Transcript for:
Nasab, Komunitas, dan Persatuan

Intro Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah. Salatan wassalamu ala Sayyidina Muhammad Ibn Abdullah Rasulullah wa ala man sahibah wa tabi'ahudah amma ba'ad. Masalah pertama, negara Yemen. Sebagian negara Yaman pernah menjadi negara yang sebagian bangsanya itu mengikuti faham syuyuri atau komunis. Di antara mereka diisukan sebagian adalah tokoh-tokoh Yaman yang ikut di organisasi komunis Yaman. Misalnya tidak berarti tidak fakta. Misalnya ia itu individu. Akan tetapi misalnya ada sebagian oknum orang Arab terlibat di organisasi komunis atau organisasi terlarang lainnya, tidak ada alasan dengan serta-merta kemudian menganggap semua habaib komunis. Tidak boleh demikian. Akan tetapi itu individu apabila itu terjadi. Nah, bagaimana ini? Yang sohabat saja itu dulu latar belakang dari orang tua yang berbeda-beda. Orang tuanya buruk tidak berarti anaknya buruk. Saya baca di sebuah literatur kitab bernama Al-Istiyab Fi Ma'rifatil Ashab Jidid 3 Karya Ibn Abdul Bar Nomor 1857 Disini disebutkan Ikrimah Ikrimah ini sahabat Nabi Anaknya Abu Jahal, musuhnya Nabi. Dan ikrimah ini dulunya juga musuh Nabi. Kemudian ikrimah ini Islam dan pembela Nabi. Apakah boleh kita mengatakan serta-merta seluruh anak Abu Jahal itu buruk semua? Lahir dari Abu Jahal Ikrimah menjadi sahabat Nabi. Maka tidak boleh kita mencaci anaknya Abu Jahal yang sudah Islam menjadi orang baik. Kita caci dengan mencaci ayahnya, menyakiti anaknya. Maka Ikrimah oleh Nabi Muhammad SAW mengumumkan di hadapan para sahabat inna ikrimata ya'tikum sesungguhnya ikrimah akan datang kepada kamu sekalian fa'idha ro'aytumuhu maka apabila kalian melihatnya falatasubbu abahu maka janganlah mencaci ayahnya ikrimah yakni Abu Jahal Fa'inna sabbal mayyiti Maka sesungguhnya mencaci Yang sudah meninggal dunia Yu'zil haya Menyakiti yang hidup Kemudian di kitab Al-Istiafim Arifatil Ashab Karya Ibn Abdul Bar Nomor 3368 Abu Lahab yang disebut dalam Al-Quran Abilahab punya putri Durrah binti Abilahab ini masuk Islam dan menjadi sahabat Nabi yang setia beliau meriwayatkan satu hadis Dari Nabi SAW, mirip yang disabdakan Nabi tentang ikrimah tadi. Ada sabda Nabi SAW, لا يؤذى حيٌّ بمجدٍ Tidak boleh yang masih hidup disakiti dengan yang sudah mati. Jadi kalau nenekmu yang diantara orang Arab misalnya, ada yang komunis, tidak boleh kita sengserta-merta bahwa seluruh anak cucunya ini agen komunis. Ya seperti selain Arab juga demikian, misalnya bangsa Indonesia. Ada sebagian bangsa Indonesia yang ikut komunis, ideologinya komunis, kemudian anaknya menjadi orang baik. Bahkan di antara anaknya mungkin ada yang hafal Al-Quran. Bahkan di antara anak orang komunis Indonesia ada yang menjadi ulama. Mungkin juga. Bahkan ada yang menjadi ilmuwan yang baik. Bahkan ada yang menjadi cerdikiawan ismuslim. Sangat mungkin. Kita tidak boleh menganggap seluruh anaknya orang komunis di Indonesia ini buruk semua anaknya. Karena di antara mereka ada yang di jalan yang benar. Ada yang menjadi ulama mungkin, ada yang menjadi intelektual muslim mungkin, ada yang menjadi pengusaha muslim mungkin. Inilah kita harus objektif dan berpikir yang jernih. Masalah kedua, keturunan, silsilah. Saya baca di sebuah hadis. di jirid 9 Tukfatul Ahwadi hadis Sunan Tirmidi nomor hadis 3270 dengan syarah Sunan Tirmidi Tukfatul Ahwadi jirid 9 alaman 147-148 karya Muhammad Abdul Rahman Ibn Abdul Rahim Rasulullah SAW bersabda innalaha lengkapnya ya ayuhannasu wahai sejenak manusia innalaha qud azhaba ankum ubayyatal Ubayyat al-jahiliyyah Wahai segelap manusia, sesungguhnya Allah sungguh menghilangkan dari kalian kesombongan, kesombongan, kecongkaan kebanggaan model jahiliyyah dan merasa