Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillah Mari kita lanjutkan Ngaji Filsafat kita Kita ketemu beliau Tokoh yang Kontroversial Bagi orang Indonesia Tan Malaka Tan Malaka ini kelahiran Bukit Tinggi, daerah sana. Memangku budaya Minangkabau. Nama hasilnya Ibrahim, gelarnya Dato'. Sultan Ibrahim, gelarnya Datuk Tan Malaka, kita kenalnya beliau Tan Malaka.
Nanti dalam perjuangan dia beberapa kali pakai nama alias, nama samaran, karena hidupnya memang... seperti buku yang dia tulis dari penjara ke penjara karena aktivitasnya luar biasa pernah di penjara Belanda pernah di penjara Jepang pernah jadi buronan internasional Kembali ke Indonesia juga pernah dipenjara oleh negaranya sendiri, bahkan nanti tewasnya juga oleh saudara-saudaranya sendiri yang dia perjuangkan. Bahkan makamnya saja jadi bahan diskusi nasional.
Di mana tan malah dikubur itu kan jadi materi diskusi nasional, makamnya saja. Jadi betapa dahsyatnya kehidupan beliau Tan Malaka itu kalau katanya Haripuzil salah satu dari tujuh pegawan revolusinya Indonesia Jadi bagi yang suka teori revolusi, apalagi revolusi Indonesia, harus paham tujuh orang ini. Soekarno-Hatta, Amir Syarifuddin, Sama Syahrir, kemudian Tan Malaka Sudirman, enam.
Satu lagi Nasution, ya jadi tujuh orang. Belajarlah tentang revolusi dari tujuh orang ini dengan gayanya masing-masing. Syukur-syukur nanti kita bisa ketemu tujuh-tujuhnya di ngaji filsafat entah kapan.
Kalau katanya ada malik, tan malaka ini pasangannya memang sudirman. revolusionernya agak mirip dibandingkan Soekarno-Hatta lebih revolusioner tan Malaka Sudirman orang-orang yang gak mau kompromi sama penjajah kalau Soekarno-Hatta kan masih mau diplomasi-diplomasi rundingan-rundingan kalau tan Malaka gak mau sampai meninggal sekitar umur 50 sekian belum sempat menikah Tapi gagasan-gagasannya sangat berpengaruh dalam perjuangan revolusi Indonesia. Muhammad Yamin, Soekarno itu orang-orang diantara yang mengidolakan Tan Malaka.
Maka kita harus kenal bahkan tahun 1963 itu oleh Soekarno beliau diangkat jadi pahlawan nasional dan belum dicabut sampai hari ini. Jadi masih pahlawan. Meskipun tadi ada stigma, zaman Orde Baru tokoh-tokoh yang distigmakan ada di kubu kiri, itu biasanya secara sengaja dibikin tidak terlalu populer jadi beliau tidak muncul di buku-buku pelajaran paling disebut namanya sekilas-sekilas jadi gagasan-gagasannya apalagi tulisan-tulisannya susah ditemukan Ya Alhamdulillah kita sudah melewati masa itu Sehingga bisa lebih cerdas lagi sekarang bisa membaca-baca Kan tulisan-tulisannya banyak Sudah mulai didiskusikan di mana-mana Boleh gak setuju sama Tan Malaka Asal benar-benar sudah ngerti pikirannya apa yang dibawa apa Bukan hanya karena stigma Katanya dia kiri ya Katanya dia Nah itu Kalau masih katanya katanya, jangan ikut-ikutan dulu. Nah itu, makanya menurut saya ngaji filsafat ini antara lain dalam rangka itu kita nambah referensi dulu sebelum suka atau tidak suka tentang apapun.
Ada yang bilang bahwa di Indonesia ini ada tiga tokoh yang membumi sekaligus melangit. Yang pertama Soekarno, yang kedua Tan Malaka, yang ketiga Gus Dur, Abdurrahman Wahid. Itu tokoh-tokoh yang melangit sekaligus membumi. Idealismenya luar biasa, tapi juga dekat sama rakyat, tidak elitis.
