Intro Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Alhamdulillahilazim Jal ramadana sahra siyama Lil mu'minin Wassalatu wassalamu Ala ashrafil anbiya Wal mursalin Sayyidina wa maulana Muhammadin Wa ala alihi wa ashabihi Almujahidin at-tahirin Amma ba'du Ma ashral muslimin Rahimakumullah Dari jumlah 12 bulan yang ada dalam agama kita yang dihitung sejak Muharram sampai dengan bulan Zul Qa'dah maka Ramadan mendapat gelar Sayyidus Syuhur Sayyidus Syuhur artinya Raja, Penghulu atau Tuan dari seluruh bulan Apa sebabnya maka Ramadan ini dinamakan Sayyidus Syuhur? Sebab yang pertama, Ramadan dipilih oleh Allah menjadi bulan tempat dimana pertama kali diturunkan ayat-ayat suci Al-Quranul Karim. Allah tidak memilih Rabi'ul Awal, tidak Rajab, tidak pula Sha'ban misalnya.
Tetapi dipilihnya Ramadan untuk menjadi bulan dimana diturunkan ayat-ayat suci Al-Quranul Karim. Seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 185. A'udzubillahiminasyaitanirrajeem. Syahrul Ramadanal lazi unzilafihil Quran, hudallin nasiwabayinatim minal huda wal furqan.
Bulan Ramadan. bulan dimana diturunkan didalamnya Al-Quranul Karim yang merupakan petunjuk dan jalan menuju petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Oleh sebab itu, salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan diantaranya ialah memperbanyak membaca ayat-ayat suci Al-Quranul Karim.
Yang kedua, Ramadan disebut Sayyidus Syuhur karena di dalamnya ada satu malam yang bobotnya khairun min alfi syahr. Satu malam tetapi lebih baik daripada seribu bulan. Itu dinamakan dengan Laylatul Qadar. Seribu bulan kira-kira 83 tahun. Nilai ibadah di malam itu lebih baik daripada nilai ibadah 83 tahun.
Padahal umur orang sekarang kan jarang yang sampai 83 tahun. Bagaimana ini harus kita pahami? Ma'asyiral muslimin, sejak kita akil balik sampai kepada usia kita yang sekarang ini, kalau kita mau jujur bercermin, rasanya kita harus mengakui.
Banyak dosa dan kesalahan yang pernah kita kerjakan. Kalau kita berbuat dosa selama 40 tahun, kemudian kita bertobat 20 tahun lamanya, kalau menurut rumus dagang, ini kan belum tertutup. Dosa 40 tahun, ditebus dengan tobat 20 tahun.
Tapi haruskah dosa tidak terampuni? Allah subhanahu wa ta'ala, Maha Penyayang, disediakannya malam-malam yang istimewa, yang punya nilai khusus, seolah-olah Allah berkata, Hei manusia, kau tidak perlu putus asa, bagaimanapun banyak dosa kau lakukan, bagaimanapun banyak kesalahan kau kerjakan, nih, aku sediakan satu malam, khairun min alfi syahrin lebih baik daripada seribu bulan yang disebut dengan Laylatul Qadar kapan sih Laylatul Qadar itu? menurut Al-Imamul Ghazali Laylatul Qadar itu adanya pada Ada 10 hari yang akhir di bulan Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil. Malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Tapi orang yang ingin menemukan Laylatul Qadar, dia harus sudah berjaga sejak awal Ramadan. Jadi nggak boleh pakai ilmu ngincer.
Tahu ilmu ngincer? Tanggal 20 Ramadan gak terawih, 21 terawih, 22 perek lagi, 23 masuk lagi, 24 gak ke masjid. Temennya tanya, kenapa gak ke masjid?
Ini kan bukan malam ganjil, gak turun Laylatul Qadar. Saya kira yang kayak begini dapetnya bukan Laylatul Qadar, boleh jadi Laylatul Qadar. Orang yang ingin menemukan Laylatul Qadar itu, dia harus berjaga-jaga sejak awal Ramadan.