agung, merasa besar, model jahiliah, membanggakan ayahnya, membanggakan kakeknya, membanggakan buyutnya, dat, buyutnya, canggahnya, silsilahnya. Allah menghilangkan kesombongan itu. Tidak boleh ada lagi. Hai yang penting fannasu rojulani manusia itu ada dua macam laki-laki dua macam rojulun barun takiyun karimun al-awah laki-laki atau manusia baik taqwa mulia di sisi Allah wafajirun shakiyun hayyunun al-awah durhaka sengsara hina di sisi Allah Nah, ini jelas. Tidak boleh membanggakan diri. Bukan hanya orang Arab. Orang Jawa pun tidak boleh membanggakan nasabnya. Kalau orang Arab tidak boleh bangga nasab, membanggakan silsilahnya, kita orang Jawa pun tidak boleh. Sama. Orang Arab, baik Habaib atau bukan Habaib, jangan menyombongkan nasabnya, jangan menyombongkan silsilahnya. Arab, Habaib atau bukan Habaib, kita bangsa Indonesia, kita suku Jawa, kita suku Madura, kita suku lainnya, tidak boleh kita menyombongkan kesukuan kita, menyombongkan. Bangga diri apalagi dengan menyakiti yang lain, tidak boleh, sama. Menyombongkan silsilah kita. Kita keturunan yang siapa, kita keturunan sunan siapa, kita keturunan habib siapa, sama-sama tidak boleh menyombongkan diri, membanggakan diri. Itu larangan Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya habaib, bukan hanya orang Nusantara. Masalah ketiga. Masalah ketiga, studi nasab, studi mempelajari tentang silsilah nasab, itu bukan untuk gagah-gagahan, kemudian fanatisme, dan mempunculkan antagonis permusuhan. Baik secara individu maupun kelembagaan, apalagi sampai terjadi diskriminasi ras, bukan itu. Tapi studi nasab, belajar nasab, silsilah, giniologi, tujuan utama adalah untuk silat rahim, saling menyayangi. antar sesama suku sesama nasab kalau di luar nasab saling menyayangi sesama antar manusia saya baca dalam sebuah hadis Nabi SAW tentang studi nasab Sunan Tirmidi nomor hadis 1979 dengan sarah Tufatul Ahwadi Jidid 6 alaman 103 Rasulullah SAW Mengatakan Ta'allamu min ansabikum Pelajarilah dari Nasab kalian Nasab-nasab kalian Gineologi kalian Silsilah kalian Mata siluna bihi arhamakum Yang tujuannya Untuk menyambung silaturahim Fa'inna silat al-rahim mahabdatun fil ahal Karena silat al-rahim itu membawa rasa cinta di tengah-tengah anggota keluarga, anggota suku, anggota sesama marga, anggota sesama silsila, sesama nasab. Masratun fil mal bisa menambah kekayaan harta. Mansaatun fil asar bisa dengan izin Allah. mengundurkan memperpanjang umur kita memenuhi memperpanjang umur kita dan diundurkan ajal kematian kita dengan izin Allah Allah yang berhak untuk memperpanjang atau memendekkan umur kita tapi dengan studi nasab kita kita tahu kalau kita punya saudara sesama keturunan Sunan Songo misalnya Kita tahu kita punya saudara sesama habaib misalnya, jalin persaudaraan. Bahkan di luar antarnasap pun kita saling bersaudara. Habaib mempelajari, studi habaibnya. Kita orang bangsa lain misalnya bukan Arab, studi tentang silsilah kita. Kemudian... Studi silsilah ini untuk saling silaturahim. Itu tujuannya menurut Nabi Muhammad SAW. Ini masalah ketiga. Masalah keempat, sama-sama belum pasti genetik kita, dari mana kita ini nasabnya. Arab atau ajab, Arab atau bukan Arab, bahkan genetik dua ayah dan ibu bukan orang baik misalnya, secara genetik, ayah dan ibu bukan orang baik, tidak boleh dijadikan legalitas untuk Menghujat, menjelekkan, dehumanisasi, menghilangkan kehormatan kemanusiaannya kepada kelompok tertentu. Tidak boleh. Meskipun secara genetik, ayah dan ibu orang itu bukan orang baik. Bukan Arab, bukan tidak Arab. Kenapa? Karena ada satu hak. Tersir al-jami'di ahkamil Quran. Ini masalah keempat, karya Imam Qurtubi, Al-Jami'i Al-Ahqam Al-Quran, di Juz 16, halaman 326. Diceritakan, ketika