoke list Evoke list itu adalah lo masuk top 5 Kalau ditanya siapa orang kalau misalnya gue mau nanya tentang konten kreator Salah satunya adalah Ogood, Aldio Ogood, Bang Ogood, Bang Aldio Ogood Oke, nah lo masuknya di sini Oke Jadi kamu mesti ditanya, siapa orang yang ngerti banget di Indonesia tentang meme? Nah, lu harus muncul namanya. Tujuan lu adalah ke situ, jadi kayak bukan top of mind ya. Kalau top of mind kan yang nomor satu ya, tapi kayak menjadi rujukan. Oke? Yang menjadi rujukan. Oke? Nah, disinilah pentingnya kita menentukan niche dulu. Niche itu adalah di mana bidang yang kita mau dikenal. Nah ada beberapa yang harus lu perhatikan dalam menentukan niche. Yang pertama adalah apa yang lu suka bahas dan lu punya skillnya di sana. Dan yang kedua, adalah yang ada marketnya. Ini namanya gue bilang sweet spot, tapi gue nggak bahas di sini dulu. Oke, jadi lu pentingin pertama kali lu tentuin niche. Karena kalau lu tentuin niche, misalnya untuk orang yang suka teknologi, let's say dia nih, dia suka teknologi, nah berarti fokus lu adalah memuaskan dia. Karena nggak bisa bikin konten untuk semua orang. Fokus dulu sama satu segmen target market. Oke? Nah, karena lo udah menentuin satu segmen market, jadi lo lebih enak. Kalau misalnya lo ngomongin sama orang yang suka digital marketing, ya kan? Nah. Karena lo ngosih kontennya untuk orang yang spesifik suka sama digital marketing, mereka cocok sama kontennya, mereka akan engage, sehingga ini akan muter lagi algoritma nyukain konten lo dan nge-boost konten lo. That's why ini semua kerangka yang gue share ke lo, basisnya adalah psikologi audiensnya dulu. Jangan ininya fokusin dulu, baru fokusin ini. Jangan, tapi ini dulu fokusin, baru fokusin teknis algoritmanya. Karena kalau ininya sudah tepat, walaupun teknik lo secara teknikalnya nggak terlalu precise atau perfect, konten lo tetap naik. Karena konten itu relate. Oke? Nah, di dalam segala macam platform sosial media, kan usernya banyak ya? Penggunanya tuh banyak ya? Social media itu mengkategorikan user-user yang ada berdasarkan kelompok. Jadi misalnya ada Budi, Usman, Agus, Ali, Abdu. Oh orang-orang ini dia suka engage sama konten-konten yang bertema bisnis dan finance. Misalnya ada lagi nih, Usman juga suka sama food and travel gitu. Masuk juga nih Usman. Usman, Kezia, Rambe. Masuk lagi misalnya Budi sama Likah misalnya. Oh dia suka food and travel. Nah, mereka tuh mengkategorikan-kategorikan ini. Tahu dari mana Bang Oguz? Simple aja. Kalau lo ngiklan, kalau kalian yang ngiklan di social media, pasti ditanyain interest-nya mau apa. Mau orang yang suka AK, BK, CK, atau DK. Contohnya kalau masih di Facebook Ads, kita bisa memilih interest berdasarkan mana orang yang dia follow. Maksudnya kayak orang terkenal ya. Atau brand-brand yang dia suka. Ketertarikannya tentang misalnya digital marketing, konten marketing, dan lain-lain. Kan dari situ kita tahu logikanya bahwa memang si platform itu mengkategorikan user-usernya berdasarkan dari interest. Oke? Berdasarkan dari interest. That's why lu harus spesifik dulu, nentuin lu mau dikenalin sebagai apa, sehingga konten lu dibaca sama algoritma, oh ini konten banyak orang yang sukanya di kategori bisnis dan finance. Relate nih kontennya sama si kategori audience ini. Akhirnya, lu memberikan semacam kayak signal, ditambahkan lagi sama yang gua ajarin tentang machine learning tadi ya, Dia akan nge-boost ke user-user yang memang kategorinya suka sama bisnis dan finance. That's why konten lo jadi lebih tertarget. Maka dari itu gue nggak menyarankan untuk gado-gado. Oke? Gue nggak menyarankan untuk konten