Transcript for:
Bahaya Brain Rot dan Solusinya

Kedengarannya Kadang tuh suka terjadi gitu aja Gue tau, gue harus ngelakuin kewajiban-kewajiban Kerjaan gue, tugas gue Tapi rasanya kayak Terima kasih. Pakai jalan-jalan Susah buat fokus, untuk konsentrasi Tiba-tiba gak kerasa waktu gue kebuang gitu aja dengan hal-hal yang gak penting Gue pun bingung, kenapa hari-hari gue berasa kosong dan kurang bersemangat Dan ternyata semua ini gara-gara Seberapa bahaya brand rot? Jawaban singkatnya cukup berbahaya karena ini udah mulai mempengaruhi pusat inti dari kontrol yang kita punya, yaitu otak.

Kalau dari istilahnya, menurut gue kita juga udah nggak asing lagi lah ya. Apalagi untuk masyarakat genzit kayak kita, istilah brain rot atau pemusuhan otak, yang kalau kalian belum tahu, ini adalah suatu kondisi di mana otak itu mengalami penurunan fungsi. Fungsi dalam kemampuan berpikir, dalam memori, daya ingat, penurunan fungsi kognitif. Yang spesifiknya ini disebabkan akibat paparan konten-konten pendek.

secara berlebihan dari sosial media, terutama kayak konten-konten receh, meme, atau konten anomali. Dari beberapa jurnal internasional yang gue baca pun, confirm bahwa pemusukan otak ini diakibatkan oleh penggunaan screen time yang berlebihan, terutama untuk tujuan entertainment. Dan dampaknya ya ini bisa melebar kemana-mana.

Penurunan kemampuan untuk fokus, konsentrasi, bahkan ada penelitian dari Asosiasi Kesehatan Perguruan Tinggi Amerika yang melibatkan 372 responden mahasiswa itu nunjukin adanya keterikatan yang signifikan antara screen time dengan peningkatan level kecemasan, depresi, stres. Dan kita bisa lihat gejala-gejala ini di sekitar kita. Kalian ngerasa nggak?

Belakangan ini kita jadi suka scrolling terus. Bahkan di waktu-waktu yang cukup random. Lagi nyetir, macet dikit, scrolling. Bahkan lagi nonton YouTube atau TV pun, kita bisa sambil scrolling.

Atau menurut gue yang lebih anehnya, lagi nongkrong. Bukannya kita saling ngobrol, tapi malah asik scrolling. Dan bahkan mungkin rata-rata penggunaan screen time kita itu bisa di atas 3-5 jam sehari. Dan mostly itu dihabiskan untuk konsumsi konten-konten hiburan. Atau ada lagi yang paling kocak, entah kenapa ada saat kita ingin membuka HP.

Niatnya mau cek sesuatu yang penting. Eh tau-taunya malah berakhir buka Instagram atau TikTok. Scrolling FBP abis itu lupa.

Tadi tuh mau ngapain ya? Atau mungkin kita... Pernah ngeliat gitu ya, berita-berita luar ataupun dalam negeri yang memperlihatkan tingkah laku anak-anak yang cukup random, yang mengadaptasi gerakan dari video-video anomali yang cukup absurd.

Ada juga anak-anak yang kelihatan tantrum, memiliki ketergantungan akan hiburan dari konten-konten di sosial media. Memang kalau kita lihat ya, dampak dari brand note ini sangat relate dengan generasi Z dan Alpha. Berhubung basis konten di zaman sekarang itu udah jauh berbeda dari yang dulu.

Ditambah dari segi algoritma sekarang, itu yang sangat diatur sedemikian untuk bisa selalu memberikan preferensi-preferensi yang diinginkan konsumernya, yang bahkan bisa ngebuat kita jadi candu. Tapi untuk sekarang, pertanyaannya adalah, kenapa sih screen time itu bisa sebegitu kuat mempengaruhi otak kita? menimbulkan dampak-dampak negatif yang terjadi.

Entah dari fokus, konsentrasi, daya ingat yang menurun, bahkan sampai mempengaruhi mental kita, kecemasan, depresi, dan stres. Nah, untuk bisa menjawab itu semua, kita harus mampu memahami terlebih dahulu mekanisme kerja otak kita. Bagaimana otak kita bekerja.

