Jangan lupa like, share dan subscribe channel ini untuk dapat info terbaru Alkisah dahulu kala di sebuah kerajaan yang bernama Penggi. Kerajaan tersebut dipimpin oleh raja bernama Damarmaya. Raja Damarmaya pun juga memiliki seorang putra yang bernama Joko Bandung.
Suatu hari, Raja bertanya kepada Joko Bandung mau sampai kapan dia akan membujak. Joko Bandung pun menjawab kalau sampai hari ini belum ada satupun wanita yang cocok di hatinya. Bahkan dari semua garis, yang ada di kerajaan Pengging. Dia akan menikah jika Prambanan sudah jatuh dalam kekuasaan kerajaan Pengging.
Joko Bandung kemudian meminta izin kepada Sang Prabu bahwa dia ingin terjun langsung di medan pertempuran. Raja Damarmaya berpesan dan mengingatkan putranya bahwa Raja Prambanan itu bukanlah orang sembarangan. Raja tersebut memiliki ilmu kanuragan dan kesaktian yang sangat tinggi.
Rama Prabu. Ananda tidak takut izinkan Ananda berangkat ke negeri Prambanan menyusul Paman Patih Sinduro. Di tengah perbincangan Raja dan Putranya tiba-tiba prajurit dari Medan Perang datang. Prajurit itu memberikan kabar bahwa pasukan Kerajaan Pengging telah banyak yang tewas. Mendengar kabar tersebut, Sang Raja kemudian mengizinkan Putranya untuk menyusul Prajurit Pengging ke Medan Pertempuran.
Sedangkan di tempat lain, kerajaan perambanan dikuasai oleh Raja Boko. Tubuhnya tinggi besar, sehingga sebagian orang menganggapnya sebagai keturunan raksasa. Namun anehnya, Sang Raja Boko memiliki putri yang berparas cantik jelita, bernama Dewi Roro Jonggrang. Berbeda dengan Sang Ayah, Dewi Roro Jonggrang adalah seorang putri yang lemah gemulan.
Namun ada bersamaan antara Dewi Roro Jonggrang dan Joko Bandung, yaitu keduanya sama-sama belum mau menikah pada usianya yang telah dewasa. Suatu hari, Sang Raja Boko menemui putrinya dan bertanya mengapa sang putri tidak segera menikah. Dewi Roro Jonggrang mengungkapkan bahwa dirinya saat ini masih ingin sendiri sembari menemani sang ayah. memerintah kerajaan Prambanan. Raja Boko kembali bertanya, mau sampai kapan akan seperti ini?
Jawaban Roro Jonggrang pun sama dengan Joko Bandung. Dia akan menikah ketika kerajaannya berhasil memenangkan peperangan. Mendengar jawaban dari putrinya, Sang Raja Boko memanggil senjatanya dan berangkat memimpin pertempuran bersama beberapa pasukan pilihannya.
Kekuasaan di istana pun diserahkan kepada Dewi Roro Jonggrang. Dalam tempo waktu yang singkat, Raja Boko sudah sampai di medan pertempuran. Dengan ilmu agannya, dia memukul mundur seluruh pasukan Kerajaan Pengging.
Sementara itu, dalam perjalanan menuju medan pertempuran, Joko Bandung harus melintasi sebuah hutan angker yang konon katanya bagi siapapun yang berani melewati hutan akan menjadi santapannya. Sang penunggu hutan tersebut bernama Bondo Woso. Ketika Joko Bandung sampai di tengah hutan, tiba-tiba sebuah pohon besar roboh di depannya dan menimpa kudanya. Ha ha ha ha ha ha ha Besar juga realimu, wahai anak manusia Apakah kau memiliki nyawa rangkap tujuh?
Rani melewati hutan ini? Aku tidak takut dengan setan belang macam dirimu Maju kau! Sedangkan di medan pertempuran, semua pasukan pengging telah dikalahkan oleh Raja Boko.
Ampun, aku mengaku kalah. Jangan bunuh aku! Berani-beraninya kau menghalangi jalanku.
Ampunilah aku! Apa untungnya jika aku mengampunimu? Aku akan mengabdi dan bergabung dengan ragam.
Nisjaya, kesatianmu akan berlipat. Kau pun juga akan mampu menguasai semua jin di hutan ini. Baiklah, lakukan. Joko Bandung setuju dengan penawaran tersebut.
Sekarang jiwa dan namaku melekat pada dirimu. Maka, namamu berubah menjadi Bandung Bondowoso. Kini, Bandung Bondowoso meninggalkan hutan hanya dengan berlari. Tidak butuh waktu lama, dia sudah sampai di medan pertempuran.
Terlihat banyak sekali pasukan kerajaan Pengging yang bergelimpangan dan sekarat. Bandung Bondowoso sangat marah. Terjadilah pertempuran hebat antara Raja Boko dan Bandung Bondowoso.
Prabu Boko pun akhirnya kalah. Bandung Bondowoso pun meminta kepada prajurit untuk diantarkan ke Istana Prambanan. Sesampainya di istana, Bandung Bondowoso terpesona melihat kecantikan dari seorang gadis.