Sofiyah ini mendatangi Rasulullah SAW, Untuk melaporkan tentang sebagian orang menjelek-jelekan Sofia padahal sudah menjadi istri Nabi Muhammad SAW masih dijelek-jelekan padahal Sofia ini sudah menjadi istri Nabi Muhammad SAW di dalam Tashir Qurtubi Al-Jamil Ahkamil Quran Yus 16 halaman 326 terbitan Darul Fikir kata Sofiah ya Rasulullah inna nisa'a yu'ayyir nani sesungguhnya kau wanita menjelek-jelekkan saya menjelek-jelekkan saya mencelah saya wa ya'kulna li Dan mereka berkata kepada saya, Ya Yahudiah, wahai Sofia, Yahudi. Perempuan Yahudi, bintai Yahudi ini. Putrinya, ayah dan ibu yang Yahudi. Bayangkan. Secara genetik, Sofia ini ayah ibunya Yahudi. Dijeleng-jelengkan. Jelas Yahudi ini. Ayah ibunya, apa kata Rasulullah SAW? Karena genetik yang bagian awal itu bukan orang baik, tetapi atas-atasnya juga banyak orang baik. Apa kata Rasulullah? Hala kulti, bukankah engkau berkata, Sofia? Bukankah engkau menjawab ejekan mereka, kaum wanita? Inna Abi Harun, sesungguhnya ayahku yang dulu ada yang bernama Nabi Harun. Wa inna ammi Musa, dan sesungguhnya pamanku Musa. Karena Sofia ini keturunan Nabi Harun. Berarti keponakan Musa. Wa inna zawji Muhammad, dan sesungguhnya suamiku adalah Muhammad. Sallallahu alaihi wasallam. Maka tidak boleh kemudian ada orang Habaib misalnya atau orang Indonesia Yang mungkin secara individu terlibat di agen organisasi terlarang misalnya, ada orang Arab, mungkin agen Yahudi, mungkin agen Komunis, tapi tidak boleh kita mengklaim orang Indonesia pendukung Komunis, orang Jawa pendukung Yahudi, Habaib pendukung Yahudi, Habaib pendukung Komunis, tidak boleh demikian, banyak sekali para Habaib yang berjuang di Palestina. Membela umat Islam Palestina, mati-matian menghadapi Yahudi, banyak sekali para habaib yang kurban komunis, kurban kebiadaban komunis, melawan komunis, begitu juga orang Indonesia, orang Jawa, banyak sekali yang melawan komunis, kurban komunis. Bahkan mungkin keluarganya komunis, ayahnya komunis, anaknya anti-komunis. Sangat mungkin bangsa Indonesia. Nah, jelas sudah ya? Ini masalah keempat. Masalah kelima. Tidak boleh menjelek-jelekkan nasab. Menjelek-jelekkan nasab. Saya baca dalam hadis muslim dengan syarahnya al-Bahrul Bukit. Ini syarah orang Ethiopia. Karya... Asyik Muhammad Ibn Ali Ibn Adam, Ethiopia, Al-Bahrul Mughid, Syarah Sokih Muslim, di Jilid 2, halaman 458, dengan nomor hadis 234. Rasulullah S.A.W. mengatakan, Isnatani finnas huma bihem kufrun Ada dua perkara di tengah manusia Perkara itu bisa membawa kekufuran Pengingkaran nikmat, pengingkaran kehormatan orang lain Pengingkaran terhadap sirsilah Bagaimana? Atta'nu finnasab Menjelek-jelekkan nasab Satu Waniyahatu alal mayid Meratapi mayid Dan tidak Berkata santun Di hadapan takdir Allah Subhanahu wa ta'ala Ini bisa membawa kekufuran Bisa membawa Pengingkaran terhadap kodok dan takdir Allah Pengingkaran terhadap Nikmat-nikmat Allah Ta'num fin nasab, menjelek-jelekkan, mencelah nasab, silsirah, giniolohi, kelompok tertentu, tidak boleh. Nasab orang Arab menjelek-jelekkan yang lain, tidak boleh. Lainnya Arab menjelek-jelekkan nasabnya orang Arab, tidak boleh, sama saja. Bagaimana dalam sarahnya kata beliau? Kata beliau menukil satu hadis Nabi SAW di halaman 464, beliau menukil Layata'anna rijalun fahrun bi'akwam Sungguh orang-orang laki-laki segera meninggalkan kesombongannya dengan etnis mereka Kesombongannya dengan golongan mereka, kesombongannya dengan kesukuan mereka. Innama hum fahmun min fahmi jahannam. Sesungguhnya mereka ini yang sombong dengan bangsa-nya, sombong dengan kesukuannya. Sombong dengan bangsa-nya, sombong dengan kesukuannya. Bukan bangga yang positif, sombong sampai menjelek-jelekan yang lain. Fahmun min fahmi