Belum terbiasa dengan online juga, udah akhirnya kita semua pindah, pindah belitar untuk merintis peternakan. Jadi kalau misalnya ada surya dari masa depan, tiba-tiba datang ke saya 5 tahun yang lalu ngomong, Sur, kamu 5 tahun lagi bakal punya ternak. Waktu itu saya juga gak bakal percaya akhirnya jadinya peternakan ini. Setelah masa saya jalanin ini, mantra saya itu mungkin cuma dua sekarang ini, Mas. Saya pengen jadi hambanya yang manja sama hambanya yang serakah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Perkenalkan nama saya Surya Saya owner dari Garum Farm Yang berlokasi di Dusun Combong Kelurahan Garum, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur Saya fokus saat ini di bidang peternakan domba Awalnya ternak itu memang Sama almarhum ayah itu pengen kembali lagi ke daerah, terus pengen memelihara. Karena dulu ayah zaman kecil itu sempat jadi penggembala domba. Jadi yang kepikiran pertama itu almarhum ayah yang kepikiran untuk masuk ke agribisnis, khususnya peternakan.
Selain itu saya tanya kenapa ya kok domba atau kambing ya? Karena dulu para nabi juga mayoritas itu atau kalau nggak bahkan semuanya itu penggembala kambing, penggembala domba. Masa sih nabi itu nyuntuhi yang jelek kan gak mungkin. Jadi semoga nanti kita juga selain dapat bisnisnya yang utama itu. Kita juga bisa moga-moga dapat berkahnya karena ngikuti sunahnya Rasul.
Jadi ayah itu pengen akhirnya terjun ke domba. Dan saya memang senang gitu punya hewan peliharaan itu senang. Bahkan dari kecil pengen punya impian dulu punya kebun binatang sendiri gitu.
Makanya disini. Ya ada ikan, bahkan punya iguana. Karena dari kecil dulu juga senang sama hewan-hewan. Jadi akhirnya ya klop, ayah pengen didomba, saya juga senang-senang sama hewan.
Ya akhirnya ya sudah bismillah kita mulai ini. Peternakan ini baru mulai dari 2020. Jadi ini saya termasuk generasi angkatan corona, angkatan covid. Jadi sebelumnya 2019, 2017. 10 sampai 2019 itu saya bangkir di Bank BUMN. Jadi selama 10 tahun itu saya berkarirnya di bank. Terus baru 2019 itu mengajukan resign.
Dan 2020 akhirnya kembali ke Blitar ini untuk merintis. Jadi ya masih relatif baru sih kalau untuk rintisan agribusiness ini. Dan sebelumnya memang...
Belum ada background sama sekali sebenarnya untuk ini. Zaman sekarang itu kan tantangannya bukan mencari informasi, tapi justru menyaring. Awalnya kita keliling ke peternakan, terus nonton YouTube yang tentang membahas peternakan kambing domba. Nah itu gara-gara tapi kebanyakan informasi, malah awalnya jadi berantakan.
Jadi termasuk awalnya itu hampir tiap hari itu ada yang mati, jadi... Ada yang bunting nanti abortus atau keguguran, terus kalaupun berhasil lahiran indukannya lumpuh. Jadi di awal-awal karena kita lebih ambisi ke arah nambah ternaknya, ternyata ternak itu yang harus dipikirkan lebih banyak adalah tentang pakannya.
Rukun berternak itu kalau yang saya pelajari dari senior-senior itu ada lima. Jadi satu itu pakan, dua pakan, tiga pakan, empat itu baru kandang, lima baru ternaknya. Kalau ternaknya itu sebenarnya tinggal beli aja, ada uang, belanja, udah jadi. Sedangkan pakan ini perlu tanamnya, kemudian perlu memikirkan formulanya. Kandang juga lebih perlu proses.
Jadi yang harus dipikirkan pakannya lah dulu, langsung ke kandang dan ternak. Akhirnya. Terkait pemeliharaan, nutrisi, gisinya kita sama sekali gak tau Yang ada yaitu Akhirnya banyak kematian di awal-awal, kalau yang awal kita mulai dulu.
Alhamdulillah memang sudah ada lahan, mas. Cuma waktu awal kepikiran resign, itu sebenarnya nggak tahu mau ngapain. Jadi awalnya dulu bayangan saya resign itu mau melanjutkan S2, mau cari beasiswa luar negeri, karena banyak yang misalnya dari program pemerintah juga ada S2 untuk keluar negeri, dari... Kerjasama pemerintah dengan negara lain juga ada.
Waktu itu saya mau nyoba apply-nya untuk Australia. Jadi karena masih belum tahu mau ngapain, udahlah tak sekolah dulu aja. Cuma apply dua kali itu, alhamdulillah, nggak keterima. Begitu awal resign, ya saya udah coba beberapa bisnis.
Jadi ada snack. Jadi bersempat jualan snack, ternyata nggak jalan. Jualan... Madu, itu juga sempat, itu juga akhirnya nggak jalan. Karena saya basicnya dari keuangan, industri keuangan, akhirnya sempat buat konsultan laporan keuangan untuk UMKM bareng teman yang sama-sama juga mantan pegawai bank.
Tapi untuk sekarang akhirnya saya serahkan full ke teman saya yang ngerjakan supaya dia fokus, karena sejak pandemi akhirnya agak kesulitan untuk ketemu sama... calon-calon klien, biasanya kan harus ketemu kemudian demo untuk aplikasi software akutansinya untuk software POS atau kasirnya sejak pandemi itu akhirnya karena gak bisa ketemu, belum terbiasa dengan online juga, udah akhirnya kita semua pindah, pindah belitar untuk merintis peternakan, jadi kalau misalnya ada surya dari masa depan tiba-tiba datang ke saya 5 tahun yang lalu ngomong sur kamu 5 tahun lagi bakal punya ternak Ya waktu itu saya juga gak bakal percaya akhirnya jadinya peternakan ini. Masa iya gak mungkin lah modern kayak sini gak punya pengalaman, gak punya background tapi masa punya ternak.
Jadi kalau 5 tahun lalu itu ya sama sekali gak ada pikiran bakalan berternak kayak sekarang ini. Ada beberapa faktor sebenarnya yang jadi pertimbangan waktu itu. Cuma pemicunya waktu saya penempatan di kantor pusat di Jakarta.
