Supaya jangka panjang tidak macet akibat ketidakadilan Tata Ruang, maka kita kurangi beban di Jakarta Pusat. Salah satunya dinas-dinas BUMD-BUMD. Yang sekarang tersebar sana-sini, sana-sini, sehingga orang di pingkongan itu bisa dikonsolidasi. Terus kemana? Nah, ada gagasan di Jakarta Utara yang memang ada hak membangun 200 hektare Ancol itu.
Itu bisa dibikin kayak SCPD, tapi pusat pemberitaan. Kalau simbol balai kota... Oke, gue sekarang ada di Kelurahan Ancol.
Bisa dilihat. Tempat... Tempat ini.
Dan daerah yang mana salah satu kandidat gubernur kita, Pak Ridwan Kamil, punya imajinasi untuk memindahkan pusat kota, balai kota, pusat pemerintahan ke sini. Dengan alasan keadilan tata ruang dan lain sebagainya. Wow! Sesuatu yang men-blowing sekali ya teman-teman, sangat-sangat men-blowing mengingat apa yang terjadi sebenarnya di Jakarta Utara dan seberapa besar problematika yang ada di Jakarta Utara, yang mana Jakarta Utara ini punya masalah, bukannya menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Yang udah ratusan tahun terjadi, malah menciptakan masalah yang baru dengan mendirikan kantor-kantor pemberitahannya lain. Oke, sebelum itu kita bahas dulu masalah Jakarta Utara itu sendiri. Bagaimana Jakarta Utara menjadi korban dari ambisi besar Belanda menjadikan Batavang. Sebagai New Amsterdam dan setelah mereka gagal mereka tinggalkan begitu saja dan sampai sekarang ini masih menjadi broad area yang butuh perhatian pemerintah secara khusus mengingat polusinya, kerusakannya dan berbagai masalah yang lain. Kalau misalnya kalian pergi ke bagian utama.
Ya, tak lain tak bukan adalah kanal. Ya, kanal kali yang terhubung satu sama lainnya. Dan kanal-kanal ini punya sejarah yang panjang, cuy. Jadi gini, ketika belada pertama kali mendarat ke daerah Jakarta, yang waktu itu dikenal dengan nama Batavia, mereka punya obsesi. Obsesi mereka tak lain tak ada, tak bukan adalah menjadikan barang.
Afia sebagai the new Amsterdam jadi sengaja tuh mereka bikin pemukiman pemerintahan kolonial itu rumah bersusun-susun dengan kali-kali antar satu daerah dan lainnya nah banyak orang yang salah memahami bahwa kali-kali di Jakarta ini dibuat untuk menanggulangi banjir, jadi pemerintah Belanda peduli sama Jakarta terus bikin kali-kali supaya menanggulangi banjir, itu peliru ya Tujuan utama dari kali ini sebenarnya ada dua, yang pertama transportasi, kedua segregasi. Jadi, di zaman dulu itu kan nggak ada mobil, nggak ada alat angkut gitu. Ketika mereka mau ngambil atau ngedrop barang, itu kan harus ke pelabuhan. Makanya mereka butuh halis.
Supaya kapal bisa masuk, langsung ke tempat stok barang, ambil, ataupun nge-drop barang. Nah, itulah yang direncanakan oleh Belanda. Dan ini semua tertuang dari dokumen yang gue dapat dari David Lutsel.
Tahun 1600-an ya, plan di Batavia. Jadi ya, di situ di... Jelaskan nih, apa sih rencana pemerintah kolonial Belanda waktu pertama kali datang ke daerah Jakarta ini, atau dulu namanya Jakarta, atau dulu namanya Sudak Kelapa, dan di situ dijelaskan secara rinci gitu.
Jadi bukan untuk banjir, tapi untuk kepentingan mereka sendiri. Halo! Uset, Bang minta foto Bang ya?
Boleh, boleh, boleh. Woy! Foto ke laik, lans!
Foto! Rar, gede! Hahaha Hehehe Oke, sekarang kita berada di Pelabuhan Sunda Kelapa dan pelabuhan ini sudah menyimpan sejarah yang panjang banget buat negara Republik Indonesia atau bahkan sebelum berdirinya negara Republik Indonesia dan bahkan sebelum masa kolonialisme Belanda dan ketika Belanda masuk pelabuhan ini termasuk pelabuhan yang paling diandalkan dalam kebutuhan transportasi, logistik, serta bongkar muat barang jadi tahun 1800-an Belanda sempat memperbesar pelabuhan ini kanal ini, lebar pelabuhan ini dari 800 meter menuju 1800 meter 175 kalau nggak salah dan tetap jadi jantung Batavia waktu itu.