jahannam Arang Dari arang jahannam Dabole Arab menjelajahkan bukan Arab Dabole Bukan Arab menjelajahkan Arab Juga tidak boleh Arab menjelajahkan sesama Arab Tidak boleh Non Arab menjelajahkan sesama Non Arab tidak boleh Bisa menjadi arang Jahannam Aulayakununna ahwana alallah minal ju'lan atau mereka akan menjadi lebih hina di sisi Allah daripada kewawung, binatang kewawung allati tadfa'u bianfihah annatna yang saudara kalau ber... Mencium bau wawung ini, busuknya saudara menutup hidung untuk menolak bau yang tidak sedap dari kewawung itu. Termasuk di halaman 465, termasuk menceritakan nasab adalah misalnya Lai sahua min duriyati fulan, dia bukan keturunan fulan. Misalnya kita mengatakan, itu bukan keturunannya itu. Itu bukan keturunan fulan. Misalnya dia nyatanya keturunan fulan, berarti kita fitnah. Misalnya tidak keturunan fulan, kita mengatakan, dia bukan. Tidak ada manfaat apa-apa, akhirnya hanya menyakiti. Hanya menyakiti, li'annahu hujumun alil ghayb, karena kita menubruk hal-hal yang misteri, wa duhulun fima la ya'ni, dan kita masuk pada pembahasan yang tidak ada faidahnya, wa tahqirun lil muslim, dan meremehkan sesama muslim. Wa kasu qalbihi dan memecah-mecah hatinya sesama muslim Biidhulil a'ari alih Dengan memasukkan aib pada hati pada orang sesama muslim Masukkan aib terhadap sesama muslim Tidak ada faydahnya Masalah ke enam Hati-hati Memang memaksakan nasab silsilah, itu juga tidak boleh. Mudah terjadi kesalahan. Sehebat-hebatnya data kita, jangankan kita yang tidak terbiasa studi sejarah. Kalau dalam dunia ilmu mustalahul hadis, itu ada mempelajari tentang yang disebut dengan patologi hadis mempelajari penyakit-penyakit di sekitar hadis diantaranya rawi-rawi yang cacat disebut dengan studi al-jarhu wa ta'dil bisa dipelajari dalam kitab-kitabnya Ibn Hajar al-Askollani bisa dipelajari studi kitabnya al-Dahabi Bisa dipelajari di kitabnya Ibn Hadi, Al-Qamil Fi Du'afai Rijal. Kemudian, Du'afai Rijal, karya tentang Du'afau Rijal, karya Al-Uqayli, Al-Uqayli Fi Du'afai Rijal. Kemudian Mizanul Iqtidal, karya Ad-Dahabi. Kemudian Tahdibul Tahdibul Tahdib, karya Ibn Hajar al-Asqallani. Kemudian Tahdibul Kamal lil-Mizzi. Itu studi-studi sumber-sumber sejarah yang melibatkan para rawi. Ada yang cacat, ada yang valid, ada yang tidak valid. Ada lagi As-Sikat, karya Ibn Khiban. Nah, itu ada terjadi. Idirawi menurut ulama ini terpercaya. Menurut ulama ini tidak dipercaya. Menurut ini bisa valid. Menurut ini tidak valid. Jadi, pedile saja di kalangan ilmuwan beda-beda. Apalagi tentang nasab. Oleh karena itu, nasab itu jangan dipaksakan siapapun. Arab atau bukan Arab, bukan hanya Arab. Bukan Arab pun jangan memaksakan diri. Arab juga jangan memaksakan diri. Bukan Arab juga jangan memaksakan diri. Karena apa? Faedahnya apa? Untuk bangga-banggaan, untuk sombong-sombongan. Saya baca dalam sebuah kitab At-Tobaqatul Qubra Ibn Sa'din Ini kitab At-Tobaqotul Kubra Ibn Sa'din Di jilid 1 halaman 56 Rasulullah SAW disebutkan disini Bersabda Kadaban Nasabun Mudah dusta, mudah terjadi kebohongan Orang-orang yang men... memaksakan diri tentang silsila nasab. Ini kajaban nasabun diulangi dalam beberapa riwayat oleh Ibn Sa'din. Satu, dua, paling tidak saya temukan ada dua. Ya ada dua. Ini tentang nasab, kemudian beliau mengungkap hadis Nabi, mudah terjadi kebohongan orang-orang yang memaksakan nasab. Kalau saudara meragukan nasabnya orang Jawa, apakah Arab pasti sohih, pasti falib? Kalau saudara meragukan nasabnya orang Arab, apakah nasab kita yang di Jawa ini juga pasti benar? Kan belum tentu. Sama-sama belum tentunya. Sama-sama belum tentunya. Cuma kita krim. Kita krim nasab kita benar. Sanapun juga demikian, mengkrim nasabnya benar. Sama-sama