Sebelum di Jakarta itu di Jogja selama dua tahun. Nah saya memperakarsai kredit salah satunya waktu awal-awal itu. sebesarnya 9M, 9 miliar saya perakar saya, saya yang merekomendasikan terus diputus sama pejabat para komite kredit pemutus ada di situ nah pas saya sudah pindah Jakarta kredit ini macet yang 9 miliar di situ ada dugaan bahwa ini ada markup laporan keuangan, ada gimana caranya biar dapat kreditnya.
Akhirnya di audit ada indikasi kasus, semuanya kami diperiksa waktu itu. Jadi diperiksa secara internal, mulai dari marketingnya, saya sebagai analisnya, atasan saya yang termasuk pemutus dan pejabat pemutus lainnya itu diperiksa secara internal, ada sidang internalnya. Dan waktu itu diperiksa sekitar 6 bulan. Bayangan saya waktu itu, saya ini udah kerja sepenuhnya buat perusahaan, tapi ketika ada yang kayak gini kok dicurigainya segininya.
dikiranya ada marah, padahal saya nggak nerima spesial pun dari nasabah. Selama 6 bulan itu, saya udah kayak stres aja sih. Waktu itu, karena kalau sampai ada nanti putusannya itu dianggap merugikan negara, bukan resiko bisnis, masuknya pidana.
Karena tadi itu, karena ini saya kerja di Bank BUMN punya negara, kerugian yang ditimbulkan berarti merugikan negara. Jadi waktu itu, saya mikir dipecat aja alhamdulillah. Kalau misalnya sampai dipecat, yang penting nggak masuk penjara.
Karena udah ada. Ada contoh-contoh sebelum-sebelumnya bahwa mereka itu bukan karena niat salah, cuma ada satu langkah kelewati gitu aja. Jadi waktu itu karena dalam rangka menyelamatkan perusahaan, dia panik, dia melakukan sesuatu yang di luar prosedur. Akhirnya, tapi karena melewati prosedur itu, dia sampai harus masuk penjara. Itu seingat saya dulu bahkan Menteri BUMN-nya waktu itu, Pak Siapa ya, itu sampai ngunjungi beliau ke penjara.
Karena untuk menunjukkan simpati ini karena dia bukan niat, tapi... Memang ada langkah yang harusnya dilewati tapi nggak jadi. Eh nggak dilewati sehingga dia jadi salah.
Dia masuk penjara. Nah waktu itu yang saya pikirkan juga ketakutannya itu. Nanti kalau ini masuk penjara gimana nanti keluarga gimana? Orang tua itu nganggep saya kayak apa? Saya sampai nggak sadar pulang ke rumah itu istri saya yang ngomong.
Malah istri saya yang ngajuin, Wesh kamu habis ini keluar loh selesai kasus. Kasus ini diperiksa selesai, moga-moga nggak ada apa-apa, kamu resign. Jadi awalnya istri yang ngomong gitu.
Saya nggak kuat lihat kamu tiap hari itu cuma ngambil nafas. Jadi cuma gitu terus. Dan saya nggak sadar itu.
Yang ngasih tahu istri setelah beberapa minggu jalan kasus itu diperiksa, saya ternyata kayak gitu tiap pulang ke rumah. Istri, wis kita keluar nanti aku jualan makanan, jualan donat, terserah lah. Kita nanti bisa.
Yaudah lah, nanti moga-moga nggak ada apa-apa, kita ambil opsi yang itu. Alhamdulillah selama 6 bulan itu Tapi dinyatakan Tidak bersalah dianggap ini resiko bisnis. Pertama peternak isinya cuma 12, 12 ekor.
Terus waktu mau Idul Adha sempat belanja lagi buat persiapan Idul Adha. Ya Alhamdulillah laku, jadi paling banyak itu dulu paling banyak seingat saya cuma 70. Terus nanti idul adha alhamdulillah habis Tapi secara keuntungan Waktu itu jualan idul adha malah posisinya itu rugi Jadi pertama kesalahan pertamanya Pakan itu cuma dua Rumput sama kulit kedele Itu dari segi nutrisi ternyata Meskipun rumput itu bermacam-macam jenisnya Secara nutrisi itu mirip Yang namanya rumput ya gitu-gitu aja Harus ada dari ramban Harus ada nutrisi variasi hijauan lainnya Supaya melengkapi nutrisinya Akhirnya itu tadi banyak yang mati tiap harinya untuk yang bunting juga kekurangan nutrisi protein sehingga susunya juga kurang. Nah waktu ketika kulit kedelai naik, kita nggak beli. Kami udah nggak beli lagi karena terlalu mahal. Akhirnya cuma rumput, toh.
Nah itu yang akhirnya bikin banyak yang mati. Ternyata harus bervariasi ragam hijauannya. Yang kedua...
Itu sempat tertipu, jadi ada penjual yang menjanjikan. Beliau dari saya nanti kalau idola tidak laku, tak beli lagi. Nanti tak kasih untung 100-200 ribu per ekornya. Jadi jangan khawatir, nanti silahkan ambil saja, pasti nanti tak beli.
Terus kita karena pede, yaudah ini cocok ini buat belajaran. Kalau nggak laku, bisa dibalikin lagi ke penjualnya. Karena dia bersedia beli.
Kita berani langsung beli waktu itu lima puluhan ekor. Buat belajar jualan sendiri, sekaligus nanti ada jaminan bahwa kalau nggak laku diambil. Lalu sebagian itu dibawa ke Surabaya. Ada om yang punya lahan sewa buat pasar kaget untuk kurban. Mendekati hari, kok masih banyak yang nggak laku ini?
Kita hubungilah penjualnya. Pak, minta tolong ini diambil lagi aja daripada nanti kelewet. Lewat idul kurbannya, minta tolong diambil. Nanti sesuai perjanjian, silahkan dihitung harganya berapa. Nah jawabannya dia, Nah mas, harganya udah ketinggian, saya nggak bisa beli lagi.
Padahal itu kami cuma minta dibeli harga modal lagi minimal. Nggak usah dikasih untung lah. Harga modal anggap aja kita rugi pakan.
Tapi ternyata sana nggak mau beli lagi. Beda sama waktu di awal. Jadi kayaknya cuma ngakali saya ini semacam ngerasa dieksploitasi kepemulaan saya. Mau nggak mau biar... Biar habis, dijual lah harga rugi.