Oke, kita udah tau nih ya seberapa bahaya dari dampak brain rot akibat penggunaan sosial media, scrolling konten-konten receh. Tapi kita belum tau nih alasan kenapa semua efek itu bisa terjadi, apa yang terjadi dalam otak kita sehingga kita mendapatkan efek jangka panjang itu. Nah, kita akan coba bedah satu-satu ya disini, supaya harapannya ketika kita bener-bener tau alasan dan sebabnya dengan jelas, itu bisa memberikan kita keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Jadi gini guys, hal yang harus kita pahami dulu. Pertama, otak kita itu memiliki yang namanya reward system atau sistem hadiah.

Jadi ini adalah sistem alami yang bikin kita ngerasa senang dan termotivasi saat ngelakuin hal-hal yang bermanfaat. Kayak olahraga, belajar, ngobrol dengan orang terdekat, atau baca buku. Semua itu mengaktifkan dopamine, neurotransmitter yang ngebuat kita ngerasa puas dan pengen ngelakuin aktivitas itu lagi.

Nah, di arah sekarang, teknologi... Sumber dopamin ini bisa diaktifkan dengan cara yang lebih mudah dan cepat. Scroll TikTok, buka Instagram, nontonin video receh, tinggal geser jari atas bawah, langsung bisa dapet kesenangan instan.

Lalu masalahnya di mana? Masalahnya adalah otak kita itu pada dasarnya suka dengan hal yang cepat dan efisien. Tapi nggak mengetahui hal itu sebenarnya baik bagi kita atau nggak. Ibaratnya otak kita kayak ngomong, eh ternyata ada cara yang lebih gampang dan cepat ya buat dapet kesenangan. tanpa harus capek-capek belajar atau olahraga, yaitu apa?

Si scrolling itu yang memberikan kesenangan secara cepat dan mudah. Inilah yang akhirnya bisa mendestruksi sistem motivasi alami kita. Yang tadinya otak ngasih reward, perasaan senang setelah kita capek sesuatu yang berarti, yang penting, sekarang perasaan senang itu bisa datang dengan cukup scrolling aja.

Nggak ada perjuangan apapun. Akhirnya itulah yang ngebuat kita jadi males untuk ngelakuin hal-hal yang lebih berat. yang lebih penting untuk hidup kita.

Karena ya tadi, otak kita nggak tahu mana yang penting dan nggak untuk diri kita. Dia hanya mengetahui mana yang lebih cepat dan mudah. Kedua, sifat eskepism. Otak kita punya suatu mekanisme untuk kabur dari realita. Otak kita itu memiliki semacam coping mechanism.

Apa itu coping mechanism? Coping mechanism itu semacam cara alami otak kita buat deal with stress, rasa cemas, atau emosi negatif. Bisa secara sadar, bisa juga dengan otomatis. Ya misal kayak kita lagi stres kerjaan, ngerasa insecure, atau lagi patah hati juga bisa. Bad mood.

Nah, proses yang kita lakukan untuk meredakan emosi negatif itu merupakan coping mechanism. Dan coping mechanism yang baik dan sehat itu contohnya kayak olahraga, meditasi, journaling, curhat sama temen, mencari solusi. Semua aktivitas ini membantu otak kita memproses emosi. bukan cuma menekan sementara atau menghindar. Misalnya saat kita journaling.

Ini akan membantu otak kita untuk memetakan masalah secara lebih jelas dengan menuliskan apa yang sedang kita rasakan, emosi gelisah yang lagi kita alami, bagaimana pemecahannya. Begitu juga dengan contoh lain, kayak olahraga. Di beberapa studi atau penelitian, aktivitas olahraga ini terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan aktivitas prefrontal kortex kita, bagian otak yang bertugas untuk pengambilan keputusan dan regulasi emosi.

Nah, aktivitas yang seperti inilah yang akhirnya ngebuat kita mampu mengolah emosi dengan baik, melatih otak kita menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah dan stres di kemudian hari. Tapi kenyataannya, sekarang banyak orang yang gak sadar, banyak orang yang memilih pelarian-pelarian instan, melakukan proses aktivitas coping mechanism yang bisa dibilang gak sehat. Scroll terus-terusan, being watching tanpa kenal waktu, Inilah yang membuat kita bisa kejebak di lingkaran setan. Karena apa yang dilakukan itu tidak mengolah emosi yang ada di diri kita.

Tapi hanya menekan emosi, menutup emosi untuk sementara waktu. Tidak menyelesaikan akar masalahnya. Merasa stres, cemas, scrolling.

