Transcript for:
Rangkuman Film Sejarah G30 S/PKI

Rangkuman cerita film ini gue buat untuk kalian yang ingin mengetahui cerita dari film pengkhianatan G30 SPKI tapi tidak berani menonton filmnya, karena mungkin kalian takut menonton atau ada alasan tertentu seperti trauma atau perasaan tidak nyaman ketika menonton. Film ini berdasarkan garis besar cerita yang dibuat oleh Prof. Dr. Nugroho Noto Susanto selaku editor bersama para jajaran staff. dan dilengkapi oleh data-data pendukung baik secara tulisan maupun lisan seperti wawancara dengan para korban atau pelaku dan disutadari oleh Arifin Sinur. Film ini dibuat sebagai pengingat akan sejarah kelam bangsa ini dan diharapkan menjadi pelajaran bagi generasi penerus bangsa. Baiklah, gue akan mulai. Jadi film ini diawali dengan narasi yang menceritakan berbagai macam kasus penganiayaan dan kekerasan sepihak yang dilakukan oleh PKI dan jajarannya. Seperti insiden di Kediri yang melibatkan ribuan anggota PKI di mana mereka melakukan penyerangan dan penganiayaan kepada para anggota pelajar santri Indonesia. Dan juga para anggota PKI ini menyerang petani Sudarno dengan dali sengketa tanah serta menganiaya kepala desa yang coba melerainya. Di tahun yang sama di Sumatera Utara terjadi peristiwa Bandar Betsi yakni insiden di mana PKI menghasut kaum petani lokal untuk melawan negara perihal sengketa tanah. Akibat insiden itu, Letu Sujono menjadi korban dan harus meregang nyawa akibat dikeroyok dan dianiaya. Aksi anarki yang didalangi PKI pun mulai bermunculan di mana-mana, seperti di Indramayu, Boyolali, dan Klaten. Kemudian pada bulan Desember 1964, terungkap adai dokumen tentang rencana perebutan kekuasaan oleh PKI, namun hal itu disanggah oleh mereka. PKI membuat biro khusus yang bertugas melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Abri, dan biro khusus inilah yang diberi tugas oleh Ketua PKI D.N. Aidit untuk menyusun rencana gerakan 30 September 1965. Dan atas saran Perdana Menteri Rakyat Cina Chou Enlai, PKI akhirnya menuntut pembentukan pasukan angkatan kelima, yakni mempersenjatai buruh dan tani. Namun ide itu ditolak legend Ahmad Yani karena menurutnya itu akan membuat keruutan dalam garis komando dan pengawasan kekuatan bersenjata di Indonesia. Namun ide mempersenjatai buruh dan tani muncul karena kesanggupan Chou Enlai dalam memberi 100 ribu pucuk senjata ringan secara cuma-cuma. Meskipun pembentukan angkatan kelima ini tidak disetujui, akan tetapi senjata ringan yang dijanjikan oleh Perdana Menteri Rakyat Cina itu ternyata berkontribusi dalam gerakan 30 September 1965. PKI menganggap para jendel angkatan darat ini adalah penghalang besar bagi tujuan PKI untuk mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Cerita berlanjut ke Istana Bogor pada bulan Agustus 1965. Presiden Soekarno yang saat itu kesehatannya tengah menurun sedang melakukan check-up kesehatan yang dilakukan oleh dokter dari Republik Rakyat Cina. Dan saat itu juga ada DN Aidit yang memastikan perihal kesehatan Presiden Soekarno kepada dokter Cina yang melakukan check-up tersebut. Para dokter yang berasal dari Cina itu berkata pada DN Aidit bahwa kesehatan Soekarno sangatlah buruk dan tidak menutup kemungkinan jika semakin parah Presiden Soekarno mungkin bisa wafat kapan saja. Di lain