Alhamdulillah memang tahun itu habis. Nggak untung sebenarnya. Karena takut, wah ini nanti kalau di sini terlalu lama yang ada malah rugi pakan. Udah jual aja yang penting lakunya berapa. Itu yang awalnya kesalahan pertama tentang pakan.
Kedua, terlalu silau sama janji-janji palsu PHP-nya itu. Gara-gara terlalu nafsu untuk dapat keuntungan cepat. Awalnya itu bisa sampai 50 juta kalau yang sampai 70 itu.
Akhirnya kayak dana belajar. Jadi waktu itu memang sempat hampir ditutup sih nih mas. Karena waktu itu kan sempat masuk ke tanaman hias.
Jadi di tanaman hias itu karena rugi dan kayak kita masih nggak tahu nih mau ngapain. Karena kok banyak yang mati kalau ini. Ya hampir setiap hari itu ada satu, jadi seminggu ya tujuh yang mati.
Jadi waktu itu karena rasanya udah stuck, ini gimana ya kalau seperti ini. Harus nyedot dana tabungan. Terus ada kesempatan lah tanaman hias.
Tanaman hias waktu itu sempat booming. Sempat beralih sebentar ke tanaman hias. Nah tanaman hias ini kok menarik karena harga per daun.
Harganya udah modelnya per daun. Bisa 5 juta sampai 65 juta itu per daun. Saya paling mahal rekor 1 pot 3 daun itu 150 juta. Jadi per daunnya itu 50 juta Kalau level satu daun ada yang 60 juta Ada juga yang 90 juta Akhirnya karena waktu itu bingung Terus rasanya udah keburu Masalah balikin modal Gimana caranya ini biar gak turun terus nih tabungan Kalau kayak gini caranya kan bakal terus berkurang Akhirnya saya beranikan diri invest ke tanaman hias Tanaman hias bayangannya waktu itu Tiap dua bulan itu keluar satu daun Satu daun 50 juta, atau anggap lah 10 juta, satu daun, itu baru satu pot. Nanti punya pot lain, itu juga 10 juta, itu dua bulan, 20 juta, itu kan udah bagus banget.
Jadi sempat tergoda nafsu untuk, karena bingung udah tentang ternak, akhirnya masuk ke situ. Nah yang di luar perkiraan saya, saya dulu juga sebenarnya udah ngasih tahu bahwa Ini hati-hati loh, nanti tanaman hias mirip waktu zaman anturium. Ini bisa jadi cuma gorengan, nanti bisa habis itu tren hilang sama sekali. Ah enggak, ini beda ini.
Karena trennya dunia kok. Saya lihat influencer luar negeri juga membahas tanaman hias. Saya tolak tuh masukan orang-orang yang udah ngasih tau, yang udah pernah ngalami tren dulu itu saya tolak. Beneran, ternyata yang saya salah perhitungan, kalau memang segampang itu nambah daun dalam satu bulan, berarti kan hukum ekonomi, supply, dan demand itu berjalan. Ketika WFH selesai, orang sudah mulai beraktivitas lagi, mereka sudah tidak bosan lagi di rumah.
Mereka punya aktivitas, permintaan terhadap tanaman hias turun drastis, tapi ini kan tetap tumbuh terus. Jadi yang tadinya 150 juta saya beli, sekarang itu 25 juta ditawarin pot, satu pot isinya banyak daun, tidak ada yang beli. Akhirnya waktu itu karena saya juga bingung, mulai saya cari inspirasi. Saya itu jalan, naik mobil.
bareng teman ke Jakarta, Jogja, Purokerto, itu buat ketemu teman-teman yang udah jalankan bisnis. Buat minta masukan mereka seperti apa gitu. Dari Jakarta udah ngobrol, kita Purokerto. Udah sampai Purokerto, ada teman, dia memang punya bisnis distributor besar. Teman kuliah yang bisnis itu mulai dari ayahnya.
Dan kebetulan kami teman kuliah, ayah saya juga kenal dengan ayahnya teman saya ini, jadi udah kenal baik. Makanya saya minta masukan, gimana sih sebenarnya ngelola bisnis itu, karena saya dulu pegawai dan keluarga juga dari birokrat, dimana semuanya pegawai. Akhirnya saya tanya yang udah mengalami bisnis jangka waktu panjang, dan udah terbukti sekarang sudah besar. Terus ditanya beliau, gimana kondisi bisnismu? Sekarang ya masih tetap rugi, ada yang jalan sekarang itu rugi, mentok itu bisa bayarin pegawai aja udah untung.
Lah udah jalan berapa tahun? 3 tahun, terus ada bisnis lain yang udah settle belum? belum om, belum ada kalau kayak gitu caranya, berarti makan induknya, induknya kamu gak punya bisnis berarti ini makan tabungan dong, makan tabungan keluargamu, udah gini aja kamu tutup semuanya disana belitar kamu punya bisnis apa, semuanya tutup, kamu pindah prokerto nanti saya ini ada brand air minum kemasan yang pengen saya jadi distributornya dan ini saya butuh orang temenmu ini butuh bantuan, kayak kamu ini nanti ilmunya bisa dimanfaatkan di sini, kamu bisa hidup layak di sini.
Jadi saya bersyukur punya teman yang udah rasa keluarga sampai ke orang tuanya itu peduli, sedemikian hingga itu saya sangat bersyukur dan waktu itu jadi melek, iya ya ini kalau gini terus ya habis, wong masih. Masih disuplai dari tabungan terus. Nah, sampai Jogja saya ketemu lagi, teman. Saya ini ditawari ke Pulau Kerto. Gimana menurut Bapak?
Terus, kalau menurut saya kamu ini cuma kurang koneksi di Blitar. Coba deh, jangan ditutup dulu. Nanti coba didalami di Blitar itu, kamu nambah silaturahmi.
Terus akhirnya pulang ke Blitar itu, ketemu teman lagi juga saya curhat lagi. Gimana, Mas? Menurut Mas, kalau saya kayak gini ditutup, saya mending ke Pulau Kerto, dapat...
penghasilan di sana atau tetap di sini dengan resiko ini ditutup. Sama mirip sama kayak temennya bapak yang di Jogja juga, mending di Blitar. Tapi, coba tanya ibu. Jadi, temen yang di Blitar itu ngomong gitu. Tapi coba tanya ibu.