Senang sesaat, masalahnya tetap ada. Eh stres lagi, merasa nyesel, sudah membuang-buang waktu untuk scroll. Yang ada stresnya jadi malah menambahkan.

Dan akhirnya bisa menjadi pola kebiasaan. Membentuk kebiasaan jangka panjang. Setiap kali ngerasa cemas, khawatir, larinya ke sosial media.

Itu yang kedua. Nah, yang ketiga, kita perlu tahu bahwa otak kita itu memiliki dua sistem dalam berpikir. Sistem yang cepat serta instan, dan sistem yang lambat tapi mendalam. Nah, ketika kita terlalu sering mengkonsumsi konten cepat, video singkat, meme, hiburan receh, yang sering kita latih di otak kita itu hanya sistem cepat. Sedangkan sistem lambat yang ada di otak kita yang penting untuk berpikir kritis dan mendalam jadi semakin lemah karena sistem tersebut jarang dipakai.

Hampir seperti mekanisme Otot, kalau nggak kita latih, nggak kita gunakan, ya akan menjadi melemah. Hasilnya efek jangka panjang tadi yang udah dibahas di poin sebelumnya. Kita jadi sulit untuk berpikir kritis, sulit fokus, mudah kedistraksi.

Rasanya kayak berat gitu untuk mencari tahu lebih dalam akan suatu informasi. Karena ketika kita mencoba untuk mendalami suatu materi, untuk berpikir, untuk fokus dalam waktu yang agak lama, kita merasa nggak tahan, merasa terganggu. Karena otak kita tidak terbiasa, pengennya dapat informasi yang cepat dan instan aja.

Keempat, otak kita memiliki sifat sosial. Kita itu secara alami punya kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Ini dikenal sebagai social comparison theory dari Leon Faustinger.

Nah, mungkin di masa lalu, social comparison ini cukup berguna untuk kita belajar dari orang yang lebih sukses, lebih baik dari kita. Bagaimana cara kita untuk menghindari kesalahan yang mereka buat Semisal seperti di kelas Kita bisa membandingkan diri dengan teman kita yang lebih rajin Kita jadi bisa terdorong untuk menjadi rajin juga Untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus Di lingkup pekerjaan Melihat sekeliling kita produktif dan bisa melakukan pekerjaannya dengan baik Kita juga jadi terdorong untuk produktif dan gak males-malesan Sedikit banyak ini ngebantu gitu kan untuk kita bisa meningkatkan kapasitas diri dengan membandingkan dalam lingkup yang kecil, lingkup yang sama. Tapi di era sosial media, social comparison yang terjadi, kita nggak lagi membandingkan secara setara, melainkan terhadap versi yang udah terkurasi dan tersaring dari kehidupan orang lain.

Membandingkan highlight seseorang dengan behind the scene kita, kan nggak seimbang jadinya. Dulu mungkin kehidupan sebelum ada sosial media, Kita cuma bisa membandingkan diri dengan 5-10 orang terdekat. Sekarang bisa membandingkan diri dengan ribuan, jutaan orang di dunia yang menampilkan versi terbaiknya di sosial media. Bahkan dengan orang yang nggak kita kenal, nggak kita tahu latar belakangnya.

Inilah salah satu... yang menurut gue menimbulkan fenomena-fenomena seperti standar TikTok. Membuat standar yang kita punya itu bisa sangat bias dan gak realistis.

Peperan sosial media, konsumsi sosial media yang terus-menerus akhirnya tanpa sadar menciptakan kewajaran-kewajaran standar tersebut. Nah, kurang lebih itulah mekanisme otak. Hal yang terjadi di dalam otak kita apabila memiliki kebiasaan mengkonsumsi konten sosial media. Konten-konten pendek, konten receh secara berlebihan Yang akibatnya bisa menimbulkan efek jangka panjang tadi, brain rot, pembusukan otak. Kalau ditanya, apakah dampak brain rot ini merupakan dampak permanen?

Jawabannya bukan, karena otak kita memiliki yang namanya kekuatan neuroplasticity, salah satu kemampuan luar biasa yang udah Tuhan anugerahkan kepada kita. Apa itu neuroplasticity? Neuroplasticity adalah kemampuan otak untuk berubah, beradaptasi, membentuk ulang jalur-jalur saraf berdasarkan pengalaman serta kebiasaan baru yang kita lakukan secara konsisten.

