Halo teman-teman, selamat datang di kelas Jara Indonesia kelas 12 bersama saya Rida. Persiapkan diri kalian karena kita akan kembali ke masa lalu. Maka dari itu, yuk kita mulai. Setelah Sukiman menyatakan mundur dengan menyerahkan mandatnya selaku Perdana Menteri, Presiden Soekarno menunjuk Prawoto Mangku Sasmito dari Masyumi dan Sidik Joko Soekarto dari PNI untuk menyusun formatur kabinet yang baru. Namun kedua tokoh tersebut gagal untuk menyusun formatur kabinet akibat dari perebutan kementerian agama oleh NU dan Muhammadiyah serta konflik politik di tubuh masyumi.
Sehingga Presiden mengalihkan tugas penyusunan formatur kabinet kepada Wilopo dari PNI. Wilopo, tokoh kelahiran pro-rejoh, Jawa Tengah, akhirnya menjadi Perdana Menteri ketiga yang akan kita bahas dalam materi kita kali ini yaitu masa demokrasi liberal kabinet Wilopo. Nah, Untuk memudahkan kalian dalam memahami materi, maka dari itu perhatikan peta konsep berikut ini.
Pertama, kita akan melihat bagaimana pembentukan dari Kabinet Wilopo. Kedua, kita akan melihat bagaimana perkembangan dari Kabinet Wilopo. Dan terakhir, kita akan melihat bagaimana akhir dari Kabinet Wilopo. Maka dari itu, yuk kita bahas konsep kita yang pertama. Pembentukan Kabinet Wilopo didasarkan atas keputusan Presiden Republik Indonesia di nomor 85 tahun 1952. Kabinet Wilopo resmi dilantik di tanggal 3 April tahun 1952 dan mengakhiri perjalanan pemerintahannya.
di tanggal 30 Juli 1953. Kabinet Wilopo dibentuk dari koalisi antara partai PNI dan Masyumi. Koalisi ini semenjak awal telah kehilangan semangat bekerjasama. PNI sebagai pimpinan kabinet mulai menaruh rasa curiga terhadap Masyumi yang membawa motivasi keagamaan dan akhirnya PNI mulai mencari sekutu untuk membantunya untuk menunda pemilu karena ketakutan akan dimenangkannya pemilu oleh Masyumi.
PKI dan PNI mulai bersekutu yang menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Anggota PKI yang ditangkap dalam razia Agustus mulai dibebaskan, sedangkan Kabinet Wilopo tidak akan mendapatkan celaan dari PKI dan aksi pemegukan yang mulai berangsur berkurang. Sementara itu, dalam menjalankan pemberitahannya, Ilopo menyusun beberapa program kerja, yaitu pertama, menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD, dan Konstituante.
Kedua, meningkatkan kemampuan kekemuran, dan pendidikan rakyat. Ketiga, pemulihan stabilitas keamanan. Keempat, melaksanakan politik luar negeri bebas aktif dan pengembalian Irian Barat untuk masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia. Selanjutnya kita akan bahas mengenai perkembangan dari pemerintahan Kabinet Wilopo Semasa pemerintahannya, Wilopo menghadapi serangkaian masalah-masalah yang harus dia tangani Seperti yang pertama, yaitu memburuknya situasi ekonomi Pasca berakhirnya Perang Korea di tahun 1951, permintaan terhadap ekspor karet ternyata semakin menurun hingga mencapai 71 persen, mengakibatkan pendapatan negara berkurang secara drastis.
Dan khas negara yang mengalami defisit karena kebutuhan barang impor yang meningkat terutama untuk mengatasi persediaan stok beras. Terlebih setelah terjadi gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia. Untuk mengatasi situasi tersebut, Pemerintah Wilopo bertindak dengan membankan bea tambahan sebesar 100 hingga 200 persen untuk impor barang mewah.
Tindakan yang didukung oleh Partai Masyumi namun disikapi secara berlawanan oleh PNI. Sehingga ketegangan kembali terjadi di antara kedua partai yang berkoalisi. Memburuknya situasi ekonomi tersebut merambat terhadap masalah kedua yang harus dihadapi oleh Kabinet Wilopo yaitu munculnya peristiwa 17 Oktober di tahun 1952. Sebuah peristiwa yang dikenal dengan aksi demonstrasi militer dengan menerongkan meriam ke arah Istana Negara. Latar belakang peristiwa ini terjadi sebagai akibat dari situasi ekonomi yang memburuk mengakibatkan pemerintahan Wilopo berencanakan untuk mengurangi anggaran negara dengan memangkas jumlah birokrasi dan militer dari 200.000 personil hingga menyisakan 100.000 personil. Tindakan yang didukung oleh pimpinan militer pusat seperti KSAD, yaitu Ahana Sution, dan Kepala Staf Angkatan Perang.
yaitu TB Sematupak yang menginginkan suatu komando militer yang tersentralisasi dan profesional. Suatu tindakan yang tentu saja ditentang oleh pimpinan militer daerah. Selain itu, konflik internal di tubuh militer pun turut mendorong lahirnya peristiwa ini karena kritikan Nasution yang dilontarkan kepada sistem pendidikan militer yang cenderung ideologis dan politis.