tempat, di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Para anggota pemuda rakyat dan gerwani terlihat sedang melakukan latihan militer di sana dan perlu kalian tahu bahwa pemuda rakyat dan gerwani ini adalah bagian dari PKI dan latihan militer yang mereka lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah bagian dari upaya PKI dalam persiapan mereka untuk merebut kekuasaan pemerintah saat itu karena pada saat tersebut kesehatan Presiden Soekarno memang sudah mulai melemah dan banyak yang memprediksi kekuasaan Presiden Soekarno akan segera lengser. Kemudian di tanggal 8 Agustus pada malam hari di rumah D.N. Aidit, ia bersama Syam Kamaruzaman sedang mengatur rencana untuk melakukan pemberontakan dan berniat mengambil alih pemerintah. Mulai dari membungkam pers hingga menyebar isu mengenai pengkhianatan yang dilakukan oleh para jeneral Angkatan Darat. Karena pada saat itu, musuh PKI yang paling mengganggu adalah para pimpinan Angkatan Darat. PKI menganggap, Jika Presiden Soekarno turun tahta, maka Angkatan Daratlah yang akan memegang kendali dan pasti PKI akan segera dibubarkan jika Angkatan Daratlah yang memegang kekuasaan. Lalu rapat kecil PKI dilakukan di rumah Syam Kamaruzaman. Di sana Syam Kamaruzaman berkata, mengarahkan para petinggi PKI untuk mulai melakukan kudeta secara militer dengan mengambil alih fasilitas umum milik negara seperti Telkom, Radio Republik Indonesia, Kereta Api, dan lain-lainnya. Dan juga akan melakukan penculikan kepada para Dewan Jenderal yang anti dengan PKI. Mereka berani melakukan kudeta militer karena selain sudah mempersiapkan pasukan mereka sendiri, PKI juga berhasil mengajak banyak anggota dan perwira TNI yang pro dengan PKI. Salah satunya adalah let call Untung Samsuri dengan pasukan Cakra Birawa yang dikemandoi olehnya. Kemudian rapat besar PKI pun diadakan pada tanggal 28 Agustus, dan mendengar rencana kudeta militer kepada Dewan Jenderal yang akan dilakukan, tentu menimbulkan pertanyaan di dalam kubu PKI sendiri. Apa benar isu TNI yang akan memberangus PKI jika mereka memegang kekuasaan itu benar? Atau itu hanya isu yang disebarkan oleh mata-mata? untuk menghasut PKI itu sendiri. Namun, DNAID menjamin bahwa info itu benar dan bisa dipastikan. Dan menurut DNAID, jika PKI berhasil menguasai Jawa, maka PKI akan berhasil juga menguasai pemerintahan. Karena menurutnya, halangan terbesar hanya tinggal tentara angkatan darat. Karena angkatan laut dan kepolisian saat itu sedang sibuk dengan urusan internal masing-masing. Dan angkatan udara dipercaya bisa diandalkan oleh PKI. Dari rapat itu didapatkan keputusan yakni PKI akan melakukan operasi militer terhadap para Dewan Jenderal TNI. Pada malam hari di rumah Kolonel Latif yang merupakan simpatisan PKI, kembali Syam Kamaruzaman melakukan brainwashing kepada para perwira yang pro-PKI. Syam kembali memastikan dukungan para perwira ini terhadap agenda operasi militer PKI yang akan dilakukan kepada para Dewan Jenderal. Dan Letkol Untung terpilih menjadi pimpinan operasi militer tersebut karena dinilai masih bersih dari segala kecurigaan dan juga posisi Letkol Untung yang merupakan ajudan pribadi Presiden Soekarno, serta komandan dari pasukan Cakra Birawa yang dinilai tepat oleh PKI dan dapat menguntungkan. Akhirnya di rumah Syam