gado-gado di awal, karena nanti bingung. Kayak gitu, bingung. Let's say lo mau coba-coba beberapa jenis konten, masih oke lah di awal. Tapi pas lo nemu ada konten yang naik, konten yang mendapatkan traction bagus, lo fokus di situ. Biar algoritmanya tuh fokus di sini. Oke? Nah, setelah lo udah tau niche-nya gimana, gue akan ajarkan lo gimana cara memilih judul konten untuk bisa relate sama audience yang ada di kategori yang lo sasar, sehingga audience tersebut stop scrolling lo. Ih, ini kontennya relate banget. Dan abis itu si algoritma ini... Ngebantu nge-boost konten, loh. Oke? Caranya adalah dengan melakukan yang namanya ini audience-centric. Ini materi yang udah ngebawa banyak anak murid gue dari tahun 2020 grow segila-gilaan di semua social media. Karena kita belajar yang namanya neuroscience di sini. Neuroscience. Kita belajar bagaimana syaraf-syaraf otak di manusia itu bekerja. Oke? Nah, cara untuk menentukan judul konten apa atau topik konten apa yang lo mau bahas setelah lo udah tau, oke, gue mau ngebahas tentang kesehatan. Nah, lo tanya, konten kesehatan gue ini itu untuk siapa? Dia itu kenapa? Dia itu maunya apa? Dia mau itu biar apa? Terus problemnya apa sehingga dia tidak bisa mencapai kondisi yang dia mau? Gue ulang. Konten kesehatan, let's say. Yang mau gue bikin itu untuk siapa? Dia itu kenapa? Dia itu maunya apa? Dia mau itu biar apa? Dan dia kenapa problemnya sehingga tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau Contoh, kita bikin konten untuk perokok Saya mau bikin konten kesehatan untuk perokok Siapa? Gue bikin konten kesehatan untuk pria umur 24 sampai 35 tahun yang merokok Siapanya dapet? Kenapa? Dia sudah merasakan sesak napas dan kualitas hidup turun karena rokok. Lu perhatiin ini baik-baik. Karena ada pertanyaan kenapa, dan kenapa itu harus sebuah masalah, yaitu kata-kata negatif, contohnya kepala pusing, kaki patah, hidung mampet, tidak punya ini, tidak bisa itu, itu adalah sebuah masalah kan, kata negatif. Jadi kita bisa lebih tajam lagi untuk membuat kontennya kepada orang yang lebih spesifik. Lo liat ini, pria umur 24-35 tahun yang merokok. Sesak napas dan kualitas hidup turun karena rokok. Berarti kalau orang yang belum ngerasain sesak napas dan kualitas hidupnya turun karena rokok, nggak masuk ke dalam sini. Jadi lo lebih precise lagi. Oke? Nah, ini ngaruhnya sama kata-kata yang akan lu gunakan. Udah mulai ngerasa sesek kalau ngerokok. Nah, ini tipsnya untuk kamu bisa berhenti merokok dalam waktu 30 hari. Nah, kayak gitu kan. Beda lu komunikasi sama orang yang belum ngerasa sesek napas, sama orang yang sudah... dan ngerasa sesak napas. Nah, baru tentuin mau apa. Dia mau berhenti merokok. Biar apa? Mau hidup lebih sehat dan nggak cepat mati. Nah, kita dapat nih. Kondisi zero-nya dia. Sesak napas karena rokok. Kondisi hero yang dia mau tuju. Dia mau berhenti merokok. Dan mau hidup lebih sehat dan nggak cepat mati. Oleh karena itu, kita tinggal lihat. Problemnya apa sih? Masalah mereka apa sih? Mereka itu nggak tahu informasi tentang apa sih? Sehingga mereka tidak bisa berhenti merokok. Lu langsung jabarin. Oh, dia nggak tahu gimana mulainya cara berhenti. Oh, dia masih susah nahan nggak merokok setelah makan. Oh, dia sudah coba berhenti merokok dengan cara mengurangi, tapi nggak berhasil. Karena dia mengurangi rokok teman. Jadi dia minta, nggak beli, ya nggak berhasil-berhasil. Gak tau bahaya merokok berkepanjangan? Liat guys, dengan metode Aldio O'Good ini, audience centric, lu gampang banget bikin konten. Lu tinggal jawabin pertanyaan ini bikin judul konten. Problemnya apa? Gak tau gimana caranya mulai berhenti merokok. Lakukan 3 rutinitas ini biar kamu bisa berhenti merokok dalam 30 hari. Jadi konten. Masih susah nahan gak ngerokok setelah makan. 