kan. Tidak ada faedahnya untuk bermusuhan. Ini masalah ke... Masalah ketujuh, bagaimana menetapkan nasab dengan melalui DNA atau disebut dengan basmah wirosiah, yaitu sidik jari DNA berkaitan dengan genetik manusia. Ini masalah ketujuh. Saya baca dalam sebuah kitab al-Mawsu'ah Al-Tibbiah Al-Fiqhiyah Encyclopedic Kedokteran yang berkaitan dengan fikih. Karya Dr. Ahmad Muhammad Kanaan. Ini kitab tebel. khusus berkaitan fikih hukum Islam yang berkaitan dengan kedokteran, diantaranya tentang DNA. Di sini, di halaman 126, beliau menjelaskan bahwa Tes DNA ini memang ada manfaatnya. Lekot sabata ilmiyan wa amaliyat sungguh telah tetap. Secara ilmiah dan praktek realitasnya, anna lil basmatil wirasiyah, sesungguhnya tes DNA, fawaida banyak faidah, wa tadbikatin amaliyah, dan banyak penerapan-penerapan. Aplikatif secara konkret, real, kesiroh, jindan yang banyak sekali. Fil ilaj untuk pengobatan, wal wikayah untuk protektif penjagaan, wafil qodoya al jina'iyah dalam perkara-perkara kriminalohi. Untuk menetapkan nasab. Bainal walad wa walideh antara anak dan ayah ibunya. Wa isbatin nasab fi hawadisi zina wal iktisob. Untuk menetapkan nasab yaitu kasus-kasus perzinaan di luar nikah dan iktisob perampasan. Nah, perampasan anak. Bagaimana ini? Akan tetapi, kata beliau, wa yajibu alal jihad al-muqtas suhman'u Ini pakar hukum yang internasional, wa yajibu alal jihad al-muqtas suhman'u dan wajib dalam arah-arah tertentu untuk dilarang menggunakan DNA. Lianna fi dhali kelmen'i khimayah li a'ro din nas karena mencegah tidak pakai DNA itu untuk melindungi kehormatan manusia. Wasounan li ansabim dan justru untuk menjaga nasab yang sudah ditetapkan, sudah diakui oleh manusia itu. Misalnya kasus waris. Kasus waris ini sudah ada sertifikatnya, sudah diketahui itu anak keturunannya, masyur, cucunya, masyur itu cicitnya, kemudian diributkan, didienakan. Bagaimana kalau didienakan cucunya, cicitnya terkait sengketa tanah. Dan ini berbahaya sekali. Karena sebagian mereka ada yang beli, sebagian mereka ada yang warisan. Dan itu nanti akan menjadi persoalan baru. Dan ini tidak dipakai. Sudah ada sertifikannya, ada wasiatnya, sudah ditetapkan. Tidak dipersulit ini betul-betul cincinnya atau enggak. Betul-betul... Karena ini bisa juga bukan cicitnya. Tapi dia beli dengan sah, cuma dengan mekanisme yang tertipu. Bahkan secara genetik dia bukan keturunannya. Tapi dia telah beli dengan sah, dari diantara keturunan mereka. Ternyata setelah dibeli, keturunannya itu menipu. Ini bukan milikmu, milik saya. Karena saya keturunannya. Karena ketika jual beli tidak ada bukti. Nah ini bagaimana? Kalau di DNA-kan, tanah itu akan kembali ke keturunannya. Padahal sudah dibeli orang lain. Bagaimana ini? Nah ini. Jadi ada beberapa kasus tidak boleh pakai DNA. Kemudian saya baca lagi. Fatawa Asriyah, karya Profesor Dr. Ali Jum'ah dalam kumpulannya Al-Kalimutriyib Fatawa Asriyah Fatwa-Fatwa Kontemporer ini di jilid 2 alaman 300-301 beliau mengatakan DNA bisa dipakai untuk kemanfaatan diantaranya Wa fi khadati doyail atfal yaitu dalam keadaan hilangnya anak-anak kecil wahtilatuhim dan campur tidak diketahui mana ibu laki-laki, mana ibu perempuan sebelumnya ada catatan lagi wa qadha al-ishtibah fi atfalil anabib yaitu karena kesamaran Keraguan, kesamaran tentang bayi tabung, itu bisa melibatkan DNA. Kemudian beliau mengatakan, amal iktimat alal basmatil wirosiyah, adapun mempercayakan penuh, berpegang penuh. Sepenuhnya dipercayakan atas DNA, al-ma'rufah bi-ismi DNA, fi-nafi nasab, untuk menafikan sebuah nasab, fa-innahu la-yajusu syara'an. Itu tidak boleh secara syari'an. Haysu inna tahalila, karena sesungguhnya analisis genetik. Analisis genetik, ya'atariha al-khotou al-bashariyu