Kalau saya ditanyai pendapat, di Blitar aja. Nanti tak kenalin ke temen-temen Blitar, kamu cuma masalah koneksi. Nanti kamu di Prokerto juga bangun lagi dari nol. Ini kan udah jalan. Mending di sini.
Tapi, ada syaratnya. Kamu tanya ibu. Semua orang nyuruh di Blitar, ibu mupu suruh ke Prokerto. Berangkat Purwokerto. Tapi kalau ibumu suruh di sini, ya wess berarti itu jalannya.
Oh gitu ya mas. Lah pulang itu, tanya ibu. Mah ini ada ditawari ke Purwokerto. Dengan omset bisa sampai 600 juta sebulan. Tapi nanti di sini ya ditutup, gak ada yang ngelola lagi.
Terus... Ibu waktu itu udah kelihatan jelas di raut mukanya bahwa, lah terus nanti di sini gimana mas? Ya ditutup. Ya masa ditutup? Langsung begitu itu udah mengisyaratkan bahwa nggak setuju.
Jadi langsung karena ingat udah dapat mindset dari temen bahwa tergantung ibu. Langsung, oh iya Wisma, nggak jadi. Berarti aku tak di sini.
Mama minta aku di sini kan, iya kalau bisa ya jangan ditutup. Oke, berarti di sini. Jadi langsung keputusan di sini, meskipun belum tahu ngapain lagi kan setelah itu.
Karena tetap belum ketemu jalan ini. Tapi minimal kalau ibu sudah merestui di sini, saya yakin itu yang juga diriduhi sama Allah. Terus saya kabari, ya sana juga Alhamdulillah bisa nerima. Oh iya ya wis, nggak apa-apa, terserah kalau mau keputusannya itu. Akhirnya saya masih curhat lagi nih, karena masih nggak tahu yang harus dimulai dari mana.
Ini masih tetap nggak ada perubahan. Nah itu saya tanya ke teman lagi, saya telpon. Saya kondisinya kayak gini, Terus dia itu ngomong, saya itu belum pernah punya bisnis pertenakan.
Teman saya ngomong gitu, saya belum pernah punya bisnis pertenakan. Jadi saya nggak... Pernah dalam 100% kondisi kayak kamu, nggak tahu lagi harus gimana untuk jalani peternakan ini. Tapi saya kalau posisi stuck-nya pernah, mentok kayak kamu ini pernah.
Nah, kamu kan selama ini udah tanya ke orang-orang banyak nih, udah ketemu jalannya? Belum. Nah, waktu saya mentok, coba deh kamu tanyanya ke Allah. Ya Allah, saya nggak tahu lagi ngapain, kamu udah pernah nyoba itu belum? Iya, Mas.
Saya belum pernah nyoba itu. Cobain. Saya pernah posisi mentok kayak kamu. Saya ngomong gitu. Itu mulai terurai.
Iya ya aku belum pernah itu. Selalu selama itu nyari solusinya. Tanya ke orang, tanya ke orang, tanya ke orang. Tapi untuk tanya ke Allah itu belum pernah. Nggak pernah kepikiran sebelumnya.
Akhirnya saya coba. Waktu pulang udah saya nyerah. Ya Allah saya nggak tahu lagi mesti ngapain. Tapi ibu, mama itu pengennya ini tetap buka.
Saya nyerah. Saya mohon petunjukmu. Saya minta tolong untuk dibimbing, untuk ditunjukkan jalan yang benar itu gimana.
Soalnya di sholat juga minimal 17 kali kan kita mintanya petunjuk. Jadi iya ya saya belum pernah sama sekali ini minta petunjuknya Allah. Akhirnya saya minta itu, saya niatkan buat berbakti sama orang tua, itu setelah mindsetnya benar. Nah itu Allah datangkan orang, datangkan yang bimbing, mentor.
Itu malah datengin kesini tanpa saya nyari lagi. Itu mulai ditata dari mindset pegawai di sini. Jadi waktu itu saya natanya itu sama kayak di perusahaan saya dulu.
Awalnya di sini pegawai itu bisa ada 7 orang ini, kerjaannya sendiri-sendiri. Yang domba ya domba, yang taneman-taneman, yang di perkebunan-perkebunan. Jadi jobdesknya sendiri-sendiri.
Karena dulu waktu saya di bank, saya paling gak suka dapat kerjaan yang di luar jobdesk saya. Tapi ternyata itu salah kalau masih usaha rintisan. Dimana kalau rintisan ya semuanya bareng. Bahkan yang punya juga ikut kerja.
Yang punya juga ikutan nyari ramban. Jadi sama ada teman ini ditoto. Sekarang nggak ada lagi skat antara kebun, nggak ada sama ternak, nggak ada. Semuanya saling bantu.
Akhirnya ada yang nggak kuat, ada yang nggak mau keluar. Jadi penghematannya sejak saat itu, itu udah bisa menghemat 8 juta sebulan untuk tenaga kerja. Dan ternyata setelah ditata alur kerjanya, Kamu ngarit sama ini, kamu ini, ini, ini.
Setelah ditata itu ketika ditanya, gimana? Dengan domba sekarang 200, tapi pegawainya malah berkurang gimana? Enggak pak, malah enteng, malah sekarang enak. Jadi akhirnya pola kerja sudah mulai ketemu. Setelah pola kerjanya ketemu, mulai kita masuk belajar pakan.
Belajar pakan itu salah satu gurunya itu ke Pak Ibnu Akil. Di Blitar peternak senior yang sering jadi referensi peternak-peternak lainnya. Saya sempat ke Monosobo, ke Madiun, ke Jogja. Semuanya itu nyebut kalau pernah belajar dari Pak Ibnu Akil di Blitar.
Nah saya kok jauh-jauh semua orang ini belajarnya dari Pak Ibnu Akil, kenapa saya harus keluar? Saya carilah tempatnya Pak Ibnu Agil itu dimana ketemu tapi sampai kandang. Beliau nggak ada, sudah jarang gitu ke kandang.
Yaudah lah kayaknya memang nggak bisa lagi. Nah ternyata temen yang di sini kan rumahnya ada yang deket Pak Ibnu Agil itu. Waktu itu saya cuma basah-basih mas kemarin saya lewat rumahnya situ tapi tutupan, nggak ada orang.
Iya mas pas hujan keluar. Terus mau kemana mas kok sampai sana? Mau ke rumahnya Pak, ke kandangnya Pak Ibnu tapi saya nggak ketemu dan orangnya ternyata jarang.