Otak kita itu bersifat plastis, fleksibel, dan ini juga yang dapat mempengaruhi 4 mekanisme kerja otak tadi yang udah kita bahas. Jadi, sederhananya, mekanisme atau cara kerja otak kita itu bisa dibentuk ulang kalau selama ini kita membiasakan otak. otak untuk terus mengkonsumsi konten-konten pendek, receh, instan, maka otak akan terbentuk untuk selalu mencari hal-hal cepat dan mudah.

Tapi kalau kita melatih otak dengan kegiatan yang lebih menantang, yang membutuhkan fokus menggunakan proses berpikir, kayak baca buku, riset, mempelajari hal baru, atau menekuni hobi baru, otak pun akan membangun jalur-jalur yang lebih sehat. Otak kita akan mulai terbiasa dengan mudah untuk ngelakuin hal-hal produktif lainnya, untuk bisa fokus, berpikir mendalam, berpikir kritis. Jadi menurut gue kekuatan neuroplasticity ini adalah kabar baik sekaligus kabar buruk. Pertama, kita bisa membuat kembali jalur-jalur baru di saraf kita.

Mengoptimalkan fungsi otak kita kembali. Mengganti kebiasaan atau perilaku buruk menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik dan produktif. Tapi ini juga berlaku dengan kebiasaan buruk. Semakin kita mengulangi kebiasaan itu, semakin sulit untuk kita tinggalkan. Semakin sering.

kita melakukan suatu kebiasaan semakin kuat jalur itu di otak kita jadi ya semakin mudah untuk kita mengulanginya so pertanyaannya apa sih kebiasaan-kebiasaan yang bisa kita lakukan untuk ngebantu mengembalikan fokus kita memperbaiki cara kerja otak kita langkah yang paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah membatasi screen time penggunaan sosial media mengonsumsi konten-konten receh coba diatur dengan menentukan blog atau jadwal untuk kita menggunakan sosial media. Sehingga kita pun menggunakan sosial media itu secara sadar, secara aware. Nggak setiap menit, setiap jam kita selalu ngecek HP dan scroll sana-sini. Karena ketika kita bisa membatasi ini, kita sedang ngelatih otak untuk nggak selalu mengejar kesenangan instan. Sekaligus nanti kita dapat ngelatih fokus dengan deep work, mengerjakan tugas atau kerjaan tanpa gangguan selama blok waktu tertentu.

Supaya kita Bisa ngelatih otak untuk gak mudah ke distraksi, melatih saraf kita untuk fokus dan konsentrasi. Misalnya kita memblok waktu dari jam 8 pagi hingga jam 11 untuk belajar atau bekerja. Bisa dibantu dengan teknik Pomodoro, 25 menit kerja, 5 menit istirahat, dan dilakukan beberapa interval. Tapi ingat, istirahatnya itu bukan malah dipakai untuk scrolling lagi ya. Pokoknya tanpa notifikasi sama sekali, sekedar duduk-duduk, nyeduh teh, bikin kopi, itu bisa.

Selanjutnya hal yang bisa kita lakukan juga untuk melatih kinerja otak itu dengan membaca buku Karena dengan membaca buku, otak kita akan dilatih untuk terbiasa bertahan dalam satu aktivitas Memproses informasi secara perlahan, secara mendalam Ini akan melatih sistem kedua dari otak kita Yaitu sistem berpikir lambat Yang dimana sistem kedua ini digunakan untuk kemampuan berpikir kritis Dan saran terakhir dari gue Ini aktivitas yang menurut gue sering banget diremehin, padahal manfaatnya luar biasa banyak banget, yaitu olahraga. Jadi di tubuh kita itu ada yang namanya BDNF, Brain Derivated Neurotropic Factor, senyawa protein yang berguna untuk menyuburkan fungsi otak kita. Bisa kita ibaratkan BDNF ini sebagai pupuk lah, dan neuron atau saraf yang ada di dalam otak kita itu adalah tanaman. Semakin banyak kadar BDNF yang ada, itu semakin bagus. semakin subur koneksi antar neuron yang ada di otak kita.

Yang berarti, itu akan memberikan kemampuan untuk kita belajar lebih cepat, fokus lebih lama, dan berpikir juga jadi lebih tajam. Dari olahraga yang kita lakukan juga, itu akan ngebuat kualitas tidur kita jadi lebih optimal. Karena dari aktivitas ini, dapat menghasilkan yang namanya melatonin atau hormon tidur.