Oke, kita lihat seperti apa. Saya awali dari quotes-nya Tan Malaka. Menurut saya itu luar biasa bisa kamu pakai. Hidup ini rumusnya itu. Terbentur, terbentur, terbentur, akhirnya terbentuk.
Jangan takut dengan tantangan. Jangan takut dengan masalah, biar aja kebentur, biar aja ada masalah. Lama-lama kamu tangguh, lama-lama kamu terbentuk.
Kayak orang bikin martabak itu, dibanting-banting dulu. Lama-lama bisa jadi martabak dan enak. Kalau nggak mau dibanting ya nggak jadi martabak, cuma kamu beku aja.
Jangan takut masalah, jangan takut problem. Jadi dalam hidup kita memang rumusnya itu, manusia itu harus digiling dulu, harus dibanting-banting dulu, harus ketemu banyak masalah dulu. Jadi harus terbentur, terbentur, terbentur, pada akhirnya terbentuk. Ini mungkin pengalaman Tan Malaka sendiri, dalam hidupnya dia selalu ada benturan-benturan.
Banyak orang anggap dia komunis, tapi dia komunis di awal. Bahkan dia orang yang tidak setuju dengan pemberontaan-pemberontaan fisik yang dilakukan oleh komunisme. Itu yang bikin dia keluar dari sana dan nanti bikin partai sendiri, namanya Partai Murbah. Itu yang bikin tokoh-tokoh PKI marah luar biasa sama Tan Malaka. Waktu Musho diwawancarai wartawan, gimana Anda mau bikin partai PKI, kira-kira posisinya Tan Malaka apa?
Jawabannya Musho, kalau nanti saya kembali ke Indonesia, yang pertama-tama saya gantung adalah Tan Malaka. Oke, itu fotonya waktu muda. Saya enggak tahu, wajahnya kan sangat Indonesia, tapi jangan salah, dia pamurnya internasional. Malang melintang di dunia internasional. Tidak ada yang enggak kagum sama dia.
Mungkin orang menyandingkannya setara dengan Seguvara. Jadi Tan Malaka ini mirip Seguvara, tapi membacanya kebalik. Seguvara itu mirip Tan Malaka. dari tahunnya dan sepak terjangnya jauh termasuk melang-lang buananya lebih luas dan lebih lama tan malaka oke bismillah kita awali dari bukunya karena wong haji filsafat diawali dari epistemologinya ini disusun setelah indonesia merdeka Cuma Tan Malaka masih pelarian Hanya saja sudah pulang ke Indonesia Madilok itu materialisme dialektika logika Bukunya yang sangat terkenal Menyusunnya dalam waktu 8 bulan Dalam pelarian Cuma saat itu dia tinggal di Jakarta, di Kalibata Cuma setelah tinggal di Kalibata terus merasa banyak mata-mata terus nanti belakangan pindah ke Banten. Oke, di masa-masa itulah nanti dia menyusun madilok, materialisme, dialektika, logika.
Ini kan kayak kamu belajar filsafat. Ada materialisme, ada dialektika, ada logika. Ini menurut visinya Tan Malaka, memperjuangkan Indonesia itu pertama-tama harus mengubah mindset, cara berfikirnya orang Indonesia.
Kalau cara berfikirnya tidak diubah, diganti sistem apapun, tidak akan berubah. Kalau mindset kita enggak geser, hidup kita enggak akan ganti, ya begini-begini saja. Apalagi mindsetnya orang Indonesia, apalagi Jawa. Dan mayoritas sebenarnya orang Indonesia, cara berpikirnya kan seperti di Cokroaminoto kemarin, cenderung fatalis, cenderung pasrah. cenderung lillahi ta'ala cenderung ya mistik cenderung apa mungkin kalau di Jawa tertentu ada bau-bau keleneknya ini susah kalau diajak berjuang kalau main setnya masih ini Allah tenang aja kita dijajah dunia ini hanya sementara hai Cuma mampir ngumbe sebentar, mampir minum sebentar, ngapain sih ngoyo-ngoyo biar aja lah, gak lama kok, selesai.