Inilah di antara tugas kita, memanfaatkan waktu-waktu yang punya nilai istimewa. Itu ada dalam agama. Dalam setiap minggu ada hari istimewa.
Dalam setiap hari ada jam-jam istimewa. Dalam setiap tahun ada bulan istimewa. Coba, dalam setiap minggu ada hari istimewa, hari Jumat. Dalam setiap hari ada jam-jam istimewa, seperti gamalam yang terakhir.
Antara jam 2 sampai menjelang fajar di kalas subuh, itu saat-saat istimewa. Di samping saat istimewa, Allah pun menyediakan tempat-tempat yang istimewa. Solat di Masjidil Haram, pahlanya 100 ribu kali ketimbang solat di masjid-masjid lain.
Begitu di Masjid Nabawi misalnya, ini tempat yang istimewa. Laylatul Qadar, waktu yang istimewa yang diberikan kepada kita untuk kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Toh dalam kehidupan bernegara saja misalnya, kan pada setiap tanggal 17 Agustus, itu Presiden memberikan grasi, ampunan kepada para, entah itu tahanan politik dan sebagainya.
ada yang mendapat potongan tahanan, waktu-waktu yang istimewa. Inilah sebab kedua, kenapa Ramadan dinamakan Sayyidus Syuhur. Sebab yang ketiga, Ramadan disebut Sayyidus Syuhur, karena di dalamnya nilai kebajikan berlipat ganda adanya. Satu hadis menjelaskan, Lahu ta'lamu ummatimah fi Ramadan.
Lata mennau anta kuna sanatu kullaha ramadhan Andai kata umatku tau Keistimewaan apa yang ada di dalam bulan suci ramadhan Niscaya mereka ingin agar sepanjang tahun isinya ramadhan saja Apa sebabnya? Liannal hasanata fihi mujdami'atun Di dalam bulan ramadhan itu berkumpul segala macam kebajikan Wattu'atu makbulatun Segala perbuatan tu'at diterima oleh Allah. وَالدَّعَوَاةِ مُسْتَجَابَةٌ Segala macam doa dan permohonan dikabulkan oleh Allah. وَالذُنُوبَ مَغْفُورَةٌ Dan segala macam dosa diampuni oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Berlipat gandanya nilai kebajikan yang kita kerjakan di bulan suci Ramadan. Itu sebabnya, seorang Muslim dalam menyambut bulan suci Ramadan penuh dengan sikap kegembiraan. Kata baginda nabi, Man fariha bidukuli ramadhan, haramallahu jasadahu ala niron. Siapa orang yang gembira dengan datangnya bulan suci ramadhan, Allah haramkan badannya dari api neraka.
Gembira menyambut ramadhan artinya bagaimana? Apa ramadhan datang terus bakar petasan? Bukan.
Pukul beduk? Bukan. Apa gunanya pukul beduk kalau nggak puasa?
Apa gunanya bakar mercom kalau tidak melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadan? Gembira menyambut datangnya Ramadan dalam arti mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya di bulan suci Ramadan ini. Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah. Yang terakhir, kenapa Ramadan disebut sayyidus syuhur? Karena di dalam bulan suci Ramadan, Ada perintah melaksanakan ibadah puasa.
Apa istimewanya ibadah puasa? Pertama, yang dipanggil untuk melaksanakan puasa itu iman. Ini panggilan istimewa. Allah menyatakan, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ السِّيَابُ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa. Iman yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah puasa.
Contoh, satu hari di depan rumah kita lewat tukang pepaya, tukang duku, tukang duren. Kita panggil satu tukang pepaya, bang pepaya berhenti dulu sebentar. Kira-kira yang merasa tukang pepaya berhenti enggak?
Berhenti. Ini tukang duku sama tukang duren berhenti enggak? Tentu tidak berhenti karena tidak dipanggil.
Ini Ramadan yang dipanggil orang-orang beriman. Hai orang-orang yang beriman, berhenti dulu sebentar. Berhenti apa? Berhenti makan di waktu siang.
Berhenti minum di waktu siang. Yang merasa beriman, berhenti. Yang tidak beriman, langsung. Biar Ramadan, siang-siang, makan jalan terus, ngerokok, melepus terus.