Kameruzaman, PKI mengambil keputusan hanya 7 jenderal saja yang akan diculik. Karena pada awalnya, PKI juga ingin menculik Muhammad Hatta, Kherul Saleh, dan Sukendro. Ketujuh jenderal yang akan diculik oleh PKI adalah Jenderal Nasution, Jenderal Ahmad Yani, Lejen Suprapto, Mejen MT Haryono, Lejen S. Parman, Mejen D.I. Panjaitan, serta Mejen Sutoyo Siswo Miharjo. Selain melakukan penculikan terhadap para jenderal, PKI juga akan melakukan penguasaan kota serta mengambil alih objek vital milik negara. Malam hari tanggal 29 September, sehari sebelum peristiwa G30 SPKI, para perwira yang ditugaskan untuk melakukan penculikan para jenderal berkumpul di lubang buaya untuk arahan taktis penculikan yang akan dilakukan. Karena inti dari operasi militer ini adalah penculikan para jenderal, sehingga mau hidup atau mati, para jenderal harus dibawa ke lubang buaya. Tanggal 30 pun tiba, hari yang ditentukan. Pada malam hari, pasukan Cakra Birawa yang ditugaskan untuk menculik para jenderal mulai bergerak dari lubang buaya. Dini hari antara sekitar pukul 3-4 pagi, penyerangan pun dimulai. Para pasukan Cakra Birawa sesuai arahan pos masing-masing mulai mendatangi rumah para jenderal. Penyergapan rumah jenderal Nasution dipimpin oleh Jahurub dengan jumlah sekitar 100 pasukan. Mendengar suara gaduh, istri jenderal Nasution yang terbangun langsung keluar kamar. Tapi ia langsung kembali ke kamar dan mengunci pintu sambil memberi tahu pada Nasution bahwa ada pasukan Cakra Birawa yang masuk ke rumah mereka dan melarang sang suami keluar. Meski dilarang, Nasution penasaran ingin memastikan apa yang dilihat istrinya. Nasution kemudian membuka pintu kamar dan tembakan pun menyasar ke arahnya. Namun beruntung tidak mengenainya, kemudian Nasution segera menutup pintu dan tiarap. Mendengar suara tembakan, adik Nasution yakni Mardiah yang tiru di kamar sebelah bergegas berusaha menyelamatkan anak bungsu Nasution yakni adik Irma Nasution. Namun naas saat mencoba menyelamatkan justru adik Irma tertembak dalam gendongan Mardiah. Anak jenderal Nasution yang lain, Yanti, yang juga terbangun kemudian keluar lompat jendela menuju ke tempat ajuda Nasution yakni Letu Pire Tandean. Nasution yang terkepung kemudian melarikan diri dengan melompat. pagar rumah ke perkarangan rumah duhta besar Irak yang tidak jauh dari rumahnya sementara itu Letupiedetan Den yang telah keluar kemudian ditangkap karena ia berusaha melindungi Jendal Nasution dan ia pun diangkut menuju lubang buaya di lain tempat penyergapan rumah legend Ahmad Ghani dipimpin oleh Lieutenant Satu Mukijan yang membawa sekitar satu setengah kompi pasukan pasukan ini datang Dengan tenang, mereka pun sempat ngobrol dengan para pengawal Ahmad Yani dan mengatakan bahwa ada pesan penting dari Presiden. Tapi saat para pengawal lengah, mereka kemudian disekap dan senjatanya dilucuti. Saat legend Ahmad Yani muncul, ia diberitahu bahwa Presiden Soekarno sangat membutuhkan ia sekarang juga. Legend Ahmad Yani sempat meminta untuk mandi dulu dan berganti pakaian. Namun, permintaannya ditolak. Dan ia terus dipaksa untuk segera ikut. Akhirnya Legend Ahmad Yani marah dan memukul salah seorang di antara pasukan PKI. Legend Ahmad Yani pun kembali ke kamar dan langsung menutup pintu kacanya. Namun pada saat itu perintah