5 rekomendasi permen yang ngilangin rasa asem habis makan. Jadi konten. Sudah coba berhenti ngerokok dengan cara mengurangi tapi gak berhasil Ini dia 5 kesalahan orang yang mau berhenti merokok Apakah kamu ngelakuin salah satunya? Jadi konten Potensi terkena kanker paru-paru tergantung lamanya kamu merokok Jadi konten Seperti itu guys Lu pegang audiens centric ini Lu akan bisa bikin konten Apapun di social media manapun Mark my words Mark my words Oke Ini gue kasih contoh lagi ya. Siapa target saya? Pemilik UMKM. Ini sama aja ya. Sama aja kayak tadi tapi gue bikin ke list gitu ya. Beliau kenapa? Karyawan keluar masuk gak betah. Maunya beliau apa? Karyawan setia dan kerja lama. Beliau pengen itu biar apa? Biar perusahaan stabil dan gak perlu ajarin lagi dari nol karyawan baru. Lima, beliau tidak tahu apa aja sehingga tidak bisa dapat yang beliau mau. Ini kondisi... 0 ini 1, 2, 3, 4 kondisi hero-nya, siapa kenapa mau apa biar apa, problemnya apa yang 5 ini, gak tau alasan karyawan keluar masuk, gak tau harus membuat program seperti apa biar karyawan betah, cuma tau naikin gaji biar karyawan betah lu bikin konten dari sini Masukin ke framework yang ini. Masalah beliau apa? Copy paste aja. Yang pertama, nggak tau alasan karyawan keluar masuk. Copy paste kesini. Copy paste. Copy paste lagi yang kedua. Kesini. Copy paste lagi yang ketiga. Kesini. Baru setelah itu tinggal di sampingnya lu bikin judul konten. Nggak tau alasan karyawan keluar masuk. Tiga alasan karyawan tidak betah kerja di kantor. Nggak tau harus membuat program seperti apa biar karyawan lama atau betah. Program HRD yang terbukti meningkatkan loyaltas karyawan. Cuma tau naikin gaji saja biar karyawan betah. Naikin gaji bukan solusi bikin karyawan betah. Jadi itu konten. Oke. Jadi itu konten. Oke, kita lanjutnya. Nah, sekarang gue ajarin audience centric untuk orang yang mau jualan. Nah, kalau orang yang jualan, lo tuh bisa ngebahas tentang produknya menggunakan yang problemnya apa. Jadi, lo bisa ngomongin tentang produk, nggak tahu gimana mulanya cara berhenti ngerokok. Lakukan 3 cara ini untuk berhenti ngerokok dalam 30 hari. Nah, lo selipin 1 produk, lo. Tips 1, apa, tips 2, apa, tips 3, lo kenalin ini ada produk bagus banget. Misalnya kayak gitu Atau lu bikin konten-konten edukasi Contoh Kayak apakah memang benar Ngerokok Itu yang pake filter Lebih aman daripada yang gak pake filter Lu kasih tau Ternyata menurut penelitian gini-gini Gak aman dua-duanya Maka dari itu kamu harus cari Alternatif yang lain, nah ini produk kami Kayak gitu Atau kalau misalnya lu mau bikin konten Tidak langsung hard selling, ini kan hard selling nih Hard selling Atau langsung ke produk, lu bisa bikin konten Untuk awareness atau engagement Konten untuk awareness atau engagement Itu bisa manfaatin painnya atau gainnya Jadi lu bisa bikin Konten apa yang Dialamin target audienya audience lu saat dia ngerasain kesakitannya kayak uhuhuhuh batuk napas terus abis itu dia masuk rumah sakit abis itu dia ngeliat anaknya masih kecil, terus dia udah mau meninggal terus lu kasih dia akhirnya berhenti sekarang ya gitu, tapi gak jualan G-nya juga, lu bisa bikin konten kayak testimoni, saya dulu berhenti merokok Saya dulu perokok berat, saya punya temen meninggal temen saya, akhirnya saya berhenti merokok dan alhamdulillah saya ngerasa sehat. Ada videonya dia lagi gym, ada videonya dia lagi boxing, keliatan banget yang hidupnya sehat. Dan dia bersama keluarga, itu juga bisa