al-mukhtamil, bisa terjadi kesalahan manusiawi, bisa terjadi kesalahan yang bersifat manusiawi, yang bisa multitafsir, al-mukhtamil, multihasil. Nah ini, yang jelas ya. Kemudian, Diperkuat lagi tentang masalah nasab tidak harus dipersulit dengan DNA, karena tidak ada kemanfaatan secara syariat, boleh kemanfaatkan secara syariat pakai DNA, boleh. Tapi kalau tidak ada manfaatnya, hanya untuk sombong-sombongan, bahkan hanya untuk menipu orang dalam... Soal sengketa tanah misalnya, karena yang beli itu tidak ada bukti DNA sebagai keturunan ahli waris misalnya. Nah, oleh karena itu, saya baca dalam sebuah kitab yang studi tentang nasab. Namanya Al-Ansab. Ini nasab dan nisbah studinya. Karya As-Sam'ani. Abu Sa'id Abdul Karim bin Muhammad bin Mansur At-Taimi As-Sam'ani. Di jilid 1, jilid 1, halaman 22, tidak ada paksaan syariat untuk mengetahui nasab kita apalagi hanya untuk fanatisme, kesukuan ras, apalagi untuk diskriminasi ras dan sebagainya. Nah, kenapa Rasulullah SAW mengatakan Hadha ilmun la yanfa'u wa jahlun la yaduru Memaksakan diri tentang nasab ini Tentang nasab, tentang sisilah Sebuah ilmu Kalau diketahui tidak pasti manfaatnya, kalau tidak diketahui tidak pasti ruginya. Hadha ilmun layan fa'u, diketahui belum tentu manfaat, wajahdun layaduru, tidak diketahui belum tentu merugikan. Karena apa? Karena nanti banyak subjektifnya, banyak tidak insufnya. Tawazari sederhana. Sudah diakini arah Qiblat? Sudah. Pakai alat tidak wajib. Pakai alat-alat menentukan arah Qiblat itu tidak diwajibkan. Karena alat akan berubah-ubah. Teknologi ini dipakai arahnya agak ke sana, Qiblat. Ternyata ada alat yang baru, Qiblat miring ke kiri. Ada teknologi yang baru, Qiblatnya agak miring dikit ke kanan. Bagaimana ini? Maka Al-Ghazali tidak mewajibkan pakai alat teknologi di dalam kitab Ihya Ulumiddinnya. Meskipun sudah berkembang ilmu falak, ilmu astronomi pada waktu itu. Bisa dibaca di kitab Ihya Ulumiddin. Kemudian mengaku dirinya nasab, tetapi intervensi nasab orang lain. Itu juga jangan. Buat apa itu? Misalnya orang lain mengaku nasabnya A, kita punya pengakuan nasabnya B. Ya urusannya sendiri-sendiri, jangan bermusuhan. Apa gunanya? Kita sendiri ini kena hukum, jangan mengaku-ngaku nasab yang bukan nasab kita. Semua, kita menghakimi diri kita sendiri masing-masing. Para habaib harus sejujur-jujurnya tentang nasab. Kalau bukan nasab nabi, jangan dipaksakan nasab nabi. Kita orang yang bukan habaib, kita bukan orang Arab misalnya, ya jangan memaksakan diri. Memaksakan kita sebagai keturunan Sunan Songo, memaksakan kita ini sebagai keturunan wali ini, keturunan wali ini. Tidak boleh. HBF pun juga tidak boleh, kita pun yang bukan HBF juga tidak boleh. Memaksakan nasab yang kita tahu bahwa itu tidak semua valid, kita paksakan. Ini dilarang oleh Nabi Muhammad SAW. Saya baca dalam kitab Syakirul Bukhari, hadis nomor 6766. Rasulullah SAW mengatakan, Man idda'a ila ghairu abihi Barang siapa yang mengaku-ngaku Pada selain ayah yang sebenarnya Ayahnya yang sebenarnya Wahua ya'lamu anahu ghairu abih Dan dia tahu dengan sengaja Bahwa itu bukan ayahnya Fal jannatu alihi haram Maka surga haram baginya Jelas Kemudian dikuatkan lagi oleh Prof. Dr. Yusuf Al-Kordowi di dalam ensiklopedik karya-karyanya Mausuhah Al-A'mal Al-Kamilah karya Yusuf Kordowi, jilid 46 Jilid 46 Mausuhah Al-A'mal Al-Kamilah karya Yusuf Kordowi, jilid 46 Di halaman 55, menetapkan nasab atau menafikan nasab, menetapkan nasab kita tapi menafikan nasab orang lain, intervensi, atau kita menafikan nasab kita. Yang sebetulnya nasab kita ada, kita nafikan untuk memilih nasab lain yang lebih mulia dengan berbohong? Atau menafikan nasab orang lain yang tidak ada urusannya dengan kita? Bagaimana