Mau berjuang kayak gimana kalau mentalnya semacam ini? Maka yang pertama mau dirombak oleh Tan Malaka adalah struktur berpikir. Makanya di situ saya pakai kalimat itu perjuangan epistemologi.
Oke, jadi pertama-tama harus berjuang di ranah epistemologi. Dasarnya apa sekarang? Mari percaya pada materi. Banyak orang zaman itu, saya tidak tahu zaman ini iya atau tidak.
Materi itu dianggap barang yang jelek. Barang yang gelap. Sesuatu yang lawannya kalau ada material sama spiritual, di kepala kita yang spiritual ini yang terang, yang material ini yang gelap.
Dan dunia ini materi. Maka jangan banyak-banyak mikir dunia, dunia ini sementara dan materi. Kita mikir yang akhirat, yang lebih abadi, yang lebih...
Yang di kepalanya orang Indonesia banyak yang begitu, zaman itu. Kalau zaman sekarang kan sudah tidak ada bedanya. Oke, jadi...
Mau nyata malah kalau, ayo diterima materi ini. Wong dia dasar dari kenyataan kok. Jadi materialisme itu, ayo mikir yang konkret-konkret. Jangan ngomong yang abstrak-abstrak.
Itu mungkin kritik berhadap kajian-kajian Islam tertentu sebelumnya. Kayak kajian kalam, itu kan yang dibahas langit semua. Padahal umatnya pontang-panting melawan penjajahan.
Di sini ngajinya besok kita di akhirat. Ada sekian ratus bidadari. Nggak salah. Cuma dilihat realitas.
Mana yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat. Real. Itu maunya Tan Malaka.
Jadi basisnya ayo kita menggeser cara kita berpikir, sekarang jangan segan-segan untuk memikirkan hal-hal dunia. Karena kita hidup di dunia yang nyata. Nah itu bahasa kasarnya begitu. Jadi yang pertama itu, nah cuma berpikir tentang materi, jangan mandet, jangan cuma berhenti dengan apa yang kelihatan. Materi itu sebagaimana semua hal yang ada di dunia ini berubah.
Dia bukan sesuatu yang stagnan. Oleh karena itu, perlu dipahami juga proses perubahan itu. Nah, untuk bisa memahami proses perubahan, harus paham hukum yang namanya Dialektika.
Dasarnya materi, cuma materi itu bukan sesuatu yang sendirian dan tunggal, tapi berinteraksi dan membentuk sesuatu yang baru, itu namanya dialektika. Jadi itu materialisme miliknya Marx, dialektika miliknya Hegel, meskipun dalam gagasan sosialisme dua-duanya hidup. Dialektika dimasukkan oleh Tan Malaka biar orang Indonesia sadar perubahan, biar orang Indonesia mengerti bahwa realitas itu dinamis, dia tidak statis. Apapun yang datang saling berpengaruh kalau bahasanya di Tanah Malaka Perbincangan atas materi Saling mempengaruhi Kadang sifatnya bertentangan, kadang sifatnya saling mendukung Kadang hari ini sama, besok Waktunya berubah jadi berubah, macem-macem. Itulah dialektika.
Kita hari ini mungkin beda loh sama kita besok pagi. Kenapa? Ada dialektika dengan lingkungan sekeliling kita. Realitas yang dihadapi berubah, kita juga mungkin berubah. Nah itu namanya dialektika.
Oke. Ya kalau di Tan Malaka misalnya mencontohkan sejarahnya Rusia. Ini sebenarnya sejarah hampir seluruh dunia. Dunia itu kan awal-awal itu model sosial itu kan modelnya kecenderungannya monarki, kerajaan-kerajaan, imperium-imperium ada di mana-mana.
Setelah era kerajaan-kerajaan lahir era feudalisme. Feudalisme ini era ketika orang-orang kaya, orang-orang bangsawan menguasai dunia, Jepang, di Indonesia, dan seterusnya. Setelah itu era kapitalis.