Serta pernyataan Nasution dimana ia mengusir agar mendatangkan misi militer Belanda atau MBB untuk membantu dalam segi teknis. Alih-alih mendidik kadar militer dengan pendekatan militer ala Jepang. Bambang Supeno, selaku pimpinan dari sekolah perwira Chandra Dimuka, akhirnya mengirim surat kepada Sukarno mengenai ketidaksukaannya terhadap usulan tersebut yang mengakibatkan ia akhirnya dipecat dari militer oleh Nasution. Tindakan Nasution memicu kecaman parlemen dengan mengeluarkan Mosi Manai Sofyan untuk menghentikan NBB yang dianggapnya sebagai pro-barat serta berhenti untuk menyudutkan tentara ekspeta seperti Bambang Supeno.
Militer menilai tindakan Parlemen sebagai wujud campur tangan sipil terhadap urusan militer sehingga berakhir dengan tindakan Angkatan Darat untuk memobilisasi 30.000 massa serta membawa artileri dan tank-tank ke depan Istana Negara dengan membawa tuntutan kepada Soekarno agar melakukan pemubaran terhadap Parlemen. Presiden dengan tegas menolak keputusan tersebut dan meminta masa untuk menghentikan aksi demonstrasi yang berakhir dengan pembubaran masa. Setelah insiden tersebut, Makan Nasution dicopot jabatannya selaku KSAR dan tentara. tentara-tentara yang mendukung aksi tersebut segera dipecat.
Peristiwa yang menandai fase puncak memburuknya hubungan antara pemerintah sipil dan militer sekaligus menjadi ancaman besar bagi kepercayaan publik terhadap Kabinet Wilopo. Selanjutnya, kita akan membahas mengenai akhir dari Kabinet Wilopo. Setelah masalah-masalah buruk yang kerap menipa pemerintahan, Kabinet Wilopo harus menghadapi kejatuhannya setelah masalah yang terjadi di daerah dibawa ke nasional.
Tanggal 16 Maret 1953, terjadi sebuah peristiwa bernama Peristiwa Tanjung Morawa, sebuah insiden berdarah di Tanjung Morawa, Sumatera Utara. Peristiwa yang diingat sebagai bentrok petani dengan kepolisian yang merencanakan penggusuran para petani di lahan milik Deli Planters Freniki. atau DPV. DPV telah kembali ke Indonesia karena sempat vakum semenjak pendudukan Jepang di tahun 1942. Vivi menginginkan agar lahannya segera dikosongkan, namun ditentang oleh petani setempat dengan dukungan dari PKI.
Dentrok berakhir dengan tewasnya 5 petani, menjadi sebuah isu yang diperdebatkan di parlemen, sehingga keluarlah posi dari barisan Tani Indonesia yang mengecam insiden tersebut. Mengakibatkan koalisi di kabinet mulai goyah dan Wilopo selaku Perdana Menteri memutuskan untuk menyerahkan mandatnya kepada Presiden. Nah itulah akhir dari kabinet Wilopo.
Selanjutnya mari kita tarik kesimpulannya. Kesimpulan dari materi mengenai masa demokrasi liberal. Kabinet Wilopo yang pertama yaitu pembentukan kabinet. Inet Wilopo yang dibentuk setelah keluarnya keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 85 tahun 1952 merupakan kabinet ketiga di era demokrasi liberal yang dibentuk dari koalisi antara Partai PNI dan Masyumi.
Kedua perkembangan pemerintahan. Ada beberapa hal yang bisa kita amati seperti memburuknya situasi ekonomi dengan menurunnya pemasukan dari pendapatan ekspor serta defisit anggaran akibat dari meningkatnya import. Selain itu, masalah mengenai memburuknya hukum hubungan pemerintah sipil dan militer yang dapat kita amati dalam peristiwa 17 Oktober di tahun 1952. Ketiga, akhir dari Kabinet Wilopo, yaitu Kabinet ini harus mengakhiri pemerintahannya diakibatkan oleh peristiwa Tanjung Morawak.
Suatu peristiwa yang dikenal dengan tewasnya lima petani di Sumatera Utara yang berakhir dengan keluarnya mosi barisan Tani Indonesia. Nah, itulah materi kita kali ini. Jika ada yang mau bertanya, menambahkan. Revisi kalau ada kesalahan bisa ditulis di kolom komentar ya.
Jangan lupa like dan subscribe juga. Maka dari itu saya pamit undur diri. Sampai jumpa lagi di kelas sejarah selanjutnya.
Dadah!