Kenapa? Tidak beriman, tidak merasa terpanggil oleh ayah tadi. Sekarang tukang pepaya lewat depan rumah.
Kita panggil, bang pepaya berhenti dulu. Dia dengar tapi tidak mau berhenti. Apa kita bilang?
Tukang pepaya budak. Dipanggil gak mau berhenti. Ini ada orang aku beriman kepada Allah. Ramadan dipanggil disuruh berhenti makan siang, gak berhenti juga.
Mumin budeg. Disuruh berhenti minum di waktu siang, gak berhenti juga. Mumin budeg.
Ini istimewanya puasa. Panggilan difokuskan kepada iman. Hai orang-orang yang beriman. Allah tidak bilang, hai orang-orang yang sudah masuk Islam.
Tidak. Ya ayuhal lazina aslamu. Tidak.
Ya ayuhal lazina amanu. Yang dipanggil. Hai orang-orang yang beriman. Nilai nurani yang paling dalam.
Itu yang dipanggil melaksanakan ibadah puasa. Lalu orang beriman yang bagaimana yang wajib puasa? Pertama, dia sudah balik.
Yang kedua, berakal sehat. Yang ketiga, dia mampu berpuasa. Orang beriman macam ini, balik, berakal sehat, mampu melaksanakan puasa.
Kalau cukup syarat ini, dia wajib puasa. Kurang syarat, tidak wajib puasa. Jadi kalau di bulan Ramadan ada teman kita tidak puasa, jangan heran barangkali syaratnya kurang.
Cukup dalam hati saja, ini orang kurang syarat, makanya nggak puasa. Pak, itu teman saya kok nggak puasa? Nggak puasa?
Nggak puasa. Dia bukan orang beriman kali ah. Orang yang tidak beriman itu tidak wajib puasa. Beriman kok pak?
Iman. Iman? Tapi tidak puasa.
Tidak puasa. Belum balik kali. Belum balik.
Cuma badan doang gede. Bongsor kali itu. Belum balik. Sudah kopak.
Sudah balik. Sudah balik. Sudah. Tapi tidak puasa. Tidak.
Gila kali dia. Gila kali. Sebab orang yang tidak berakal. Itu tidak wajib puasa. Wah rasfa dia tidak gila, tidak gila, tidak.
Barangkali dia tidak mampu melaksanakan puasa karena terkena uzur syari. Ini keistimewaan puasa yang pertama yang dipanggil melaksanakannya iman. Keistimewaan yang kedua oleh karena yang dipanggil iman maka puasa dinamakan ibadah syariah.
Ibadah rahasia. Kalau kita sembahyang. Orang lihat kan?
Lihat nggak? Lihat! Kita bayar zakat, orang tahu.
Kita pergi haji, apalagi pergi haji sekampung nganterin. Tapi kita puasa atau tidak puasa, yang tahu kan cuma kita dan Allah saja. Pura-pura sedekah, nggak bisa.
Pura-pura sholat, ketahuan. Gerakannya mesti canggung. Pura-pura pergi haji, kemana perginya? Tapi pura-pura puasa, gampang.
Namanya ibadah syariah. Bulan puasa, jam 8 pagi, makan. Keluar rumah, bibir lap yang kering. Jalan lemesin dikit, ada angin belaga miring. Temennya tanya, lo lemes amat, gue lagi puasa nih.
Orang lain bisa dibohongi. Sebab puasa memang merupakan ibadah si Riyah yang tahu cuma kita dan Allah saja. Karena dia ibadah rahasia, puasa ini sulit terkena penyakit Riyah. Ibadah yang lain karena kelihatan orang, gampang kena penyakit riak. To show only.
Solat. Karena kelihatan orang, gampang kena penyakit riak. Karena saya jadi imam, misalnya, di belakang saya lihat ada mertua, wah, saya bikinlah sembah yang saya mantep-mantep, pakai serban, pakai siwak, bahasanya saya paseh-pasehin, kayak orang 16 tahun di Mekah. Allah, ufali, fardwal, maghribi, salasarukaatin, allahu akbar Surahnya saya cari yang panjang-panjang, paling pendek sabihis sama wadduha Akibat apa itu?