Gadis itu adalah Roro. Jonggrang. Roro Jonggrang pun juga merasa penasaran serta merasa kagum akan ketampanan dan kegagahan dari pemuda itu. Wahai gadis cantik siapakah engkau? Belum sempat menjawab prajurit memberitahukan bahwa Raja Boko telah gugur di tangan pemuda yang ada di hadapannya.
Sontak Dewi Roro Jonggrang pun lemas tak berdaya mendengar kabar tersebut. Aku aku adalah putri Tak peduli siapa ayahmu, aku Bandung Bondowoso. Hari ini telah menemukan pilihan hatiku. Maukah kau menjadi permaisuriku? Dewi Roro Jonggrang tak mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Dia sangat benci kepadanya, karena Bandung Bondowoso telah menghilangkan nyawa ayahnya. Kau harus menjawab, setidaknya beritahukan aku namamu. Nama hamba Dewi Roro Jonggrang. Hamba belum bisa menjawab sekarang. Mohon diperiwak.
Baiklah Aku akan menunggu jawabannya Hingga sore hari Akhirnya Akhirnya, Roro Jonggrang menemukan cara untuk menolak secara halus pinangan Bandung Bondowoso. Dia mengajukan syarat, jika ingin menikahinya, Bandung Bondowoso pun harus membuat seribu candi dan dua sumur yang dikerjakan dalam satu malam. Sejenak Bandung Bondowoso berpikir dengan memejamkan matanya.
Dia kemudian masuk ke sebuah dimensi di mana raksasa Bondowoso ada di dalam tubuhnya. Roh raksasa Bondowoso pun memberitahukan bahwa dia sanggup membantu dengan mengerahkan bala tentara jin. Mendengar jawaban dari Bondowoso, Joko Bandung pun kembali membuka matanya.
Dia pun dengan siap menyanggupi permintaan sang Dewi. Hari pun mulai gelap, Bandung Bondowoso duduk bersila di tempat yang lama sebagai lokasi dibangunnya candi dan sumur. Dia kemudian mengerahkan kekuatan dari Bondowoso sehingga membuat dua sumur bukanlah hal yang sulit. Selesai membuat sumur, Bandung Bondowoso memulai ritual pemanggilan pasukan jin.
Dan tak berselang lama, datanglah ribuan pasukan jin di hadapannya. Bandung Bondowoso memerintahkan para jin untuk segera dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam. Berjalannya waktu, satu demi satu candi telah selesai dibalik.
Melihat hal itu Dewi Rorojunggrang mulai panik dan cemas. Dia pun segera mencari cara agar Bandung Bondowoso gagal. Dewi Rorojunggrang memerintahkan para dayang kerajaan memukul lesung sehingga terdengar suara sebuah warah riuh sementara para pemuda diperintahkan untuk membakar kayu dan tumpukan jerami di sebelah timur Prambanan akibat dari bunyi lesung yang dipukul membuat ayam jantan di seluruh Prambanan saling berkokok bersahut-sahutan Seketika itu juga, ribuan jin yang mengerjakan candi ketakutan dan berlarian meninggalkan pekerjaannya.
Padahal masih kurang satu candi yang belum selesai dibangun. Bandung Bondowoso pun tak habis fikir mengapa fajar begitu cepat datang. Dia pun merasa aneh dengan sinar fajar merah di ufuk timur itu. Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso terbang menuju tempat cahaya itu berasal. Bandung Bondowoso menemukan para pemuda yang sedang membakar kayu dan tumpukan jerami.
Salah satu pemuda menjelaskan bahwa mereka hanya menjalankan perintah dari Dewi Roro Jogra. Mendengar jawaban dari pemuda, muda tersebut amarahnya memuncak Bandung Bondowoso mengibaskan lengannya seketika tempat tersebut porak-poranda dan para pemuda terpental ke segala arah akhirnya kembalilah Bandung Bondowoso Menuju bangunan candi yang belum selesai dibangun tersebut. Namun sayangnya saat itu hari sudah benar-benar pagi.
Sudahlah Raden. Raden jelas tidak mampu memenuhi permintaan hamba. Maka...
Cukup! Aku tahu ini adalah perbuatanmu, Jonggrang. Raden ini seorang kesatria. Seorang kesatria harus mampu memegang tubuh janjinya. Sekarang hari sudah benar-benar pagi.
Matahari sudah menampakkan sinarnya. Dan Raden tidak mampu memenuhi permintaan hamba. memenuhi syarat untuk membuatkan kusri pucandi.
Bandung Bondowoso giginya gemertak menahan amarah. Dewi Rorojunggrang nampak sangat ketakutan. Hei Rorojunggrang, kau hanya mencari alasan.
Kalau kau tidak mau kuperistri, katakan dengan jujur. Kenapa kau gunakan tipu muslihat untuk mengelabuhiku? Kau memang keras kepala seperti batu.
Kutukan Bandung Bondowoso tak bisa ditarik lagi seketika Dewi Roro Jonggrang berubah menjadi batu di antara candi-candi tersebut. Hingga akhirnya dapat menggenapi menjadi seribu candi.