untuk menembak diberikan. Dan para pasukan PKI pun menembak dan menembus pintu kaca tersebut. Dan mengakibatkan Ahmad Yani tewas tertembak. Dan tubuhnya diangkut ke dalam truk menuju lubang buaya. Di lain tempat, Penyergapan rumah Majin M.T. Haryono dilakukan oleh kelompok Serka Bungkus yang terdiri dari 18 anggota Resimen Cakra Birawa. Sebelumnya, M.T. Haryono telah memiliki firasat buruk akan suatu hal yang akan menimpannya, dan ternyata nalurinya benar. M.T. Haryono kemudian menyuruh istri dan anak-anaknya untuk segera pergi ke halaman belakang. Setelah sampai di kediaman M.T. Haryono, pemimpin pasukan Sersan Bungkus dan Ton 1 Batalion Resimen Cakra Birawa mengetuk pintu rumah. Meijin MT Haryono terbangun karena terdengar suara pasukan Chakra Birawa. Setelah pintu diketuk, terdengar jawaban dari dalam kamar rumah MT Haryono. Kalau mau ketemu besok, pagi saja di kantor jam 8, kata MT Haryono. Saat itu juga, Sersan Bungkus memutuskan langsung untuk mendobrak pintu depan. Pasukan pun masuk ke kamar dan mencari keberadaan Meijin MT Haryono. Namun sulit melihat karena semua lampu di rumah itu dimatikan. Tiba-tiba, Setelah lebat bayangan muncul dan sersan bungkus langsung menembakkan senjatanya ke arah sosok yang bergerak itu. Ternyata, sosok itu adalah Meijin M.T. Haryono. Ia meninggal akibat berundungan peluru dan jenazah M.T. Haryono dibawa ke dalam truk untuk dibawa ke lubang buaya. Di lain tempat, penyergapan rumah Meijin R. Suprapto terdiri dari 19 orang pasukan dibawah pimpinan Serka Sulaiman dan Serda Sukiman. Saat itu, di rumah Meijin Suprapto tidak ada penjagaan. Mejen Suprapto yang kebetulan malam itu tidak bisa tidur karena akibat giginya baru saja dicabut, keluar rumah dengan hanya menggunakan sarung, sandal, dan kaos oblong. Kopral 2 Suparman menyebut Suprapto dan mengatakan bahwa Presiden ingin segera bertemu. Suprapto tidak diizinkan untuk berganti pakaian dan langsung saja dibawa ke dalam truk. Di lain tempat, penyergaban rumah Mejen S. Parman terdiri dari 20 orang tentara yang siap membawa S. Parman. Saat penculik datang, S. Parman dan istrinya yang sedang terjaga langsung keluar menuju halaman. Pada mulanya, S. Parman dan istrinya menduga telah terjadi sebuah perampokan di rumah tetangganya. Secara langsung, S. Parman langsung bertanya kepada sekelompok pasukan Cakra Birawa atas apa yang terjadi. Dijawab oleh pasukan penculik bahwa mereka diperintahkan oleh Presiden untuk menjemput Meijen S. Parman. Ditemani oleh sekelompok utama pasukan, Parman kemudian masuk ke dalam rumah untuk berganti pakaian. S. Parman mengira jika dirinya akan ditahan atas perintah Presiden Soekarno. Sambil berganti pakaian, Parman membisikkan pesan kepada istrinya agar segera menghubungi Lejen Ahmad Yani. Namun demikian perintah tersebut terdengar pasukan penculik. Segera saat itu pasukan Cakra Birawa merampas telepon di rumah tersebut dan pergi membawa Mejen S. Parman. Di lain tempat, penyergapan rumah perikjian Sutojo Syswomi Harjo Dipimpin oleh Sersan Mayor Surono, para penjaga sipil di jalan itu dilumpuhkan satu persatu. Regu ini berhasil memujuk Brigjen Sutojo untuk membuka pintu kamarnya dengan alasan menyampaikan surat dari Presiden Soekarno. Brigjen Sutojo diringkus di kamarnya, tangannya diikat, matanya ditutup, dan