Transcript for:
Pengalaman Pertama dengan Kamera Analog

Sebagai newbie yang baru aja nyobain analog setelah lama pake digital, ini hasil foto-foto gue. Ya tentu aja ini bukan keseluruhan ceritanya. Di video kali ini gue mau sharing pengalaman gue pertama kali pake kamera analog, kesalahan-kesalahan dan kendala apa yang gue hadapi yang pada akhirnya gue jadi lebih banyak belajar soal kamera dan teknik fotografi. Awalnya gue ngerasa convert dari digital ke analog bakalan gampang-gampang aja. Ya sesusah apa sih, sama-sama kamera, cara kerjanya sama, teknik fotografinya juga sama, cuma bedanya kan kalo digital pake sensor dan direkam di SD card, kalo analog kan pake film. Gampang kan? Well, ini role pertama gue. Hal kecil yang keliatannya bodoh banget, tapi buat seorang newbie ini mungkin banget terjadi. Jadi gue bikin video ini supaya kalian yang newbie dan baru mau main kamera analog gak mau ulang kesalahan gue yang sama. Apa sih kesalahan bodohnya? Haduh, mau nyeritain aja gue malu. Jadi setelah semua roll film terekspos dan tiba saatnya mengeluarkan film dari kameranya, gue salah memutar roll filmnya. Yang harusnya clockwise, gue putarnya counterclockwise. Ya, hasil roll film keluar dari canister dan wassalam. So, pelajaran pertama tuh, muter filmnya clockwise. Ingat ya. Tapi walaupun filmnya gak kebakar, gue ragu juga sih hasilnya bakalan bagus. Liat nih roll film kedua gue, Fuji Superia Extra 400. Berantakan. Ya tapi paling gak hasilnya bisa diliat lah ya, sehingga kita bisa analisa salahnya dimana. Kalo gue coba analisa dari hasil foto-foto dari roll kedua gue ini, keliatan kalo problemnya adalah motion blur dan gak fokus. Dari sini kita bisa tarik kesimpulan bahwa ini adalah kesalahan gue dalam motret. Pake kamera digital dengan segala kemudahannya bikin gue underestimate bahwa pake kamera analog gak akan jauh berbeda dengan pake digital. Dan ternyata gue salah besar dan bikin gue harus step back dan belajar lagi soal kamera. So, pelajaran kedua. Buat nyubi analog, gue saranin pake kamera pocket otomatis aja atau SLR aja. Lo emang gue pake kamera apa sih? Kamera yang gue pake ini Yashica Electro 35 GTN. Sebelum gue ketemu kamera ini, gue gak pernah tau ada jenis kamera yang namanya Rangefinder. Ya selama ini gue cuma tau mirrorless dan DSLR. Loh emang bedanya apa? Oke, gue sebutin perbedaan yang signifikan aja kali ya. Pertama adalah perbedaan image yang kita preview di viewfinder. Image yang kita lihat di viewfinder SLR adalah hasil dari apa yang dilihat oleh lensa. Lalu dipantulkan oleh cermin ke viewfinder dan akhirnya sampai ke mata kita. Jadi what you see is what you get sebagai final image. Mulai dari fokusnya, detailnya, dan depth of fieldnya. Sedangkan kamera rangefinder tidak melihat image melalui lensa, tapi langsung melalui viewfinder. Jadi kalian gak akan bisa lihat tuh depth of fieldnya seperti apa, detail image-nya seperti apa, dan lain-lain. Nah itu soal preview image. Soal focusing, nah ini beda lagi. Kalau SLR karena preview-nya lewat lensa, yaudah tinggal set aja fokusnya, bisa auto kalau memang ada, atau manual, mana yang fokus, mana yang enggak. Semuanya kelihatan di viewfinder. Kalau kamera rangefinder punya mekanisme yang beda soal focusing. Jadi nanti di viewfinder rangefinder kalian, kalian akan melihat 2 image yang berbayang. Cara untuk focusingnya