Nggak tahu, nggak enak mau tanya rumah juga nggak enak. Terus, Pak Ibnu itu om saya, paklet saya. Kalau nggak, Pak D. Bisa mas kalau misalnya minta tolong ditemukan.
Boleh, boleh. Terus akhirnya diaturkan jadwal. Ketemu Pak Ibnu akhir.
Pak Ibnu itu ngasih solusi harusnya peternak kambing domba itu peternak yang paling untungnya gede. Karena kambing domba itu tidak tergantung dengan pakan pabrikan. Susah nih orang pabrik untuk masuk ke peternak ruminansia.
Seperti kambing domba itu. Karena... Pakannya masih perlu hijauan, nggak mungkin semuanya itu masuk dalam bentuk konsentrat.
Yang udah ketergantungan itu unggas sama ikan. Itu harus pakai konsentrat sehingga harga naik turun, komoditasnya turun, pakannya tetap atau naik pasti rugi. Nah kambing domba ini kan kalau di alam liar kita kembalikan aja mas ke alam liar. Alam liar itu kalau kambing domba makannya apa sih?
Ya hijauan pak. Iya terserah dia. Iya kan hijauan macam-macam dia makan kan?
Iya. Sama kayak gitu. Kalau kita taruh kandang, kita cuma bertanggung jawab variasinya kita macem-macemin. Karena kalau di alam mereka bisa terserah mereka mau makan apa.
Jadi pertama yang harus dipahami bahwa kambing domba itu hijauan karena dikandangi. Berarti kita bertanggung jawab menyediakan variasinya. Nah biar murah gimana? Kalau di Blitar, alhamdulillah pakan itu melimpah.
Jadi kayak misalnya lahan pertanian. Pak Ibnu Akir itu menyarankan waktu itu meskipun kering itu nggak masalah. Jadi tebon jagung yang habis dipanen atasnya itu kan pasti kering-kering.
Nah itu apa nggak apa-apa. Itu tetap rumput mas, jadi warna pigment daunnya aja yang hilang hijaunya. Tapi dari segi nutrisi, gisi itu sama dan justru terkonsentrasi jadi naik. Karena kering kadar air turun, konsentrasi nutrisinya jadi naik.
Jadi itu ya tetap boleh, bahkan saya disini caranya adalah... Saya itu kerjasama sama petani. Saya belikan bibit jagungnya, nanti jagungnya silahkan diambil petani. Sayangnya dapat bawahnya itu, tebon jagungnya.
Akhirnya kelebihan pertama saya nggak perlu sewa lahan. Kedua, saya nggak perlu maintenance kayak kasih pupuk, kan tetap petaninya itu. Terus yang saya ambil, itu limbahnya petani.
Jadi kan saling menguntungkan petani dapat bibit dari saya, saya nanti dapat limbahnya buat saya. Selain itu, banyak pohon-pohon di sini itu melimpah, hijauan di Blitar itu melimpah. Jadi kalau ada ramban orang motong habis mafras, habis perampingan, diminta aja mas.
Itu boleh kok. Akhirnya kita lakuin naik pickup itu sekarang SOP-nya bawa arit sama tali. Jadi nanti di jalan kayak kemarin baru sekitar minggu lalu itu di daerah Lampu Merah Garum ada orang habis dari dinas itu sepertinya itu motongi. Jadi kontraktor motongi.
Pohon-pohon karena mulai bahaya kalau musim hujan seperti ini kan. Itu baru dipotongi di bawah akhirnya. Terus kita minta, malah senang mereka malah kebantu.
Dengan senang hati mereka, iya silahkan aja mas soalnya kita malah kebantu bersih-bersih ini. Terus ketika minta yang tebon jagung, kita juga, bu boleh nggak ini diminta sedikit aja nempil. Nanti ibunya, ala mas kok diminta ini loh ada 200 ru atau sekitar seribu. 2.800 meter persegi ambilan semua gak apa-apa, aku malah seneng pakan ternyata berlimpah banget disini, ibaratnya itu hampir semua daun lah, itu bisa yang dibahasakan buat Guyon itu yang gak boleh cuma daun pintu, daun telinga yang lainnya itu sumber pakan yang melimpah kalau disini jadi habis itu mulai ketemu oh berarti kita bisa ngasih variatif tanpa harus beli jadi alhamdulillah sekarang pakan itu sudah untuk kesehatan ternaknya sudah ketemu polanya ya dimana itu juga lebih ringan buat pegawai, karena nggak harus ngarit yang di bawah, kadang-kadang tinggal ngangkut aja, variatif sudah dapat. Sekarang ini fokusnya gimana optimalisasi jadinya.
Perlu ditambahi apa sih, kayak misalnya jagung, sumber korbohidrat, ini kami masih terus ngotak-ngatik, sifatnya masih dinamis. Pakan ini yang penting, kambing domba, ternak, udah bisa gemuk, udah mau, sudah sehat, tingkat kematian jauh menurun, berarti sekarang kita tinggal bikin formula pakan apa nih, yang untuk... menggemukkan supaya optimal. Nah ini yang terus-terusan dicoba.
Jadi disisihkan 10 ekor buat nanti percobaan dikasih pakan booster sama 5 ekor ini dikasih pakan biasa. Ditimbang, di awal mulai percobaan ditimbang nanti dua minggu kemudian kita timbang lagi hasilnya seperti apa. Nah itu cara-cara yang kami coba untuk melihat atau mencari formula pakan yang ideal tapi harganya jangan sampai mahal. Secara induan yang domba itu 120-an ekor, pejantannya ada 6, terus ada kambing, kalau kambing itu yang dulu ada yaudah itu yang diperbanyak, tapi kami tidak nambah induan lagi.
Tapi kalau dombanya, karena kapasitas produksinya masih kurang, ternyata permintaannya masih besar. Jadi sekarang ini aja belum disapih, Alhamdulillah udah diinden orang. Mas nanti saya minta yang itu ya, yang itu nanti buat saya.
Yang udah dilepas sapih tapi bobotnya belum optimal, juga udah ada yang pesen. Berarti masalah permintaan memang benar-benar masih terbuka luas, yang kurang adalah produksinya, yaitu indukannya yang kurang. Karena satu pejantan, minimal itu bisa sama 10 betina.