Ria, di belakang ada calon mertua Tapi kalau sholat sendirian dalam kamar, borok-borok pakai serban dan siwak, kadang-kadang kaos kutang saja cukup. Surahnya jangan sabih sampai waduha, langganannya inna a'to inna kal kawthar, sama kul huwallahu ahad. Karena sholat terlihat orang, mudah kena penyakit rian.
Saudakoh pun begitu. Mulanya niatnya cuma mau sedekah 5 ribu. Karena ada orang yang disedekah sedani, naik 10 ribu.
Yang 5 ribu sudah karena orang. Jadi ibadah yang lain itu mudah terkena ria, tapi juga mudah dinilai orang. Kita bisa saja bilang, itu orang sholatnya khusyuk ya. Kenapa? Kelihatan dari gerakannya.
Itu orang hajinya mabrur ya. Kenapa? Kelihatan dari tingkah lakunya setelah pulang haji.
Tuh orang sedekahnya berani ya, kenapa? Ketahuan dari jumlahnya. Ibadah yang lain bisa dinilai, tapi puasa nggak bisa dinilai.
Tuh orang puasanya mantap bener ya, kenapa? Beludah melulu. Itu bukan ukuran, itulah sebabnya dia dinamakan ibadah seriah, ibadah yang abstrak, yang tahu cuma si pelaksana dan Allah saja. Ini keistimewaan puasa yang kedua.
Yang ketiga, saudara-saudara, kalau ibadah-ibadah yang lain, ganjaran pahalanya itu dijelaskan oleh Allah. Sedekah kalau ikhlas, pahalanya begini. Haji kalau mabrur, pahalanya ini.
Semayang berjamaah, pahalanya ini. Untuk puasa, tidak. Puasa Allah cuma bilang, Asya muli.
Wa ana adzibihi. Puasa adalah untukku. Aku yang akan membalasnya.
Berapa besar balasannya tidak dijelaskan oleh Allah. Apa artinya ini? Kalau saudara kerja, mandor bilang, Sampian kerja sama saya, gaji satu hari lima ribu.
Ketahuan kan? Sehari lima ribu. Kita bisa kong-kaling-kong, ada mandor rajin, nggak ada mandor kendor.
Pokoknya sehari 5 ribu. Tapi kalau mandor cuma bilang, kau kerja sama aku. Soal gajimu, nanti aku yang atur.
Tidak dijelaskan berapanya, nanti aku yang atur. Ini kan mestinya kita kerja hati-hati. Sebab apa? Mungkin gaji kita lebih besar dari jumlah 5 ribu kalau kerjaan memuaskan. Mungkin tidak digaji sama sekali kalau kerjaan berantakan.
Tidak dijelaskannya pahala puasa menjadi sugesti bagi kita untuk melaksanakan ibadah ini dengan sebaik-baiknya. Mungkin gaji sangat besar, mungkin tidak digaji sama sekali. Sebab kata Nabi, كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُمْ مِنْ سِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْءِ وَالْعَجْرِ Berapa banyak orang puasa, dia tidak memperoleh apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus saja.
Puasa sah, kewajiban gugur, nilai nol. Tidak dapat apa-apa, kecuali lapar dan haus. Jadi, Inilah keistimewaan daripada ibadah puasa.
Sudara hadirin, yang saya hormati kemudian apa sih perlunya kita melaksanakan ibadah puasa ini namanya syahwat kalau itu kita kendalikan maka langkah hidup ini akan menjadi lurus karenanya benar kalau nabi menyatakan izajah ar-romabon Futhihat abu'abu'us sama'a, wa gulliqat abu'abu'un nar, wa sufsidatis sayatin. Apabila datang bulan suci Ramadan, dibuka pintu langit, dibuka pintu surga, ditutup pintu neraka, dan diikat setan-setan itu. Siapa yang ikat setan? Puasa kita.