Dari pelabuhan inilah terus bareng-bareng diangkut, dialirkan melalui kanal-kanal yang tadi gue bilang untuk transportasi kayak New Amsterdam tadi, serta begitu juga sebaliknya dari pelabuhan ini berangkat menuju ke Laut Lepas. Bahkan setelah ratusan tahun berlalu pelabuhan ini masih berfungsi dan dia saksi bisu sejarah kota ini. Kedua, segregasi dan ini yang... Gue pikir, hmm jahat ya. Jadi kanal-kanal itu berfungsi untuk melindungi pemerintahan kolonial ini, melindungi bangsa penjajah ini, melindungi orang-orangnya mereka.
Karena kan mereka kalah jumlah ketika datang ke Indonesia gitu. Dan untuk meminimalisir resiko mereka diserang oleh penduduk asli Indonesia atau pribumi asli Indonesia, mereka akhirnya bikin segregasi itu. Jadi kalau kalian telisik mapnya satu persatu, kalian akan menemukan satu hal yang menarik bahwa hampir tidak ada jembatan antar kanal yang terkumpul. hubungan tersebut.
Jadi memang jembatan itu minim sekali, cuma ada satu gitu. Dan itu pun menghubungi antara residentnya orang Belanda sama keluar. Jadi, ya, tujuannya ada dua, transportasi dan segregasi.
Pola grid ini memang bertujuan untuk sebagai elemen segregasi atau elemen pemisahan atau pembagian dari fungsi-fungsi yang memang telah disediakan. Apakah rencana The New Amsterdam atau ambisi Belanda untuk menjadikan Batavia sebagai asing? terendam yang baru itu tercipta, sayangnya tidak, dan bisa dibilang rencana ini gagal total, kali-kali yang awalnya dimasukkan untuk transportasi dan segregasi ini menjadi bencana baru dan masalah baru bukan pemerintah Belanda Belanda merasa banyak sekali kerugian dari kali-kali yang mereka buat, jadi ada wabah tipus malaria itu bersumber dari kali-kali yang tidak terurus ini akhirnya pemerintah Belanda mengambil keputusan baru, mereka menyerah dengan kali-kali ini, mereka biarkan begitu saja mereka geser pusat pemerintahannya pusat pemerintah Kuitang kolonial ini ya ke daerah yang lebih selatan yang sekarang dikenal sebagai Jakarta pusat ya beberapa daerah kayak Senen Kuitang Pasabaru dan sebagainya jadi mereka meninggalkan sisi utara untuk pindah ke sisi yang lebih selatan dan mereka tidak lagi mengadalkan kali-kali ini mereka mulai pakai pipa besi pipa besi tanah kita jadi membompa air tanah untuk pasokan dan kebutuhan air mereka ini kali di zaman Belanda digunakan untuk transportasi sama segregasi yang disebut tadi dan setelahnya mereka tinggalkan dan telantar sampai sekarang lu bisa lihat Baunya udah gak masuk akal Warnanya bukan coklat tapi udah hitam Dan ini udah masuk ke Kelurahannya Ancol Jadi ya inilah Ini keadaan sebenarnya di Akarta Utara Yang mana menyisakan banyak sekali masalah Yang dulu orang pahami Sebagai penangkal banjir Tapi ya kalau kita lihat sejarah Alasan utamanya bukan itu Dan sampai sekarang gak terurus dengan baik Gak pernah diberesin dengan baik Dan masih jadi sumber penyakit Itulah kenapa Belanda pindah dari sini terus pergi dari sini. Ayo lo lihat aja lah sendiri.
Pipa-pipa ledeng ini, pipa-pipa besi ini, itu cuma diperuntukkan untuk pemerintahan kolonial atau masyarakat Belanda yang tinggal di Indonesia. Untuk masyarakat pribuminya, itu disegregasi lagi gitu loh. Jadi mereka tidak mendapatkan pasokan air bersih, mereka mau nggak mau menggantungkan kebutuhan airnya pada kali-kali yang sudah tercemar ini.