Era kapitalis ini lahirnya negara secara umum. Negara bangsa lahir seiring era kapitalis. Setelah itu, ramalanya, bacaan nyata Malaka melihat Rusia, lahir era sosialis.
Dan nantinya pasti akan muncul masyarakat komunis. Nah, perubahan-perubahan sosial ini, ini kan hasil dari yang namanya dialektika. Perbincangan antar materi, peristiwa dengan peristiwa itu dialektika, memicu perubahan.
Proses memahami materi, proses dialektika dalam hidup ini ayo dipahami secara logis. Nah, maunya tan malakah orang-orang Indonesia ini kalau ingin merdeka, sukses, ayo berpikir menggunakan logika yang masuk-masuk akal saja lah. Nah itu, jadi jangan terlalu terpaku pada hal-hal yang tidak masuk akal. Meskipun yang tidak masuk akal mungkin sekali-sekali akan terjadi. Kalau di Tanmalaka hukum Tuhan, hukum Allah, sunnatullah.
Saya sering bilang, hidup ini yang kita pedomani sunnatullah ini. Bahwa sewaktu-waktu Tuhan, sewaktu-waktu Allah intervensi, itu kalau di Islam namanya kudratullah. Ini iya, tapi jangan dipedomani. Biar aja yuk kita berdoa semoga Allah intervensi yang bagus-bagus dalam hidup kita. Jangan diperdomani di awal, ala pak saya enggak belajar kalau takdirnya lulus ya lulus, kalau enggak ya enggak, lah itu enggak bisa.
Logika sunnatullahnya kalau ingin lulus belajar, bahwa kamu belajar kalau enggak lulus, lulus, itu takdirnya Allah berarti sudah. Intervensinya Allah kan begitu. Jadi jangan perdomani yang kudrotullah ini, kamu loncat dari amplas paling atas itu yakinilah pasti tewas, enggak usah dicoba. Yakin tewas itu sunatullahnya memang begitu, bahwa kamu mungkin ada momen apa terpaksa loncat dari sana, mungkin dikejar-kejar orang apa-apa, dan tidak tewas itu kudratullah, mungkin Allah intervensi tiba-tiba ada truk yang bawa spring bed banyak, terus kamu jauh-jauh.
Jadinya enggak teha, itu Allah intervensi. Jadi jangan mengandalkan pasrah. Pedomanya sunatullah.
Sunatullah itu dasarnya logika. Isinya materi, prosesnya namanya dialektika. Itu yang diinginkan oleh Tan Malakaya.
Kalau ingin merdeka jangan diem saja, jangan pasrah saja. Bangkitlah, berpikir yang rasional. Pahami realitas sekelilingmu, pahami proses-proses yang terjadi di dalamnya.
Itulah materialisme, dialektika, logika. Oke, terus. Nah.
Visinya Tan Malaka itu visi kerakyatan. Kalau Soekarno pakai istilah marhaen, kalau Tan Malaka pakai istilah murbah. Murbah itu artinya rakyat jelata.
Ini istilah dari Raden Ngabeyi Purbacaraka yang sempat ketemu sama Tan Malaka. Jadi mereka ngobrol terus ketemulah. Kalau rakyat Jelangkla itu ada istilah murba dan istilah ini dipakai oleh Tan Malaka. Istilah ini ada di babat-babat, di serat-serat, di cerita-cerita termasuk cerita zaman Ken Arok, zaman Singosari. Ada istilah murba, jadi kaum murba.
Meskipun nanti ketika dia jadi partai, murba itu... Dianggap sebagai singkatan dari musyawarah rakyat banyak partai murba Cuma nanti Tan Malaka ini tidak lama Paling sekitar 3 bulan setelah partai ini berdiri Tan Malakanya sudah tewas Nanti dihidupkan oleh teman-temannya termasuk Iwa Kusuma Sumantri Khairul Saleh Termasuk mantan wakil presiden Adam Malik itu berasal dari Partai Murba Dan ya enggak terlalu sukses sebagai partai terakhir dulu tahun 2009 waktu dibuka lagi multipartai Juga dicoba didirikan lagi tapi tidak nyampe karena elektrolal thresholdnya sudah banyak turun. Tapi sebagai ideologi, Dia menjadi bibit nanti dari sosialisme, nasionalisme Indonesia. Jadi ini mirip dengan gagasan marahainismenya Soekarno.