Dengan puasa kita mengendalikan nafsu. Kalau nafsu kita kendalikan, setan gak berkutik. Jadi yang mengendalikan nafsu itu nilai puasa.
Nafsu terkendali, setan terikat. Kalau puasa, kalau nggak puasa, setannya ngebludak. Jadi jangan digambarkan, wah kalau bulan puasa setan dirantai. Rantainya kayak apa? Yang rantai siapa?
Arti setan diikat di sini ialah nafsu dikendalikan. Dengan apa? Mengatur makan dan minum puasa kan sebenarnya, logikanya, mengatur perpindahan waktu makan dan minum saja.
Apabila perut besar ini teratur demikian rupa, syahwat tidak menggelegat, dia terkendali. Dengan hidup pandai mengendalikan nafsu, iblis tidak berdaya dan tidak berkutik. Ma'asyiral muslimin, rahimakumullah, nabi bersabda, la yu'minu ahadukum.
Hatta takuna hawahu tabaan lima ji' tubi. Belum sempurna iman kamu kalau nafsumu belum ikut apa yang aku bawa. Yang dibawa Nabi tidak lain daripada syariat termasuk di dalamnya pelaksanaan ibadah puasa. Karena itu saya pesan kepada seluruhnya.
Jangan kalau puasa kayak orang ngancam. Siang bisa mengendalikan nafsu, tapi begitu maghrib berbunyi, nafsu sudah tidak terkendalikan lagi. Itu namanya puasa orang ngancem.
Kayaknya, biarin siang gue tahan. Ntar loh maghrib. Begitu maghrib berbunyi, sudah macam bendungan pecah.
Semua isi meja pindah ke perut. Akhirnya, kalau siang dia setengah mati kelaparan, habis buka setengah mati kekenyangan. Dua-duanya jelek. Kalau sudah kekenyangan, yang enak kan ngukur balik.
Tidur. Maghrib liwat, isa'au, trawek boten. Temennya nyamper ke masjid yuk, masjid yuk trawek duluan deh, gue kenyang bener nih.
Kenyang. Berbuka itu yang bagus pakai etik ya, etika buka itu. Maghrib berbunyi, cukup seteguk air, tiga butir korma, atau sepotong kue. Solat maghrib. Selesai solat maghrib, masuk ronde kedua.
Waktunya agak panjang. Makan ala kodarnya. Selesai makan, berangkat ke masjid, Isya, Terawe. Pulang Terawe, masuk ronde ketiga. Waktunya panjang, mau habis-habisan juga gak apa-apa.
Tapi kalau begitu maghrib berbunyi langsung dipukul satu ronde, kita yang rubuh. Kekenyangan. Waktu siang dia sanggup mengendalikan nafsu.
Tapi begitu maghrib berbunyi, nafsu sudah tidak terkendali lagi. Asar pengaruh puasa tidak akan membekas dalam jiwanya. Siang jelas puasa, tidak boleh merokok.
Begitu maghrib sampai insyak kayak lokomotif. Kelebal, kelebul, tidak berhenti-berhenti. Tidak lagi sanggup mengendalikan diri. Mumpung boleh katanya. Sampai pernah kejadian ada orang bangun sahur kesiangan, bingung dia waktunya tinggal dikit.
Mau sahur dulu gak keburu ngerokok, mau ngerokok dulu takut gak keburu sahur, akhirnya bareng. Sebelah nyuap nasi, sebelah ngerokok. Itu macam mana rasanya kalau sudah kayak begitu itu. Padahal, Pengaruh daripada melaksanakan puasa akan terlihat dari sejauh mana seseorang dalam hidup mampu mengendalikan nafsu.
Bukan pada waktu memang dilarang, tapi pada waktu diizinkan. Itu yang paling kelihatan. Kalau waktu siang saudara mampu mengendalikan nafsu, itu jelas saja, memang seharusnya, uang puasa.
Malam, dalam keadaan makan boleh, minum boleh, masih mampu mengendalikan nafsu, dalam arti makan dan minum pada batas yang wajar saja. Itulah yang dikehendaki dari melaksanakan ibadah puasa. Sehingga ibadah itu membekas dan ikut membentuk kepribadian orang.