dijadiin konten untuk awareness. Jadi dari audien centric ini aja, lo bisa bikin konten as a content creator, dan bisa bikin konten untuk lo sebagai brand. Seperti janji gue di awal, gue memberikan lo untuk creator dan brand. Nah, selanjutnya kita bahas otak. Nah, abis itu PR kita setelah lo udah tau topik kontennya apa, belum selesai tuh PR-nya. Ingat, di awal kan tadi gue ngajarin yang gimana caranya kita bisa bikin hook. Karena kalau orang cuma stop scrolling doang, orang ngeliat topik kita relate doang, itu nggak ngasih retention yang bagus kan tadi. yang orang nonton sampai habis. That's why kita harus main permainan kata. Oke? Yang pertama kita bikin hook-nya dulu. Oke? Hook-nya dulu. Nah, untuk bikin hook, walaupun audien centric-nya udah oke, judulnya sudah oke, tapi kalau misalnya lu salah mendapatkan attention orang di awal selama 3 detik, itu orang bakalan skip. Percuma lu bikin konten bagus-bagus, tapi orang nggak nonton. Percuma aja. That's why kita harus belajar tentang otak manusia. Perbedaan antara Ogood, Aldio Ogood yang ngajar dibanding yang lain adalah Gue sangat fokus ke dalam neuroscience Atau otak manusianya Bukan trik-trik yang tahun ini bisa dipakai, tahun depan nggak bisa dipakai Nggak. Gue fokusnya ke fundamentalnya. Nah gimana cara bikin orang tuh langsung stand by, langsung alert, langsung kepo sama konten lo. Dia stop scrolling. Kita harus ngerti cara kerja otak manusia. Jadi di dalam otak manusia itu ada tiga... part. Yang pertama adalah lizard brain, yang kedua adalah mammal brain, yang ketiga adalah human brain atau biasa kita panggil prefrontal cortex, neocortex juga sama. Gue akan jelasin. Lizard brain ini fungsi otak saat lo harus fight or flight untuk bertahan hidup. Oke, mamal brain ini tempat lu untuk merasakan sebuah emosi. Human brain ini saat lu lagi berbicara, menyusun kalimat, berpikir, menggunakan logika, nyelesaikan rumus matematika. Oke, nah contohnya kalau lizard brain yang aktif, dia sistemnya akan reflect. Let's say gue lempar lu pakai batu. Yang lo lakukan kan adalah lo pasti langsung menghindarkan tanpa berpikir panjang. Tanpa mikir ini batu ini ke sudut kemiringan lemparan berapa, kecepatan angin berapa, kira-kira gaya atau energi yang dihasilkan berapa joule. Terus kena muka lo bisa benjol seberapa. Enggak kan, udah keburu benjol kalau kayak gitu dilempar batu. Makanya lo langsung secara otomatis snap. Dalam hitungan sentakan jari, lo langsung menghindar. Itu adalah lizard brain. Yang kedua adalah mamal brain. Mammal brain itu fungsinya pada saat dia aktif, lo merasakan sesuatu. Disinilah yang membuat diri lo tuh ada ngerasain galau, emosi, dan lain-lainnya. Selanjutnya adalah human brain. Nah human brain ini adalah otak yang lagi lo pake sekarang. Kalau lo liat human brain, ini areanya besar sekali. That's why karena areanya besar, itu membutuhkan energi yang besar. That's why lo capek. Makanya lo kalau belajar ini, ngebull. Karena lo pake ini. Ya, lo pakenya ini. Nah, untuk lo bisa menang di social media, baik untuk kreator ataupun jualan, lo harus switch orang yang tadinya pake human brain ini, Pindah ke mamal brain atau ke lizard brain? Oke? Contohnya apa fungsi buktinya kalau social media itu memindahkan cara kerja otak kita dari yang human brain sama ke mamal brain? Let's say lu lagi kerja di kantor nih. Kalau lo lagi kerja di kantor Lo penat pikirannya Yang lo lakukan apa? Lo ngasok dulu Lo scroll-scroll sosmed Lo liatin gosip artis Atau lo scroll-scroll sosmed Liatin story temen-temen lo lagi dimana Itu tuh switch Kemamal brain Jadi lu pantang banget Saat lu bikin konten Itu pake atau