Transcript for:
Pentingnya Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi

Civic Channel, warga negaraan dan humanity Selamat datang di Civic Channel Podcast by Civic Channel Laboratorium PPKN FKIP 1S. Pada kesempatan kali ini saya bersama dengan Bapak Dr. Winarno SPD MSI. Beliau adalah Kepala Program Studi PPKN FKIP 1S sekaligus dosen pengembang mata kuliah pendidikan Pancasila. Pada kesempatan kali ini kita akan berbincang mengenai mengapa calon sarjana memerlukan pendidikan Pancasila. Selamat datang Pak Win di Civic Channel Podcast. Terima kasih, selamat datang kembali Pak Wijanto. Bagaimana kabarnya Pak Win? Ya, dalam situasi pandemik kita tetap semangat dan produktif. Ya, tentu perbincangan Pancasila ini tak ada habisnya ya. Kadang banyak orang sering bertanya ya. Karena memang sejak dari SD mereka mendapatkan ini ya. mata pelajaran yang mengkaji mengenai Pancasila. SMP juga, SMA juga. Nah, ini di perguruan tinggi, apa sebenarnya alasan atau urgensinya calon sarjana itu masih perlu pendidikan Pancasila, Pak? Terima kasih. Sekaligus ini adalah mengawali tentang pengantar pendidikan Pancasila. Jadi memang kita sesuatu yang unik. Bangsa kita, peradaban kita adalah unik. Mengapa pewarisan nilai-nilai itu harus sampai kepada tingkat perguruan tinggi? Sedangkan di peradaban barat misalkan, pewarisan sebuah nilai kebajikan cukup sampai pada tingkat sekolah atas atau high level. Karena nanti di perguruan tinggi itu sudah profesional. Jadi ada pesan, kalau di dalam buku ya, ada pesan historis, pesan sosiologis. pesan yuridis dan ada pesan kultural, mengapa pendidikan Pancasila itu penting. Jadi ada alasan-alasannya Pak Ujianto, ada empat alasan sebenarnya, yang nanti perlu dimengerti oleh mahasiswa dan masyarakat Indonesia itu sendiri. Iya, kalau berbicara masalah sarjana ideal itu kan seperti yang ditulis Pak Win ya, dalam paparannya itu kan sarjana yang cerdas, sarjana yang berkualitas, berkarakter, terdana yang terambil. Bagaimana penjelasannya terkait dengan hal itu? Baik, kalau katakanlah kita ingin membentuk warga yang smart and good citizen, itu memang ada tiga ranah ya. Kita menyebutnya sebagai warga negara yang cerdas, berkarakter, dan terambil. Atau kalau di nomenklatur pendidikan kita menyebut... Peserta didik itu memiliki pengetahuan, memiliki sikap yang baik, dan memiliki keterampilan yang baik. Kalau di dalam nama negator kita, orang-orang komunitas PKN, kita memiliki pengetahuan kewarganegaraan, karakter kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan. Nah di sini, pendidikan Pancasila itu lebih kepada bagaimana mengembangkan kembali, maa mengubarkan kembali karakter kewarganegaraan. Jadi biarlah mereka jadi profesional di bidang apa, biarlah dia nanti terampil pada bidang apa, tetapi karakter ini harus kita bangun sebagai karakter keindonesiaan. Disitulah pendidikan Pancasila untuk tampil. Ya baik, tapi kalau kita lihat ya dari dinjangnya tentu saja kan berbeda, fokus atau tekanannya untuk anak SD, SMB, SMA. dan juga perguruan tinggi apalagi yang disasar ini kan ke value ya ke afeksinya, bagaimana Pak Win melihat hal ini memang betul, jadi harusnya supaya tidak terjadi kejenuhan ya kejenuhan atau semacam overlapping, kempang tindih sejak SD sejak SMP, SMA perguruan tinggi ada, Pancasila terus Lalu apa bedanya? Nah ini supaya kita perlu penataan materi supaya tidak ada tumpang dini. Sebenarnya kalau kita ingin membangun karakter Pancasila, itu memang kita harus, bukan sekedar menanamkan, tetapi harus membangkitkan kembali karakter religius. Satu. Dua, karakter manusiawi. Tiga, karakter bersatu. Empat, karakter demokratis. Dan lima, karakter yang adil. Nah itu yang... yang kita bangun. Dan bukankah kita tujuan pilihan karakter bangsa kan itu? Membangun manusia yang religius, manusia Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, dan adil. Lima itu kan sebenarnya Pancasila. Ini tentu saja masih sejalan dengan konteks makro pendidikan karakter. Bagaimana kalau coba dilihat dari konteks makro pendidikan karakter di Indonesia kemudian dikaitkan dengan pendidikan Pancasila di perguruan ini? Begini, di dalam buku pendekan karakter tahun 2010 ya, udah lama, tetapi itu menjadi buku acuan juga bahwa di situ dikatakan karakter bangsa itu sumbernya tiga. Karakter bangsa sumbernya tiga. Satu adalah nilai-nilai budaya bangsa yang