Sekali lagi. Jangan cuma waktu siang saja bisa mengendalikan nafsu, di waktu malam pun dalam kondisi yang memang dihalalkan, kita juga hendaknya mampu mengendalikan nafsu. Jadi inilah perlunya puasa yang pertama, supaya kita bisa mengendalikan nafsu.
Yang kedua, puasa itu melatih kita hidup sederhana. Orang sufi mengajarkan, Orang yang paling kaya ini sebenarnya orang yang hidupnya paling cukup. Sedangkan orang miskin adalah orang yang kebutuhannya kelewat banyak. Maka yang paling kaya, bahkan yang maha kaya, itu sebenarnya cuma Allah.
Sebab apa? Dia nggak perlu apa-apa. Makin banyak keperluan kita, makin miskin kita.
Coba orang puasa lihat, kalau sudah jam 2, jam 3, itulah barangkali memang termasuk godaannya dalam melaksanakan ibadah puasa. Kalau jam 1 siang, jam 2 siang, jangankan makanan enak, nangka busuk kita lihat, legit. Barangkali cobaan di dalam melaksanakan ibadah puasa.
Tapi kalau sudah maghrib berbunyi Berbuka kita kena seteguk air Sepotong roti, tiga butir korma Kenyang rasanya Kemana keinginan yang tadi begitu menggebu-gebu Oh bisikan nafsu rupanya itu Makin dalam kita merenung Makin sampai kita kepada bentuk kesederhanaan di dalam hidup ini Puasa membentuk pribadi seorang muslim untuk jauh daripada sifat tamak bin rakus alias rakah tamak itu berasal dari kalimat tomah dalam bahasa arab yang sifatnya sudah terukir dari hurufnya huruf to tengahnya bolong huruf mim tengahnya bolong Huruf Ain, mulutnya manggap, perutnya gede. Jadi orang tamak macam itulah. Apapun yang diberikan Allah tidak pernah ada cukupnya dan tidak pernah ada syukurnya. Sehingga Nabi menjelaskan, Andai kata manusia mempunyai dua buah ladang yang seluruhnya emas, tidak usah kepala tanggung, ladang emas, dua ladang, semuanya ladang emas, dia tidak akan puas, dia akan mencari lagi ladang yang ketiga. Mulut manusia ini memang tidak akan pernah penuh, kecuali kalau sudah diisi dengan tanah.
Kapan diisi dengan tanah, kalau sudah menghadap ke arah Qiblat, diliang lahat, nah itu baru mulut udah gak ngerawil, diem, tenang, kalem, diisi dengan tanah. Dengan demikian kita lihat bahwa puasa makin kita hayati, makin dekat kita kepada kesederhanaan di dalam kehidupan ini. Islam tidak melarang orang untuk kaya, untuk punya harta. Yang dilarang ialah sifat rakus, serakah, dan taumat.
Karena ini akan membuat orang melakukan segala macam cara, ingkar kepada nekmat Allah, tidak pandai bersyukur, pandangan matanya selalu diarahkan ke atas. Dikala hidupnya sudah serba cukup, dia masih merasa kurang. Sebab itu dia selalu kurang.
Dia sudah kaya tapi masih merasa miskin saja, maka hidupnya pun miskin terus. Sudara-sudara ma'asyiral muslimin, ini hikmah yang kedua, kenapa kita perlu puasa. Yang ketiga, puasa itu melatih kita cinta kepada fakir miskin, orang-orang yang tidak mampu, yang memerlukan pertolongan.
Bagaimana caranya? Dunia pendidikan berkata bahwa pendidikan akan lebih berhasil kalau bersifat audiovisual. Mengajar anak berenang, bawa ke kolam.
Mengajar anak naik sepeda, berikan sepedanya. Mengajar orang cinta fakir miskin, rasakan apa yang dirasakan oleh fakir miskin. Apa itu?
Lapar, haus. Kan gak bisa ngajarin anak berenang teori saja, ke kolam gak pernah. Teori hafal luar kepala, gaya dada.