Jadi ingin rakyat Indonesia sejahtera seluruhnya. Musuhnya dua, kolonialisme, imperialisme, sama feudalisme. Oke, jadi visinya itu, kerakyatan, ingin rakyat Indonesia makmur sejahtera. Terus, nah, itu tadi visinya. Kemudian sistem yang ditawarkan.
Tan Malaka mengkritik model pemerintahan yang mengandalkan trias politika. Eksekutif, legislatif, yudikatif. Katanya Tan Malaka tidak efektif model semacam ini.
Jadi, kalau ada eksekutif, legislatif, yudikatif, yang menang tetap eksekutif. Karena yang terjun langsung menguasai sumber daya itu eksekutif. Yang lebih kuat itu pasti eksekutif.
Dan eksekutif bisa mudah mempengaruhi legislatif. Dan isinya legislatif itu biasanya hanya orang-orang yang secara ekonomi kuat. Dan model semacam ini tidak efektif.
Pemerintahan kalau ada tiga kaki itu akan susah efektif. Oke, yang susah nanti orang kecil lahirnya. Maka kalau tawarannya Tan Malaka, ada organisasi besar, khasnya negara-negara sosialis, lembaga besar yang ngurusi negara. Nah, di lembaga ini ada fungsi-fungsi yang bermain.
Ya ada fungsi legislatif, fungsi yudik, itu bagian dari organisasi besar ini. dengan ADART-nya yang namanya Undang-Undang. Jadi tidak jalan sendiri-sendiri, punya kaki sendiri-sendiri. Semuanya berada di bawah satu naungan organisasi. Jadi tidak terias, tapi satu.
Yang legislatif, yudikatif, eksekutif, ini cuma fungsi-fungsi. Kayak kamu bikin panitia, itu kan ada seksi konsumsi, ada seksi penerima tamu, ada seksi... Itu fungsi-fungsi yang dimainkan, bukan sesuatu yang berbeda. Kalau berbeda, tetap menang eksekutif, kemudian parlemennya jadi ajang bancaan, orang-orang kaya yang masuk ke situ.
Ya mungkin ramalannya Tan Malaka setengah benar hari ini, setengahnya lagi sangat benar. Oke, antara lain. Yuk, nanti kita coba evaluasi lagi apa iya sih begitu situasinya.
Katanya Tan Malaka, coba direnungi, siapa pula yang bisa menyewa gedung? Gedung besar buat rapat umum mempunyai persurat kabaran, majalah, radio, sandiwara kalau hari ini harusnya ditambah program televisi buat memuja-muja calon sendiri dan mencemoh calon lawan tentu kaum fulus yang punya uang yang bisa masang balihupuusar, pilihlah saya itu kan yang punya uang, kalau tidak punya uang mikir baliho saja tidak sampai buat makan lumayan, baliho sebesar itu bisa ratusan ribu, bisa jutaan ijinnya saja berapa jadi tidak, tetap hanya orang-orang yang punya kalau partai, partai-partai besar yang punya televisi, menguasai koran, menguasai majalah Jadi, parlement akan dikuasai orang-orang yang sejak awal memang ekonominya kuat. Bukan urusan kualifikasi orangnya, tapi yang bisa mempromosikan dirinya.
Ya, tergantung rakyatnya juga Pak, ya. Tapi kalau ekonominya kuat kan rakyat itu gampang. Rakyatnya butuh apa sekarang? Kalau dia duitnya banyak kan gampang. Jembatan, masjidnya ingin dicat, ngajinya ingin dikasih makan setiap malam kemis misalnya kan gampang.