ini? Kata Yusuf Kordowi di sini, tujuan relevansi DNA kata beliau. nisba is batu nasabi waladziha min abih menetapkan nasabnya anak dari ibu betul-betul dari ayahnya dari dia minhu binafihi minhu ternyata setelah dites DNA ternyata anaknya dia Dia lega, oh ternyata ini anak saya, itu ada manfaatnya, tersedihin lah. Ini masalah ke tujuh. Masalah ke delapan, contoh-contoh ulama Indonesia, Jawa atau ya Jawa, atau luar Jawa, keturunan Jawa atau luar Jawa. Yang dengan sederhana, beliau tidak intervensi, tapi subtansi apa yang dibawa oleh beliau? Meskipun Jawa, bukan Arab, hidungnya tidak mancung seperti Arab. Kalau memang dia ulama, kalau dia memang pengusaha muslim, kalau dia banyak memberikan kontribusi kepada agama, bangsa, dan negara, meskipun Jawa, Madura. Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan, kita muliakan, kita hargai, karena mereka membawa manfaat. Orang Arab pun kalau membawa manfaat, membawa hidayah, membawa ilmu, membawa berkah, membawa kemanfaatan agama, bangsa, dan negara, kita muliakan, para habaib, para ulama Nusantara. Sama-sama kita melihatkan. Saya bakal baca dalam sebuah kitabnya. Ini ikut di kitab Mukaddimah Konon Asasi. Mukaddimah Undang-Undang Dasar Nahdlatul Ulama. Ada di kumpulan Irshadushari, kumpulan karya-karya Gheji Hazim Ash'ari. Saya baca. Beliau menukil demikian di Mukaddimahkonun Asasi Jam'iyah Naudatul Lama di halaman 26. Halaman 26 beliau mengatakan begini, Qalas Sayyidu Ahmad Jum'nu Abdillah As-Sagaf Coba Berkatalah Syed Ahmad bin Abdullah As-Sagaf, orang Indonesia As-Sagaf. Rahimahullah ta'ala, semoga Allah merahmatinya. Innaha rob, innaha robitah. Sesungguhnya keorganisasian. Ya'ni, nahdutul lama yang dibangun oleh para masyaih yang ikhlas. Para ulama alisunah wal jamaah yang sangat ikhlas. Qudsatu'at basyairuha telah bersinar, sungguh-sungguh bersinar hasil-hasil yang mengembirakan visi misi yang mengembirakan wajtama'ad dawairuha dan telah terhimpun, menyatu lingkaran-lingkaran manfaat dari ikatan jamiah Nahdlatul Lama. Fa'ainan tadhabuna anha. Maka kemana kalian pergi dari ikatan organisasi alisunnah wal jamaah Nahdlatul Lama. Ayuha'l-mumridun. Wahai orang-orang yang berpaling. Nah, ini beliau memotivasi. Ikut berkontribusi Nahdlatul Ulama berkembangnya Nahdlatul Ulama untuk menghidupkan, melestarikan ajaran ahli sunnah berjemaah dan berkontribusi manfaat untuk agama, bangsa, dan negara. Yang kedua, ulama besar keturunan Indonesia, Padang Asyekh musnidudunya, pakar sanat dunia, alamuddin, bukan ilmuddin yang gelarnya, alamuddin, benderanya agama. Guru ayah saya, sahabat ayah saya, bagikan orang tua ayah saya, ayah saya Gigi Mansur Halil, ibu saya Muzayana. Saudara kandungnya Kihaji Salmahfud, Ra'is Am'en Um. Nah, di kitab Arba'una Hadisan, 40 hadis, An Arba'ina Shaykhun, dari 40 guru, Min Arba'ina Baladan, dari 40 negeri dan kota. Beliau menetapkan beberapa hadis yang beliau terima dari para habaib. Misalnya Di hadis nomor 33, beliau menerima dari As-Sayyid Hussein bin Muhammad bin Umar bin Aqil bin Abdullah bin Aqil al-Munawwar dari Haqbaib. Beliau terima dan beliau tetapkan. Kemudian guru beliau ini menerima dari... Al-Sayyid Syekh bin Ahmad bin Abdullah Bafaqih Muhaddisul Surabaya Al-Hadisul Surabaya Ini di hadis nomor 33 Kemudian Di hadis nomor 13 Saya ini tidak saya urutkan ya Tidak urut ya Hadis nomor 13 Misalnya Beliau terima hadis dari Asyid Abdullah bin Tauhir bin Abdullah bin Tuhar al-Haddad. Asyahir bil Haddad. Dari Hadramaut. Dari Hadramaut. Nah, jelaskan. Sayyid Yasin, Sayyid Muhammad Yasin bin Isa, menerima hadis dari ulama Habib. Dan beliau tetapkan sebagai as-sayyid. Dan dianggap guru oleh beliau dan dicatat hadisnya. Jadi yang positif, berkontribusi