Di sini ada 6, tapi semakin tua, semakin banyak kapasitas betina yang bisa dikawini oleh pejantan. Jadi ada kami, pejantan itu yang umurnya 3 tahun ke atas. Itu ternyata berdasarkan jurnal yang saya baca, bisa sampai 50 betina.
Padahal di sini yang umurnya 3 tahun, ada 2. Berarti paling nggak ini udah 100 sendiri Terus yang lainnya ada yang 20 Karena udah lewat 21 bulan Dia bisa sampai 20 ekor Jadi 100, 120 itu cuma sama 3 pejantan Jantan yang lainnya masih nganggur Jadi akhirnya ini sekarang gimana caranya masih nambah induan Sekarang fokusnya masih beli cari induan betina Untuk dikawinkan nanti Targetnya itu pengennya punya 500 indukan kalau disini nanti insya Allah. Dombanya jenis yang cross-texel sama dorper. Jadi dipilih jenis itu karena selama ini sharing-sharing itu jenis itu yang paling optimal untuk pedaging. Jadi anaknya pun setelah dibandingkan dengan yang lokal, pertumbuhan per hari per kilonya itu cepat yang cross-texel. Excel sama yang dari Dorper ini.
Itu yang dipilih karena kami kan sebenarnya bukan mau buat kambing atau domba hias. Tujuan utamanya adalah pedaging. Karena memang yang dibutuhkan sekarang adalah untuk konsumsi yang optimal pasarnya.
Yang akhirnya kami fokus untuk domba pedaging. Untuk pemula memang disarankan breeding. Karena dari segi pakan itu hitung-hitungannya tidak terlalu harus detail sekali.
Kalau untuk pengemukan itu harus tahu pakan per kilo per hari, konsumsinya itu berapa, jadi sangat detail. Dan begitu meleset sedikit bisa-bisa harganya yang naik. Atau kalau meleset juga bisa nanti waktunya mundur, akhirnya secara operasional juga lebih mahal.
Untuk breeding nafasnya juga harus panjang karena dari mulai kawin sampai siap dijual itu bisa jadi butuhnya setahun. Kawin, bunting, terus nanti akhirnya perlu disapih itu. bisa setahun untuk baru bisa dijual.
Jadi nafasnya harus panjang. Tapi keuntungannya juga optimal. Ibaratnya yang ini kan anak ini dibilang kayak bonusnya.
Karena diproduksi, bukan kulak. Tapi nanti breeding pun otomatis masuk ke fattening, masuk ke bungkungan. Karena cempe yang lepas ape, itu kami di sini jualnya per kilo.
Jadi kan gimana caranya ini, supaya optimal pakannya, sehingga bobotnya juga cepat. Nah, paling tinggi nanti itu, susu yang setahu saya. Jadi kambing perah itu lebih susah lagi karena pakannya, kambingnya nggak boleh stres, tapi cash flow-nya lebih ada harian kalau untuk yang perah.
Iya susu, karena bisa tiap hari dapat cash flow. Targetnya. Dua tahun itu tiga kali melahirkan. Kan kawin itu kurang lebih dua bulan.
Kemudian nanti bunting itu anggap saja enam bulan, jadi lapan bulan. Setelah itu kan lahir, jadi tiap lapan bulan. Cuma memang nggak boleh kelewat nih. Nanti anaknya umur satu setengah bulan itu kita campur lagi dengan pejantan.
Di sini rata-rata satu setengah lah. Memang nggak sampai dua di sini rata-ratanya. Cuma saya malah senang kalau cuma satu. Dulu pernah ada yang lahir itu langsung 5 jadi lemah anak, cuma gak ada yang bertahan jadi setelah lahir, nanti satu mati hari ini, satu siangnya mati, puting susu kan cuma tetap ada dua, jadi pasti nanti ada yang dikalahin, satu sama lain yang gede biasanya nanti lebih dominan, kalau satu dimonopoli sendiri kan, air susu ibunya, jadinya pertumbuhannya lebih cepat, dibandingkan kalau ini nanti lebih dari satu, cuma karena cross-texel tapi denger-dengar kalau cross-texel...
memang rata-rata satu kebanyakan. Cuma ya itu kalau lebih dari dua malah nggak ideal nanti buat pertumbuhan anaknya. Jadi recording itu juga termasuk yang masih kami benahi sekarang ini. Cuma kenapa kami tidak masih baru sekarang? Karena masih banyak dari luar.
Indukannya kan masih beli dari luar, betinanya beli dari luar. Tapi kalau udah nanti jalan dari hasil sini sendiri, anak ini harus tahu jantannya itu dari mana, betinanya dari mana. Karena kalau nanti akhirnya dipakai untuk bibit disini sendiri, untuk akhirnya jadi induan disini, gak boleh sampai kawin sedarah, ketemu ayahnya, atau nanti kalau anak mengawini ibunya sendiri karena ya ujung-ujungnya kalau kawin sedarah, nanti jadinya cacat anaknya itu resiko cacatnya tinggi, akhirnya kita kan rugi waktu udah mengawinkan 2 bulan buntingnya nanti bisa sampai 6 bulan yang keluar cacat, akhirnya kan malah rugi waktu itunya, jadi pentingnya recording itu yang utama untuk menghindari risiko perkawinan sedara tadi. Jadi ini tekniknya kami pakai kalung. Jadi nanti dikalungi nih, yang sekarang dikalungi yang sedang didata indukannya.
Betinanya ini didata nomor semua, jadi ada nomor, ada huruf, terus jantannya juga ada. Nah nanti anaknya yang lahir itu juga akhirnya dikalungi, ditaruh di, saya masih recordingnya pakai Excel. Jadi induk ini...
Datang ke kandang kapan, namanya siapa, jadi dikasih nama juga. Terus nanti ketika punya anak, ada tambahan kolom ini jantannya dari mana, ayahnya mana, ibunya mana, kasarnya seperti itu. Anaknya ini kalau selama cempe sampai lepas ape itu masih dikontrol bobot. Jadi buat evaluasi dia ini nambah bobotnya per bulannya berapa. Jadi nanti kurang lebih kayak gitu.
Yang utama sih bapak sama ibunya ini siapa. Karena ini masih dari luar. kami rasa masih aman karena jantannya dari sendiri tapi betinanya dari luar.