terkristal di dalam Pancasila. Dua nilai-nilai agama. Jadi kita sebagai peradaban timur mengakui ada nilai-nilai agama. Yang ketiga adalah nilai-nilai kenegaraan yang disepakati. Nah ini. Nah dari tiga nilai itu, maka Pancasila biasanya nanti mengambil porsi pada nilai-nilai budaya bangsa yang terkristalisasi ke dalam lima nilai itu. Itulah yang akan ditanamkan melalui pendidikan karakter. Iya, baik. Nah lalu pertanyaan selanjutnya adalah apa itu pendidikan Pancasila? Selalu dihadapan pada pendidikan tentang Pancasila, pendidikan melalui Pancasila, lalu pendidikan untuk Pancasila. Perbedaan terminologinya seperti apa Pak? Ya, baik. Kita mengenal tiga terminologi yaitu pendidikan tentang Pancasila, pendidikan melalui Pancasila, dan pendidikan untuk Pancasila. Sebenarnya ini bertingkat ya, sebenarnya bertingkat. Kita selama ini sudah... melakukan pendidikan tentang Pancasila. Jadi, mendidik anak-anak supaya mengetahui, memahami apa itu Pancasila. Itu pendidikan tentang Pancasila. Baik Pancasila sebagai status, maupun Pancasila sebagai isi. Nah, naik berikutnya, pendidikan melalui Pancasila. Maksudnya adalah, bahwa nilai-nilai Pancasila itu seharusnya tercerminkan di dalam praktek pendidikan kita. Jadi, Ketika seorang dosen, seorang guru, ketika dia mengajarkan sebuah materi, sebuah bahan ajar, dia melakukannya dengan nilai-nilai Pancasila. Sikap religiusnya ada, sikap manusiawinya ada, mendukung persatuan, dia demokratis, mengembangkan keadilan, itu yang harus selalu menghinggapi pengajar ketika dia mengajar di kelas-kelas. Itu sebenarnya masuk pendidikan melalui Pancasila. Jadi Pancasila sebagai proses Kemudian pendidikan untuk Pancasila Sebenarnya upaya-upaya kita melakukan pendidikan karakter seperti ini Ini sebenarnya adalah bertujuan bagaimana Pancasila itu sendiri menjadi core-nya Kalau di dalam bahasa filsafat kita menyebut ada istilah Pancasila sebagai genetifus subjektifus Jadi Pancasila itu seharusnya menjadi tinjuan sudut pandang di dalam kerangka keilmuan. Katakanlah, bisa begini, seorang guru ekonomi, bagaimana nilai-nilai Pancasila itu bisa mewarnai materi ekonomi yang diajarkan. Seorang guru sosiologi mewarnai nilai-nilai Pancasila melalui materi sosiologi itu. Itu yang disebut dengan genetikus subjektif. Kita akan membangun Pancasila seperti itu. Kita juga mengenal ya, landasan yang menjadikan alasan ya. Mengapa perlu pendidikan Pancasila? Sebenarnya kalau kita lihat dari landasan historisnya seperti apa itu sehingga menjadi dasar alasan bahwa perlu pendidikan Pancasila? Banyak di buku-buku disebut ada alasan, empat alasan ya. Alasan historis. Nah, satu kata saja bahwa Pancasila itu adalah warisan histori banyak. Jadi, Dia adalah warisan jenius bangsa. Kalau itu Yudi Latif mengatakan dia adalah warisan jenius para pendiri bangsa. Itu adalah teori kita. Kalau ini tidak disampaikan, nanti histori ini hilang. Jadi kalau hilang, nanti generasi muda kita juga lupa dengan historinya sendiri. Pancasila menjadi ahistoris. Nah ini penting. Di mana-mana sebuah nilai kebajikan negara, biasanya disampaikan. Jadi memang secara ahistoris harus diketahui oleh warga. dan berikut-berikutnya ada generasi mendatang tentang bagaimana historis value itu ya. Nah, lalu semua itu kan tak terlepas dari budaya yang berkembang di dalam masyarakatnya, sehingga kita mengenal landasan kultural juga. Nah, bagaimana dengan landasan kultural itu? Satu, ada warisan historis, karena dia adalah karya pendiri bangsa. Yang kedua, landasan kultural itu sebenarnya sadar atau tidak, mau atau tidak, sebenarnya nilai-nilai Pancasila itu adalah living reality. Jadi dia itu ada, di sekitar kita itu ada. Jadi orang, nilai-nilai ketuhanan ada, kemudian nilai-nilai kemanusiaan, kita berbakti, kita berderma, kita melakukan donor darah. Nilai-nilai persatuan ada sejak dulu. Sifat-sifat demokratis juga ada. Nah, memang itu adalah realitas yang ada kita. Makanya nilai Pancasila ini salah satu sifatnya adalah realitas. Nah, itu juga perlu kita kembangkan. Itu kita perlu kita teruskan. Supaya memang generasi ini, oh ini loh nilai-nilai yang memang real di tempat kita dan memang harus terus. Lalu, Pada tataran filosofis bagaimana? Landasan yang memayungi tentang pendidikan manjasi lain? Landasan filosofisnya memang kita beranjak dari sebuah pemikiran filosofis bahwa itu kalau kita pakai teorinya