ilmu, membawa barokah, membawa manfaat tetap dipakai. Kemudian ada lagi dari... Malang ya, dari Malang, hadis nomor, saya baca di Malang, hadis nomor 38. As-Siyid Hamid bin Muhammad bin Salim, At-Tarimi Al-Khadrami, Tarim Khadramaut. Al-Hadrami Al-Asri Aslinya Hadramaut Malang Bijawa Asyarkiah Bertempat di Malang, Jawa Timur Ini di hadis nomor 38 Beliau dapat hadis yang diterima dari Syed Hamid ini Sabda Rasulullah SAW Naqosat sodakotun mimalin Sodakoh tidak mengurangi harta Wama zada wahu abdan Bi'afin illa izzan Dan tidaklah Allah menambah hambahnya Karena sifat memaafkan Kecuali tambah mulia Wama tawadwa ahadun Lillah illa rufa'ah Dan tidak ada satu orang Yang redah hati karena Allah Kecuali Allah akan mengangkatnya Ini diterima. Nah, ini jelas. As-Sheikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani menetapkan, menerima beliau-beliau ini, habib ini, habib ini, tanpa menyakiti, tetap menghormati ulama Jawa, karena habaib yang maji kepada ulama Jawa juga banyak. As-Sheikh Mahfud At-Turmusi. Itu sebagian manuskrip karya beliau saya simpan, karena kakek saya ini Kertibul Hoss, penulis pribadi beliau. Maka saya menyimpan beberapa manuskip dari karya beliau. Ketika di Makkah, banyak Habaib yang ngaji. Bahasim Ash'ari, Rahimahullah, ketika mengajar Ramadan, banyak Habaib yang mengaji pada Bahasim Ash'ari. Saling memberikan ilmu, memberikan kontribusi, maka saya pesan, janganlah kita Habaib atau bukan Habaib, jaga mulut semua. Tidak semua Habaib. Ada yang keliru, ada yang salah, ada yang melampaui batas, ada yang misalnya ekstrim, tidak semua begitu. Hanya oknum tertentu. Begitu juga orang Indonesia, orang Jawa yang mungkin melakukan kesalahan, melakukan kesombongan, tidak semua begitu. Ikut di agen-agen yang dilarang, tidak semua begitu. Banyak ulama Jawa yang sorry. Bukan habaib, bahkan banyak habaib mengaji pada ulama Indonesia, banyak sekali. Dan banyak sekali juga orang Indonesia ngaji ke ulama habaib. Banyak juga, sama. Maka kita saling mengisi kebaikan. Jangan saling bermusuhan, tidak ada manfaatnya, tidak ada gunanya. Terakhir saya tutup dengan Sheikh Nawawi Banten. Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam kitabnya Ukudulu Jain ini kitab populer di pesantren beliau mengatakan tentang Habib Abdullah al-Haddad Qala Sayyiduna beliau tersirkan Akramuna orang yang termulia kita Al-Habib Al-Mahbub Al-Syid Abdullah al-Haddad beliau mengatakan Fashtilahu ba'dil bilat Maka terminologi sebagian warga di berbagai negara An-na zurriyata rasulillah s.a.w. idakana zakaron Apabila keturunan Nabi itu laki-laki Yukodulahu habib Dikatakan habib Wa inkadat unsa Dan apabila keturunan Nabi itu perempuan Di sebagian negara Yukodulahu hubabah Dikatakan hubabah Ini diakui oleh As-Sih Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani Maka kita sekarang memulailah dengan ukuah Islamnya Jangan sedihkan Rasulullah SAW dengan permusuhan antara sesama muslim Para habaib atau bukan habaib saya berpesan Jaga lidah kita Jaga mata kita, jaga telinga kita, jaga tangan kita, dan iffah seluruh organ kita. Tidak menjelekan, tidak berbohong, tidak menghujat sana-sini. Sudahlah kita bangun negara kita yang tercinta ini Indonesia dengan apa yang kita bisa. Kontribusi yang diridai Allah SWT. Baik Habaib atau bukan Habaib, ulama'Nusantara, ulama'Habaib, para Habaib, para mukibbin ulama', para mukibbin ulama'Habaib, para mukibbin ulama'Nusantara, saling berbau gotong royong, tolong-menolong, bantu-bantu untuk bagaimana cita-cita Rasulullah SAW bisa terpenuhi dan diridai Allah subhanahu wa ta'ala. Yakni cita-cita yang diinginkan Nabi adalah kita rukun, kita bersatu, kita uhuah. Cukup. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.