adalah saat kalian memutar ring fokus, image berbayang tersebut akan bergerak. Pada saat kedua image itu menjadi 1. Nah, berarti subjek itu sudah fokus. Tapi again, tahu caranya bukan berarti mudah melakukannya. Pada praktiknya, gue tetap kesulitan buat fokus ke subjeknya karena gak pernah memperhitungkan jarak subjek dan aperture lensa yang gue gunakan. Ini terjadi karena kebiasaan pakai digital, dimana kalau mau fokus, ya sesimpel neken tombol shutter setengah, objek pun langsung infokus. Padahal masalah fokus juga bergantung pada jarak subjek dan aperture lensa. aperture yang digunakan. Gue lupa kalau kamera analog yang gue gunakan ini memakai lensa manual. Hasilnya ya bisa dilihat di roll kedua lah. Fotonya kebanyakan blur. Tapi dari sini gue malah belajar hal baru dalam teknik fotografi yaitu zone focusing. Sebenarnya zone focusing ini bermanfaat banget buat street photography Dimana kamera kalian mungkin gak punya fitur autofocus Tapi kalian tetep mau subjeknya fokus secara cepat Ya sesuai namanya zone focusing berarti area fokus Dengan aperture tertentu kita bisa set area mana yang in focus Jadi objek apapun yang ada di area tersebut otomatis akan in focus Jadi kita gak usah main-mainin focus ring lagi buat fokus Tinggal tentuin aja areanya Biar lebih jelas, yuk langsung kita lihat di lensa aja. Oke, sekarang gue mau jelasin soal zone focusing. Jadi zone focusing adalah area fokus di mana itu tergantung dari berapa aperture yang kita gunakan. Nah ini biasanya berguna buat kalau kalian punya lensa manual, kayak contohnya ini nih, ini kan ini nggak bisa autofocus. Nah salah satu teknik buat fokus adalah zone focusing. Nah caranya gimana sih? Caranya pertama kita set dulu aperture yang kita gunakan berapa. Kayak misalkan ini nih. Nah ini nih ternyata ada makna-maknanya nih. Ya pastilah karena gue sebelumnya nggak tahu sekarang baru tahu aja jadi gue bisa jelasin. Jadi kalau kalian lihat di lensa-lensa manual itu ada angka-angka kayak gini nih. Pertama yang atas ini ya ini tentu aja aperture yang kita gunakan. yang kita gunakan gitu Oke misalkan kalau kamera yashica electro 35 GT ini aperture dari 1,7 sampai 16 gitu jadi kita pilih dulu aperture yang mau kita gunakan berapa 2,8 4 5 5,6 atau 8 nah misalnya kita mau set di aperture berapa ya aperture 8 ya kita aperture 8 kita set dulu aperture nya ke aperture 8 nih aperture 8 nah sekarang kita set zonenya yang mau kita fokus areanya seberapa besar jadi kita caranya gini nah di bawah ini nih yang ada gini-gini nah ini aperture yang kita gunakan nih jadi 8 4 8 11 16 jadi caranya gini kita fokus ya kita puter ring fokusnya di jarak yang mau kita mau area nya ya, kayak misalkan karena kita pakai aperture 8 kita set nih di 8 nih, karena ada angka 8 kecil nih, jadi dan ini satuan itu ada dalam meter dan ada dalam feet yang atas ini meter, yang bawah ini feet karena kita seringnya pakai meter kita coba aja pakai meter nah, kita align jaraknya di aperture yang kita gunakan kalau ini misalkan gue 1 meter jadi aperture nya 8 jaraknya 1 meter hingga oke ini nih hingga aperture yang sini juga nih 8 juga berarti jarak dari 1 m hingga ya kira-kira berapa nih 1,3 m ya 1,3 m Nah itu akan infocus Nah kalau kita mau jarak fokusnya lebih lebar lagi ya udah tinggal kita set aja ke Infinity nih kita set Infinity di 8 nah berarti jaraknya adalah ya sekitar 