Jadi masih relatif kemungkinan kawin sedara itu masih kecil. Tapi masih ditata, makanya masih baru tahap penataan setelah pakannya. Kan pakan, pakan, pakan. Jadi pakan itu tiga kali dipikir dulu sampai ketemu baru kita bisa mikir lainnya. Ya kalau kandang kami di sini ada berapa jenis.
Jadi yang pertama kandang terkoleksi. Kandang terkoleksi ini sifatnya urin sama kotorannya terpisah. Jadi nanti urinnya masuk di bunker sendiri, kotorannya bisa dikumpulin ke gudang kotoran sendiri.
Lalu jadi nanti yang untuk urin itu jadi pupuk organik cair, bisa jadi bahan itu juga. Kalau serintilnya ya jadi pupuk kohe itu tadi. Lalu ada juga kandang buat... Lahiran. Jadi kandang lahiran itu setelah melahirkan itu kita taruh tanah untuk mengurangi potensi.
Jadi nggak di panggung tapi di tanah, ngelemprak bahasanya di sini. Untuk mengurangi potensi resiko kecepit atau nanti keinjek sama indukan lainnya. Ketika kaget terus lari mendadak gitu ketika dikasih makan nanti takutnya keinjek karena mereka masih belum lancar jalannya.
Begitu lahir ketika ada di kandang panggung, nanti kamu pindah ke kandang tanah. Supaya nanti setelah dia lincah. Geraknya baru nanti naik lagi ke kandang panggung Terus ada juga kandang panggungnya Tapi nggak di koleksi Dibiarkan aja jatuh ke tanah Urinnya yang nggak di koleksi Tapi kotorannya tetap dipanen Nah yang penting kandang itu Tanah jangan pakai pelester Karena saya pernah lihat itu ada yang pelester Kalau pelester itu ujung-ujungnya nanti harus dibersihkan tiap hari sih Karena nanti yang bahaya itu Aumonia nya naik Ketika aumonia naik terhirup lagi sama domba Itu yang rawan Menimbulkan masalah seperti penyakit Selama itu tanah, maka urinnya nanti akan terserap oleh tanah.
Nggak masalah kalau kayak gitu. Tapi kalau tadi di plaster, akhirnya harus setiap hari membersihkan. Memang jadi rapi, seolah-olah bersih terus.
Tapi repot, harus konsisten membersihkan. Kalau misalnya nggak ada tenaga itu, ya sudah biarkan jatuh aja ke tanah. Amoniaknya juga turun, terserap oleh tanah. Ada kandang kawin juga, itu disitu satu jantan bisa banyak betina. Kandang bunting ini juga.
kami sendirikan karena gisinya juga beda nanti yang untuk bunting itu kalau buntingnya udah menginjak bunting tua itu proteinnya dinaikkan pakannya supaya susunya nanti lebih banyak kalau yang terkoleksi awalnya itu kami juga terinspirasinya dari Bu Vita di Sinatria Farm Jogja itu waktu kesana wah kandangnya emang gak bau ya ternyata disitu tuh gak keganggu masalah bau gitu karena tiap hari itu juga harus dibersihkan cuma bersihnya gak susah tinggal karena udah masuk pipa Tinggal diset gitu dikumpulkan masuk ember. Kalau urin udah langsung dibuat turun otomatis masuk bunker. Terus ketika membuat kandang yang untuk bunting ada sama-sama panggung.
Tapi akhirnya kami biarkan jatuh. Karena terkoleksi pun punya kelemahan. Terutama di bidang maintenance. Nanti jaring-jaringnya itu harus berkala kita ganti. Karena lama-lama berat kena kotorannya bakal melengkung.
Harus rutin di maintenance. Dan ketika nanti gak ada tukang. Dapet ya akhirnya nunggu ya udah dibiarin rusak gitu Kami akhirnya yang untuk mengurangi beban itu Ya sudah yang ini tetap panggung Tapi gak usah terkoleksi biarkan jatuh ke tanah aja Karena resikonya kalau seandainya ngelemplak Ketika misalnya waktu virus PMK kemarin penyakit mulut dan kuku menyebar Itu alhamdulillah disini gak ada yang kena virus itu Nah salah satu penyebabnya kenapa banyak sapi yang kena Itu karena mereka kan kandangnya gak panggung Sehingga kukunya itu jadi lembab Nah kelembapan itu yang disukai, kondisi lembab itu disukai virus, bakteri, makanya yang banyak terserang.
Itu sapi kemarin, karena mereka tidak panggung. Kalau domba kambing ini idealnya panggung, nanti akhirnya semua kotoran turun sehingga kakinya atau alasnya cenderung kering, nggak lembab. Itu yang membuat kambing domba kemarin relatif tidak terlalu terdampak ketika ada virus PMK.
Di sana penempatan 2 tahun sebelum akhirnya resign. Nah pas di Singapura, itu orang-orangnya itu seneng diskusi tentang agama. Dibahas lah tentang, ngomongin tentang riba di antara diskusi temen kantor itu. Dan di situ saya pertama kali. sama gak terima lah, ini saya niat-niatnya lagi semangat-semangatnya untuk berkarir dihadapkan sama riba habis itu enggak kok ini gak riba bunga bank itu gak riba saya sempat argumen kayak gitu karena sempat ngobrol sama atasan, katanya bank BUMN ini lebih banyak manfaatnya daripada muzuratnya jadi kita mengurangi potensi orang kena lintah darat jadi menurut saya ini gak riba, jadi kalau bank BUMN itu gak riba Kalau swasta riba Jadi gitu Nah saya tuh Oh iya Kayaknya masuk akal Waktu itu awalnya gitu Saya sampaikan argumentasi itu Di teman-teman di Singapura Yang meskipun awalnya Saya ada penolakan Karena ini waktunya Saya ngejar karir Lah kok dihadapkan Sama yang kayak gitu Kan jadi kayak gimana gitu Akhirnya saya Cari tau aja lah Beranikan diri cari tau Tentang riba itu sebenarnya apa Ternyata bener Yang kayak gitu itu Bahkan di fatwa MUI juga Sudah divakualkan bahwa bunga bank termasuk riba.
Wadah mulai saat itu saya makin gelisah. Saya naik pesawat aja nggak berani loh, nanti kalau tiba-tiba mati dalam kondisi kayak gini gimana? Iya mas, tapi kita juga terus harus ngapain?