mengaktifkan Human brain dari audience lu Nah human brain ini Itu konten-konten yang ribet Dan lain-lain Itu bikin orang tuh males Apa nih ribet banget nih Sama kayak sales machine cuci Kalo pertama kali sales machine cuci udah nawarinya Oh ini berapa volt spesifikasinya yang Dipake, yang dijelasin Lu kan udah males gitu Oke Sama seperti jualan juga Buat cewek nih Cewek-cewek itu biasanya sering banget nih Cewek-cewek itu biasanya sering banget Beli baju karena ngerasa gak punya baju Padahal bajunya seabrek-abrek di lemari Oke Bener kan cewek-cewek kan Ya kan Nah itu karena dia beli pake emosi Ya, lipat emosi. Nah, sekarang gue mau ajakin lo untuk merasakan, ya merasakan. Masing-masing dari part otak ini. Oke? Pertanyaan gue, apa yang lo rasakan kalau lo tiba-tiba di sebelah lo ada ini? Oke, apa yang lo rasakan? Kabur. Jerit. Nah, itu adalah lizard brain. Lo nggak pikir panjang, lo langsung cabut. Oke. Selanjutnya, kalau lo pulang malam, tiba-tiba di depan lo ada ini, apa respon lo? Kabur. Ya kan, langsung istighfar. Nah, itu adalah lizard brain. Ya, berasa ya? Nah, selanjutnya Kalau lu ngeliat ini Apa responnya? Nah, lucu Gemes Oke, nah ini adalah Mamal brain Lu merasakan sebuah emosi saat melihat ini Sama seperti cewek itu ngeliat baju Sama seperti lu kalau scroll-scroll TikTok ada cewek cakep. Nah, lu merasakan emosi. Nah, sekarang pertanyaannya. Apa yang lu rasakan kalau ngeliat ini? Nah, loh. Oke, pusingan. Oke. Nah, ini adalah otak human. Jadi, jangan sampai ada konten yang ngejelimet, yang bikin pusing, yang orang-orang tuh nggak ngerti bahasa lo. Sehingga mereka skip. Nah, untuk membuat orang tertarik sama konten lo, lo harus belajar yang namanya hook. Yang memindahkan respon otak manusia ke otak mamalnya. Dan gue bisa bikin, kalau lo nemu konten ini, lo mau ngerjain. Oke? Mau liat? Gue cuman tambahin beberapa doang. 3, 2, 1. Kalo gue tambahin ini, lo ngerjain apa enggak? Gimana kalo gue gedein? Gimana kalo gue merahin tulisannya? Oke. Gue bikin lo lebih mupeng mau enggak? Gue bikin kalian lebih mupeng, lebih pengen bikin dan pengen ngerjain ini. Siap-siap. 3, 2, 1. Jika kalian melihat konten seperti ini, apakah kalian akan ngerjain soalnya atau tidak? Nah. Gimana? Material di Oogut mudah cuma sekali. Mantap apa enggak? Hah? Mantap enggak? Lu kerjain gak nih? Nah ini adalah... Hook, teman-teman. Ini yang bikin orang tuh stop langsung mau lihat. Oke, langsung mau konsumsi konten lo. Dan lo harus ngelakuin ini di social media lo. Dengan cara apa? Lo perhatiin gue tadi. Dengan cara memilih teks yang tepat, memilih warna yang tepat, font yang besar, sama gambar yang sesuai. Jadi kita bisa mainin hook tuh seperti itu. Oke? Paham ya? Oke, kita akan belajar tentang hook. Hook itu jangan cuma fokus sama teks doang. Tapi, hook itu kita bisa mainin dari image, teks, warna, layout, dan suara. Tapi paling gampang memang teks. Nah, lo bisa start dari teks dulu. Nah, jadi lo tuh punya waktu 3 sampai 5 detik pertama untuk dapetin hook-nya audience. Biar mereka, audience-nya itu, stop scrolling dan nonton konten lo. Oke? Nah, kalau misalnya lo bikin hook, lo bisa contoh kayak gue nih. Pertama, jadi pas lo bikin konten, lo mikirin hook-nya tuh apa? Biar FVP. Pertama lo tentuin visualnya apa. Headline hasil karya dijual. Nah kan gue kasih nih. Kata-kata dulu. Paling gampang. Audionya langsung. Di Instagram hasil karya sekarang bisa dijual. Dijual. Sorry. Taipo. Oke. Nah ini per 2 detik nih. 2 detik selanjutnya. Eh kok kayak mau gambar burung kuntul gitu kan. Maaf ya. Ini contohnya ya. Ini laki-laki pasti pada paham nih gambar-gambar gini nih. Jadi kan