di dalam PKN itu bahwa nilai-nilai kebajikan sebuah bangsa yang disepakati oleh bangsa yang bersangkutan. itu memang ada kewajiban moral, ada tanggung jawab moral untuk dilanjutkan. Dan itu biasanya nilai-nilai luhur. Apakah itu nilai yang ada di Alenia keempat, Pancasila itu sendiri, atau kan nilai-nilai yang ada di Alenia 1, 2, 3 itu sebenarnya nilai-nilai luhur bangsa yang sudah menjadi kesepakatan. Dan kalau memang kita ingin sepakat bernegara dengan seperti itu, ya ini dilanjutkan generasi per generasi terus. Iya, tentu saja tanpa landasan yuridis ya Pak. Tanpa landasan hukum semua itu nanti kurang maksimal ya dalam implementasinya. Bagaimana kalau kita sebatalak dari landasan yuridisnya? Kalau landasan hukum memang dia mengadopsi, artinya dari landasan-landasan yang sudah ada dia angkat menjadi konstruksi hukum. Di dalam Undang-Undang Perguruan Tinggi itu disebutkan bahwa ada mata kuliah wajib umum di semua. semua jinjang, termasuk jinjang perguruan tinggi, yaitu mata kuliah antarsila, bahasa Indonesia, dan agama, dan juga BKN. Jadi kalau kita baca, kalau zaman dulu ada pasal 37, undang-undang nomor 2 tahun 1989. Sekarang ada undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Di situ juga menyatakan bahwa kurukulum di semua perguruan tinggi wajib memuat salah satunya adalah mata kuliah. Pancasila. Ini menjadi dasar hukum. Baik. Kalau di perguruan tinggi kita tentu bicara konten yang penting ya Pak ya. Apa sebenarnya yang menjadi konten pendidikan Pancasila di perguruan tinggi itu? Baik. Kemarin di hasil dari pengembang kurikulum Wilma Wadikdi itu menyebut ada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Kira-kira ada tujuh substansi kajian yang memang disepakati sebagai bahan kajian bagi materi pendidikan Pancasila. Ini dikembangkan secara luas oleh para dosen, bisa juga ya, nanti para pengembang materi bisa. Tapi materi-materi intinya adalah mengantarkan dulu pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah pokok. Yang kedua, Kilas balik sejarah Pancasila. Kilas balik sejarah Pancasila. Supaya mengenalkan kembali sejarah Pancasila. Kemudian yang nomor tiga adalah kajian tentang Pancasila dasar negara. Karena memang... Posisi utama Pancasila itu sebagai dasar negara. Kemudian yang keempat adalah Pancasila sebagai ideologi nasional. Ingat ketetapan MPR nomor 18 tahun 1998, ketetapan di era reformasi pertama itu meneguhkan kesepakatan kita bahwa di samping Pancasila sebagai dasar negara, dia adalah ideologi nasional. Akhirnya kita sepakat. Pancasila itu adalah ideologi nasional. Yang itu perlu kita berikan kepada generasi muda. Kemudian materi Pancasila sebagai sebuah filosofi bangsa. Karena dia nilai-nilai filosofis. Nilai-nilai filosofis yang memang dibangun dari awal Pidato 1 Juni 1945 kemudian berkembang berkembang. Itu nilai-nilai filosofis itu. Yang kemudian Pancasila sebagai etika, materi berikutnya. Nah, Pancasila sebagai etika ini adalah pengembangan lanjut sebagai bagaimana Pancasila itu sebagai nilai itu memandu perilaku etik warga negara. Kalau yang Pancasila sebagai dasar hukum itu memandu perilaku hukum warga. Yang terakhir adalah, nah ini Pancasila bagaimana menjadi dasar pengembangan ilmu-ilmu di Indonesia. Ini yang perlu kita kerjakan. Karena seperti saya sampaikan tadi bahwa Pancasila sebagai genetivus subjektivus itu akan bisa berkembang kalau kita kembangkan sebagai dasar pengembangan ilmu-ilmu yang ada di Indonesia. Itu adalah perbincangan kita bersama Bapak Dr. Winarno mengenai mengapa calon sarjana memerlukan pendidikan Pancasila untuk mendalami materi ini lebih lanjut. bisa nanti membaca referensi yang tersedia ya. Kebetulan Pak Win juga mengembangkan bahan ajar berupa buku pendidikan Pancasila yang diterbitkan oleh Bumi Aksara ya. Buku-buku ini juga tersedia di pasaran ya. Ada juga buku yang ini, ada juga yang buku online yang diterbitkan oleh Bilmawa jadi acuan kita juga bisa. Ya, bentuknya e-book ya. Baik, itu tadi sahabat Civic Channel Podcast. pemaparan materi diskusi kita dengan Bapak Dr. Winarno tentang mengapa calon sarjana memerlukan pendidikan Pancasila. Sampai jumpa pada edisi berikutnya, tentu saja dengan narasumber nanti yang berbeda-beda. Terima kasih telah bersama Civic Channel Podcast by Civic Channel, Laboratorium PPKNFKPONS. Salam Civic Channel. Civic Channel, warga negaraan dan humanity