Dari situ, dari resiko dunia aja saya udah nangkep memang pekerjaan bank itu ternyata berat. Jadi akhirnya saya mikir resiko dunia besar, resiko akhirat lebih-lebih. Terus ngapain saya perjuangin? Berarti... saya ini cuma masalah uangnya aja demi motivasi saya satu-satunya di sini karena tiap ketemu Jumat saya seneng, tiap ketemu Minggu saya stres lagi karena besoknya Senin berarti kan ini indikator kalau saya nggak suka sama yang saya kerjain dari situ juga saya belajar bahwa ternyata uang nggak berbanding lurus sama kebahagiaan atau ketenangan hati karena waktu di Singapura itu benefit yang saya terima bisa sampai 80 juta sebulan, itu termasuk apartemen, termasuk Belum lagi itu yang dibayari itu listrik, gas, air itu semua dibayarin sama perusahaan.
Belum termasuk bonus, insentif, THR itu di luar itu masyarakat. Karena paketnya ekspatriat, karena saya di sana sebagai tenaga asing, otomatis paket yang ditawarkan juga paket tenaga asing. Saya ngobrol sama orang tua, alhamdulillah orang tua juga nggak ada pertentangan, saya keluar.
Memang kemenangannya bukan masalah gaji kita balik seperti dulu apa nggak. Tapi kemenangan terbesar yang langsung dirasakan Senin tidak lagi terasa Senin Malah kalau bisa Senin terus Karena Senin itu kerja aktif Kalau minggu malah bingung di rumah Akhirnya itu yang buat saya berani resign Setelah tahu ayah meninggal 2021 itu Akhirnya oh hikmahnya ini Berarti saya juga harus ikut berbakti Waktunya berbakti ke ibu saya Jadi akhirnya makin kesini makin banyak hikmahnya Makin banyak oh ini berarti memang Udah petunjuk dari Allah memang Alhamdulillah saya dimudahkan untuk proses Resignnya itu Alhamdulillah Ayah juga meninggalnya hari Jumat Menurut saya salah satu indikatornya Yang saya tahu meninggal Karena wabah Itu juga salah satu ciri Husnul Khotimah itu Meninggal karena wabah Meninggalnya di hari yang baik Jadi semoga ayah Memang meninggalnya dalam kondisi khususnya Fertimah dan menurut saya kalau bisa itu, kalau boleh milih juga. Saya pengen suatu saat itu meninggalnya modelnya gitu karena relatif mudah gitu. Posisinya hari itu langsung sakit terus langsung meninggal juga dan posisinya hari itu juga langsung dimakamkan.
Setelah yang saya masa saya jalanin ini, mantra saya itu mungkin cuma dua sekarang ini saya pengen jadi hambanya yang manja sama hambanya yang serakah... hambanya yang manja itu, dulu kan saya sempat dilema, sejauh mana sih kita harus mengandalkan diri sendiri, sejauh mana kita harus berusaha. Terus ternyata waktu saya cepat nyerah, kayak waktu diajari teman saya suruh, udah pernah minta sama Allah, enggak, saya nyerah ya Allah, saya enggak tahu lagi mesti ngapain. Nah ketika kita semakin cepat nyerah, ternyata petunjuk itu lebih cepat datang.
Ternyata Rasul sendiri, Rasul itu berlindung dari mengandalkan diri sendiri, bahkan untuk mengedipkan mata. Berarti kan, ya sudah memang kita nggak boleh mengandalkan siapapun selain Allah. Bahkan diri sendiri untuk ngedipkan mata hal yang sepele aja itu. Bahkan Rasul berlindung untuk nggak ngakui bahwa ini kemampuanku.
Jadi sahabat Rasul kalau sandalnya putus langsung berdoa ke Allah. Ya Allah mohon gantinya yang lebih baik. Padahal itu sandal yang sepele. Saya ini susah banget, disuruh manja aja loh susah.
Disuruh ngandalin cuma Allah, nggak ngandalin diri sendiri. Ada masalah dikit suruh minta ke Allah. Itu loh kok susah. Jadi mulai saat itu saya pengen jadi hambanya yang manja aja lah. Terus kedua, hambanya yang serakah.
Hambanya yang tamak. Ini tamak akan rahmatnya Allah. Jadi ketika kita sehat, kita berlindung diri.
Minta ke Allah, ya Allah lindungi kami dari segala wabah penyakit. Padahal sehat. Kita kan minta lebih sehat lagi.
Berarti kan itu sebenarnya tamak. Udah sehat, minta dilindungi dari penyakit. Berarti udah sehat, minta sehat lagi. Itu kan juga hambanya yang tamak. Cuma...
pelajarannya itu Allah akan mengingat kita di saat susah kalau kita ingat Allah di saat senang jadi ketika kita kaya minta lagi itu lebih jarang daripada orang udah jatuh baru ingat Allah atau ketika sudah sakit ingat Allah itu umum dan udah selayaknya kita minta daripada nggak ingat sama sekali cuma levelnya lebih tinggi ketika senang ingat Allah ketika sehat ingat Allah Itu yang jadi pengingat saya, mantra saya selama ini. Saya ingin jadi hambanya yang manja, jadi otomatis ketemu susah dikit saya nyerah. Susah dikit saya minta Allah kasih petunjuk. Tapi ketika senang, saya minta lagi.
Jadi hamba yang manja dan hambanya yang tamak. Yang sering saya sampaikan untuk pengingat diri sendiri juga adalah yang penting tetap termotivasi. Tapi jangan terintimidasi Karena kalau kita terintimidasi Yang ada seringnya itu nafsu Wah saya kok gak Orang itu kok lebih maju ini bisnisnya dari saya Akhirnya rawan kita menghalalkan segala cara Atau kita rawan silau untuk mengejar menghalalkan segala cara Untuk bisa nyalip itu kalau terintimidasi Beda dengan termotivasi Kalau termotivasi Oke berarti saya harus melakukan yang terbaik Apa yang bisa saya lakukan terbaik hari ini Jadi Yang untuk pengingat diri saya, itu salah satu motor saya lainnya adalah tetap termotivasi, tetap berharap bahwa Allah itu memberikan yang terbaik, tapi jangan mudah terintimidasi dengan hal lainnya. Jadi saya kira itu saja dari saya. Terima kasih banyak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih. Dapat jam ini tadi ya, sama-sama.
Mas, makasih udah jongkok lama.