orang langsung kayak, eh apaan nih kok? Gila lu mau gambar ginian nih? Terus masih ngejelasin lebih rinci bisa jual karya di Instagram. Habis itu ngasih muka brengsek dengan gambar burung di belakang. Sambil masih ngejelasin. Jadi gue jelasin kayak, di Instagram sekarang bisa jual NFT. Eh ternyata gambarnya lain Bukan gurung kuntul Ternyata bikin kupu-kupu Nah akhirnya dari situ kayak Wih orang dapet Udah ke hook Orang langsung ngedengarnya selanjutnya Seperti itu Nah, gue punya rule 248. Jadi kalau di short video, lo tuh punya di 2 detik pertama untuk ngasih lihat konten lo itu ngehooknya di 2 detik pertama. Kalau di long form video, di 4 detik pertama lo harus kasih hook. sampai ke 8 detik ini rumus gue, 248 dan gue pake works oke, jadi lu selalu berpikir kalo di short video kayak di FVP tiktok nih ya kalo tiktok mau FVP di 2 detik pertama orang udah harus tau ini konten tentang apa biar dia stop scrolling oke, nah karena yang paling gampang text, gue kasih lu beberapa headline text untuk bikin orang ngehok nah ini ada rumus-rumusnya, nanti bawah-bawahnya lu tinggal ganti ya Pertama, benefit dan meaning. Benefit dan meaning itu dikategorikan atau ditunjukkan biasanya kalau pakai biar dan agar atau supaya. Ini body language pria sejati biar gampang dapat pacar. Cara ngiklan di FB ads biar untung... Dua kali lipat. Jadi ada biarnya. Habis itu cara A tanpa B. Cara kaya tanpa bekerja keras. Cara masuk surga tanpa beramal soleh. Oke. Atau jawab pertanyaan. Siapa yang kontrol uang kita? Apa pekerjaan terbaik 2023? Cara untuk ini, cara biar banyak uang, cara menghadapi teman toksik. Lakukan ini, lakukan ini biar punya 3 miliar. Lakukan 5 hal ini biar lo nggak kere lagi. Jenis atau ciri. Ciri-ciri kamu punya IQ tinggi. Jenis-jenis pasif income. Hal ini bisa bikin, 5 hal ini bisa bikin kamu miskin, 7 hal ini bisa bikin kamu kaya mendadak. Perbedaan antara. Perbedaan antara orang kaya baru versus orang kaya lama. Perbedaan antara surga dan neraka. Buka-bukaan. Buka-bukaan strategi yang kelan di FB dari orang dalam. Oke? Nah ini lo bisa gunakan, silahkan ini my gift to you. Ya? Dan udah banyak dipraktekin sama orang-orang Dan works Pake hooknya ini Oke Silahkan di screenshot boleh Di save boleh Dan jangan lupa Kalo materi ini mantep banget Tag gua Mudah cuma sekali Dan tag Akademi Creator Oke Nah sekarang selanjutnya Kita masuk ke secret number 3 Gila Panjang juga ini ya Ya mudah-mudahan lu pada kuat lah Karena gua kalo Sharing ke orang Walaupun ini yang free-nya Version free-nya gua Ya Gue gak mau tanggung-tanggung. Gue pengen kasih yang terbaik lah buat lo. Untuk meningkatkan ekonomi Indonesia. Insya Allah. Oke. Secret nomor tiga. TikTok update dan prediction. Sebelumnya gue udah sharing tentang. Lo harus ngerti audience. Lo harus ngerti mekanika atau technicalnya si algoritma gimana. Yang machine learning tersebut. Nah sekarang TikTok update dan prediction. Redisi tentang perubahan-perubahan TikTok content. Serta perubahan. ...cara monetisasi di TikTok after update TikTok Shop oleh pemerintah dan TikTok-nya. Oke. Nah, ini basically berdasarkan dari analisa pribadi, dari hasil gue menganalisa dan memprediksi lah kasarnya kayak gitu, bisa aja salah, nggak ada masalah, tapi at least lo bisa persiapan lah. Nah, gue akan ada dua analisa, yang pertama adalah tentang konten yang lagi work sekarang, dan yang kedua adalah gue analisa, prediksi nanti TikTok... Ke arah mana Oke TikTok shop gitu ya Kan mau dipisah Pertama What content really works Jadi Gue udah menganalisa Beberapa konten Dan gue punya kesimpulan Ternyata Konten yang diatas 1 menit itu Lagi rame