Kalau beliau tiap malam kemis kesini bawa tumpeng, bawa jajan itu kan masa kita gak nyoblos kan gitu mikirnya. Logikanya. Jadi itu yang ada di pikiran Tan Malaka.
Model trias politika ya hasilnya nanti ini. Siapa yang menang? Kaum fulus. Yang gak punya fulus jangan mimpi. Jadi yang bisa bikin rapat akbar, yang bisa mengerahkan masa besar-besaran, itu pasti yang punya modal.
Atau yang dimodali. Yang dimodali lebih ngeri lagi, karena nanti yang main yang modali. Itu sudah diramalkan sejak lama oleh Tan Malaka.
Tan Malaka ngomong kayak gini berarti situasi zaman itu ya mirip-mirip saja seperti hari ini. Jadi ada yang perlu dikritisi. Oke, terus.
Ini yang khas dari Tan Malaka. Komunisme tapi sekaligus Islam. Ini pidato nyata malaka di kominten. Kominten itu tadi kan dia mengagas organisasi untuk mengelola negara. Kalau kominten ini organisasi untuk komunis internasional.
Jadi setelah Rusia sukses dengan revolusinya, nanti banyak orang tertarik dengan ideologi komunisme ini. Di banyak negara-negara kecil yang dijajah, ideologi ini laku, termasuk di Indonesia. Nah, akhirnya lahir organisasi internasionalnya namanya Cominton. Dan nanti Tan Malaka termasuk pejabatnya yang mewakili Asia zaman itu.
Dan dia dikasih kesempatan pidato, meskipun usulnya ditolak. Dia usul, jangan memusuhi agama, jangan musuhi Islam. Jangan memusuhi kelompok agama, agama itu potensi yang luar biasa untuk kita berjuang.
Kalau kita musuhi agama, ya nanti kita dimanfaatkan. Itu kan kalimatnya perkumpulan Islam itu, ini ngomong tentang SI, dia cerita tentang syarikat Islam, karena dia kan sempat jadi anggota syarikat Islam. Islam itu mendorong masyarakat desa mengambil alih kendali perusahaan-perusahaan semboyannya petani miskin menguasai semuanya, proletar menguasai segalanya jadi SI telah melakukan propaganda yang sama dengan Partai Komunis cuma kadangkala dengan nama lain Tapi karena ada kritik yang tak mengenakan para pemimpin SI pada 1921 terjadi perpecahan. Perpecahan ini dan hasil, jadi SI yang pecah itu ditambah hasil Kongres Komitern ke-2. Keputusannya apa Komitern ke-2?
Ini Komitern ke-4. Komitern ke-2 memutuskan berjuang melawan pan-islamisme. Jadi Islam dan gerakan pan-islamisme dianggap rival.
Akhirnya Islam sama komunis berhadapan-hadapan. Kemudian situasi saling nantang ini antara Islam dan komunis dimanfaatkan oleh pemerintah. Jadi pemerintah masuk, provokasi apa yang mereka katakan kepada kaum tani muslim yang sederhana Mereka bilang, ini pemerintah yang memprovokasi, lihat komunis tidak hanya memecah belah, mereka juga ingin merusak agama kalian Oh ini luar biasa bagi petani, mereka kemudian berpikir, saya telah kehilangan segalanya di dunia, apakah saya juga harus kehilangan surga? Jangan sampai itu terjadi.
Beginilah cara orang muslim sederhana berpikir. Propaganda seperti ini dilakukan oleh agen-agen pemerintah dengan sukses. Maka pecahlah kami.
Jadi agama yang semula kekuatan luar biasa. Akhirnya jadi faktor perpecahan. Kenapa? Karena ketidak kompakan.
Maunya Tan Malaka ini di sidang kominter itu, Bok kita rangkul semua wong cita-citanya sama, Tapi kok malah kominter punya program melawan pan-islamisme. Oke, terus. Banyak kebijakan-kebijakannya Soekarno yang dia tidak setuju, khususnya kebijakan-kebijakan perundingan apalagi zaman kabinetnya.