Dan akhirnya itu membuat banyak sekali penderitaan masyarakat pribumi waktu itu. Dari fakta sejarah ini kita tahu ya, kalau daerah Jakarta Utara itu lagi sangat kronis, lagi sangat... sangat bermasalah, dan setelah beratus-ratusan tahun ternyata kebijakan Belanda ini masih menimbulkan bencana yang sangat besar buat kota Jakarta.
Mau itu kali-kali, mau pipa-pipa besi itu. Kenapa demikian? Karena pada akhirnya ketika Jakarta mulai tumbuh sebagai satu kota yang sangat maju, sangat besar, sangat metropolitan, gedung-gedung mulai berdiri, tanah mulai tertutup ke benang-benang, dan sekarang kita mengetahui fakta bahwa Jakarta detik per detiknya semakin penggelam.
Ya, lo bayangin kali-kali yang gak... Nggak ada juntrungannya yang tidak terurus di Jakarta Utara ini dan dibiarkan begitu saja. Terus ditambah lagi semen-semen, pembangunan, beton yang menutupi serapan air tanah sehingga membuat permukaan tanah Jakarta semakin turun.
Makanya banyak para saintis dan ilmuwan yang memprediksi bahwa kalau tidak ada tindak lanjut terhadap kota Jakarta, maka kota ini lambat laun pasti tenggelam. Ya permukaan tanahnya terus turun dan bukti-buktinya sudah bisa kita lihat di sekitar kita. Apalagi untuk teman-teman yang tinggal di Jakarta ya, masjid yang sudah tenggelam. permukaan laut terus naik, permukaan tanah terus turun, banjir jadi semakin mudah untuk terjadi, dan berbagai masalah yang lain, terutama untuk teman-teman, kawan-kawan yang tinggal di daerah Jakarta Utara.
Jakarta juga sama. Kalau tadi ada yang tertawa urusan imajinasi, lah IKN itu datang dari imajinasi. Nah sekarang, kalau Jakarta mau mengurangi macet, Selain perluasan transportasi publik, mari benerin tata ruangnya. Salah satunya adalah pusat kantor pemerintahan dikurangi dari pusat.
Tentu ini harus didialogkan kepada stakeholder di Jakarta. Kenapa di Jakarta Utara? Aksesnya bagus.
Ancol itu punya hak 200 hektare membangun. Tinggal kita bikin pusat bisnis baru dengan anchor tenernya adalah akumulasi dari perkantoran-perkantoran pemerintahan. Jakarta dari BUMD-BUMD salah satu kandidat gubernur Jakarta Pak Ridwan Kamil itu punya imajinasi untuk memindahkan balai kota ke Jakarta Utara tepatnya ke daerah Ancol yang tadi udah kita sebut sangat-sangat problematik sekali masalahnya dan itu sangat-sangat membuat penduduk disitu menderita ya masalah yang ditinggalkan Belanda nah dia mau pindahkan lagi kesitu oke, mobil curhat Jim di halte busway ah iya oke, masih cringe juga menyebalkan untuk didengarkan Tapi kalau sampai punya idea memindahkan pusat pemerintahan, memindahkan kantor-kantor, memindahkan BUMD, bahkan memindahkan balai kota ke Jakarta Utara, yang diancol pula, bisa gue bilang ini adalah rencana yang sangat buruk dan mengerikan.
Yang paling terdampak jelas penduduk di sekitarnya atau penduduk Jakarta Utara secara keseluruhan. Lo bayangin mereka punya masalah dari kanal-kanal ini yang belum selesai sampai sekarang, kemudian permukaan tanah mereka terus turun, dan tiba-tiba ketika gubernur baru terpilih akan balik. akan ada banyak bangunan yang berdiri, akan banyak tanah yang tertutup, ya mereka mau jadi apa di situ?
Dan ini jelas akan merugikan para masyarakat di Jakarta Utara, dan Jakarta secara keseluruhan, karena pasti ada domino effect yang terjadi di sekitar Jakarta, selain di daerah utara. Dan bisa gue bilang, gue nggak pernah menemukan atau mendengarkan rencana seburuk ini. Dan yang bikin lebih mengecewakan lagi adalah, ini datang dari seorang arsitek. Jadi gue sempat ngetweet, kalau mau lucu-lucuan, mending main The Sim aja, Pak.