Ini gue Beberapa Kali Ngetesting Ya kan Ini cuma dapat 9000 views Dan ini di detiknya 39. Gue tuh iseng-iseng. Gue kan beberapa kali konten YouTube yang gue bikin gue di-upload lagi di TikTok rame juga. Padahal kontennya itu 10 menit lebih. Ada yang 8 menit, ada yang 10 menit. Kan logikanya karena orang-orang di TikTok itu nggak suka nonton sampai habis, cuma sebentar, ya nggak di-boost kan. Karena mereka sukanya short video. Ternyata rame. Lo bisa lihat nih. Tuh, 44K. Ini ya. yang di atas yang di atas ini nih ini yang 118K dan lain-lain itu di atas 1 menit, kalau yang ini yang di bawah 1 menit oke, nah jadi sekarang, per Oktober ini gue syuting ya di gue, berdasarkan analisa gue, yang worst itu adalah Yang kontennya di atas 1 menit. Jadi gue bikin konten tuh 1 menit plus semua. Biasanya 1 menit lewat 10 detik, 1 menit lewat 20 detik, 1 menit lewat 30 detik. Bahkan kadang gue bikin yang 2 menit, 3 menit juga tetep oke gitu loh. Oke, jadi lo bisa coba. Nah, ini contohnya juga. Yang kedua, lu bisa kalau lu bikin konten di Youtube, lu re-upload lagi ke sini. Ini jadinya dapatnya viewsnya 1,5 juta. Oke? Tuh, ininya 10 menit. Oke? Jadi, kesimpulan dari analisa gua, lu coba main dulu konten-konten yang... di atas 1 menit oke, lo coba tes kalau sanainya gak bisa lo main yang text yang bukan video, tapi foto ada text-textnya yang bisa di slide-slide itu juga per Oktober ini gue ngeliat banyak yang naik ya lo bisa coba ya Oke? Nah, selanjutnya adalah TikTok Shop Prediction. Nah, kan TikTok Shop Prediction ini, kalau ini bisa berubah ya, tergantung lu nontonnya, nontonnya di mana gitu, tapi yang lu bisa lakukan adalah untuk memprediksi, atau mengetahui yang sekarang lagi wanginya, atau dibus sama algoritmanya itu. Konten seperti apa ya lo banyakin riset dan lo banyakin tes. Karena again gue kasih tau juga gak ada yang tau precisely algoritma social media itu seperti apa kecuali developernya atau tim IT-nya. Lo hanya bisa testing dan... Dan menganalisa. Sama kayak gue gini. Nah selanjutnya adalah TikTok shop prediction. Kan TikTok shop udah dipisah nih. Ada yang bilang tutup. Ada yang bilang beda regulasi. Tapi menurut analisa gue dan prediksi gue ya. Untuk business owner TikTok shop itu nanti bakalan dipisah Ada dua aplikasi TikTok sama TikTok shop Ya kan? Nah, ujungnya kalau orang mau beli Itu harus pindah aplikasi Sama kayak dulu kita mengiklan di FB Orang bisa belinya di Shopee dan lain-lain Kayak gitu Nah, kemungkinan besar nanti ada integrasi Antara TikTok ads disini Atau TikTok live dan lain-lain Masuk ke dalam TikTok shop Terima kasih. Yang dimana nanti TikTok Shop itu akan memberikan data. Jadi ini si TikTok aplikasi sama TikTok Shop ini. Ngobrol. Memberikan data penjualannya berapa. Kayak gitu. Itu sama kayak Shopee yang. Apa sih yang di Facebook Ads tuh ada yang bisa connect juga sama Shopee. Collaboration Ads deh kalau gak salah. Gue lupa deh. Shopee apa gitu. Jadi. Si Facebook kerjasama sama Shopee. Dia tuh nge-ads. Dia bisa. nge-track juga penjualan di Shopee-nya. Jadi mereka tuh ada API integration. Jadi akan seperti ini. Akan pisah. Nah efeknya kalau pisah, pindah aplikasi, pasti akan ada penurunan conversion. Karena untuk lo pindah dari TikTok ke TikTok Shop, let's say kalau dipisah dan kalau ini benar ya, lo harus pindah aplikasi, belum lagi ada loading-nya, ada speed internet-nya, perbedaan user interface, sama perbedaan traffic source. Kalau misalnya di TikTok affiliate dulu, kan bener-bener traffic source-nya disini, belinya Check out nya disini Tapi karena ini traffic source nya berbeda Ada kemungkinan penurunan conversion Nah jadi