4 atau 5 ya jadi jarak antara 5 sampai sampai Infinity jauh itu akan infokus atau kita mau lebih dekat lagi misalkan ini kita ketiga nih 3 m sampai berapa nih ya sekitar 1,6 117 layar 1,7 atau 1,6 hingga 3 m itu akan jaraknya adiakan infokusnya jadi gitu set dulu efeknya berapa lalu kita set zonenya seberapa besar kita mau dia infokus kalau misalkan kita udah set ya udah tinggal kita masuk masuk aja ke zone tersebut, nah nanti semua objeknya akan in focus. Nah itu cara zone focusing. Nah selain dari masalah focusing, kelihatan juga dari roll kedua gue, problemnya adalah motion blur, yang berarti adalah setting shutter speed yang lambat pada saat motret. Karena kamera gue ini, yaitu Yashica Electro 35 GTN, adalah kamera dengan mode aperture priority. Jadi gue hanya bisa set aperture-nya aja, sementara shutter speed ditentukan sendiri oleh kamera. Dan ISO tergantung film yang digunakan. Secara film speed yang gue gunakan adalah ISO 200, kompensasi untuk mendapatkan exposure yang pas adalah gue harus membuka aperture yang lebar dengan shutter yang agak lama. Ya akhirnya timbulah motion blur. Solusinya sebenernya mudah sih. Either gue foto di daylight agar aperture-nya kecil dan shutter speed-nya lebih cepat, atau kalau kondisi sedikit low light dan perlu shutter speed yang lebih lama, ya gue bisa pake tripod. Dan setelah mempelajari kesalahan-kesalahan di atas, di roll ketiga gue udah mulai mendapatkan image yang lebih proper. Fokus tepat, motion blur udah gak ada lagi, ya walaupun cuma di beberapa foto sih. Dan akhirnya di roll keempat lah gue bener-bener happy dengan semua foto-foto gue. Gila, butuh 4 roll buat gue dari total newbie hingga akhirnya tau gimana rangefinder kamera ini bekerja. Sedikit tips deh buat kalian yang mau nyoba kamera analog dari digital. Beberapa tips yang bisa gue kasih adalah, untuk pemilihan kamera, pilih antara kamera pocket, kalau memang kalian nggak ada budget, atau kalau kalian punya budget, langsung aja pilih SLR. Hindari rangefinder sih menurut gue, kecuali kalau kalian emang demen belajar dan pengen ngulik-ngulik. Lalu make sure, kamera yang kalian pilih, lightmeternya masih nyala. Ini penting buat tau setting agar image terexposed dengan pas. Lalu pilih film yang murah-murah dulu, jangan keburu nafsu beli film mahal hanya karena pengen lihat hasil foto yang cakep dan estetik. Percayalah, hasil foto pertama kalian kemungkinan gak akan seperti yang kalian bayangkan. Nah itu aja sih, yang pasti mencoba fotografi analog ini jadi pelajaran dan punya kesan sendiri bagi gue. Selain jadi belajar banyak hal, motret analog bikin gue jadi sabar. Sabar pada saat motret, sabar pada saat tunggu filmnya dicuci. Kalian akan lebih intentional lagi dengan foto yang kalian ambil. Gak gerusak-gerusuk. Karena kalian tau, setiap foto yang kalian ambil, setiap frame, itu berharga banget. Gue suka kalimat populer di soal fotografi analog. One shoot, one kill. Wah, itu keren banget. Buat kalian yang pake kamera analog, apa kamera kalian dan film favorit kalian? Tulis di kolom komentar ya. Oh iya, kalau ada ide apa lagi soal konten fotografi analog, tulis di kolom komentar juga ya. Segitu dulu deh video kali ini. Seperti biasa klik like kalau kalian suka video ini. Dislike aja kalau nggak suka. Follow instagram gue tanganblang. Thanks for watching. I'll see you next time.