langsung dibawa ke dalam truk untuk kemudian dibawa ke lubang buaya. Di lain tempat, penyergapan rumah Brigjen D.I. Panjaitan terdiri dari sekitar 50 orang dengan 2 truk yang terdiri dari pasukan Risemen Cakrabirawa dan Yon 454 di Ponogoro. Setelah tiba di rumah Panjaitan, pasukan penculik kemudian membuka pagar rumah dengan paksa. Dilaporkan, pasukan penculik memaksa seorang pembantu untuk menunjukkan letak kamar tidur D.I. Panjaitan. Dari dalam rumah, D.I. Panjaitan kemudian diminta turun dari lantai 2 oleh pasukan penculik. Namun, D.I. Panjaitan menolak. DI Panjaitan kemudian berusaha menghubungi polisi, tapi usahanya gagal karena sambungan telepon telah terlebih dahulu diputus. DI Panjaitan kemudian diancam bahwa semua keluarganya akan dibunuh apabila tidak turun. Panjaitan nantal berganti seragam militer kemudian turun dari lantai 2. Setelah turun, di elemen rumahnya, Panjaitan dipukul dan ditembak oleh pasukan penculik hingga tewas seketika. Jenazah D.I. Panjaitan kemudian dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke lubang buaya. Ternyata di sekitar rumah abdi Jen D.I. Panjaitan, ada seorang polisi yang sedang melakukan patroli malam dan begitu mendengar suara gadu dan senjata, ia pun bergegas menghapiri. Orang itu adalah agen polisi 2 Sukitman. Karena mengetahui keributan tersebut, para penculik pun menodong senjata ke arah Sukitman dan langsung Sukitman ikut dimasukkan ke dalam truk dan ikut dibawa pergi ke lubang buaya. Kelak, Sukitmanlah yang akan ikut berjasa membantu penemuan ketujuh perwira yang diculik ini. Setelah mengangkut semua jenderal dan sampai di lubang buaya, para PKI pun menyiksa dan menganiaya para jenderal untuk segera mengakui bahwa mereka adalah bagian dari Dewan Jenderal yang diatur oleh CIA. Namun semua jenderal dan letutandian memilih bungkam sehingga mereka disiksa hingga mereka tewas. Jasad mereka pun dibuang ke sebuah lubang sumur yang cukup dalam. Dan kita sekarang mengenal lubang itu dengan sebutan lubang buaya. Pagi harinya, kabar penculikan pun mulai beredar. Namun, Radio Republik Indonesia sudah terlanjur dikuasai oleh PKI dan mereka pun membuat siaran lalu menyebarkan berita seolah-olah mereka telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari para Dewan Jenderal. Tentu dari pihak militer tidak tinggal diam. Kemudian, Mejen Soeharto yang sementara mengambil komando pimpinan Angkatan Darat memutuskan untuk mengatasi pemberontakan PKI ini. Jendral Soeharto pun mengadakan rapat staff pertama untuk mengkonfirmasi bahwa berita mengenai Dewan Jendral itu tidak benar adanya. Soeharto memberi perintah pada Kolonel Sarwo Edy untuk merebut RRI dan Telkom dari tangan PKI. Lalu Jendral Nasution juga dijemput dari tempat persembunyiannya dan pergi menuju Kostrad untuk berkumpul dengan Jendral Soeharto. Di lain tempat, Syam berserta Letkol Untung beserta perwira lainnya yang pro-PKI mengadakan rapat antisipasi serangan balik. Mereka sudah memperkirakan Jendral Nasution dan Jendral Soeharto akan melakukan serangan balik. Lalu mereka memutuskan untuk pergi menjauh dari Jakarta. Dan pada rapat staff kedua, Soeharto memberi perintah untuk segera merebut kembali Halim Perdana Kusuma untuk menyelamatkan Presiden Soekarno yang tertahan di dalamnya. Pada malam harinya, operasi perebutan