apa yang harus dilakukan Saran gue Kalau memang ini benar-benar terjadi Lu tetap Akuin gaya ortodoks jaman dulu ya Lu untuk purchase masukin tiktok shop tetep Nah tapi setelah masuk ke tiktok shop ini Please banget kalian yang business owner Lu harus punya traffic lu sendiri Entah pada saat dia beli barang, lu catat-catatin namanya. Tapi setelah gue nomor telepon itu nggak dikasih ya. Nomor telepon sama email nggak dikasih. Atau di barang lu nih, lu kasih voucher diskon untuk pembelian selanjutnya di website lu. Jadi lu nggak tergantung lagi sama si TikTok Shop atau TikToknya. Jadi langsung di bypass besok-besoknya. Orang langsung belinya ke lo. Ya kan? Tapi bang kalau misalnya di TikTok shop kan suka ada diskon-diskon dan lain-lain. Nah lo harus berpikir sebagai business owner. Gimana caranya lo nggak cuma barang yang laku gara-gara diskon doang. Gara-gara subsidi dari TikTok doang. Biar lo punya own your traffic gitu loh. Oke? Kalau lo udah punya on your traffic, lo nggak perlu nge-add terus-terusan, banyak-banyakan budget, bakar-bakar budget, lo bisa jualan sendiri di tempat lo. Abis ini kita ke creator ya. Nah, dan lo untuk masuk ke on your traffic ini, lu balik ke zaman ortodoks, balik ke zaman dulu. Konten lu juga harus kuat banget, sama ads lu juga harus kuat banget. Lu akan balik lagi ke zaman di mana konten is king. Konten lu is king. Oke, konten is the king. Karena lo harus bangun awareness disini Yang ujung-ujungnya masukin kesini Oke Tetep lah content is a king For creator gimana I think lo nanti akan punya Akan punya dua Jenis penghasilan sama seperti sebelumnya ya Content endorsement Sama tiktok shop affiliate nya Oke Jadi lo harus bangun social asset lo Lo harus bangun personal branding lo Dengan content-content yang bagus Biar apa? Biar lo gak melulu tergantung sama affiliate-nya. Jadi, lu bisa di-endorse sama si brand-nya yang endorse lu, dapet duit di sini, dan juga dapet komisi affiliate-nya. Oke? Karena, kalau lu nanti pindah aplikasi, gue yakin affiliate-nya itu pasti nggak segurih-gurih banget. kalau dalam satu aplikasi ya, karena yang tadi gue bilang ada kotak disini kan, ada penurunan konversi. That's why konten lo tuh harus bagus juga. Konten lo harus berbobot dan berkualitas. Biar apa? Biar brand juga mau endorse lo disini. Kalau misalnya lo bisa dapetin 2 penghasilan disini sama disini, kenapa enggak? Kenapa harus cuma 1? Kayak gitu. Oke? Nah, kuncinya untuk lo bikin konten yang bagus, summary dari semuanya adalah, lo harus bikin orang stop. Stop scrolling. Engage dan retain. Ya. Retention tadi. Sorry bukan retain ya. Retention ya. Sama klik the link. Karena udah dipisah. Kalau dulu gak ada klik the link. Langsung orang bisa check out. Etala seberapa. Nah. Nah, untuk mengikuti ini semua, rumusnya adalah yang tadi. Needs-nya harus benar, audience-centric-nya harus benar, hook-nya harus benar, sama machine learning-nya harus benar, storytelling-nya, sama copywriting call to action. Oke, ini adalah PR lo. Nah sekarang pertanyaan gue, lo semua, setelah liat webinar ini, menurut lo berapa harga free webinar ini yang gue kasih gratis ini? Di luar sana berapa sih harga free webinar seperti ini materinya dan durasinya selama ini, kalau lo mau belajar ikutan di tempat lain? Kalau gue ngebawain materi ini diundang sama brand atau diundang sama perusahaan atau BUMN, gue dibayar sekitar segini. Ya, dibayar di sekitar segini nih. Ini yang Agustus, di balik papan. Dan ini baru aja. September. Oke. Kalau angkanya keriting ini berarti udah sama PPH kan? Gue dibayar belasan juta untuk bahas kalian. Tapi disini, gue kasih untuk gratis.