Daripada jadi gubernur, kasihan penduduknya gitu. Hidup udah susah, tekanan ekonomi udah sulit. Dan kalau kita tinggal di Jakarta bangun tidur, kita harus sudah tarung-tarung dan tarung. Terus ditambah lagi kebijakan publik yang buruk ya, itu akan sangat merugikan banyak sekali pihak.
Berarti KTP sini bu? Milih siapa? Pilkada besok?
Nomor tiga. KJP lancar? Ada apa? PONKOR, Mak. Tunggu di sini?
Kalau belum, Pak. Nah sekarang kita hitung seberapa besar kemungkinan beliau untuk menang di Pilkada DKI Jakarta 2024 ini. Oke, kita kumpulin beberapa lembaga survei yang memang kredibel ya, yang nggak dikasih hukuman gitu, yang memang datanya bisa dipatang-panggung jawabkan, dan di sini kita bisa lihat. mediannya, kalau ternyata peluang dia cukup tinggi, walaupun bukan yang tertinggi, jadi elektabilitas dia ada di nomor 2 sekarang, di 30 persenan 37, 36 bergantung lembaga surveinya, nah yang di atas itu Pak Pramono Anung dan Rano Karno yang elektabilitasnya sudah menembus 40% yang paling bawah ya Darmakun dan Ponglekun yang ada di sekitar 3-5% dari sini kita bisa melihat kalau sebenarnya secara elektabilitas bayi lembaga survei Pramonoanung lebih unggul tapi satu hal yang perlu kita ingat Pak Diwan Kamil itu didukung kekuatan yang sangat besar dia akan didatasi dari petahana dari koalisi yang memenangkan semua kontestasi kemarin dari koalisi dengan jumlah suara yang paling besar, di belakangnya juga banyak orang-orang besar, jadi ya ini bukan kekuatan yang bisa kita remehkan juga Nah dengan semua keadaan kayak gini, tentu kita sadar bahwa peran masyarakat Jakarta untuk menentukan nasibnya sendiri sangat-sangat krusial di Pilkada kali ini. Karena supaya teman-teman ketahui, Pilkada DKI Jakarta itu sangat menentukan kondensasi di masa depan nanti.
Bukan cuma untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia. Jadi gue berharap dan gue minta tolong teman-teman gunakan hak pilih teman-teman sebaik mungkin. Karena seperti yang gue jabarin tadi, di mata gue sebenarnya secara program, visi-misi, dan personality politisi itu ya nggak akan beda jauh lah, gitu-gitu aja.
Tapi seenggaknya yang bisa jadi indikator yang jelas adalah bagaimana seorang petarung itu... atau seorang kontestan itu menghargai konsekuennya. Itu bisa dilihat dengan strategi kampanyenya, konten kampanyenya, substansi kampanyenya, dan apa yang dia lakukan selama masa kampanye. Walaupun sebenarnya isi kampanye itu cuma janji gitu. Cuman coba kita, logiknya kita telah lagi, bahkan untuk dijanji aja, lu udah gagal gitu.
Apalagi untuk realisasi. Paham kan maksud gue? Nah, di sini gue bisa melihat, dan di sini gue bisa mewajarkan kenapa Pak Pramono Anung yang awalnya sangat direbehkan, dari elektabilitas 0,5 sekian persen, itu bisa melesat sampai jadi elektabilitas tertinggi ya. Karena bisa dibilang Jakarta ini adalah kota yang konstituennya, itu banyak berasal dari well educated people gitu.
Masyarakat kelas menengah, masyarakat yang udah... udah paham apa itu politik, apa itu program, bagaimana kota seharusnya berjalan. Jadi ya kalau kita analisis sedikit sangat-sangat wajar kalau Pak Ridwan Kamil sekarang tertinggal.
Karena beliau masih pakai gini tahun 2011-2012. Coba diterapkan lagi di Jakarta ternyata. Nyemeng-nyemeng gimana suasana kerja dan hidup di Jakarta?
Jika seorang kepala daerah punya kepedulian yang begitu besar pada kesehatan mental warganya, maka hal paling fundamental yang harus dilakukan oleh kepala daerah bekerja. kerja dengan benar Gue percaya pilkada ini akan berjalan secara adil dan sehat, transparan, tidak ada hal-hal buruk yang terjadi. Dan siapapun yang terpilih, kita harus menghormati dan menghargai hal tersebut.
Oke, itu aja konten kali ini. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di konten selanjutnya.
See ya!