pun dimulai. Ternyata, para pasukan PKI tersebut sudah angkat kaki dari RRI dan Telkom. Kemudian sesuai arahan Jendral Soeharto, Berita mengenai pemerintah PKI dan kebohongan perihal Dewan Jenderal lalu disiarkan sebagai tanda bahwa RRI sudah berhasil direbut kembali oleh TNI. Dan juga disiarkan bahwa baik pihak tentara dan kepolisian akan bekerjasama dalam menumpaskan pemerintah G30S PKI dan akan mencari di mana keberadaan 7 perwira yang diculik oleh PKI. Markas KOSRAT sempat dipindahkan dari Jalan Merdeka Timur ke Senayan karena ada kabar bahwa KOSRAT akan dibom oleh Auri. Mengingat saat itu ada rumor yang mengatakan Auri mendukung gerakan G30 SPKI. Dalam upaya penangkapan para pimpinan dan perwira PKI, cukup membutuhkan waktu karena mereka berpencar dan bergerak secara diam-diam seperti hantu setelah peristiwa G30 SPKI. Kemudian berlanjut ke Istana Negara Bogor, Presiden Soekarno memanggil jajaran penting untuk membahas perihal pemberontakan ini, dan juga untuk mengkonfirmasi keterlibatan Auri dalam pemberontakan G30 SPKI. Karena Jendral Soeharto menemukan beberapa bukti keterlibatan Auri dalam peristiwa itu. Namun pihak Auri yakni Komandan Leo menyangkal dan berjanji akan menyelidiki perihal ini. Dan juga pada rapat itu, Jendral Soeharto meminta kepada Presiden Soekarno agar memberikan penyataan melalui siaran. Perihal tanggung jawab pimpinan tertinggi Angkatan Darat akan berada di bawah komando Jendral Soeharto. Setelah Halim berhasil dikuasai secara mutlak, operasi pencarian para Jendral yang diculik pun dilakukan. Banyak personel prajurit dikerahkan untuk menyisir tempat-tempat yang dicurigai. Namun, berkat keterangan dari polisi Sukitman yang ikut diculik di lubang buaya, akhirnya sumur maut tempat jenazah ketujuh jendal ditemukan. Lubang tersebut ditutup dengan pohon pisang untuk meninggalkan jejak. Proses pengangkatan pun cukup sulit karena lubang sumur yang cukup dalam dan juga cukup sempit. Dan bahkan, tim pengangkat jenazah perlu tabung oksigen penyelam Karena memang bau busuk dari tubuh jenazah, para jenderal sangatlah menyengat. Setelah semua tubuh berhasil diangkat, Jenderal Soeharto memberi pengumuman perihal penemuan tubuh para perwira korban G30S PKI dan perihal kejahatan yang dilakukan oleh PKI di Lubang Buaya. Akhirnya ketujuh perwira korban dari pemberontakan PKI dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Dan diberi gelar pahlawan, lalu di Lebang Buaya pun dibangun Monumen Peringatan G30 SPKI sebagai pengingat generasi selanjutnya mengenai sejarah kelam PKI yang pernah terjadi di Indonesia. Karena memang selepas itu PKI dilarang di Indonesia dan semua yang terlibat dalam insiden G30 SPKI ditangkap dan diadili, serta menjadi tahanan politik demi upaya memberangus dan menghilangkan komunis dari tanah Indonesia. Baik itulah rangkuman cerita film pengingatan G30 SPKI. Jika dirasa kurang lengkap atau ada beberapa poin yang salah, gue minta maaf karena disini gue hanya berusaha merangkum ceritanya dan mengambil poin-poin penting. Semoga kisah dari film ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua dan menjadi pengingat akan tragedi yang pernah terjadi di negeri ini. Gue Dedy, pamit undur diri. Terima kasih untuk kalian yang sudah menonton dan sampai jumpa di episode berikutnya.