Dan dari tidur yang berkualitas pun, itu salah satu faktor yang dapat meningkatkan kadar BDNF juga. Jadi dari satu kebiasaan olahraga ini aja bisa ngebentuk lingkaran, loop manfaat yang banyak gitu. Nanti dari tidur yang cukup, ngebuat kondisi mental dan regulasi emosi kita juga jadi stabil.

Akhirnya bisa menghasilkan keputusan-keputusan yang baik dan gak impulsif. Mood di pagi hari jadi bagus, gak berasa anxiety dan cemas. Ngejalanin hari jadi semangat, bisa fokus, kerjaan selesai, isi dompet juga jadi makin tebal. Ya kurang lebih seperti itulah gambaran simpelnya.

Dan Buat kalian yang masih suka beralasan, ah, gue gak ada waktu untuk olahraga, gue udah sibuk sama kerjaan. Gak ada waktu untuk olahraga? Emangnya sesibuk apa dunia lu? Situ ilang. Bezos.

So, intinya semua itu balik lagi. Pilihan ada di... tangan kita masing-masing.

Apakah kita ingin memperbaiki dan merubah hidup kita atau ingin merusak dan memperparah kondisi hidup kita? Manfaatkan akal yang kita punya ini untuk membiasakan diri memilih keputusan-keputusan serta kebiasaan-kebiasaan yang baik. So, kalau kita mau coba tarik garis besar dari yang udah.

kita bahas tadi, pertama brain rot itu real ya nyata adanya, bukan cuma sekedar lelucon atau istilah internet aja tapi ini adalah kondisi yang cukup serius, yang bisa mengganggu cara otak kita bekerja dari fokus, memori, bahkan sampai kondisi mental kita dan memang, pemicunya itu dari hal yang terlihat sepele kebiasaan scrolling, konsumsi konten-konten pendek, waktu screen time yang berlebihan, itulah kenapa tadi kita juga sempat bahas mekanisme kerja otak supaya kita ngerti kenapa dari perihal yang sepele itu bisa memberikan dampak yang cukup merugikan. Mulai dari otak kita punya sistem reward yang suka dengan hal-hal instan terus punya coping mechanism yang mudah untuk melakukan pelarian lewat hiburan-hiburan sesaat. Di otak kita juga memiliki dua sistem cara berpikir yang dimana kalau tidak dilatih bisa makin tumpul Sampai kita juga memiliki sifat dasar kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain dan semua mekanisme kerja otak tersebut sangat dipengaruhi oleh superpowers power yang kita miliki di otak, yaitu neuroplasticity, kemampuan otak kita untuk memulihkan keadaan, untuk membentuk jalur-jalur baru, membentuk kebiasaan baru, yang dimana bisa kita mulai dengan langkah-langkah sederhana, mengurangi screen time, latihan deep work untuk fokus, baca buku, rutin olahraga, dan yang paling penting, lebih sadar sama konten apa yang kita konsumsi tiap hari. dan sedikit pengen sharing aja gue pribadi itu pakai bantuan aplikasi untuk ngebatasiin screen time jadi dari aplikasi itu akan mengunci beberapa aplikasi di jam-jam tertentu biasanya gue atur untuk bisa menggunakan sosmed itu di jam 11.30 sampai jam 13.00 lalu ada lagi di jam 17.30 sampai 19.30 niatnya emang sebisa mungkin gue gak buka hp pas baru bangun dan menjelang tidur gak setiap hari sih gue lakuin tapi gue usahain untuk dilakuin sesering mungkin sama Gue juga pernah challenge diri gue untuk dopamine detox. Sebenernya lebih ke pembatasan penggunaan sosmed aja sih.

Topik dan prakteknya juga pernah gue bahas. Buat yang penasaran, monggo kalian bisa langsung cek aja videonya. Dan buat kalian yang lagi berusaha ngebangun kebiasaan baik atau mencoba untuk melepas kebiasaan buruk, gue pernah nge-review buku namanya Atomic Habits.

Mungkin bisa cocok untuk kalian. karena jujur Isi bukunya itu kayak apa ya cukup logis dan ngedorong kita banget untuk langsung ngelakuin aksi. Jadi buat yang mau tau insight gue dari buku itu langsung aja sikat.

Ya mungkin itu aja yang bisa gue sampaikan di video kali ini. Terima kasih yang udah nonton video ini sampai habis. Semoga bisa jadi manfaat dan reminder untuk kita semua.

Dan sampai jumpa di video selanjutnya. Dadah.